Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH NATURAL MEDICINE

HEPATOPROTEKTOR
Diampu oleh Ibu. Apt. Devi Nisa Hidayati, M. Sc.

Disusun oleh :

1. Surti Khayatul Fata 20405021101


2. Alung Harjan 20405021125
3. Aulia Rahmaniati M. 20405021131
4. Riani Rian Ekawati 20405021132
5. Muhammad Yusral F.R. 20405021139
6. Mutia Nurul Niza 20405021140

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB merupakan penyakit yang
mudah menular melalui udara dari sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif
pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (Aini, Ramadiani, Hatta, 2017). Pengobatan yang
direkomendasikan untuk kasus baru TB yang rentan terhadap obat adalah
rejimen empat obat lini pertama: Rifampicin (R), Isoniazid (H), Pyrazinamide (Z)
dan Ethambutol (E). Durasi yang lama dari pengobatan RHZE berpotensi
menyebabkan reaksi obat yang merugikan salah satunya hepatotoksis (Nur
Subchi, 2019).
Gangguan hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup
serius. Kerusakan hati dapat terjadi melalui penyerapan toksin di dalam saluran
intestinal sehingga dapat menyebabkan hepatitis akut hingga karsinoma
hepatoseluler yang disebabkan melalui apoptosis, nekrosis, inflamasi, respon
imun, fibrosis, iskema, mutasi gen regenerasi sel (Junaedi & Zelika, 2018)
Dalam pengobatan terapi gangguan fungsi hati diperlukan biaya yang cukup
besar sehingga ada beberapa pengembangan obat herbal yang dapat digunakan
sebagai antioksidan atau penangkap radikal bebas. Salah satunya adalah
tanaman temulawak, tanaman temulawak juga dikenal bermanfaat dalam
pengobatan tradisional terhadap berbagai penyakit pada hepar. Penelitian
terbaru diketahui bahwa bahan aktif dari berbagai spesies curcuma tersebut
adalah curcumin (Marinda, 2014)
Temulawak atau Curcuma xanthorrhiza Roxb merupakan tumbuhan yang
sangat umum dikenal di Indonesia, bahkan di dunia. Temulawak adalah
tumbuhan asli di pulau Jawa, Madura dan Maluku dan telah banyak di
budidayakan di Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, dan India. Temulawak
termasuk ke dalam genus curcuma. Curcuma merupakan salah satu genus dari
famili Zingiberaceae yang terdistribusi luas di daerah tropis maupun sub tropis
terutama di India, Thailand, Indochina, Australia bagian Utara, dan telah banyak
dibudidayakan sebagai bahan pangan maupun sebagai obat. Genus curcuma
beranggotakan sekitar 60 spesies 3 hingga 80 spesies. Temulawak memiliki
nama daerah yang beragam antara lain: temulawak (Indonesia, Madura), koneng
gede (Sunda), Javanese tumeric (Inggris), dan temu lawas (Malaysia)
(Syamsudin dkk, 2019).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit TB?
2. Apa yang dimaksud dengan ganguan hepar dan faktor yang
mempengaruhi terjadinya hepatotoksik?
3. Apa tanaman yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penyakit TB
2. Untuk mengetahui gangguan hepar dan faktor yang mempengaruhi
terjadinya hepatotoksik
3. Untuk mengetahui tanaman yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tuberculosis (TB)


Penyakit tuberkulosis (TB) sudah dikenal sejak dahulu kala dan merupakan
salah satu penyakit menular. Penyakit ini disebabkan oleh kuman / bakteri
mycrobacterium tuberculosis, kuman ini umumnya menyerang paru-paru dan
sebagian lagi dapat menyerang di luar paru-paru (jeksen & Idi, 2016). Penyakit
Tuberculosis (TB) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif yang telah
berjangkit dalam waktu lama di tengah-tengah masyarakat indonesia, yang
menyerang kelompok usia produktif maupun anak-anak dan merupakan penyakit
menular (Hidayati, 2015).
Pengobatan yang direkomendasikan untuk kasus baru TB yang rentan
terhadap obat adalah rejimen empat obat lini pertama: Rifampicin (R), Isoniazid
(H), Pyrazinamide (Z) dan Ethambutol (E) (WHO, 2018). Durasi yang lama dari
pengobatan RHZE berpotensi menyebabkan reaksi obat yang merugikan salah
satunya hepatotoksik (Nur Subchi, 2019).
Gejala klinis disebabkan OAT dapat muncul dalam 4 minggu setelah
memulai pengobatan. Sekitar 10% dari pasien dengan hepatotoksik hanya
menderita ikterus saja. Sisanya menunjukan keluhan terutama pencernaan
seperti anoreksa, mual, muntah dan sakit perut (Soedarsono, 2015).

