Disusun Oleh:
NIM : 01017333
CIREBON
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam pendidikan luar biasa kita banyak mengenal macam-macam anak berkebutuhan
khusus. Salah satunya anak autis, Anak autis juga merupakan pribadi individu yang harus diberi
pendidikan baik itu ketrampilan, maupun secara akademik. Permasalahan yang dilapangan
terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut. Oleh karena itu kita harus kaji
lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai
Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya
anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangakan potensi
yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu
makalah ini nantinya dapat membantu kita mengetahui anak autis tersebut.
B. BATASAN MASALAH
1. Pengertian autis
3. Penyebab autis
C. RUMUSAN MASALAH
Dari batasan masalah yang telah dibuat maka perumusan masalah makalah ini antara lain:
D. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam bagaimana anak luar biasa,
1. Pengertian Autis
3. Penyebab Autisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AUTIS
Pengertian autis telah banyak dikemukakakan oleh beberapa ahli. Secara harfiah autism
berasal dari kata autos = diri dan isme = paham/ aliarn. Autisme dari kata auto (sendiri). Secara
etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri.
Seperti kita ketahui banyak istilah yang muncul mengenai gangguan perkembangan:
Autisme = autisme yaitu nama gangguan perkembangan komunikasi, social, perilaku pada
Autistic disorder = gangguan autistic = anaka –anak yang mengalami gangguan perkembangan
Leo Kanner (Handojo, 2003) autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan
(1) Cara berpikir yang dikendalika oleh kebutuhan personal atau diri sendiri (2) menanggapi
dunia berdasarkan penglihatandan harapan sendiri (3) keyakinan ekstrim dengan fikiran dan
fantasi sendiri.
American Psych : Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang
mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan
dari segi komunikasi, interaksi social, dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan
pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000). Anak autistic adalah
adanya 6 gejala / gangguan , yaitu dalam bidang Interaksi social; Komunikasi (bicara, bahasa,
dan komunikasi); Perilaku, Emosi, dan pola bermain; Gangguan sensoris; dan perkembangan
terlambat atau tidak normal. Penampakan gejala dapat mulai tampak sejak lahir atau saat
masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun)(Power, 1983). Gangguan autism terjadi pada
masa perkembangan sebelum usia 36 bulan “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik
Gangguan Jiwa” (PPDGJ III) Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir
maupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social
atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia
lain dan masih dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993).
Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan yang sangat
kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi,
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan criteria DSM-IV sehingga
Ditinjau dari segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak
Ditinjau dari segi psikolog : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan berat bisa di ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku,
Ditinjau dari segi sosial : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan
berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi social, sehingga anak ini memerlukan
Jadi anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang
bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa , perilaku, komunikasi, dan
1. Komunikasi:
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudia sirna.
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang taj dapat dimengerti orang lain.
Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti
artinya.
Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal)
2. Interaksi Sosial :
Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindari untuk bertatapan.
3. Gangguan Sensoris :
4. Pola Bermain :
Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar.
Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda, dll.
Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa
kemana-mana.
5. Perilaku
Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan.
Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginanya.
C. PENYEBAB AUTIS
Terjadinya kelainan struktur sel otak yang disebabkan virus rubella, toxoplasma, herpes,
Faktor genetic (ada gen tertentu yang mengakibatkan kerusakan pada system limbic.
timbulnya gangguan autism. Namun demikian ada beberapa faktor yang memungkinkan
Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme dianggap sebagai akibat
hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak. Demikian juga
dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat, bahkan
2. Teori Biologis
Faktor genetic: Keluarga yang terdapat anak autistic memiliki resiko lebih tinggi
Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan awal, obat-
Stuktur dan Biokimiawi yaitu: Kelainan pada cerebellum dengan cel-sel purkinje
3. Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu
bara dsb.
4. Gangguan Pencernaan, pendengaran dan penglihatan. Menurut data yang ada 60%
penglihatan.
1. Gangguan autis untuk kasus yang berat dan memenuhi criteria DSM IV atau ICD-10.
yang tdak menunjukan criteria lengkap DSM-IV untuk ganggua autis namun gangguan
autism atipik dijelaskan istilah tersebut berasal dari klasifikasi ICD-10 yang mempunyai
bahwa gangguan interaksi social dan komunikasi bukan hal primer, namun diduga
gerak motoris. Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab
1. Interaksi social
Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan.
Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan.
2. Komunikasi
Perkembangan bahasa lambat.
3. Pola Bermain
4. Gangguan Sensoris
5. Perkembangan Terlambat
Tidak sesuai seperti anak normal, ketrampilan sosial, komunikasi dan kognisi.
bahkan sirna.
6. Gejala Muncul
Gejaala di atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil.
Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak kurang.
Anak autisme dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain:
1. Terapi Wicara : Untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik.
3. Terapi Bermain : Untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain.
autisme.
6. Sensory Integration therapy : untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya autis,
(pendengaran, penglihatan,perabaan).
7. Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih sempurna.
