Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN

Diampu oleh ibu apt. Kiki Damayanti, M.Farm.

DIARE

Disusun oleh
Karomatul Rizkiyah (20405021137)
Wahyu Setyaningsih (20405021138)
M. Yusral Fahmi Rahmatullah (20405021139)
Mutia Nurul Niza (20405021140)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2021
TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN
KELOMPOK V

Kasus:
Siang ini, seorang pasien (perempuan, 25 tahun) mendatangi apotek akan membeli
obat untuk mengatasi diare yang terdiri dari loperamid 2 mg sebanyak 10 tab,
New Diatabs sebanyak 2 strip, dan domperidon 10 mg 10 tab.
Apoteker menanyakan keluhan pasien. Pasien menyatakan diare sejak semalam,
sudah lebih dari 7 kali BAB berair dan berlendir. Pasien juga mengeluhkan mual
terus menerus dan sempat muntah 2 kali. Pasien tampak pucat dan mengeluhkan
merasa tidak bertenaga. Pasien menyampaikan sore sebelum diare terjadi, pasien
makan geprek ayam level 10.
Pertanyaan:
1. Jelaskan patofisiologi yang mendasari terjadinya diare!
2. Apakah jenis diare yang dialami pasien berdasarkan durasi dan
patofisiologinya?
3. Sebutkan obat untuk menangani diare!
4. Hubungkan obat yang digunakan untuk penanganan diare dengan patofisiologi
diare!
5. Bagaimana sikap apoteker terhadap permintaan obat pasien? Jelaskan!

Jawaban tugas
1. Diare adalah kondisi buang air besar dengan feses tidak berbentuk atau cair
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Pada dasarnya diare
disebabkan karena bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya
reabsobsi air atau dan terjadinya hipersekresi. Mekanisme terjadinya diare
ada 4, yaitu: perubahan transport ion aktif baik dengan penurunan absorpsi
natrium atau peningkatan sekresi klorida, perubahan motilitas usus,
peningkatan osmolaritas luminal dan peningkatan tekanan hidrostatis
jaringan. Keempat mekanisme diatas dikaitkan dengan empat kelompok diare
sebagai berikut (Dipiro, 2020):
a) Diare sekretori terjadi ketika zat perangsang sekresi meningkat atau
terjadi penurunan penyerapan air dan elektrolit dalam jumlah besar
(Dipiro, 2020). Diare ini terjadi karena adanya hambatan absorpsi cairan
dan elektrolit yang memicu terjadinya peningkatan sekresi intestinal yang
diperantarai oleh hormone, toksin, bakteri dan obat-obatan yang dapat
mengaktivasi adenil siklase melalui ransangan pada protein G entrosit
(Guarino A., 2004). Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport
elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat.
Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya
toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek,
atau laksatif non osmotik.
b) Diare osmotik terjadi ketika zat yang sulit diserap menahan cairan di
usus. Diare ini disebabkan oleh intoleransi laktulosa, pemberian ion
divalen (misalnya antasida yang mengandung magnesium), atau
kabohidrat yang sulit larut). Diare ini dapat berhenti jika pasien berpuasa
(Dipiro, 2020). Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat
diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari
plasma sehingga terjadi diare (Zein, 2011).
c) Diare eksudatif terjadi ketika adanya peradangan di saluran
gastrointestinal. Peradangan ini mengeluarkan lendir dan darah kedalam
usus halus. Ketika pasien buang air besar feses dapat disertai lendir atau
darah. Diare eksudatif mempengaruhi absorpsi, sekresi, atau motilitas
(Dipiro, 2020). Diare eksudatif terjadi dengan inflamasi yang akan
mengakibatkan kerusakan mukosa usus halus maupun usus besar.
Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat
non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel
disease (IBD) atau akibat radiasi (Zein, 2011).
d) Gangguan motilitas usus, menyebabkan terjadinya pengurangan waktu
kontak chymus di usus dan percepatan pengosongan chymus dari usus
besar sehingga terjadi diare (Dipiro, 2020). Hal ini terjadi pada keadaan
tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes mellitus (Zein, 2011).
2. Berdasarkan telaah kasus diatas jenis diare yang dialami pasien berdasarkan
durasinya termasuk dalam kategori diare akut (<14 hari) dimana pasien baru
mengalami diare sejak semalam (Rahardja, 2015). Sedangkan berdasarkan
patofisiologinya diare yang dialami pasien masuk kedalam kategori diare
eksudatif. Hal ini ditandai dengan adanya lendir pada feses pasien (Dipiro,
2020).
Diare eksudatif yang terjadi pada pasien diakibatkan karena konsumsi cabai
dalam jumlah yang berlebih (Ayam geprek level 10), sehingga terjadi proses
peradangan langsung yang ditimbulkan oleh zat capsaicin dalam cabai
terhadap saluran pencernaannya (Maulana, 2009). Dengan adanya peradangan
pada saluran pencernaan, zat capsaicin akan sulit diserap oleh usus halus dan
bersifat merusak memicu reaksi usus untuk mengeluarkan cairan sehingga
terjadi peningkatan jumlah cairan (hipersekresi) dalam usus yang
mengakibatkan pasien diare dengan fesesnya berlendir.

3. Obat untuk menangani diare (Dipiro, 2020):


a. Antimotilitas, contohnya loperamid obat ini bekerja dengan
memperlambat motilitas intestinal, mempengaruhi perpindahan air dan
elektrolit pada intenstinal, menghambat peristaltik usus, meningkatkan
konsistensi tinja menjadi lebih padat, dan mengurangi kehilangan air dan
elektrolit (Usmarani, 2019).
b. Adsorben dapat mengurangi frekuensi buang air besar, Memadatkan
tinja, Menyerap racun pada penderita diare. contohnya norit
(karboadsorben), kombinasi kaolin-pektin dan attapulgit (Andika dkk.,
2020).
c. Antisekretori, bismuth subsalicylate (Dipiro, 2020).
d. Miscellaneous product, contohnya probiotik yaitu mikroorganisme yang
diberikan untuk mengembalikan mikroflora kolon normal untuk
mengembalikan fungsi usus kembali normal dan menekan
pertumbuhannya mikroorganisme patogen. Saccharomyces boulardii,
Lactobacillus GG, dan Lactobacillus acidophilus dapat menurunkan
durasi infeksi dan antibiotik. Probiotik dapat mencegah diare terkait
antibiotik (AAD). Dosis sediaan probiotik bervariasi tergantung merk
yang digunakan. Flatus usus merupakan keluhan utama pasien
berpengalaman dengan modalitas ini (Dipiro, 2020).

4. Obat yang digunakan untuk penanganan diare dengan patofisiologi diare:


a. Adsorben. Anti-diare jenis ini memiliki mekanisme kerja melapisi
permukaan mukosa dinding saluran pencernaan sehingga toksin dan
mikroorganisme tidak dapat menembus dan merusak mukosa. Selain itu,
absorben juga mengikat bakteri penyebab atau racun, yang kemudian
dikeluarkan melalui feses. Oleh karenanya, obat ini dapat digunakan
untuk mengatasi semua jenis diare (Usmarani, 2019).
b. Antimotilitas dibutuhkan untuk diare gangguan motilitas usus dan diare
sektretori, obat antimotilitas secara luas digunakan sebagai terapi
simtomatis pada diare akut ringan sampai sedang opioid seperti morfin,
difenoksilat, dan kodein menstimulasi aktivasi reseptor µ pada neuron
mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan
konduktasi kaliumnnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin
dan plekus mienterikus dan menurunkan motilitas usus (Neal, 2005).
c. Antisekretori untuk diare sekretori, contoh obat bismuth subsalicylate
bekerja dengan meningkatkan penyerapan elektrolit di daerah epitel dan
menghambat sekresi air dan elektrolit.

5. Bagaimana sikap apoteker terhadap permintaan obat pasien? Jelaskan!


Pada kasus ini pasien mengalami diare akut (<14 hari) dan tidak disertai
demam. Menurut dipiro (2020) pasien dapat diberikan terapi cairan elektrolit,
loperamid atau absorben. Akan tetapi pada kasus ini pasien yang meminta
obat loperamid, domperidon dan new diatabs tanpa resep dokter. Sehingga,
hanya bisa diberikan obat new diatabs, sedangkan untuk loperamid dan
domperidon tidak diberikan karena termasuk golongan obat keras yang hanya
dapat diberikan apabila disertai dengan resep dokter (BPOM, 2019).
Maka sikap sebagai seorang apoteker :
a. Memberikan informasi kepada pasien bahwa pembelian obat
loperamid dan domperidon tidak boleh dibeli secara langsung tanpa
resep dokter. Dan hanya dapat melayani pembelian obat New Diatabs.
b. Memberikan rekomendasi obat tambahan yaitu oralit untuk
mengembalikan cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare serta
menjelaskan bahwa penggunaan obat new diatabs saja sudah efektif
untuk mengatasi diare yang dialami pasien yang disebabkan karena
makanan pedas.
DAFTAR PUSTAKA
Andika., Choesrina, R., dan Lestari, F., 2020, Pola Swamedikasi Obat Diare Pada
Mahasiswa Universitas Islam. Bandung, Prosiding Farmasi, 6, 29-39.
BPOM RI, 2017, Infomatorium Obat Nasional Indonesia, Agung Seto: Jakarta.
BPOM RI, 2019, Infomatorium Obat Nasional Indonesia, Agung Seto: Jakarta.
Dipiro. 2020. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, Mc Graw Hill,
Amerika Serikat.
Maulana, A.S. 2009. Uji Klinis Adsoben Untuk Mencegah Resiko Diare Akibat
Konsumsi Cabai Rawit (Capsicum frutescens). Fakultas Kedokteran
Universitas Jember.
Neal, M.J., 2005, At a Glance. Farmakologi medis edisi V. Penerbit Erlangga Hal
33.

Guarino A, De Marco G. 2004. Presistent Diarrhea in Pediatric. Gastrointestinal


adn Liver Diseas, Pathophysiology, Diagnosi, managmen. Philiadelphia:
Elsevier
Rahardja, K., dan Tjay T. H. 2015. Obat-Obat Penting Edisi 7, Penerbit
Gramedia, Jakarta, 294-305.

Usmarani, J., 2019, Farmakoterapi penyakit system gastrointenstinal. Penerbit


yayasan kita menulis. Medan Hal 10.
Zein, U., 2011, Diare Akut Dewasa, USU Press, Medan.

Anda mungkin juga menyukai