B. Gangguan Hepar

1. Definisi hepar
Hati merupakan organ yang berperanan penting dalam menjaga
keseimbangan homestatis. Organ ini memunyai beberapa fungsi diantaranya
sebagai tempat untuk metabolisme lemak, karbohidrat , protein, tempat
detoksifikasi senyawa yang bersifat toksin, pembentukan dan ekskresi garam
empedu, dan fungsi vaskular (Hanifa & Hendriyani, 2016). Gangguan hati
merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius. Kerusakan hati
dapat terjadi melalui penyerapan toksin didalam saluran intestinal sehingga
dapat menyebabkan hepatitis akut hingga karsinoma hepatoseluler yang
disebabkan melalui apoptosis, nekrosis, inflamasi, respon imun, fibrosis, iskema,
mutasi gen regenerasi sel (Junaedi & Zelika, 2018).

2. Patofisiologi hepatotoksik yang diinduksi oleh obat


Gambar 1. Patofisiologi hepatotoksik yang diinduksi oleh obat (Yew dkk., 2018)

Obat dimetabolisme menjadi metabolit reaktif yang sangat toksik,


kemudian akan memicu terjadinya disfungsi mitokondria dan stress oksidatif.
Disfungsi mitokondria adalah keadaan dimana mitokondria mengalami
gangguan atau kegagalan dalam menjalankan tugasnya, salah satu
penyebabnya yaitu radikal bebas seperti metabolit reaktif obat yang sangat
toksik. Akibat dari disfungsi mitokondria ini akan meningkatkan produksi
Reactive Oxygen Species (ROS) karena mitokondria merupakan tempat
sintesisnya Reactive Oxygen Species (ROS). Kemudian akan menyebabkan
terjadinya stres oksidatif, yaitu kondisi adanya ketidakseimbangan radikal
bebas dan antioksidan dalam tubuh yang ditandai dengan meningkatnya
radikal bebas (ROS) dan menurunnya antioksidan dalam tubuh.
Berdasarkan gambar 1 di atas dapat diketahui bahwa polimorfisme genetik
yang terkait dengan metabolisme obat, stres oksidatif, dan respon imun
yang saling berinteraksi akan menyebabkan peradangan seluler, apoptosis,
dan nekrosis yang kemudian terjadi hepatotoksisitas (Yew dkk., 2018).

3. Metabolisme isoniazid di hati


Gambar 2. Metabolisme isoniazid di hati (Yew dkk., 2018).
Isoniazid dimetabolisme oleh enzim N-acetil transferase 2 (NAT-2)
menghasilkan asetil hidrazin dan diasetil hidrazin. Metabolit diasetil hidrazin
tidak beracun dan mudah dihilangkan dari tubuh sedangkan metabolit asetil
hidrazin dapat dimetabolisme menjadi hidrazin isoniazid yang merupakan
hasil dari hidrolisis isoniazid itu sendiri. Hidrazin isoniazid ini beracun bagi
hepatosit yang kemudian dimetabolisme oleh enzim Sitokrom P-450 menjadi
metabolit reaktif yang lebih toksik (Yew dkk., 2018).
4. Faktor yang mempengaruhi
Kerusakan pada hati dapat disebabkan oleh beberapa faktor ,
diantaranya obat, alkohol, autoimun dan hepatitis (hanifa & Hendriyani,
2016). Jika organ hati mengalami kerusakan, maka fungsi-fungsi hati akan
terlambat. Penatalaksanaan gangguan fungsi hati ditujukan untuk mengobati
penyebab gangguan dan melindungi serta memperbaiki sel hati yang
berpotensi atau telah rusak karena gangguan tersebut (hepatoprotektor).
Agen hepatoprotektor menjadi penting dalam penatalaksanaan gangguan
fungsi hati karena tidak semua penyebab gangguan fungsi hati dapat di
obati dan obat yang digunakan dapat menambah kerusakan pada sel-sel
hati. Saat ini masih diperlukan pengembangan agen hepatoprotektor yang
murah, efektif dan aman (Junaedi & Zelika, 2018). Salah satu obat herbal
yang sering digunakan dalam mengobati gangguan hepar adalah temulawak
(Curcuma xanthorryza Roxb.), rimpang kunyit dan daun jombang (Zulkarnain
dkk, 2017).