8. Biomedical Treatment/therpy : untuk perbaikan dan kebugaraan kondisi tubuh agar trlrpas
dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan
9. Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan energy yang berlebihan pada
10. Terapi Musik : untuk melatih aoditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan
konsentrasi.
Pendidikan untuk anak autistic usia sekolah bias dilakukan di berbagai penempatan. Berbagai
1. Kelas Transisi
Kelas ini di peruntukkan bagi anak autistic yang telah diterapi memerlukan layanan khusus
termasuk anak autistic yang telah diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas transisi sedapat
mungkin berada di sekolah regular, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi
dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pelajaran dengan
autistic. Untuk dapat membuka program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara lain :
Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2(dua) anak autistik.
anak-anak autistik dilayani di kelas khusus untuk remedial atau layanan lain yang diperlukan.
Keberadaan anak autistic dikelas Khusus bisa sebagian waktu atau sepanjang hari tergantung
kemampuan anak.
Sekolah ini diperuntukan khusus bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan dapat
mengikuti pendidikan di sekolah regular. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat
pada program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi
mereka.
Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di
sekolah khusus karena keterbatasanya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mentai
atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program sekolah
Anak auitis yang kemampuanya sangat rendah, gangguanya sangat parah dapat mengikuti
program di panti (griya) rehabilitasi autistic. Program dip anti rehabilitasi lebih terfokus pada
pengembangan :
Pengenalan diri
Sensori motor dan persepsi
Dari beberapa model layanan pendidikan di atas yang sudah eksis di lapangan adalah kelas
Menurut Tatim (2002) klasifikasi anak autis dikelompokan menjadi tiga, antara lain :
1. Utisme Persepsi : dianggap autism yang asli karena kelainan sudah timbul sebelum lahir.
rangsangan dari luar, begitu juga ketidakmampuan anak bekerja sama dengan orang lain,
seperti orang tua meninggal, sakit berat, pindah rumah/ sekolah dan sebagainya. Autisme
kejang-kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih besar 6-7 tahun sebelum anak memasuki
3. Autisme yang timbul kemudian : terjadi setelah anak agak besar, di karenakan kelainan
jaringnan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal ini akan memper sulit dalam pemberian
pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk mengubah perilaku ysng sudah melekat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
sendiri.
Layanan pendidikan bagi anak autis begitu beragam antara lain : kelas
sekolah dirumah, panti rehabilitas autis. Bentuk layanan ini rasanya begitu cocok
diterapkan bagi anak autis tersebut agar ia kelak lebih mandiri dan
B. SARAN
Dari hasil makalah yang dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih peduli
Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan
Anonim,Http://www.Dikdasmen.Com/Pendidikan Autisme,Html.
Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan layanan pendidikan Khusus,
Jakarta: Dikti.
Sutadi Rudi, Bawazir L.A. Tanjung Nia, Adeline Rina (2003) Penatalaksanaan Holistik autisme. Jakarta Pusat
www.ditplb.or.id
http://sekolahautismeal-ihsan.com/artikel/sekilas-tentang-autisme.html
DAFTAR ISI
BAB II ISI
Kesimpulan ………………………………………………………………………………….
Kata Pengantar
Segala puji hanya untuk Allah SWT, Tuhan seluruh umat manusia, karena hanya atas
Rahmat, Hidayah serta karunia-Nya lah penyusun dapat menyalesaikan tugas mata kuliah
Didalam penyusunan makalah ini, banyak sekali sumber-sumber informasi yang telah
penyusun gunakan, seperti internet, buku serta sumber-sumber lain yang mendukung. Selain
itu, banyak sekali pihak-pihak yang telah terlibat didalam penyusunan makalah ini, untuk itu
penyusun mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya kepada pihak-pihak yang telah terlibat,
semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan hal yang setimpal.
Penyusun menyadari bahwa tidak ada suatu hal yang sempurna. Sama halnya
dengan hasil penyusunan makalah ini, oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
pembaca sangat penyusun harapkan guna peningkatan kualitas dalam penyusunan tugas
selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, khususnya
mahasiswa dan mahasiswi di Poltekkes Pangkalpinang.
Tegal, A p r i l 2018
Penyusun
Kata Pengantar
Segala puji hanya untuk Allah SWT, Tuhan seluruh umat manusia, karena hanya atas
Rahmat, Hidayah serta karunia-Nya lah penyusun dapat menyalesaikan tugas mata kuliah
KapitSelekta.
Didalam penyusunan makalah ini, banyak sekali sumber-sumber informasi yang telah
penyusun gunakan, seperti internet, buku serta sumber-sumber lain yang mendukung. Selain
itu, banyak sekali pihak-pihak yang telah terlibat didalam penyusunan makalah ini, untuk itu
penyusun mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya kepada pihak-pihak yang telah terlibat,
semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan hal yang setimpal.
Penyusun menyadari bahwa tidak ada suatu hal yang sempurna. Sama halnya
dengan hasil penyusunan makalah ini, oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
pembaca sangat penyusun harapkan guna peningkatan kualitas dalam penyusunan tugas
selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, khususnya
mahasiswa dan mahasiswi di STF YPIB Cirebon.
Tegal, J u l i 2018
Penyusun