Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Menurut pendapat para ahli jiwa, yang mengendalikan
tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh
dan terbentuk dari pengalaman - pengalaman yang dilaluinya
sejak lahir. Bahkan mulai dari dalam kandungan ibunya sudah
ada pengaruh terhadap kelakuan si anak dan terhadap kesehatan
mentalnya pada umumnya. Dengan memberikan pengalaman
pengalaman yang baik, nilai - nilai moral yang tinggi, serta
kebiasaan -kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama sejak
lahir, maka semua pengalaman itu akan menjadi bahan dalam
pembinaan kepribadian. Kepribadian merupakan kebiasaan yang
mendapatkan
keterampilan
keterampilan
gerak
dan
kemampuan untuk mempergunakannya secara sadar.
Berangkat dari pemahaman bahwa Islam merupakan
sumber utama dalam membentuk pribadi muslim yang baik,
membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada
Allah Swt., menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya
dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi
maupundalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri
serta
bersama-sama
bertanggung
jawab
atas
pembangunan bangsa. Allah berfirman dalam surat asy-Syam
[91]: 7-10, yang artinya sebagai berikut: Para Nabi diutus untuk
membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang
hakiki dan juga sebagai figure konselor yang sangat
mumpunidalam memecahkan permasalahan. Problem solving,
yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari
tipu daya setan. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :Dengan
kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai
dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus
member konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam
menghadapi perjalanan kehidupanyang sebenarnya.
Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa
yangmenjadi fasik dan ada pula jiwa yang menjadi takwa,

tergantung kepada manusiayang memilikinya. Ayat ini


menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun
orang lain, dengan kata lain membimbing ke arah mana
seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk.
I.2

I.3

Rumusan Masalah
1. Apa Tujuan Bimbingan
2. Apa Tujuan Bimbingan
3. Apa Tujuan Bimbingan
4. Apa Tujuan Berkaitan
Konseling ?

Konseling Agama ?
dan Konseling Perkembangan ?
dan Konseling di Sekolah ?
dengan Aspek/Bidang Bimbingan dan

Tujuan Pembuatan Makalah


1. Sesuai dengan apa yang terdapat dalam latar belakang
masalah, rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan
pembuatan makalah ini adalah: Makalah dibuat untuk
mempermudah mahasiswa dalam proses belajar mengajar di
kampus khususnya mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Agama.
2. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah kuliah Bimbingan dan Konseling Agama.
3. Mengetahui
Tujuan
Bimbingan
Konseling
Agama,
Perkembangannya dan di sekolah
4. Mengetahui
Tujuan
Berkaitan
dengan
Aspek/Bidang
Bimbingan dan Konseling

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Tujuan Bimbingan Konseling


A. Tujuan BK Agama

Dalam perjalanan hidup, karena berbagai faktor atau latar


belakang manusia selalu berhadapan dengan masalah (problem),
yaitu menghadapi adanya kesenjangan antara yang seharusnya
(ideal) dengan yang senyatanya. Orang yang mengahadapi
masalah, lebih-lebih jika berat, maka orang yang bersangkutan
tidak merasa bahagia. Maka bimbingan berusaha membantu
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Bimbingan dan konseling Islami berusaha membantu
individu agar bisa hidup bahagia, bukan saja di dunia, melainkan
juga di akhirat.
Tujuan umum konseling agama Tujuan umum dari konseling
agama adalah membantu klien agar ia memiliki pengetahuan
tentang posisi dirinya melakukan sesuatu perbuatan yang
dipandang baik, benar dan bermanfaat untuk kehidupannya di
dunia dan untuk kepentingan akhirat.
Tujuan khusus konseling agama antara lain
=
1. Untuk membantu klien agar tidak menghadapi masalah.
2. Jika orang terlanjur bermasalah,maka konseling di lakukan
dengan tujuan membantu klien agar dapat mengatasi masalah
yang di hadapi

3. Kepada klien yang sudah berhasil disembuhkan,maka


konseling agama bertujuan agar klien dapat mengembangkan
potensi dirinya supaya tidak menjadi sumber masalah bagi
dirinya dan bagi orang lain.
http://mayfianasetyo.blogspot.com/2011/06/makalahaga
ma
Tujuan dari bimbingan, konseling, dan tujuan bimbingan dalam
islam, yaitu:
1. Tujuan Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu
dapat:
a. Merencanakan
kegiatan
penyelesaian
studi,
perkembangan karier, serta kehidupannya di masa
yang akan datang.
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin
c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerja
d. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi
dalam
studi,
penyesuaian
dengan
lingkungan
pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja.
2. Tujuan Konseling
Menurut Shertzer dan Stone tujuan konseling, yaitu:
a. Mengadakan perubahan perilaku pada klien sehingga
memungkinkan
hidupnya
lebih
produktif
dan
memuaskan.
b. Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang
positif.
c. Penyelesaian masalah
d. Mencapai keefektifan pribadi
e. Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang
penting bagi dirinya.
3. Tujuan Bimbingan Konseling dalam Islam
a. Tujuan umum
bimbingan konseling Islam Membantu individu
mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
b. Tujuan khusus bimbingan konseling Islam

1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,


kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental.
2) Untuk menghasilkan kesopanan tingkah laku yang dapat
memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan
alam sekitarnya
3) Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada
individu sehingga muncul dan berkembang rasa
toleransi. Kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa
kasih sayang
4) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri
individu sehingga muncul dan berkembang rasa
keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya,
ketulusan
mematuhi
segala
perintah-Nya
serta
ketabahan menerima ujian-Nya
5) Untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga dengan
potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai
khalifah dengan baik dan benar, ia dapat dengan baik
menanggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat
memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi
lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
6) Membantu
individu/kelompok
individu
mencegah
timbulnya
masalah-masalah
dalam
kehidupan
keagamaan, antara lain dengan cara :
Membantu individu menyadari fitrah manusia
Membantu
individu
mengembangkan
fitrahnya
(mengaktualisasikannya)
Membantu individu memahami dan menghayati
ketentuan dan petunjuk Allah dalam kehidupan
keagamaan
Membantu individu menjalankan ketentuan dan
petunjuk Allah mengenai kehidupan keagamaan.
7) Membantu
individu
memecahkan
masalah
yang
berkaitan dengan kehidupan keagamaannya, antara lain
dengan cara :
Membantu individu memahami problem yang
dihadapinya;
Membantu individu memahami kondisi dan situasi
dirinya dan lingkungan;

Membantu individu memahami dan menghayati


berbagai cara untuk mengatasi problem kehidupan
keagamaannya sesuai dengan syariat Islam;
Membantu individu menetapkan pilihan upaya
pemecahan problem keagamaan yang dihadapinya.
Membantu individu memelihara situasi dan kondisi
kehidupan keagamaan dirinya yang telah baik agar
tetap baik dan atau menjadi lebih baik.
Untuk mengungkapkan kemampuan dasar mentalspiritual dan agama dalam pribadi anak agar
diaktualisasikan dan difungsionalkan menjadi tenaga
pendorong (motivator) bagi peningkatan proses
kegiatan belajar mengajar anak didik.
Berusaha meletakkan kemampuan mental-spiritual
tersebut sebagai benteng pribadi anak didik dalam
menghadapi tantangan dan rongrongan dari luar
dirinya, baik yang berbentuk mental maupun yang
berbentuk material.
Berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada
hubungan dalam empat arah yaitu dengan Tuhannya,
dengan masyarakatnya, dengan alam sekitarnya dan
dengan dirinya sendiri sehingga menjadi pola hidup
yang bersendikan nilai- nilai agamanya.
Berusaha mencerahkan kehidupan batin sehingga
segala kesulitan yang dihadapi, akan mudah diatasi
dengan kemampuan mental rohaniahnya.
http://izzamuanies.blogspot.com/2012/11/tujuanbimbingan- konseling-agama.html

B. Tujuan BK Perkembangan
BK perkembangan adalah Proses bantuan yang proaktif dan
sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat
perkembangan yang optimal, pribadi yang efektif produktif, dan
keberfungsiannya di dalam lingkungan melalui interaksi yang
sehat.

Definisi diatas juga tertuang pada Visi bimbingannya. Visi


bimbingan perkembangan bersifat edukatif, pengembangan dan
outreach. Edukatif karena titik berat layanan bimbingan
perkembangan
ditekankan
pada
pencegahan
dan
pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun
layanan tersebut tidak diabaikan. Pengembangan karena titik
sentral sasaran bimbingan perkembangan adalah perkembangan
optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan upaya
pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui
rekayasa lingkungan perkembangan. Outreach karena target
populasi layanan bimbingan perkembangan tidak terbatas pada
individu yang bermasalah, tetapi semua individu berkenaan
dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks
kehidupan.
Tujuan Bimbingan dan Konseling Perkembangan Menurut
(Pedoman Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia, 2007) :
1. Membantu individu untuk mencapai perkembangan
optimal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, kemampuan,
bakat, minat, dan cita-citanya.
2. Mengenal lingkungan dirinya yang meliputi lingkungan
pendidikan, pekerjaan, sosial kemasyarakatan, dan
alam.
3. Membuat keputusan dan pilihan secara realistis.
4. Merumuskan rencana pribadinya yang berkaitan dengan
rencana pendidikan, karir, dan rencana kehidupan
lainnya
5. Mewujudkan potensi dan mengembangkan minat dan
cita-citanya.
6. Membantu individu agar dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial,
akademik, dan karir.
http://ulankeyla.blogspot.com/2010/11/bimbingankonseling-perkembangan.html
C. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah, yaitu antara lain
untuk memberikan perkembangan seluruh kepribadian dan
kemampuan siswa.
1. Agar mempunyai kecakapan secara maksimal,
7

2. untuk berani menghadapi problema hidup, dan


kehidupan dengan wajar, tanpa merasa tertekan.
3. Kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan
menemukan solusi.
4. Kecakapan hidup (life skill),
https://bundabeka07.wordpress.com/2011/12/11/tujuanbimbingan-dan-konseling-di-sekolah/
2.2
Tujuan Berkaitan dengan Aspek/Bidang Bimbingan dan
Konseling
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek
pribadi- sosial konseli adalah:
a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilainilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan
dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja,
maupun masyarakat pada umumnya.
b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain,
dengan saling menghormati dan memelihara hak dan
kewajibannya masing- masing.
c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang
bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah)
dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan
mampu meresponnya secara positif sesuai dengan
ajaran agama yang dianut.
d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara
objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan
keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun
psikis.
e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri
dan orang lain.
f. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara
sehat
g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau
menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau
harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang
diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas
atau kewajibannya.
h. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human
relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan

persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan


sesama manusia.
i. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik
(masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri)
maupun dengan orang lain.
j. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
secara efektif.
2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek
akademik (belajar) adalah :
a. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek
belajar, dan memahami berbagai hambatan yang
mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti
kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar,
mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan
aktif
mengikuti
semua
kegiatan
belajar
yang
diprogramkan.
c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif,
seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan
kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri
menghadapi ujian.
e. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan
perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal
belajar, mengerjakan tugas- tugas, memantapkan diri
dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha
memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam
rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas. 6)
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk
menghadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek
karir adalah :
a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan
kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
b. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan
informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi
karir.
c. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti
mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa

d.

e.

f.

g.

h.

merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan


sesuai dengan norma agama.
Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan
menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau
keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita
karirnya masa depan.
Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir,
dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan
(persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis
pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu
merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh
peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan
kondisi kehidupan sosial ekonomi.
Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan
arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi
seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan
dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan
karir keguruan tersebut.
Mengenal
keterampilan,
kemampuan
dan
minat.
Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat
dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.
http://tholearies.blogspot.com/2014/02/bimbingankonseling-pengertian-tujuan.html

2.3 Aspek aspek Konseling Agama


A. Landasan Filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani
yaitu filo (philos) yang berarti cinta dalam arti yang seluasluasnya yaitu ingin mengetahui segala sesuatu, dan sofia
(shopos) yang berarti kebijaksanaan atau hikmah. Jadi,
filsafat berarti cinta terhadap kebijaksanaan atau hikmah
atau ingin mengetahui segala sesuatu secara mendalam.
Pelayanan
bimbingan
dan
konseling
meliputi
serangkaian kegiatan atau tindakan yang dilakukan dengan
tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran
filosofis tentang berbagai hal yang terkait dengan pelayanan
bimbingan dan konseling. Pemikiran dan pemahaman
filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan
bimbingan dan konseling, dan membantu konselor dalam
10

memahami situasi konseling dalam membuat keputusan


yang tepat.
Beberapa pemikiran filosofis yang terkait dalam
pelayanan bimbingan dan konseling yaitu tentang hakikat
manusia, tujuan dan tugas kehidupan.
1. Hakikat Manusia
Para ahli telah menciptakan berbagai macam
teori tentang hakikat manusia. menurut Alblaster
dan Lukes manusia adalah makhluk rasional yang
mampu berpikir dan menggunakan ilmu untuk
meningkatkan perkembangan dirinya. Manusia dapat
mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
dengan kemampuan yang ada pada dirinya, dan
manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi
pribadi yang baik dan buruk.
Jadi, hakikat manusia adalah manusia bebas
mengembangkan diri setinggi-tingginya dengan ilmu
yang dimiliki dan bebas dalam menentukan
kehidupannya sendiri namun tetap berpegang pada
norma-norma
agama.Manusia
pada
dasarnya
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan setiap
permasalahan dengan potensi yang ada dalam
dirinya sendiri
.
2. Tujuan dan Tugas Kehidupan
Secara naluriah manusia memiliki kebutuhan
untuk hidup bahagia, sejahtera, nyaman, dan
menyenangkan. Manusia selama hidupnya selalu
mengejar kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
Menurut Prayitno dan Erman Amti mengemukakan
model Witner dan Sweeney tentang kebahagiaan
dan
kesejahteraan
hidup
serta
upaya
mengembangkan
dan
mempertahankannya
sepanjang hayat. Menurut mereka,
ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat itu
ditandai dengan lima kategori tugas kehidupan,
yaitu sebagai berikut :
a) Spiritualitas

11

Dalam kategori ini terdapat agama


sebagai sumber inti bagi hidup sehat. Pada
dasarnya
agama
memang
mencari
kedamaian, mengharapkan bimbingan diri,
dan mengadakan kontak dengan kekuatan
yang menguasai alam semesta melalui
sembahyang, meditasi, zikir, dan upacara
keagamaan lainnya.
Dimensi lain dari aspek spiritual adalah
kemampuan manusia memberikan arti
kepada kehidupannya, optimisme terhadap
kejadian-kejadian yang akan datang dan
diterapkannya nilai-nilai dalam hubungan
antar orang serta dalam pembuatan
keputusan.
b) Pengaturan Diri
Seseorang yang mengamalkan hidup
sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri antara
lain :
a. rasa diri berguna,
b. pengendalian diri,
c. pandangan realistik,
d. spontanitas dan kepekaan emosional,
e. kemampuan rekayasa intelektual,
f. pemecahan masalah,
g. kreativitas,
h. kemampuan humor, dan
i. kebugaran jasmani dan kebiasaan
hidup sehat.
Dengan ciri-ciri tersebut seseorang
akan
mampu
mengkoordinasikan
hidupnya
melalui
pengarahan,
pengendalian dan pengelolaan diri
sendiri demi peningkatan dirinya sesuai
dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat luas.
c) Bekerja
Manusia bekerja berkenaan dengan
kondisi
psikologis
maupun
sosial
12

ekonominya
karena
suatu
kebutuhan
psikologis atau suatu kebutuhan sosial
dapat digunakan untuk mencapai kemajuan
atau pengakuan di masyarakat.
Dengan
bekerja,
seseorang
akan
memperoleh keuntungan ekonomis seperti
terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan,
dan papan. Keuntungan psikologis, dengan
bekerja seseorang dapat menimbulkan rasa
percaya diri, pengendalian diri, perwujudan
diri, dan berguna bagi orang lain.
Dengan bekerja juga seseorang memiliki
keuntungan
sosial,
dengan
bekerja
seseorang dapat berinteraksi dengan orang
lain,
memilki
status
dan
menjalin
persahabatan. Sebaliknya, seseorang yang
tidak mau bekerja biasanya adalah orang
yang kurang berani menghadapi tantangan
untuk mencapai kebahagiaan hidup.
d) Persahabatan
Persahabatan
merupakan
hubungan
sosial baik antara individu maupun dalam
masyarakat
secara
luas
yang
tidak
melibatkan unsur-unsur perkawinan dan
keterikatan ekonomis.
Persahabatan
memberikan
tiga
keutamaan kepada hidup yang sehat, yaitu :
a. Dukungan emosional kedekatan,
perlindungan,
rasa
aman,
kegembiraan;
b. Dukungan keberadaan penyediaan
kebutuhan fisik sehari-hari, bantuan
keuangan; dan
c. Dukungan informasi pemberian data
yang diperlukan, petunjuk, peringatan,
dan nasihat.
Keuntungan
tersebut
memberikan
banyak manfaat untuk hidup sehat.
Penelitian menunjukkan adanya keterkaitan
antara keadaan sakit sesorang, tidak
memiliki semangat hidup dan hidup yang
13

tidak bahagia dengan kegagalan dalam


menjalin persahabatan dengan orang lain.
e) Cinta
Dengan cinta hubungan seseorang
dengan orang lain cenderung menjadi lebih
intim, saling mempercayai, saling terbuka,
saling bekerjasama, dan saling memberikan
komitmen yang kuat satu sama lainnya.
Penelitianm
Flanagan
(1978)
mengungkapkan bahwa pasangan hidup
(suami istri), anak dan teman-teman
merupakan
tiga
pilar
utama
bagi
keseluruhan
penciptaan
kebahagiaan
manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Perkawinan dan persahabatan menjadi
prasyarat kebahagiaan seseorang.
Hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia adalah
hasil olah pikir atau nalar manusia yang mempunyai
implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling. Konselor
harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang filsafat
manusia agar memiliki pedoman yang akurat dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien
kearah
kehidupan
yang
sesuai
dengan
nlai-nilai
kemanusiaan yang dimiliki klien.
Jadi pelayanan bimbingan dan konseling harus sesuai
dengan nilai-nilai pancasila yang sesuai dengan fitrah
manusia itu sendiri yaitu sebagai makhluk Tuhan yang
bermartabat.
B. Landasan Religius
Landasan Religius bimbingan dan konseling pada
dasarnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan
dengan segenap kemuliaannya menjadi faktor sentral upaya
bimbingan dan konseling (Prayitno dan Erman Amti, 2003).
Pembahasan landasan religius ini, terkait dengan upaya
memasukkan nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan
konseling. Pendekatan bimbingan dan konseling yang
terintegrasikan di dalamnya dimensi agama, ternyata
sangat disenangi oleh masyarakat.

14

Terkait dengan maksud tersebut, maka konselor


dituntut memiliki pemahaman tentang hakikat manusia
menurut agama dan peran agama dalam kehidupan umat
manusia. Sehubungan dengan hal itu maka pada uraian
berikut akan dibahas mengenai hakikat manusia menurut
agama, peranan agama, dan persyaratan konselor.
1. Hakikat Manusia
Menurut Agama sifat hakiki manusia adalah
makhluk beragama (homo religius), yaitu makhluk
yang mempunyai fitrah untuk memahami dan
menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari
agama, serta sekaligus menjadikan kebenaran
agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya.
Manusia juga bisa dikatakan sebagai makhluk
yang memiliki motif beragama, rasa keagamaan,
dan
kemampuan
untuk
memahami
serta
mengamalkan nilai-nilai agama. Fitrah manusia inilah
yang membedakan manusia dari makhluk lainnya,
dan juga yang mengangkat derajatnya disisi Tuhan.
Fitrah beragama merupakan potensi yang arah
perkembangannya tergantung pada kehidupan
beragama lingkungan terutama lingkungan keluarga.
Kemampuan individu untuk dapat mengembangkan
segala potensi keagamaannya tidak terjadi secara
otomatis atau berkembang dengan sendirinya, tetapi
memerlukan bantuan orang lain, yaitu memiliki
pendidikan agama (bimbingan, pengajaran, dan
pelatihan), terutama dari orang tuanya sebagai
pendidik pertama dan utama di lingkungan keluarga.
Hakikat manusia adalah makhluk Allah, yang
berfungsi sebagai hamba dan khalifahnya. Sebagai
hamba manusia mempunyai tugas suci, yaitu ibadah
atau mengabdi kepada-Nya. Sebagai khalifah,
manusia mempunyai kewajiban atau amanah untuk
menciptakan dan menata kehidupan yang bermakna
bagi kesejahteraan hidup bersama (rahmatan
lilalamiin).
2. Sikap Keberagamaan
Kehidupan beragama merupakan gejala yang
universal. Pada bangsa-bangsa dan kelompok15

kelompok manusia dari zaman ke zaman senantiasa


dijumpai praktek-praktek kehidupan beragama. Di
dunia Barat, agama tidak dipilah dan dipisah secara
tegas dari fisafat. Padahal inti ajaran agama adalah
firman-firman Tuhan dan filsafat adalah hasil pikiran
manusia. Akibatnya adalah manusia akan berbuat
segala sesuatu tanpa batasan apapun, namun
kadangkala segala kebebasan itu justru menyalahi
kaidah-kaidah agama/filsafat.
Sikap pemerosotan dan pengabaian nilai-nilai
agama akan mengakibatkan kemerosotan kemuliaan
kehidupan manusia dipandang dari tuntutan Tuhan
berdasarkan firman-Nya. Kemajuan IPTEK tidak
dapat mengatasi kemerosotan tersebut, bahkan
justru dapat memperparahnya. Sikap keberagamaan
menjadi tumpuan bagi keseimbangan hidup dunia
dan akhirat.
3. Peranan Agama
Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia
telah memberikan petunjuk tentang berbagai aspek
kehidupan,
termasuk
pembinaan
atau
pengembangan mental(rohani) yang sehat. Sebagai
petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai
mentalnya yang sehat, agama berfungsi sebagai
berikut.
a) Memelihara fitrah
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah
(suci). Namun manusia juga memiliki hawa
nafsu dan ada syetan yang selalu menggoda
manusia.
Agar manusia dapat mengendalikan
hawa nafsunya dan terhindar dari godaan
syetan, maka manusia harus beragama dan
bertakwa kepada Allah SWT dengan beriman
dan beramal shaleh, melaksanakan segala
perintahnya
dan
menjauhi
segala
larangannya.
b) Memelihara Jiwa
Agama
sangat
menghargai
harkat,
martabat dan kemuliaan manusia. Dalam
memelihara kemuliaan jiwa manusia, agama
16

mengharamkan dan melarang manusia


melakukan penganiayaan, penyiksaan, atau
pembunuhan, baik terhadap dirinya sendiri
maupun orang lain.
c) Memelihara Akal
Allah telah memberikan karunia kepada
manusia yang tidak diberikan kepada
makhluk lainnya, yaitu akal. Dengan akal
inilah manusia memiliki kemampuan untuk
membedakan yang baik dan buruk atau
memahami
dan
menerima
nilai-nilai
agama.dan mengembangkan ilmu dan
teknologi
atau
mengembangkan
kebudayaan. Melalui kemampuan inilah
manusia
dapat
berkembang
menjadi
makhluk yang berbudaya (beradab). Karena
pentingnya akal ini agama memberi
petunjuk
kepada
manusia
untuk
mengembangkan dan memeliharanya.
d) Memelihara Keturunan
Agama mengajarkan kepada manusia
tentang cara memelihara keturunan atau
sistem regenerasi yang suci. Aturan atau
norma agama untuk memelihara keturunan
itu adalah pernikahan. Salah satu peranan
agama
adalah
sebagai
terapi
(penyembuhan) bagi gangguan kejiwaan.
Agama
memegang
peranan
sebagai
penentu dalam proses penyesuaian diri.
Agama memberikan suasana psikologis
tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi,
dan ketegangan lainnya, dan memberikan
suasana
damai
dan
tenang.
Agama mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap kesehatan mental individu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
individu tidak akan mencapai atau memiliki
mental
yang
sehat
tanpa
agama.
Memberikan pelayanan bimbingan yang
memasukkan di dalamnya nilai-nilai agama

17

seharusnya mendapat perhatian dari para


konselor atau pembimbing. Pendidikan
agama harusnya diutamakan sebab dari
agama terkandung nilai-nilai moral, etik dan
pedoman hidup sehat yang universal dan
abadi sifatnya.
4. Persyaratan Konselor
Landasan religius dalam bimbingan dan
konseling mengimplikasikan bahwa konselor sebagai
helper pemberi bantuan dituntut untuk memiliki
pemahaman akan nilai-nilai agama, dan komitmen
yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupannya sehari-hari, khususnya dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling
kepada klien atau peserta didik.
Konselor
seharusnya
menyadari
bahwa
memberikan layanan bimbingan dan konseling
merupakan salah satu kegiatan yang bernilai ibadah,
karena di dalam proses pemberian bantuan
terkandung nilai amar maruf nahi munkar
(menganjurkan kebaikan dan mencegah keburukan).
Agar layanan bantuan yang diberikan itu
bernilai ibadah, maka kegiatan tersebut harus
didasarkan kepada keikhlasan dan kesabaran.
Agar penerapan nilai-nilai agama dalam layanan
bimbingan dan konseling berlangsung secara baik,
maka konselor dipersyaratkan untuk memiliki
pemahaman dan pengamalan agama klien yang
berbeda dengan agama yang dianutnya.
C. Landasan Psikologis
Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku
individu. Landasan psikologis dalam bimbingan dan
konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah
laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Tingkah laku tersebut perlu di ubah dan
dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalahmasalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuantujuan ynag dikehendakinya.
Pada uraian berikut dibahas beberapa aspek
psikologis
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
18

perkembangan pribadi yang perlu dipahami oleh konselor


atau pembimbing agar dapat memberikan layanan
bimbingan dan konseling secara akurat dan bijaksana
dalam upaya memfasilitasi individu, atau peserta didik
mengembangkan potensi dirinya secara optomal.
1. Motif dan Motivasi
Salah satu aspek psikis yang perlu diketahui
adala motif, karena motif sangat berperan dalam
tingkah laku individu. Setiap tingkah laku individu
memiliki motif yang melandasi mengapa ia
melakukan segala sesuatu itu.
Motif adalah dorongan yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku. Suatu tingkah laku
yang didasarkan pada motif tertentu tidaklah
bersifat acak atau sembarangan, melainkan
mengandung isi atau tema sesuai dengan motif
yang mendasarinya. Motif yang sedang aktif
disebut
motivasi,
motivasi
erat
sekali
hubungannya dengan perhatian.Tingkah laku yang
didasari oleh motif tertentu biasanya terarah pada
suatu objek yang sesuai dengan isi atau tema
kandungan motifnya.
2. Pembawaaan dan Lingkungan
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan
membawa kondisi mental dan fisik tertentu.
Karekteristik individu diperoleh melalui pewarisan
dari pihak orangtuanya. Karakteristik tertentu
menyangkut fisik (seperti struktur tubuh, warna
kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau sifatsifat mental (seperti emosi, kecerdasan, dan
bakat).
Keturunan merupakan aspek individu yang
bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk
berkembang. Seberapa jauh perkembangan
individu itu terjadi dan bagaimana kualitas
perkembangannya, bergantung pada kualitas
keturunan dan linkungan yang mempengaruhinya.
Lingkungan merupakan faktor penting selain
keturunan yang menentukan perkembangan

19

individu. Lingkungan itu meliputi fisik, psikis,


sosial, dan religius.
3. Perkembangan Individu
Lingkungan
merupakan
faktor
penting
disamping
keturunan
yang
menentukan
perkembangan
individu.
Untuk
mencapai
perkembangan yang baik harus ada asuhan
terarah.
Asuhan dalam perkembangan dengan melalui
proses
belajar
sering
disebut
pendidikan.
Bimbingan dan konseling sebagai komponen
pendidikan
merupakan
pemberian
layanan
bantuan
kepada
individu
dalam
upaya
mengembangkan potensi diri atau tugas-tugas
perkembangannya secara optimal.
Berbagai teori tentang perkembangan individu
telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut
Havighurts, definisi tugas pekembangan adalah
suatu tugas yang muncul pada periode tertentu
dalam kehidupan seseorang, yang kesuksesan
penyelesaiannya akan mengantarkan orang
tersebut ke keadaan bahagia, dan kegagalan
penyelesaiannya
akan
menyebabkan
orang
tersebut tidak bahagia, tidak diterima oleh
masyarakat, dan mengalami kesulitan dalam
menjalani
tugastugas
berikutnya(dalam
Shertzer dan Stone, 1968).
Menurut
Havighurts
tugas-tugas
perkembangan tersusun menurut suatu pola
tertentu dan secara keseluruhan saling berkaitan.
Tugas-tugas perkembangan tersebut dibentuk
oleh unsur-unsur biologis, psikologis, dan kultural
yang ada pada diri dan lingkungan individu.
4. Belajar, Balikan dan Penguatan
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai
sesuatu
yang
baru
dengan
memanfaatkan apa yang sudah ada pada diri
idividu.Pengetahuan tentang hasil belajar (baik
yang yang diketahui sendiri maupun yang berasal
20

dari orang lain) merupakan balikan (feedback)


bagi individu yang belajar. Untuk keperluan itu,
individu memerlukan penguatan (reinforcement).
Semakin penguatan sering dilakukan, maka
kemungkinan individu tersebut akan melanjutkan
dan meningkatkan upaya belajarnya, sampai ia
memiliki kebiasan belajar yang baik.
5. Kepribadian
Sering dikatakan bahwa ciri seseorang adalah
kepribadiannya. Mengenai pengertian kepribadian
ini, para ahli psikologi umumnya memusatkan
perhatian pada faktor- faktor fisik dan genetika,
berfikir dan pengamatan, serta dinamika motivasi
dan perasaan (Mussen & Rosenzweiq, 1973).
Agar perkembangan pribadi peserta didik dapat
berlangsung dengan baik dan terhindar dari
munculnya masalah-masalah psikologis, maka
kepada mereka perlu diberi bantuan yang sifatnya
pribadi. Upaya bantuan yang dapat memfasilitasi
perkembangan peserta didik melalui pendekatan
psikologis
adalah
layanan
bimbingan
dan
konseling.
Bagi konselor memahami aspek-aspek psikologis
pribadi klien merupakan tuntutan yang mutlak,
karena pada dasarnya layanan bimbingan dan
konseling merupakan upaya untuk memfasilitasi
perkembangan aspek-aspek psikologis, pribadi
atau prilaku klien, sehingga mereka memiliki
pencerahan diri dan mampu memperoleh
kehidupan yang bermakna dengan kehidupan
yang maslahat dan sejahera baik bagi dirinya
sendiri
maupun
orang
lain.
Demikianlah,
pemahaman terhadap masalah perkembangan
dengan prinsip-prinsipnya merupakan kebutuhan
yang mendasar bagi pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling.

21

22

Anda mungkin juga menyukai