C. Tanaman yang Berkhasiat sebagai Hepatoprotektor

1. Temulawak (Curcuma xanthorryza Roxb.)

Temulawak (Curcuma xanthorryza Roxb.) adalah salah satu tumbuhan


obat keluarga zingiberaceae yang banyak tumbuh dan digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional di Indonesia. Tanaman temulawak juga dikenal
bermanfaat dalam pengobatan tradisional terhadap berbagai penyakit pada
hepar (Syafitri, 2019).

2. Morfologi dan takasonomi temulawak

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) termasuk dalam suku temu-


temuan (Zingiberacea) yang banyak ditemukan daerah tropis. Temulawak
juga berkembang biak terutama pada tanah yang gembur agar menjadi
besar. Selain di dataran rendah, temulawak juga dapat tumbuh sampai pada
ketinggian tanah 1.500 meter di atas permukaan laut. Temulawak adalah
bahan baku obat tradisional yang banyak digunakan dari keluarga
Zingiberaceae (Syamsudin dkk, 2018).

Temulawak merupakan tanaman berbatang semu dengan bunga yang


eksotis berwarna putih kemerahan dan memiliki rimpang relatif besar
dengan warna irisan rimpang kuning cerah. Temulawak dapat tumbuh di
daerah tanah gembur hutan tropis dengan ketinggian 5-1500 mreter dpl,
tanah kering, perkarangan, ladang, dan padang alang-alang.

Gambar 2. Temulawak (Syamsudin dkk, 2018).


Keterangan :
a. Batang
b. Rimpang
c. Bractea
Tinggi tanaman temulawak dapat mencapai 2 meter. Temulawak memiliki
daun 2-9 helai, berwarna hijau, berbentuk bulat memanjang, panjang 31- 84
cm, dan lebar 10-18 cm. Bunga temulawak termasuk tipe majemuk berbentuk
bulir, bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm, perbungaan termasuk
tipe exantha (bunga keluar langsung dari rimpang), mahkota bunga berwarna
merah, dan bunga mekar pada pagi hari dan pada sore hari layu (Syamsudin
dkk, 2018).
Rimpang temulawak merupakan rimpang yang terbesar pada rimpang
curcuma. Rimpang temulawak terdiri atas 2 jenis, yaitu rimpang induk (empu)
dan rimpang cabang. Rimpang induk berwarna kuning tua, cokelat
kemerahan, dan bagian dalamnya berwarna jingga cokelat. Rimpang cabang
tumbuh keluar dari rimpang induk, berukuran lebih kecil, dan memiliki warna
lebih muda. Akar temulawak memiliki ujung akar yang melebar (Syamsudin
dkk, 2018).
Klasifikasi temulawak :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae.
Kelas : Monocotyledonae.
Ordo : Zingiberales.
Keluarga : Zingiberaceae.
Genus : Curcuma.
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb (Syamsudin dkk, 2018).
a. Kandungan temulawak
Kurkumin merupaka senyawa aktif yang termasuk kedalam kurkuminoid.
Senyawa kurkuminoid merupakan senyawa polifenol yang memiliki warna
kuning seperti pada temulawak. Kurkumin merupakan senyawa fitofarmaka
yang memiliki beberapa efek biologis, yaitu efek antidislipidemia,
antioksidan, antiinflamasi, antifungal, mencegah kanker serta dapat
melindungi hati (Akram dkk, 2010). Senyawa lain dalam temulawak selain
kurkumin antara lain adalah kurkuminoid, minyak atsiri dan pati. Salain
senyawa kurkumin pada temulawak mempunyai aktivitas hepatoprotektif
yang berfungsi dalam penyakit hepar (Syafitri, 2019).

b. Sifat fisiko kimia kurkumin

Gambar 3. Stuktur kimia kurkumin (Mutiah, 2019).

