Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga

penyusun mampu menyelesaikan makalah ini.

Shalawat serta salam kepada sang pendidik sejati Rasulullah SAW, serta

para sahabat, tabi’in dan para umat yang senantiasa berjalan dalam risalahnya.

Dengan terselesainya makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang memberikan sumbangan baik

moral maupun spiritual.

Selanjutnya penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini

banyak terdapat kekurangan, walaupun penyusun sudah berusaha semaksimal

mungkin untuk membuat yang terbaik. Harapan kami, semoga makalah ini dapat

memberi manfaat buat kita semua. Aamiin.

Kendari , 10 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Autisme .............................................................................. 3
B. Apa Saja Klasifikasi Dan Jenis-Jenis Autisme .................................... 4
C. Bagaimana Ciri-Ciri Autisme .............................................................. 5
D. Apa Faktor Penyebab Autisme............................................................. 9
E. Strategi Pendidikan untuk Anak Autisme…………………………… 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Handajo, autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.

Penyandang autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah autisme

baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kenner, sekalipun kelainan ini

sudah ada sejak berabad-abad yang lampau. Autisme adalah gangguan

perkembangan berat yang antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk

berkomunikasi dan berelasi (berhubungan) dengan orang lain. Penyandang

autisme tidak dapat berhubungan dengan orang lain secara berarti karena

antara lain ketidak mampuannya untuk berkomunikasi verbal maupun non-

verbal.

Anak-anak autisme tidak mampu membentuk jalinan emosi dengan

orang lain. Ada banyak hal yang sulit dimengerti oleh pikiran, perasaan dan

keinginan orang lain. Seringkali bahasa maupun pikiran mereka mengalami

kegagalan sehinga sulit komunikasi dan sosialisasi. Merekapun kaku untuk

mengikuti kegiatan rutinitas sehari-hari pola hidup keluarga. Selain itu ada

beberapa autisme merasa sensitif terhadap bunyi atau suara yang terdengar

ditelinga, sentuhan, pandangan mata dan penciuman.

Anak-anak autisme memang normal secara fisik seperti anak

kebanyakan. “Hanya saja, dalam perkembangannya mengalami gangguan.

Gangguan tersebut kemungkinan, yaitu secara awam disebut dengan

gangguan perilaku dan secara medis, susunan syarafnya terganggu.


B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian autisme ?

b. Apa saja klasifikasi dan jenis-jenis autisme ?

c. Bagaimana cirri-ciri autisme ?

d. Apa faktor penyebab autisme ?

e. Strategi Pendidikan untuk Anak Autisme?

C. Tujuan Penelitian

a. Dapat Mengetahui pengertian autisme.

b. Dapat Mengetahui klasifikasi dan jenis autisme.

c. Dapat Mengetahui cirri-ciri autisme.

d. Dapat Mengetahui faktor penyebab autisme.

e. Dapat mengetahui strategi pendidikan untuk anak autisme


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Autisme

Istilah Autisme berasal dari “autos” yang berarti “diri sendiri” dan

“isme” yang berarti “aliran”. Autisme berarti suatu paham yang tertarik

hanya pada dunianya sendiri. Ada pula yang menyebutkan bahwa autisme

adalah gangguan perkembagan yang mencakup bidang komunnikasi,

interaksi, dan perilaku. Gejalanya mulai tampak pada anak sebelum mencapai

usia tiga tahun. Gangguan autistik ditandai dengan tiga gejala utama yaitu

gangguan interakasi sosial, gangguan komunikasi, dan perilaku yang

stereotipik.

Di antara ketiga hal tersebut, yang paling penting diperbaiki lebih

dahulu adalah interaksi sosial. Apabila interaksi mebaik, sering kali gangguan

komunikasi dan perilaku akan membaik secara otomatis. Banyak orang tua

yan mengharapkan anaknya segera bicara. Tanpa interaksi yang baik, bicara

yang sering kali berupa ekolalia, mengulang sesuatu yang di dengarnya.

Komunikasi juga tidak selalu identik denngan bicara. Bisa berkomunikasi

nonverbal jauh lebih baik dibandingkan dengan bicara yang tidak dapat

dimengerti olehnya.

Semantara itu menurut Mudjito dalam Kosasih, autisme ialah anak yang

mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami

berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sesori, pola

bermain, dan emosi. Penyebannya karena antar jaringan dan fungsi otak tidak
biasa-biasa saja. Survei menunjukan, anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu

kalangan ekonomi menengah keatas. Ketika di kandung, asupan gizi ke

ibunya tak seimbang. Hakikatnya, anak autis memerlukan perawatan atau

intervensi terapi secara dini, terpadu, dan instensif. Dengan intervensi terapi

yang sesuai, penyandang autisme dapat mengalami perbaikan dan dapat

mengatasi perilaku autistiknya sehingga mereka dapat bergaul secara normal,

tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat dan dapat hidup mendiri di

masyarakat. Berbagai macam terapi yang dapat menolong.

B. Klasifikasi dan jenis-jenis

1. Autisme persepsi

Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme

internal (endogenous) karena kelainan sudah timbul sebelum lahir, gejala

yang diamati, antara lain:

a. Rangsangan dari luar baik yang kecil maupun yang kuat, akan

menimbulkan kecemasan.

b. Banyaknya pengaruh rangsangan dari orang tua, tidak bisa ditentukan.

c. Pada kondisi begini, baru orang tua mulai peduli atas kelainan

anaknya, sambil terus menciptakan rangsangan-rangsangan yang

memperberat kebingungan anaknya, mulai berusaha mencari

pertolongan

d. Pada saat ini si bapak malah sering menyalahkan si ibu kurang

memiliki keekaan naluri keibuan.


2. Autisme reaktif

Pada autisme reaktif, penderita membuat gerakan-gerakan tertentu

berulang-ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala yang

dapat diamati, antara lain:

1. Autisme ini biasa mulai terlihat pada anak usia lebih besar (6-7

tahun) sebelum anak memasuki tahap berpikir logis. Namun demikian,

bisa saja terjadi sejak usia minggu-minggu pertama.

2. Mempunyai sifat rapuh, mudah terkena pengaruh luar yang timbul

setelah lahir, baik karena trauma fisisk atau psikis. Tetapi bukan

disebabkan karena kehilangan ibu.

3. Setiap kondisi, bisa saja merupakan trauma pada anak yang berjiwa

rapuh ini, sehingga mempengaruhi perkembangan normal kemudian

harinya.

C. Ciri-Ciri Autisme

Anak dengan autisme dapat tampak normal di tahun pertama maupun

tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari

adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang

berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak

tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif

terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima panca inderanya (pendengaran,

sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif

(mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan

mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan.


Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang

lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku

terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan.

Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan

bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para

penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap

informasi sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya,

permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu

pada makanan yang menjadi kesukaan mereka.

Autisme ditandai oleh ciri-ciri utama antara lain:

1. Tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya

2. Tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya

3. Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal

4. Reaksi/pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang.

Menurut Power Danie dalam karakteristik anak dengan autisme

adalah adanya 6 gangguan dalam bidang :

1. Interaksi sosial

2. Komunikasi (bicara dan bahasa)

3. Perilaku – emosi

4. Pola bermain

5. Gangguan sensorik – motorik

6. Perkembangan terlambat atau tidak normal


Menurut Depdiknas mendeskripsikan anak dengan autisme

berdasarkan jenis masalah gangguan yang dialami anak dengan autisme.

Karakteristik dari masing-masing masalah/gangguan itu di deskripsikan

sebagai berikut:

1. Masalah/gangguan di bidang komunikasi dengan karakteristiknya

sebagai berikut:

a. Perkembangan bahasa anak autistic lambat atau sama sekali tidak

ada. Anak tampak seperti tuli, dan sulit bicara.

b. Kadang-kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.

c. Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang, dengan bahasa yang

tidak dapat dimengerti orang lain.

d. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi senang meniru atau

membeo (echolalia)

e. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia

inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.

2. Masalah/gangguan di bidang interaksi sosial dengan karakteristik

berupa:

a. anak autistic lebih suka menyendiri

b. anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau

meghindari tatapan muka atau mata orang lain.

c. Tidak tertarik bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya

maupun yang lebih tua.

d. Bila diajak bermain, anak autistik itu tidak mau dan menjauh.
3. Masalah/gangguan di bidang sensoris degan karakteristiknya berupa:

a. Anak autistik tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka

dipeluk.

b. Anak autistik bila mendengar suara keras langsung menutup

telinga.

c. Anak autistic senang mencium-cium atau menjilat-jilat mainan atau

benda-benda yang ada disekitarnya.

d. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut

4. Masalah/gangguan di bidang pola bermain karakteristiknya berupa:

a. Anak autistic tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.

b. Anak autistik tidak suka bermain dengan teman sebayanya

c. Anak autistik tidak bermain sesuai dengan fungsi mainan, misalnya

sepeda dibalik lalu rodanya diputar.

5. Masalah/gangguan di bidang perilaku karakteristiknya berupa:

a. Anak autistik dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif

(hiperaktif) dan berperilaku berkekurangan (hipoaktif).

b. Anak autistik memperlihatkan stimulasi diri atau merangsang diri

sendiri seperti bergoyang-goyang mengepakan tangan seperti

burung.

c. Anak autistik tidak suka kepada perubahan

d. Anak autistik duduk bengong dengan tatapan kosong.


6. Masalah/gangguan di bidang emosi karakteristiknya berupa:

a. Anak autistic sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-

tawa dan menangis tanpa alasan

b. Anak autistik kadang agresif dan merusak

c. Anak autistik kadang-kadang menyakiti dirinya sendiri

d. Anak autistik tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan

orang lain yang ada di sekitarnya.

D. Faktor Penyebab Terjadinya Autisme.

Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli

menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti

mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa

autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat

bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau

lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan

kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku

dan fisik termasuk autis.

Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang

peranan penting pada terjadinya autistik. Bayi kembar satu telur akan

mengalami gangguan autistik yang mirip dengan saudara kembarnya. Juga

ditemukan beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga besar

mengalami gangguan yang sama.

Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi

yang buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat


menghambat pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi

yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan

interaksi.

Penelitian terungkap juga hubungan antara gangguan

pencernaan dan gejala autistik. Ternyata lebih dari 60 % penyandang autistik

ini mempunyai sistem pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut

berupa susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak tercerna

dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak semua berubah

menjadi asam amino tapi juga menjadi peptida, suatu bentuk rantai pendek

asam amino yang seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang

autistik, peptida ini diserap kembali oleh tubuh, masuk kedalam aliran darah,

masuk ke otak dan dirubah oleh reseptor opioid menjadi morphin yaitu

casomorphin dan gliadorphin, yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan

membuat fungsi otak terganggu. Fungsi otak yang terkena biasanya adalah

fungsi kognitif, reseptif, atensi dan perilaku

E. Strategi Pendidikan untuk Anak Autis

Strategi pendidikan yang dapat digunakan terhadap anak autis di

antaranya:

1. Metode ABA

Metode ABA (Applied Behavioral Analysis) Kelebihan metode ini

dari metode lain adalah sifatnya yang sangat terstruktur, kurikulumnya jelas

dan keberhasilannya bisa dinilai secara objectif. Dan penatalaksanaannya di

lakukan selama 4-8 jam sehari. Di metode ini, anak di latih berbagai macam
keterampilan yang berguna bagi hidup bermasyarakat, misalnya

berkomunikasi, berinteraksi, berbicara dan berbahasa. Di indonesia metode

ini lebih dikenal dengan metode Lovaas (Nama orang yang

mengembangkannya) di Yayasan Autis Indonesia (YAI).

2. Masuk kelompok Khusus

Di kelompok ini mereka mendapatlkan kurikulum yang khusus

dirancang secara individual. Mereka yang belum siap masuk kekelompok

bermain, bisa diikutsertakan kedalam kelompok khusus. Disini anak akan

mendapatkan penanganan terpadu yang melibatkan berbagai tenaga ahli

seperti psikeater, psikologi, terapis wicara, terapis okupasi, dan

ortopedagok. Sayangnya tidak semua penyandang autis bisa mengikuti

pendidikan formal meskipun tingkat kecerdasannya masih bisa masuk

kesekolah luar biasa atau SLB dikarenakan jika perilaku si anak tidak bisa

diperbaiki contohnya seperti : semaunya sendiri, agresif, hiperaktif, dan

tidak bisa berkonsentrasi. Perilaku anak tersebut harus diperbaiki dengan

bantuan obat, agar dapat mengikuti proses belajar.

3. Pemberian Obat

Banyak orangtua takut memberikan obat pada penderita autis,

dikarenakan penyandang tidak boleh diberikan sembarang obat tetapi obat

yang diberikan harus sesuai gejala dan gejala yang sebaiknya dihilangkan

dengan obat adalah : hiperaktif yang hebat, menyakiti diri sendiri, menyakiti

orang lain, dan gangguan tidur. Tidak ada satupun obat yang dibuat khusus
untuk menyembuhkan autisme. Berikut beberapa produk yang

direkomendasikan untuk menanggulangi anak autis adalah

a. Children Nutrient High Calcium Powder ( Kalsium 1 )

b. Zinc

c. Pine Pollen Powder Capsules

d. Spirulina

e. Vitality Softgel Capsules

f. Beneficial

g. Cordyceps Mycellium Capsules

4. Penggunaan Alat Bantu

Banyak anak autisme belajar lebih baik dengan menggunakan

penglihatannya. Media gambar dianggap karena berbicara memerlukan

waktu yang singkat. Dengan diperlihatnya gambar anak dapat

berkonsentrasi. Alat bantu visual dapat kita buat dengan menggunakan

benda konkret, foto berwarna atau gambar. Alat bantu visual dapat

membantu anak mengerti tentang sesuatu yang akan terjadi yaitu dengan

menggunakan urutan gambar. Contohnya : gambar aktivitas makan dan

komputer

5. Terapi-terapi Lainnya

Dibagi menjadi :

a. Terapi akupuntur

Metode tusuk jarum ini di harapkan bisa menstimulasi sitem

syaraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.


b. Terapi Musik

Musik di harapkan memberikan getaran gelombang yang akan

berpengaruh terhadap permukaan membran otak.

c. Terapi Balur

Terapi ini bertujuan untuk mengurangi mengurangi kadar

merkury dalam tubuh penyandang autis. Cara nya , menggunakan cuka

aren dan campur bawang yang di lulurkan lewat kulit.

d. Terapi Perilaku

Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian,

bersosialisai dengan lingkungan nya unutk meningkatkan pemahaman

dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini umumnya mendapatkan

hasil yang signifikan bila dilakukan secara instensif, teratur, dan

konsisten pada usia dini.

e. Terapi Anggota Keluarga

Orang tua yang memiliki anak autis, harus mendampingi dan

memberi perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan

emosional yang kuat.

f. Terapi Lumba-lumba

Telah di ketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba

terkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja syaraf motorik dan

sensorik pada penderita autis. Terapi anak autis dengan lumba-lumba

sudah terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih cepat di bandingkan dengan
terapi lainnya . gelombang suara yang di pancarkan dengan lumba-

lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis.


BAB III
KESIMPULAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian sebelum maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

a. Istilah Autisme berasal dari “autos” yang berarti “diri sendiri” dan “isme”

yang berarti “aliran”. Autisme berarti suatu paham yang tertarik hanya

pada dunianya sendiri.

b. Klasifikasi dan jenis-jenis autism yaitu dibagi menjadi dua yaitu autisme

persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal

(endogenous) karena kelainan sudah timbul sebelum lahir dan autisme

reaktif, penderita membuat gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang dan

kadang-kadang disertai kejang-kejang.

c. Autisme ditandai oleh ciri-ciri utama antara lain tidak peduli dengan

lingkungan sekitarnya, tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan

sosialnya, perkembangan bicara dan bahasa tidak normal dan

reaksi/pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang.

d. Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan

autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan

terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme

disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa

autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau

lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan


kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah

laku dan fisik termasuk autis.

e. Strategi pendidikan yang dapat digunakan terhadap anak autis di antaranya:

metode ABA, masuk kelompok khusus, pemberian obat, penggunaan alat

bantu dan terapi-terapi lainnya.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan yaitu mohon membaca memberikan saran

kepada penulis apa bila dalam penulisan makalah ini kurang lengkap dan

bagus, terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Danie Ratri Desiningram, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, Yokyakarta:


Psikosain, 2016.
Kosasih. E, Anak Berkebutuhan Khusus Bandung:Yrama Widya, 2012.
Frieda Mangungsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khsusu,
Depok: LPS3, 2014.
Depdiknas. Pedoman Khusus Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Depdiknas,
2007.
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.Bandung : PT Refika
Aditama, 2006.
Hembing Wijayakusuma, Psikotrapi Anak Autime, Jakara: Pustaka Populer Obor,
2004.Martini, Jamaris, Kesulitan Belajar: Perspektif, Assessmen dan
Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2009.Autisme
Terlengkap. Jakarta: Dian Rakyat, 2009.

Anda mungkin juga menyukai