Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PERTEMUAN 9 DAN 10 RPM

Meringkas materi NCDRC UPSI Page tentang Autisme di rentang usia 4-6 Tahun. D
engan pembicara :
 Prof. Madya Dr Hadnah Toran
 Puan Zarina Zainudin
 Ibu Kumala Windya
 Norsayyidanita Che Rozubi
Dalam seminar di ceritakan tentang beberapa kasus autisme yg di derita oleh anak
anak semasa tubuh, ada bebrapa kasus yang terdapat pada seminar dan ada beberapa
point point penting di dalam seminar, di antara pembicaara antara lain:
1. Prof. Madya Dr Hadnah Toran
Berikut adalah poin-poin yang membuat autisme sulit dipahami di kalangan
masyarakat:
1. Autisme atau hidden disabilities, karena anak anak yang mengalami autism
secara visual mereka terlihat normal, tidak menunjukkan ciri-ciri khusus
secara fisik bahwa mereka pengidap autism.
2. Autisme itu beragam. Autisme itu berbagai perbedaan, tidak sama. Maka
nama klinikalnya Autism Spectrum Disorder (ASD). Spektrum yang
dimaksud adalah ciri dari autism yaitu kurang upaya dari segi social
interaksi, social komunikasi, kecacatan imajinasi dimana ada tingkah laku
dan pikiran yang diulang-ulang (obsession). Pada dasarnya anak pengidap
autisme akan memiliki ciri-ciri yang unik dalam diri mereka yang
kemungkinan tidak dimiliki oleh anak yang lain.
3. Comorbidity di mana diartikan dengan disorders not disabilities (Contoh:
Seseorang penderita autisme yang juga memiliki kelainan lain seperti
anxiety, bipolar, dll). Sedangkan disabilities lebih ke contoh seperti buta,
tuli, atau ketidakmampuan melakukan sesuatu.
Banyak orangtua yang mengganggap kenakalan anak contoh suka mengamuk,
menggigit seperti itu dianggap anak autism, sebenarnya seorang anak yang melakukan
kenakalan itu hanya karena kurang didikan dari orangatua. Didikan setiap tipikal anak
berbeda-beda. Jadi tidak semua negative behavior dari seorang anak itu menandakan
bahwa ia mengidap autism. Sedangkan ciri-ciri autisme ada tiga yaitu :
1. kurang upaya dari segi social interaksi,
2. kurang social komunikasi,
3. kecacatan dari pikiran karena imajinasi dimana ada tingkah laku dan
pikiran yang diulang-ulang (obsession)
Bagi para orang tua yang memiliki anak autis dan anak tersebut akan masuk ke
sekolah, ada 6 poin penting yang perlu diperhatikan:
1. Pastikan anak sanggup mengikuti arahan
2. Mengajarkan anak melakukan toilet training
3. Mengajarkan kepada anak mengenai tingkah laku baik di rumah maupun di
luar rumah
4. Latih anak bagaimana duduk di kelas dan menyiapkan tugas
5. Ajarkan anak beraktivitas dengan lingkungan
6. Latih kemampuan dasar
Cara mengajarkan anak autism berkomunikasi dengan sarana gambar. Dengan
gambar cara berkomunikasi anak dengan orangtua akan terasa lebih konkrit. Jika
disajikan gambar, anak penderita autis akan lebih paham akan apa yang orang tua
mereka sampaikan. Peran orang tua sangat penting bagi anak pengidap autis. Orang
tua harus tanggap, mau belajar, dan sigap dalam melakukan interfensi awal agar anak
autis senantiasa mampu berkembang menjadi anak yang mandiri, dan mampu
memberikan kontribusi di masa yang akan datang.

2. Puan Zarina Zainudin


Ibu puan pun bercerita. Bahwa Ia merupakan seorang selebritis Malaysia yang
memiliki 2 orang anak kembar yang menderita autis. Beliau membesarkannya hingga
sekarang kedua anaknya berumur 25 tahun. Sejak berumur 3 tahun dikarenakan pada
saat itu anak tidak mampu berucap seperti anak seusianya.
Puan Zarina juga memberikan saran bagi para orang tua yang anaknya menderita
autis untuk selalu berusaha dan selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya.
Senantiasa ajarkan berbagai aktivitas agar anak terus berkembang dan menjadi
seseorang yang mandiri. Beliau menyampaikan pula bahwa anak autis tetap harus
dijaga dan diawasi oleh orang tua, terlebih anak puan Zarina kembar sehingga sangat
sering kedua anak beliau berkelahi atau mengamuk, maka dari itu harus lebih
diperhatikan. Beliau berpesan kepada para orang tua bahwa walaupun kondisi mereka
yang berbeda namun tetap hargai mereka, beri mereka kasih sayang, ajarkan mereka
menjadi manusia yang mandiri dan mampu menjaga diri nya sendiri terlepas dari
kondisi mereka yang tidak seperti orang normal pada umumnya, dan juga ajarkan
mereka kemampuan dasar untuk menjaga kebersihan diri agar mereka terlihat
sempurna di mata kita dan orang lain, serta tetap semangat dalam mendidik mereka,
lebih mengenal dan terus belajar tentang autisme.

3. Ibu Kumala Windya


Ibu kumala lebih menekanakna relaksasi untuk meredakan emosi saat mengasuh
anak di antaranya adalah :
1. Relaksasi nafas
merupakan pertolongan pertama saat kita risau, cemas, marah, atau pikiran tidak
tenang. Ketika nafas tenang, detak jantung akan tenang, begitu pula dengan peredaran
darah. Sehingga peredaran teratur dan darah yang mengalir ke otak lancar kita akan
dapat berpikir lebih baik. Relaksasi nafas dapat dilakukan dengan nafas perut atau nafas
diafragma dan nafas dada. Nafas perut dapat dilakukan dengan duduk di kursi dengan
nyaman, posisi badan rileks, punggung dapat bersandar di sanddaran kursi selanjutnya
tangan di dada atau perut dan praktikkan tarik nafas dan hembus nafas secara perlahan.
2. Relaksasi dengan panduan imajinasi.
Pikiran yang overethinking dan hal-hal negative menyebabkan tidak bisa
menemukan kedamaian. Relaksasi ini bertujuan untuk mendapatkan kembali kedamaian
itu. Hal ini dapat dilakuakn dengan praktik relaksasi nafas sambal membayangkan
tempat yang indah (pantai, gunung, tepi danau atau tempat di sudut rumah) jika sudah
merasa cukup tenang bisa membuka mata secara berlahan
3. Relaksasi otot.
jika sedang merasa stress akan timbul ketegangan baik di otot maupun kepala, bahu,
tangan, perut, punggung, dan kaki juga merasa tegang. Relaksasi ini berguna untuk
menenangkan otot kita sehingga mengurangi lelah dan capek pada tubuh kita. Relaksasi
otot dapat dilakukan pertama pada wajah, dengan cara mengerutkan wajah pada 10
hitungan lalu perlahan uraikan otot wajah kita sehingga terasa rileks dan tidak kaku,
kembangkan senyum dan lebarkan mata supaya rileks.Otot-otot yang kaku dan
ditegangkan dalam hitungan tertentu akan merilekskan otot tersebut sehingga membuat
nyaman. Seperti otot bahu, otot perut, otot kaki. Akan terasa perbedaan otot yang tadi
kaku dan tegang menjadi tenang dan rileks sehingga nyaman.
ibu kumala memberikan sedikit informasi tentang layanan anak autis diberikan
dalam bentuk pusat terapi. Dari kementrian pendidikan sudah membangun autism centre
di seluruh provinsi di Indonesia. Di Autism Centre ini diharapkan dapat mendeteksi
sejak dini sejak usia 18 bulan atau 2tahun yang memiliki perbedaan sehingga
mendapatkan layanan terapi yang sesuai. Di Autism Centre anak akan
diperiksa,didiagnosa,dan kemudian diberikan terapi (fisioterapi, okupasi terapi, speech
terapi atau behavior terapi) yang tepat agar ketika mereka berusia 6 – 7 tahun
perkembangannya jauh lebih baik dan siap untuk sekolah. Sementara itu layanan
pendidikan untuk penderita autism sendiri dibagi menjadi 2,yaitu : sekolah inklusi dan
sekolah khusus.
Di sekolah inklusi anak-anak autism bisa bergabung dengan tipikal atau anak
normal yang lainnya. Sedangkan di sekolah khusus untuk anak-anak autism dengan
tingkat kecerdasan yang rendah dan belom dapat bergabung dengan anak-anak
tipikal.Para orang tua dianjurkan untuk bisa mengikuti Parenting Centre ataupun
Support Group atau komunitas untuk menambah wawasan bagaimana cara yang tepat
untuk mendidik anak autism.Dukungan masyarakat untuk anak autism di Indonesia
semakin baik. Bahkan saat ini sudah banyak dibuka lapangan pekerjaan untuk mereka
dari pemerintah. Pemerintah dan masyarakat sudah memahami bahwa mereka perlu
mendapatkan keterampilan dan dukungan untuk dapat bersaing dengan manusia yang
normal pada umumnya.
Adanya kesadaran dari seluruh mayarakat terutama saat menghadapi anak autism di
public place, mereka bisa merespon dengan positif dan memahami dan menerima
dengan senang hati membantu sebagaimana mestinya untuk mengatasi anak tersebut
supaya kembali tenang. Teknik rileksasi sebuah latihan yang dapat efektif jika dilakukan
secara teratur,rutin,dan konsisten. Relaksasi imajinasi dan rileksasi otot dapat
disesuaikan dengan kenyamanan masing-masing.Fungsi keduanya adalah untuk melatih
otot syaraf emosi kita agar tidak kaku dan tegang. Relaksasi digunakan untuk first aid
jika stress berlanjut diharapkan untuk konsultasi ke dokter maupun psikolog supaya
terbantu dan dapat problem solving.
Harapannya jika rutin melakukan rileksasi yaitu pikiran kita dan otot kita tenang,
kita pun bisa mengajarkan rileksasi ini kepada anak-anak kita. Caranya bisa dengan
mencari gambar anak yang sedang marah,kemudian carilah gambar seorang anak yang
sedang duduk dengan nyaman,lalu dilanjutkan dengan gambar seorang anak yang
sedang menarik nafas,dan terakhir gambar seorang anak sedang menghembuskan
nafasnya.
Kita bisa menggunakan alat bantu bubble untuk latihan menghembuskan nafas pada
anak. Kita bisa meniupnya secara perlahan agar bisa menghasilkan gelembung sabun
yang bagus. Selain itu kita juga bisa menggunakan kincir yang terbuat dari kertas
ataupun plastik. Jika kincir angin tersebut bisa berputar dengan stabil tandanya anak
tersebut sudah bisa menghembuskan nafas dengan stabil dan baik pula.
Rileksasi imajinasi bisa dilakukan dengan mendengarkan music, instrument, atau
suara gemricik air ataupun mencium aromatheraphy. Dilain sisi,anak autism adalah
peniru yang hebat. Kita bisa mengajarinya rileksasi otot dengan merubah wajah kita
menjadi tegang kemudian berubah menjadi rileks kembali. Kuncinya hanya rutin dan
konsisten.
4. Norsayyidanita Che Rozubi
Isu atau masalah pada orang tua yang memiliki anak autis:
Isu melibatkan diri sendiri. Banyak orang tua yang belum bisa menerima bahwa
anaknya mengidap autis di karenakan mereka selalu membandingkan anaknya dengan
orang lain.
1. Isu mengurus diri sendiri.
Orang tua yang memiliki anak autis tentu saja akan mengalami kehidupan yang
berbeda dan harus menyesuaikan dengan kondisi mereka saat ini. Hal tersebut akan
membuat orang tua terkadang tak mampu untuk mengurus diri sendiri bahkan juga
mengurus anak nya yang menderita autis.
2. Isu melibatkan dukungan.
Kesulitan menerima yang dialami orang tua terhadap anaknya yang autis akan
menyebabkan mereka sukar/sulit memahami kondisi keluarga mereka. Sedangkan
dalam segi masyarakat terdapat banyak persepsi mengenai autisme contohnya anak
bermain gadget sehingga menyebabkan autis, atau film atau cerita-cerita di televisi
mengenai autisme yang tidak tepat mengenai autism. Salah tanggapan autism ini
memberi dampak negative pada orangtua dalam mengurus anak autism.
3. Isu segi keuangan
4. Isu kekurangan ilmu yang dihadapi oleh orang tua. Kurangnya ilmu bagaimana
mengurus dan mendidik anak-anak autism.
Kepada orangtua yang sedang stress atau mempunyai masalah dapat melakukan
rileksasi seperti pada yang diajarkan oleh Ibu Kumala. Namun semua kembali pada diri
kita sendiri, kita perlu sadar bahwa kita harus mengubah diri kita dan menyelesaikan
masalah yang kita hadapi. Pertama, kita semua perlu menerima bahwa semua ini adalah
hikmah yang diberikan kepada kita. Kedua, kita perlu memaafkan diri kita, orang
disekeliling kita, dan tidak menyalahkan diri sendiri. Percayalah itu merupakan takdir
yang telah ditetapkan oleh sang pencipta dan kita merupakan orang yang terpilih dan
kita merupakan kita merupakan individu yang istemwa karena mempunyai anugerah
yang istimewa. Ketiga, kita perlu bersyukur karena diberi kepercayaan dikaruniai anak
yang istimewa. Supaya kita tidak mudah untuk putus asa dan merasa menyerah.
Para orang tua perlu menerima dan bahagia agar supaya ketika menghadapi isu atau
masalah anak yang mengidap autism tidak mudah menyerah dan putus asa. Selanjutnya,
mengubah gaya hidup seperti mencari pendidikan yang sesuai dengan anak autism.
Kemudian untuk para orangtua yang memiliki anugerah anak yang mengidap autism
harus lebih aktif untuk mecari ilmu atau pendidikan mengenai bagaimana cara
membimbing anak autism, jangan mudah memberi “label” pada anak karena dapat
menyebabkan anak lebih menyerap apa yang sudah dilabelkan pada dirinya, jangan
membandingkan dengan anak-anak yang lain. Gunakan pendekatan sentuhan, anak-anak
akan merasa lebih rileks.

Anda mungkin juga menyukai