Kurkumin merupakan senyawa flavonoid yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam ethanol, dimethilsulfoxid dan aseton. Curkumin mempunyai titik
didih 183oC dan Rumus molekul C21H20O6, Berat molekul 368, 37 g/mol
(Sethi at al, 2009). Ada 3 jenis kurkumin yaitu kurkumin I (kurkumin),
kurkumin II ( Demethoxykurkumin), kurkumin III (bisdemethoxykurkumin)
secara spektrofotometri kurkumin mempunyai absorbansi maximal pada
panjang gelombang 430 nm yang mengikuti hukum Lambert-Beer pada
range konsentrasi 0,5 sampai 5 µg/mL.larutan kurkumin 1% dalam pelarut
aceton pada λ 415-420 nm memberikan absorbansi 1650 (Mutiah, 2019).

Sifat kimia kurkumin, mudah terdegradasi apabila terpapar sinar matahari


dan dalam keadaan alkali atau pH basa sehingga kurkumin lebih tahan pada
kondisi asam, kurkumin dapat tahan suhu panas 140°C selama 15 menit,
namun degradasi dapat dicegah dengan penambahan antioksidan seperti
asam askorbat dan N-asetil-sistein (Andarwulan dan Faradillah, 2012)

c. Mekanisme kerja zat aktif kurkumin


1) Kurkumin sebagai antioksidan dimediasi oleh enzim antioksidan yaitu
superoxide dismutase (SOD) menangkap ion superoksida dan memutus rantai
antar ion superoksida (O2-) kemudian mengkonversi (O2-) menjadi produk yang
kurang toksik sehingga mencegah kerusakan sel hepar akibat peroksidasi lipid
yg dimediasi oleh stress oksidatif (Marinda, 2014).

2) Kurkumin mampu meningkatkan enzim gluthation S-transferase (GST) dan


mampu menghambat beberapa faktor proinflamasi seperti nuclear factor-ĸB (NF-
kB) dan profibrotik sitokin seperti TNF-alpha sehingga radikal bebas dari hasil
sampingan inflamasi berkurang (Marinda, 2014).

d. Interkasi zat aktif


1) Hati-hati menggunakan temulawak bersama dengan antikoagulan
(Permenkes RI, 2016).

2) Kurkumin memiliki efek dalam berbagai proses sintesis dan metabolisme di


tubuh diantaranya inhibisi prostaglandin dan agen trombolitik dapat
meningkatkan efek anti platelet warfarin (Abebe, 2012) dan meningkatkan efek
analgesik natrium diklofenak (Marco et al., 2014). Efek penghambata enzim
Sitokrom P450 oleh kurkumin juga dapat menyebabkan peningkatan efek
samping amiodaron karena memperlambat proses eliminasi obat tersebut
(Abebe, 2012).

e. Toksisitas
Keamanan dari segi farmakologi telah terbukti dengan level konsumsi
sampai dengan 100 mg/hari pada manusia. Tidak ada toksisitas terkait
pengobatan hingga 8 g/hari, tetapi dosis obat yang besar tidak dapat diterima
oleh pasien di atas 8 g/hari. (Gupta dkk., 2013)

f. Efek samping
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa Curcumin dapat
menyebabkan efek samping gastrointestinal seperti diare dan mual. Efek
samping ini tergantung pada dosis, oleh karena itu pengurangan dosis cukup
untuk mengurangi efek buruk pada lambung (Gupta dkk., 2013).

g. Kontraindikasi
Obstruksi saluran empedu dan Ikterus (Permenkes RI, 2016).

h. Standarisasi simplisia dan ekstrak


1) Standarisasi simplisia

Uji simplisia Standar


Susut pengeringan ≤10%
Abu total ≤4,8%
Abu tidak larut asam ≤0,7%
Sari larut air ≤ 9,1%
Sari larut etanol ≤3,6%
Kandungan minyak atsiri ≤ 1,20%v/bobot
Kadar kurkumin ≤2,30%
Tabel 1. Standarisasi simplisia (Depkes RI, 2017).

