Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 6:

1) Erica Yuliani P. 15000119110040

2) Audrey Putri K. 15000119120044

3) Intan Nabila Nurazizah 15000119130096

4) Utami Aridianti 15000119140108

Rangkuman Pertanyaan dan Jawaban Kelompok 6

Gangguan Perilaku Abnormal Pada Anak-anak dan Remaja I: Gangguan Spektrum


Autisme, Disabilitas Intelektual, Gangguan Belajar dan Gangguan Komunikasi

1. Adhwaa (20002) : Terima kasih atas pemaparannya, kelompok presenter. Saya izin
bertanya, berarti apakah betul anak dengan gangguan autisme tetap dapat merasakan
emosi? lalu, sejauh mana mereka dapat melakukan pengelolaan emosi tersebut meskipun
ditemukan bahwa bagian otak yang berfungsi mengendalikan pusat memori dan emosi
berukuran lebih kecil dibanding anak normal lainnya?

Jawaban

Dikutip dari lifestyle.kompas.com, anggapan bahwa anak autis tidak dapat merasakan
emosi adalah mitos. Anak autis sebenarnya juga merasakan emosi yang sama seperti anak
lain jika dihadapkan pada situasi-situasi tertentu, namun keterbatasan dam mengendalikan
pusat memori dan emosi membuat mereka kesulitan untuk memahami dan mengendalikan
emosi yang dirasakan. Mereka juga memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan
emosinya, sehingga terkesan tidak dapat merasakan emosi di mata orang lain. Semoga
menjawab, jika ada tambahan dari teman kelompok saya persilakan
Tambahan Jawaban

Saya Erica yuliani izin menambah kan, untuk pengelolaan emosi anak autisme mengalami
kesulitan dalam pengelolaan emosi yang harus diekspresikan terhadap rangsangan yang
diberikan pendamping,sehingga terjadinya ketidakstabilan yang membuat anak menjadi
labil.Pemahaman emosi pada diri anak memang tidak mudah, namun awaldari
pengendalian emosi yaitu mampu mengenali ekspresi diri sehingga anak dapat memahami
emosi sesuai dengan tahapan usia. Emosi dibentuk dari kematangan anak dalam memahami
konsep diri, sehingga pembekalan emosi sejak dini sehingga anak akan mampu mengenali
emosi dalam dirinya. Agar dapat mengembangkan pemahaman pada sisi psikologis anak
agar anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan. Penangganan pada kesulitan
belajar dapat menjadi bahan untuk memberikan stimulus yang sesuai dengan tahap
perkembangan pada anak.

Pertanyaan lanjutan

Menarik ya, berarti sebetulnya ketika agen di sekitarnya mungkin kesal atau menunjukkan
ekspresi yang tidak mengenakkan, mereka dapat mengidentifikasinya karena mereka jg
merasakan emosi.

Meskipun begitu, yang menjadi perhatian adalah mereka masih kesulitan menerapkan
kemampuan pengelolaan emosi dalam hal pengekspresiannya dengan tepat. Hal tersebut
dapat diatasi dengan perlunya pemberian latihan mulai dari pemahaman terhadap emosi
yang ada terlebih dahulu.

Berarti dapat diasumsikan mereka juga kurang bisa memahami emosi yang dirasakan yaa
makanya kesulitan mengekspresikan?

Jawaban

mohon maaf untuk pertanyaan lanjutan ini terlewat belum terjawab. Menurut kelompok
kami pernyataan adhwa bisa dibilang sudah sesuai.
2. Shinta Nihayassifa 15000119120046 dari kelompok 13. Izin bertanya mengenai
gangguan autisme, dari beberapa kasus yang terjadi menurut kelompok 6 pada umur berapa
gejala ini sudah dapat terdeteksi serta apakah gangguan ini dapat disembuhkan ?, jika iya
terapi apa yang sesuai dengan seseorang yang mengalami gangguan autisme. Terimakasih

Jawaban

Sebenarnya dengan berpedoman pada kriteria diagnostic dari DSM-V, orang tua sudah bisa
mendiagnosis seorang anak. Gejala tersebut seharusnya sudah tampak jelas sebelum anak
mencapai usia 3 tahun dimana pada sebagian besar anak sebenernya gejala muncul sejak
lahir. Seorang ibu bisa melihat jika bayinya yang berumur beberapa bulan sudah
menghindari kontak mata, lebih senang main sendiri ataupun tidak responsive terhadap
suara ibunya dna gejala ini akan semakin jelas seiring dengan bertambahnya usia.
(Budhiman, 1997; Sunartini, 2000). Tetapi untuk diagnosis yang lebih akurat orang tua
sebaiknya rutin melakukan check up terhadap perkembangan anaknya di tenaga kesehatan.
Autisme sejauh ini memang belum bisa disembuhkan (not curable) tetapi masih dapat
diterapi (treatable). Menyembuhkan berarti “memulihkan kesehatan, kondisi semula,
normalitas”. Dari segi medis, tidak ada obat untuk menyembuhkan gangguan fungsi otak
yang menyebabkan autisme. Beberapa sindrom autisme berkurang seiring dengan
pertambahan usia anak, bahkan ada yang hilang sama sekali. Dengan intervensi yang tepat,
perilaku-perilaku yang tak diharapkan dari pengidap autisme dapat dirubah. Namun,
sebagian besar individu autistik dalam hidupnya akan tetap menampakkan gejala-gejala
autisme pada tingkat tertentu. Sebenarnya pada penanganan yang tepat, dini, intensif dan
optimal, penyandang autisme bisa normal. Mereka masuk ke dalam mainstream yang
berarti bisa sekolah di sekolah biasa, dapat berkembang dan mandiri di masyarakat.
Kemungkinan normal bagi pengidap autism tergantung dari berat tidaknya gangguan yang
ada

Untuk terapinya itu sendiri bisa disebut dengan manajemen multidisiplin yang terbagi
menjadi non medikamentosa seperti terapi edukasi, perilaku, wicara, okupasi fisik, sesori
integrase, Auditory Integration Training, intevensi keluarga serta medikamentosa seperti
neuroleptik, agonis reseptor alfa adrenergic, beta adrenergic blocker dll.
3. Kurniawati (30322) Berkaitan dengan pertanyaan Adhwa, saya izin bertanya untuk anak
autis yang mengalami tantrum biasanya sangat sulit dikendalikan dan luapan emosinya
sangat hebat (nangis sambil memikul atau tidak segan menyakiti orang yang berusaha
menghentikannya). bagaimana cara anggota keluarga menangi dan menenangkan anak saat
tantrum itu terjadi? Dan memberikan pengertian pada anak untuk bisa mengelola emosi tsb
dengan harapan anak bisa lebih tenang kedepannya? (karena berdasarkan pengalaman
pribadi saya anak autis terkadang sulit sekali mengerti instruksi dan mematuhi perintah)

Jawaban

Benar sekali. Anak dengan autisme yang sedang mengalami tantrum biasanya sangat sulit
dikendalikan. Hal tersebut terjadi karena anak kesulitan dalam berkomunikasi dan
mengungkapkan emosinya. saat menghadapinya, Kuncinya orang tua harus sabar dan harus
jeli dalam melihat situasi serta kondisi. ada beberapa situasi yang mengharuskan anak
dengan autisme memerlukan ruang untuk tantrum sebagai bentuk luapan emosinya.

Cara orang tua dan orang sekitar dalam menghadapi anak yang sedang tantrum orang tua
harus memperhatikan anak, menghindari macam-macam barang berbahaya yang dapat
melukai orang lain, menuju ruangan sepi yang aman dan orang-orang disekitar diminta
untuk tidak menonton atau berkerumun melihat anak yang sedang mengalami tantrum.
selanjutnya, amati hingga anak tersebut mereda diam dengan sendirinya. barulah orang tua
bisa mendekati dengan memegang tangan anak. sebaiknya, anak dengan tantrum tidak
dipeluk namun orang tua dapat memegang kedua tangan anak.

Pengertian pada anak untuk bisa mengelola emosi tersebut dengan harapan anak bisa lebih
tenang. Hal yang paling utama dalam hal ini bertahap dan pelan dalam memberikan
pengertian anak untuk lebih tenang. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua
pertama, ajari anak mengidentifikasi emosi dengan menggunakan bantuan visual seperti
kartu ekspresi wajah dari gambar atau tokoh kartun favorit. Kedua berikan arahan yang
tegas dan jelas. agar anak tidak bingung. ketiga, ubah lingkungan anak ke arah yang lebih
sepi dan nyaman menghindari sensitifitas anak terhadap suara bising. keempat, kenali anak
dan pahami. biasa nya anak autis juga menunjukkan ciri tersendiri apa yang ia sukai dan
memiliki sensitifitas terhadap benda atau sentuhan seperti apa. kelima, latihlan kesabaran
bertahap dan selalu memberikan pujian untuk membuat memori penting agar anak dapat
mengingat suatu hal yang baik sehingga ia akan mengulanginya.

Pertanyaan Lanjutan

Wahh penjelasan yang sangat lengkap Utami, dapat dipahami 😊, kalo boleh saya izin
bertanya lebih lanjut 🙏 Apakah anak dengan autis dapat mencapai kemandirian di usia
dewasa ? Dalam artian bisa mengurus sendiri diri dan kebutuhannya dan mandiri secara
ekonomi dan dapat berkeluarga. Atau apakah memang anak autis harus slalu didampingi ?
Terimakasih banyak 🙏

Jawaban

Hal tersebut bisa saja terjadi, jika seseorang memperoleh pendidikan, terapi dan konseling
yang intensif sehingga dapat menimbulkan dan menanamkan kemampuan bahwa ia dapat
mengatasi masalahnya sendiri. Berdasarkan beberapa video wawancara dengan orang
autisme yang pernah saya tonton, banyak dari mereka yang ketika dewasa memiliki
kehidupan yang cukup normal, seperti memiliki pasangan, pekerjaan, dan mengembangkan
diri sesuai apa yang mereka suka. Dari sini, saya menyimpulkan bahwa anak autis dapat
menumbuhkan kemandirian seiring mereka dewasa, dan memiliki kehidupan yang tak
terlalu jauh berbeda dari orang normal.

Link youtube:

https://youtu.be/NwEH9Ui4HV8

https://youtu.be/JxpEQY-yiOk

4. Radlieta Syifa (40201) izin bertanya, untuk seorang anak dengan disabilitas intelektual
apakah hingga ia tumbuh dewasa akan tetap tidak ada perubahan ataukah dapat mengalami
kemajuan? seperti misal IQ yang bertambah seiring bertambahnya usia atau bagaimana ya?
Dan misalnya dapat mengalami kemajuan, apakah bisa sampai setara dan beriringan dengan
orang normal yg seumuran tanpa disabilitas intelektual tsb atau tidak ya? Terima kasih
sebelumnya

Jawaban

Dari jurnal yang kami temukan tidak ditemukan adanya literatur yang menjelaskan
kemungkinan adanya penamabahan IQ tetapi anak dengan disabilitas intelektual terbagi
menjadi 4 kategori dengan Klasifikasi Rentang IQ

Mild 55-70

Moderate 40-55

Severe 25-40

Profound Dibawah 25

di mana kategori diatas memiliki kemungkinan-kemungkinan untuk melakukan beberapa


keterampilan bila mendapat dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar. Mungkin bila
dikatakan dapat setara dan beriringan dengan orang normal bisa dikatakan belum bisa tetapi
yang paling mendekati orang normal adalah penyandang disabilitas intelektual kategori
mild.

Referensi jurnal:http://eprints.undip.ac.id/50766/3/Oktarisa_Khairiyah_Ar-
rasily_22010112110075_Lap.KTI_Bab_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai