Di Susun Oleh :
Zulfa Fithri Shulhaniaty 1810210047
Siti Lina Mufarikhah 1810210057
Ulfiya Sofa 1810210064
M. Bayu Anggreyanto 1810210074
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, serta inayahnya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Meskipun masih terdapat kekurangan karena minim dan
terbatasnya pengetahuan yang kami kuasai.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari jurang kebodohan menuju dataran keilmuan seperti sekarang ini
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Bimbingan dan
Konseling Bapak H. Mohammad Ali Yahya,S Ag., M. Pd yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena itu kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca yang kami butuhkan, demi tercapainya makalah
yang lebih baik lagi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu wadah atau lembaga yang bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan masyarakat dan mensejahterakan masyarakat bertujuan untuk memiliki taraf hidup
yang lebih unggul untuk bangsa, seperti halnya lembaga ini mengharuskan adanya komponen –
kompenen tertentu di dalam suatu lembaga pendidikan tentunya para pendidik harus menguasai
apa yang di syaratkan untuk menjadi pendidik yang baik, tekun dan kompeten, dengan bertujuan
untuk tercapainya suatu keberhasilan dari pendidikan.
Dengan demikian, adanya interaksi guru dan murid merupakan salah satu peran penting
untuk menjadikan suatu keberhasilan di dalam dunia pendidikan, guru harus menguasai dengan
gamblang bagaimana cara membimbing dan mendidik peserta didiknya dengan baik, peran
penting seorang guru tidak hanya keterkaitan dengan belajar – mengajar, Akan tetapi guru harus
bisa memberikan contoh yg baik kepada peserta didiknya, salah satu di antaranya yaitu contoh
moral ( perilaku ), seorang guru di tuntut harus bisa memberikan contoh , dan bimbingan –
bimbingan moral ( perilaku ) kepada peserta didiknya untuk kehidupan hidup bermasyarakat,
sehingga menghasilkan masyarakat yang mempunyai kerukuan dan keberagaman moral yang
baik.
Di dalam lembaga sekolah biasanya peserta didik mendapatkan sebuah pelajaran atau
pengajaran bimbingan konseling, pelajaran ini merupakan pelajaran yang di khususkan untuk
menangani sebuah moral (perilaku ) ataupun masalah – masalah para peserta didik yang lainnya
Di dalam makalahini akan di bahas tentang apa tujuan, asas – asas yang melandasi, prinsip –
prinsip yang menguatkan, dan fungsi dari bimbingan konseling.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
Individu atau siswa yang di bimbing, merupakan individu yang sedang dalam
proses perkembangan. Oleh sebab itu, merujuk kepada perkembangan individu yang di
bimbing, maka tujuan bimbingan dan konseling adalah agar tercapai perkembangan yang
optimal pada individu yang di bimbing.Dengan perkataan lain agar individu (siswa) dapat
mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar
individu dapat berkembang sesuai lingkungannya.
Optimalisasi pencapaian tujuan bimbingan dan konseling pada setiap individu
tentu berbeda sesuai tingkatan perkembangannya.Apabila yang di bimbing adalah murid
Sekolah Dasar (SD/MI), di mana mereka sedang dalam proses perkembangan dari usia
SD/MI keusia SMP/MTs atau usia anak-anak ke usia remaja, tentu optimalisasi
pencapaian tingkat perkembangannya sesuai dengan usia Sekolah Dasar, demikian juga
apabila yang di bimbing adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau siswa
Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejurusan
(SMA/SMK) atau Madrasah Aliyah (MA) dan Perguruan Tinggi.
1
Individu yang sedang dalam proses perkembangan apalagi adalah seorang siswa,
tentu banyak masalah yang di hadapinya baik masalah pribadi, sosial, maupun akademik
dan masalah-masalah lainnya. Kenyataannya bahwa tidak semua individu (siswa) mampu
melihat atau menyelesikan sendiri masalah yang di hadapinya serta tidak mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap lingkungannya. Bahkan adakalanya individu
tidak mampu menerima dirinya sendiri. Merujuk kepada masalah yang di hadapi individu
(siswa), maka tujuan bimbingan dan konseling adalah agar individu yang di bimbing
memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya dan mampu
atau cakap memecahkan sendiri masalah yang di hadapinya serta mampu menyesuaikan
diri secara efektif dengan lingkungannya.
1
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2007, hal 35.
2
Bimbingan dan konseling berkenaan dengan perilaku, oleh sebab itu tujuan
bimbingan dan konseling adalah dalam rangka: pertama, membantu mengembangkan
kualitas kepribadian individu yang di bimbing atau di konseling. Kedua, membantu
mengembangkan kualitas kesehatan klien. Ketiga, membantu mengembangkan perilaku-
perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya. Keempat, membantu
klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Secara lebih rinci, tujuan bimbingan dan konseling atau tujuan konseling seperti
telah disebutkan di atas adalah agar klien: pertama, memperoleh pemahaman yang lebih
baik terhadap dirinya. Kedua, mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang di
milikinya kearah tingkat perkembangan yang optimal. Ketiga, mampu memecahkan
sendiri masalah yang di hadapinya.Keempat, mempunyai wawasan yang lebih realistis
serta penerimaan yang objektif tentang dirinya.Kelima, dapat menyesuaikan diri secara
lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya sehingga memperoleh
kebahagiaan dalam hidupnya.Keenam, mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan
potensi yang di milikinya.Ketujuh, terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan perilaku
salah suai.
Dalam Islam, sosok individu yang ingin di capai seperti di sebutkan dalam tujuan
bimbingan dan konseling di atas identik dengan individu yang “kaffah”atau
“insankamil”. Individu yang kaffah atau insan kamil.merupakan sosok individu atau
pribadi yang sehat baik rohani (mental atau psikis) dan jasmaninya (fisiknya). Dengan
perkataan lain, sehat fisik dan psikisnya individu atau pribadi yang kaffah atau insane
kamil juga merupakan sosok individu yang mampu mewujudkan potensi iman, ilmu dan
amal, serta zikir sesuai kemampuannya dalam kehidupan sehari-hari.
M. Hamdan Bakran Adz Dzaky, (2004) merinci tujuan bimbingan dan konseling
dalam Islam sebagai berikut: pertama, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,
kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak, dan damai
(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufiq dan
hidayahNya (mardhiyah).
Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah
laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga,
2
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2007, hal 36.
lingkungan sekolah atau madrasah, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial, dan
alam sekitarnya.
Ketiga, umtuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi (tasammukh), kesetiakawanan, tolong menolong
dan rasa kasih sayang.
Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang keinginan untuk berbuat taat kepada-Nya, ketulusan mematuhi
segala perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.
Kelima, untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, dapat
dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan
kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
Dengan demikian tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam merupakan tujuan
yang ideal dalam rangka mengembangkan kepribadian Muslim yang sempurna atau
optimal (kaffah dan insane kamil).
b. Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkantercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagaipermasalahan
yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, mengahambat ataupun
menimbulkan kesulitan, kerugian- kerugian tertentu dalam peroses perkembangannya.
Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat berfungsi pencegahan antara lain; progaran
orientasi, program bimbingan karier, program pengumpulan data, program kegiatan
kelompok dan lain-lain.
c. Fungsi Pengentasan
Istilah fungsi pengentasan ini dipakai sebagai pengganti istilah fungsi kuratif atau
fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan. Tidak diapakainya kedua
istilah tersebut karena istilah itu berorientasi bahwa peserta didik yang di bimbing (klien)
adlah orang yang “sakit” serta untuk mengganti istilah “fungsi perbaikan” yang
mempunyai konotasi bahwa peserta didik yang di bimbing adalah orang yang “tidak
baik” atau “rusak”. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling pemebrian label atau
berasumsi bahwa peserta didk atau klien adalah orang “sakit” atau “rusak” sama sekali
tidak boleh dilakukan, melalui fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan dan
konseling akan menghasilkan terentaskannya atau terataasinya berbagai permasalahan
yang dialami oleh peserta didik. Pelayang bimbingan dan konseling berusaha membantu
memecahkan masalah- masalah yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya,
jenisnya maupun bentuknya. Pelayanan dan pendekatan yang dipakai dalam
pembentukan bantuan ini dapat bersifat konseling perorangan ataupun konseling
kelompok.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan dam pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling
yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan
kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap
dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang sudah bersifat posistif dijaga
agar tetap baik dan dimantapkan. Dengan demikian dapat diharapkan peserta didik dapat
mencapai perkembangannya dan kepribadian secara optimal.
e. Fungsi Advokasi
3
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2007, hal 36.
Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
teradvokasi atau pembelaan terhadpa peserta didik dalam rangka upaya pengembangan
seluruh potensi secara optimal.
Fungsi- fungsi tersebutdiwujudkan melalui diselenggarakannya berbgai jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang
terkandung di dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu
atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak dicapainya jelas dapat
diidentifikasi dan dievaluasi.
4
Secara keseluruhan, jika semya fungi-fungsi itu telah terlaksana dengan baik,
dapatlah bahwa peserta didik akan mampu berkembag secara wajar dan mantap menuju
aktualisasi diri secara optimal pula. Keterpaduan semua fungsi tersebut akan sangat
membantu perkembangan peserta didik secara terpadu pula.
Adapun asas-asas yang harus terpenuhi dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling
adalah:6
1) Asas kerahasiaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut di rahasiakannya
sejumlah data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu
data atau keterangannya yang tidak boleh dan tidak layak di ketahui orang lain. Dalam
hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memiliki dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar tejamin.
2) Asas kesukarelaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengkehendaki adanya
kesukarelaaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan
yang di peruntukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3) Asas keterbukaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-
4
Hallen A, BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM ISLAM, Jakarta,Ciputat Pers, 2002, hal 59.
5
Erisa Kurniawati, Bimbingan dan Konseling di Sekolah;Prinsip dan Asas .Jambi, Ristekdik, 2008,Hal.55.
6
Daryantodan Mohammad Farid, Bimbingan Konseling Paduan Guru BK dan Guru Umum, Yogyakarta Gava
Media, 2015 Hal 40-42.
pura, baik di dalam keterangan tentang dirinya sendiri maupun berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini Guru
Pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien).
Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya
kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran/layanan kegiatan. Agar peserta
didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlabih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura.
4) Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(klien) yang menjadi sasaran berpatrisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini Guru Pembimbing perlu mendorong peserta
didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang di
peruntukan baginya.
5) Asas kemandirian, yaitu bimbingan dan konseling yang merunjuk pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yaitu : peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan
dan konseling di harapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri
mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri sebagaimana telah di utarakan terdahulu.
Guru Pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan
konseling yang di selenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
6) Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek
sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam
kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan ”masa depan atau kondisi
Masa lampaupun” di lihat dampak dan atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa
Yang dapat di perbuat sekarang.
7) Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,
tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8) Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang di lakukan oleh Guru
Pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Untuk ini
kerjasama antara Guru Pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus di laksanakan
dengan sebaik-baiknya.
9) Asas kenormatifan,yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap
layanan dan bimbingan dan konseling di dasar tanpa dadan tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-norma agama, hokum dan
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan
atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat di pertanggungjawabkan apabila isi
dan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang di maksudkan itu. Lebih jauh,
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati dan mengamalkan norma-
norma tersebut.
10) Asas keahlian,yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan
Kegiatan bimbingan dan konseling di selenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
professional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling. Keprofesionalan Guru Pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun
dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11) Asas alih tangan,yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak
yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan
tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalih tangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli. Guru Pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari
orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain dan demikian pula Guru Pembimbing dapat
mengalih tangankan kasus kepada Guru Mata Pelajaran/Praktik dan ahli-ahli lain.
12) Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan
rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada pesertadidik
(klien) untuk maju.
4. Bagaimana Prinsip – prinsip bimbingan konseling di sekolah ?
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2007, hal 75 – 76.
Bimbingan konseling merupakan suatu pengajaran atau bimbingan yang mengacu untuk
mengatasi permasalahan – permasalahan pada siswa adapun salah satu tujuannya itu mengatasi
permasalahan - permasalahan supaya cepat terselesaikan, menghimbau dan mengarahkan siswa
yang bermasalah untuk mengarahkan kepada yang lebih positif lagi, supaya tidak mengulangi
perbuatan – perbuatan tercela yang di lakukannya lagi.
Adapun dengan bimbingan konseling sendiri mempunyai landasan atau pedoman tertentu
untuk keberlangsungan pelaksanaan dari bimbingan konseling supaya berjalan dengan baik dan
memberikan manfaat bagi guru maupun siswanya, dengan demikian asas – asa yang di jadikan
sebagai landasan sebagai berikut, asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas kesukarelaan dsb. Dan
asas – asas tersebut merupakan salah satu hal penting yg harus di tetapkan di dalam penhgajaran
bimbingan konseling.
B. Saran
Penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan untuk penulisan makalah dikesempatan-kesempatan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawati Erisa. 2018. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Prinsip dan Asas, Jambi :
Ristekdik.
Daryanto dan Mohammad Farid. 2015. Bimbingan Konseling Paduan Guru BK dan Guru
Umum, Yogyakarta: Gava Media.