2) Standarisasi ekstrak

Uji ekstrak Standar


Rendemen ≤18%
Pemerian Ekstrak kental berwarna kuning
kecoklatan, bau khas, rasa pahit
Senyawa identitas Xantorizol
Kadar air ≤ 10%
Abu total ≤ 7,8%
Abu tidak larut asam ≤ 1,6%
Kadar minyak atsiri ≤ 2,80%
Tabel 2. Standarisasi ekstrak (Depkes RI, 2017).

i. Perhitungan dosis
Perhitungan konversi dosis dengan metode Laurence-Barachah :
 Dosis rimpang temulawak pada penelitian = 400 mg/kgBB (Hadinata, 2016).
 Asumsi bobot tikus 200 g
 Dosis Absolut = 400 mg/kgBB × 0,2 kg = 80 mg
 Konversi dosis ke manusia = 80 mg × faktor konversi
= 80 mg × 56,0
= 4.480 mg
Sehingga pada manusia bisa diberikan dosis terbagi yaitu 3 kali sehari 2 kapsul,
1 kapsul @ 550 mg. Jadi, dosis sekali minum 1100 mg dan dosis sehari 3300
mg.

j. Produk herbal yang terdapat dipasaran

Gambar 4. Produk Tulak.


Kandungan: Curcuma rhizoma (ekstrak temulawak) 550 mg
Bentuk: Kapsul
Satuan Penjualan: Strip; Botol
Kemasan: Botol @ 30, 60, dan 100 Kapsul
Farmasi: PT. Industri Jamu Borobudur.
Tulak diminum 3 kali sehari 2 kapsul, aturan pakai antara temulawak dan obat TB
diberi jeda waktu pemberian yaitu sekitar 1-2 jam karena terbatasnya informasi
penggunaan atau interaksi antara obat herbal dengan obat sintesis, maka lebih
baik penggunaan keduanya diberi jeda antara 1-2 jam.
Gambar 5. Cek produk BPOM.

Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan bahwa produk tulak sudah terdaftar


BPOM dengan nomor registrasi HT112300091, nomor registrasi tersebut terdiri
dari 11 digit yaitu 2 digit pertama berupa huruf dan 9 digit kedua berupa angka.
Digit ke-1 dan ke-2 menunjukkan obat herbal terstandar yang dilambangkan
dengan huruf HT. Digit ke-3 dan 4 merupakan tahun mulai didaftarkannya OHT
tersebut ke Kemenkes RI yaitu 11 berarti tahun 2011. Digit ke-5 merupakan
bentuk usaha pembuat obat herbal tersebut yaitu 2 yang berarti pabrik jamu.
Digit ke-6 menunjukkan bentuk sediaan obat herbal yaitu 3 berarti sediaan
kapsul. Digit ke-7, 8, 9, dan 10 menunjukkan nomor urut jenis produk yang
terdaftar yaitu produk tersebut memiliki nomor urut 0009. Digit ke-11
menunjukkan jenis macam kemasan. Produk Tulak terbit pada tanggal 23
Agustus 2016.

BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
1. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis.
2. Gangguan hepar merupakan suatu kerusakan hati yang di akibatkan karena
penyerapan toksin di saluran intestinal.
3. Temulawak merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., Ramadiani., Hatta, H, R. (2017), Sistem pakar pendiagnosa penyakit


tuberculosis, Jurnal Informatika Mulawarman, 1(12), 1858-4853.
Akram, M., Shahab-uddin, Ahmed, A., Usmanghani, K., Hannan, A., Mohiuddin,
E., Asif, M, 2010, Curcuma Longa and curcumin: a Rivew Article,
Romanian journal of biology – plant biology, 55 (2), 65-77.
Andarwulan N, Kusnandar F dan Herawati D. 2011. Analisa Pangan. Jakarta :
PT. Dian Rakyat.
Anggoro, D., Rezki R.S., dan Siswarni M.Z., 2015, Ekstraksi Multi Tahap
Kurkumin dari Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Menggunakan
Pelarut Etanol, Departemen Teknik Kimia, FakultasTeknik, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Amelinda, E., Widarta, I, W, R., dan Darmayanti, L, P, T., 2018, Pengaruh waktu
maserasi terhadap aktivitas antioksi dan ekstrak rimpang temulawak
(Curcuma xanthorriza Roxb.), Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali.
Depkes RI, 2017, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi II, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Gupta S.C., Patchva S., dan Aggarwal B.B., 2013, Therapeutic Roles of
Curcumin: Lessons Learned from Clinical Trials, American Association
of Pharmaceutical Scientists Journal, 15(1), 195-218
Hadinata, M.T., 2016, Uji Efek Hepatorepair Ekstrak Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Parasetamol, Naskah Publikasi, Fakultas Kedokteran, Universitas
uhaadiyah Surakarta.
Hanifa, D, D., Hendriani, R., 2016, River artikel: Tanaman Hebal yang Memiliki
Aktivitas Hepatoprotektor, Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran
4(14).
Hidayati, E., 2015, Pengetahuan dan stigma masyarakat terhadap TBC setelah
diberikan pendidikan kesehatan pencegahan dan penularn, Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), 2(10).
Jeksen, M., dan Idi J, Cik1., 2016, Sistem pakar diagnose penyakit tuberculosis
pada rumah sakit umum daerah Besemah Pagaralam. Jurnal Ilmiah
MATRIK, 3(18), 225 – 240.
Junaidi, A. dan Ramadhania, Z, M., 2018, Potensisilymarin (hepamax) sebagai
suplemen dan terapi penunjang pada gangguan liver, Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran. 1(16).
Kardinan, A. dan Kusuma F.R., 2004, Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh
Alami, AgroMedia Pustaka, Jakarta, 10-11.
Permenkes RI, 2016, Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 202-204.
Marco, D.P.A., dkk., 2014, Synergistic effect of the interaction between
curccumin and diclofenac on the formalin test in the rats, Phytomedicine
(21), 1543-1548.
Marinda, F.D., 2014, Hepatoprotective Effect of Curcumin in Chronic Hepatitis.
Jurnal Majority, 3(7), 52-56.
Muti’ah dan Roihatul, 2019, Evidence Based Kurkumin dari Tanaman Kunyit
(Curcuma longa) sebagai Terapi Kanker pada Pengobatan Modern,
Jurusan Farmasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang Indonesia.
Nur Subchi, T.D., 2019, Pengaruh Pemberian First Line Drug Antituberculosis
Terhadap Jumlah Hydropic Swelling Pada Sel Hepar Tikus Putih Jantan
(Rattus Novergicus Strain Wistar) Yang Diinduksi Selama dua Minggu,
Jurnal Saintika Medika Fakultas Kedokteran, 1(15).
Soedarsono danWahyudi, A.D., 2015, Farmakogenesik Hepatoroksisitas Obat
Antituberculosis, Jurnal Respirasi (JR), 3(1), 103-108.
Syafitri, 2019, Pengaruh Pemberian Curcuma xanthoriza Roxb Terhadap
Perbaikan Kerusakan Sel Hepar, Jurnal Ilmu Kedokteran Dan
Kesehatan, 3(6).
Syamsudin, R.A.M.R., dkk. 2019, Temulawak plant (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
as a traditional medicine, Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 1(10).
Wahyono, D., Hakim, A.R., dan Purwantiningsih, 2007, Pengaruh Pemberian
Syrup Curcuma plus® terhadap Farmakokinetika Rifampicin pada Tikus,
Majalah Farmasi Indonesia, 18(4), 163-168.
Wahyuningtyas, S.E.P., Permana, I.D.G.M., Wiadnyani, A.A.I.S., 2017, Pengaruh
Jenis Pelarut Terhadap Kandungan Senyawa Kurkumin dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Kunyit, Jurnal ITEPA, 2(6), 61-70.
Yew, W.W., Chang, K.C., dan Chan, D.P., Oxydative Stress and Frist-line
Antituberculosis Drug-induced Hepatotoxicity, Antimicrobial Agents and
Chemotherapy, 8(62), 1-10.
Zulkarnain, Z., Novianto, F., dan Saryanto., 2017, Uji Klinik Fase II Ramuan
Jamu sebagai Pelindung Fungsi Hati, Buletin Penelitian Kesehatan, 2
(45), 125 – 136
DISKUSI HEPATOPROTEKTOR
NO Pertanyaan Jawaban
1. Mindri Nofica A. (20405021154) muhammad yusral fami R. (20405021139)
OAT lebih baik di serap oleh tubuh saat lambung sedang
Untuk kie tentang cara penggunaan obat herbal
kosong, yaiutu di beri jarak 1 jam sebelum memasukan
tersebut bagaimana, karena pasien sendiri juga makanan atau 2 jam setelah makan, tetapi jika hal tersebut
menimbulkan rasa tak nyaman di perut sebaiknya di minum
menerima obat pro TB4, apakah ada interaksi jika
berdekatan dengan waktu makan, untuk penggunaan obat
digunakan bersama? Terimakasih herbal tidak boleh di gunakan bersamaan krn di hawatirkan
menimbulkan interaksi obat yang dapat menurunkan daya kerja
obat OAT dalam tubuh dan berpotensi menimbulkan efek
samping saluran cerna yang mengganggu pasien utk minum
obat wajibnya. jadi lebih baik penggunaanya untuk diberi jarak 1
atau 2 jam setelah penggunaan OATnya.

2. Hanum Rinanda Putri NIM 20405021109. Ingin Surti Khayatul Fata Nim 20405021101
tanaman lain yang mengandung kurkumin selain temulawak
bertanya, apakah alasan lain yang mendasari
yaitu, jahe, kunyit, dan tumbuhan yang termasuk ke dalam famili
kelompok ini memilih obat herbal dari temulawak zingiberaceae (Akram dkk., 2010). Berdasarkan jurnal-jurnal
penelitian menunjukkan bahwa kadar kurkumin dari kunyit dan
selain sudah termasuk OHT. dan adakah tanaman
temulawak tidak berbeda jauh yaitu misalnya pada penelitian
lain yang mempunyai kandungan kurkumin selain Wahyuningtyas dkk. (2017) yaitu kadar kurkumin dari kunyit
1,89% dan pada penelitian Anggoro dkk. (2015) kadar kurkumin
temulawak yang bisa digunakan sebagai
dari temulawak yaitu 2,6%. Jadi, selain kami memilih karena
hepatoprotektor, terimakasih.. OHT kadar kurkumin pada temulawak juga lebih tinggi
dibanding kunyit, namun tidak semua sama ada penelitian
dimana kadar kurkumin pada kunyit lebih tinggi dibanding
temulawak. Kami juga sudah mencari produk herbal yang sudah
OHT itu jarang sekali, kebanyakan kunyit masih dalam kategori
jamu, jadi kami lebih memilih temulawak yang sudah jelas ada
produk OHTnya, Terimakasih semoga bisa membantu
3. Naela Nazid Khusna (20405021116) mengapa Riani rian ekawati Nim 20405021132 izin menjawab pertanyaan
penggunaan kurkumin dikontraindiasikan dengan dari mba Naela Nazid Kusna,untuk penggunaan kurkumin pada
obstruksi saluran empedu ? dosis besar atau pemakaian yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan efek samping yaitu iritasi membran mukosa
lambung. sehingga tidak dapat di gunakan pada penderita
radang saluran empedu
4. Mesi Meida Sari (20405021093) Surti Khayatul Fata Nim 20405021101
Pada kasus tersebut disebutkan bahwa pasien aturan pakai antara temulawak dan obat TB diberi jeda waktu
mengkonsumsi obat TB yang dapat menyebabkan pemberian yaitu sekitar 2 jam karena berdasarkan penelitian
hepatotoksik dan kelompok kalian Wahyono dkk. (2007) menunjukkan bahwa kurkumin dapat
merekomendasikan OHT temulawak untuk solusinya. meningkatkan eliminasi Rifampicin sehingga meningkatkan
Yang ingin saya tanyakan, apakah obat TB dan klirens total Rifampicin maka akan menurunkan kadar
temulawaknya diminum secara bersamaan atau Rifampicin di dalam darah sehingga menurunkan bioavailabilitas
tidak? Dan untuk mengkonsumsi OHT itu sendiri Rifampicin dan efek terapi TB tidak tercapai. Iya mbk untuk
apakah berlangsung lama selama pemakaian obat pemakaian temulawak berlangsung terus selama mengonsumsi
TB yang digunakan atau tidak? obat TB karena OHT ini bertujuan untuk melindungi hati akibat
efet yang merugikan dari Obat TB
Terima kasih semoga bisa membantu
5. widya wahyu apriliyati nim 20405021124 dislide pada alung harjan nim 20405021125
interaksi obat ada peringatan hati-hati menggunakan penggunaan temulawak bersama anti kougulan yg harus di
temulawak bersama antikoagulan itu maksudnya perhatikan Krn kurkumin memiliki sifat spt antikoagulan yang dpt
kalau menggunakan temulawak bersama mengencerkan darah shg hrs dihindari penggunaan bersamaan
antikoagulan akan terjadi apa ya? (Gupta dkk., 2013).
6. Dindha Pristika Aulia (20405021117) Mutia Nurul Niza (20405021140)
Berdasarkan penjelasan diatas, penggunaan Kurkumin memiliki efek dalam berbagai proses sintesis dan
temulawak bersama dengan antikoagulan dapat metabolisme di tubuh diantaranya inhibisi prostaglandin dan
menimbulkan interaksi obat, interaksi seperti apa agen trombolitik dapat meningkatkan efek anti platelet
yang terjadi? antikoagulan (Abebe, 2012)
7. Ghazia Najihan N. 20405021144 Aulia Rahmaniati Nim 20405021131
selain temulawak yang anda pilih sebagai terapi tanaman lain yang dapat digunakan selain temulawak yaitu
Hepatoprotektor, apakah ada bahan alam lain yang kunyit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kunyit dapat
dapat digunnakan sebagai alternatif temulawak ? jika berfungsi sebagai hepatoprotektor (pelindung hati). Rimpang
ada, mohon dijelaskan  kunyit mengandung senyawa aktif antara lain kurkumin,
kurkuminoid, dimetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, dan
minyak atsiri.

Surti Khayatul Fata Nim 20405021101 akan menjawab


pertanyaan dari mas Ghazia, ada bahan alam lain selain
temulawak yang dijadikan sebagai hepatoprotektor seperti
tanaman Meniran yang memiliki kandungan phyllanthine,
hypophyllantine, dan flavonoid (Kardiman dan Kusuma, 2004)
8. Ria Pertiwi NIM : 20405021161, mau menanyakan Mutia Nurul Niza (20405021140)
pada interaksi obat itu kan disebutkan bahwa hati-hati Kurkumin memiliki efek dalam berbagai proses sintesis dan
menggunakan temulawak bersama dengan metabolisme di tubuh diantaranya inhibisi prostaglandin dan
antikoagulan, mengapa? interaksi apa yang mungkin agen trombolitik dapat meningkatkan efek anti platelet
terjadi? antikoagulan (Abebe, 2012)
9. Wahyu Setyaningsih 20405021138. Ijin bertanya Surti Khayatul Fata Nim 20405021101 akan menjawab
pada slide terdapat komponen senyawa yang pertanyaan dari mbk Wahyu kurkumin merupakan metabolit
bertindak sebagai antioksidan dari rimpang sekunder dari temulawak yang termasuk ke dalam golongan
temulawak adalah fenol dan kurkumin. Apakah kurkuminoid, kurkuminoid ini merupakan senyawa polifenol. Jadi
khasiat dan mekanisme kerja dari fenol itu tersendiri? kurkumin dan fenol sama-sama memiliki aktivitas sebagai
antioksidan yang mekanismenya sama dengan kurkumin
(Akram dkk., 2010).
10. Nurul Isnaeni (20405021118) Aulia Rahmaniati Nim 20405021131
ijin bertanya, kelompok 3 memilih temulawak sebagai senyawa antioksidan lain selain senyawa kurkumin yaitu
hepatoprotektor karena mengandung senyawa senyawa polifenol. Dua senyawa tersebut mempunyai efek
kurkumin,dimana kurkumin merupakan antioksidan. sebagai hepatoprotektor.
yang saya mau tanyakan adakah antioksidan lain
selain kurkumin yang bisa berfungsi sebagai
hepatoprotektor? Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai