Anda di halaman 1dari 10

Makalah autis

1. 1. BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal
macam-macam AnakBerkebutuhan Khusus. Salah satunya anak Autis. Anak autis juga
merupakan pribadi individuyang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun secara
akademik.Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak
autistersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam
pengkajiantersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya dan
lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum. Dalam masyarakatnantinya
anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapatmengembangkan potensi
yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena iabelum bisa mandiri. Oleh karena
itu makalah ini nantinya dapat membantu kita kengetahuianak autis tersebut.B. BATASAN
MASALAH Dalam penulisan makalah ini penulis akan membatasi masalahnya yaitu : 1.
Pengertian autis 2. Karakteristik / ciri-ciri autis 3. Penyebab autis 4. Gejala-gejala anak autis 5.
Macam-macam terapi penunjang bagi anak autis 6. Bentuk layanan pendidikan anak autis 7.
Klasifikasi anak autis 1

2. 2. C. RUMUSAN MASALAH Dari batasan masalah yang telah dibuat maka perumusan masalah
makalah ini, antara lain: 1. Apa yang dimaksud dengan anak Autis? 2. Apa klasifikasi / ciri-ciri
yang menandakan anak teridentifikasi autis? 3. Apa yang menyebabkan anak menjadi autis? 4.
Apa gejala-gejala yang menandakan anak teridentifikasi autis? 5. Apa sajakah macam-macam
terapi penunjang bagi anak autis? 6. Bagaimanakah bentuk layanan pendidikan bagi anak autis?
7. Siapa sajakah yang dikatakan anak autis?D. TUJUAN Adapun tujuan penulisan dari makalah ini
adalah untuk mengetahui lebih dalam bagaimana anak luar biasa, terutama anak autis. Yang
mana ingin mengetahui: 1. Pengertian autis 2. Karakteristik / ciri-ciri autis 3. Penyebab autisme
4. Gejala-gejala anak autis 5. Macam-macam terapi penunjang bagi anak autis 6. Bentuk layanan
pendidikan anak autisme 7. Klasifikasi anak autis 2

3. 3. BAB II PEMBAHASANA. PENGERTIAN AUTIS Pengertian autis telah banyak dikemukakan oleh
beberapa ahli. Secara harfiah autisme berasal dari kata autos =diri dan isme= paham/aliran.
Autisme dari kata auto (sendiri), Secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki
gangguaan perkembangan dalam dunianya sendiri. Seperti kita ketahui banyak istilah yang
muncul mengenai gangguan perkembangan : Autism = autisme yaitu nama gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak (Leo Kanner & Asperger, 1943). Autist =
autis : Anak yang mengalami ganguan autisme. Autistic child = anak autistik : Keadaan anak
yang mengalami gangguan autisme. Autistic disorder = gangguan autistic= anak-anak yang
mengalami gangguan perkembangan dalam criteria DSM-IV ( Diagnostic and Statictical Manual-
IV). Leo Kanner (Handojo,2003) autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada
anak, mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. Chaplin (2000) mengatakan : (1) cara
berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri (2) menanggapi dunia
berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri (3) Keyakinan ekstrim dengan fikiran dan fantasi
sendiri. American Psych: autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang
mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan
dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan
Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000) Anak autistic adalah adanya 6
gejala/gangguan, yaitu dalam bidang Interaksi social; Komunikasi (bicara, bahasa, dan
komunikasi); Perilaku, Emosi, dan Pola bermain; Gangguan sensoris; dan perkembangan
terlambat atau tidak normal. Penampakan gejala dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih
kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun) (Power, 1983). Gangguan autisme terjadi pada masa
perkembangan sebelum usia 36 bulan “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik
Gangguan Jiwa” (PPDGJ III) Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir
ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social atau
komunikasi 3

4. 4. yang normal. Hal ini mngekibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masih dalam
dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Jadi anak autisme
merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat
diketahui sejak umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta
perilakunya. Ditinjau dari segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga
anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak dini. Ditinjau dari segi
medis : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yang menyebabkan
gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga
anak ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis. Ditinjau dari segi psikologi : anak autis
adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3
tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara
psikologis. Ditinjau dari segi sosial : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini
memerlukan bimbingan ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat
pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan
interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.B. KARAKTERISTIK / CIRI-CIRI AUTIS
Anak autis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang: 1. Komunikasi:  Perkembangan
bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.  Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau
pernah berbicara tapi kemudian sirna,  Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya. 
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain 
Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi 4

5. 5.  Senang meniru atau membeo (echolalia)  Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata
atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya  Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non
verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa  Senang menarik-narik
tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu2.
Interaksi sosial:  Penyandang autistik lebih suka menyendiri  Tidak ada atau sedikit kontak
mata, atau menghindar untuk bertatapan  Tidak tertarik untuk bermain bersama teman  Bila
diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh3. Gangguan sensoris:  sangat sensistif terhadap
sentuhan, seperti tidak suka dipeluk  bila mendengar suara keras langsung menutup telinga 
senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda  tidak sensitif terhadap rasa sakit
dan rasa takut4. Pola bermain:  Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,  Tidak suka
bermain dengan anak sebayanya,  tidak kreatif, tidak imajinatif  tidak bermain sesuai fungsi
mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar  senang akan benda-benda yang
berputar, seperti kipas angin, roda sepeda, dll.  dapat sangat lekat dengan benda-benda
tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana5. Perilaku:  Dapat berperilaku
berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)  Memperlihatkan perilaku stimulasi diri
seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan
mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang  Tidak
suka pada perubahan  Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong 5

6. 6. 6. Emosi:  sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
 temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya 
kadang suka menyerang dan merusak  Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya
sendiri  tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lainC. PENYEBAB AUTIS
Terjadinya kelainan struktur sel otak yang disebabkan virus rubella, toxoplasma, herpes, jamur,
pendarahan, keracunan makanan. Faktor genetik (ada gen tertentu yang mengakibatkan
kerusakan pada sistem limbic. Faktor sensory interpretation errors Sampai sekarang belum
terdeteksi faktor yang menjadi penyebab tunggal timbulnya gangguan autisme. Namun
demikian ada beberapa faktor yang di mungkinkan dapat menjadi penyebab timbulnya autisme.
berikut: 1. Menurut Teori Psikososial Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme
dianggap sebagai akibat hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak.
Demikian juga dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat
bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik. 2. Teori Biologis Faktor
genetic: Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi dibanding populasi
keluarga normal. Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan awal, obat-
obatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia. Neuro anatomi yaitu:
Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama dalam kandugan yang mungkin disebabkan
terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan, atau infeksi. Struktur dan Biokimiawi yaitu:
Kelainan pada cerebellum dengan cel-sel Purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit, padahal sel-sel
purkinje mempunyai kandungan serotinin yang tinggi. Demikian juga kemungkinan tingginya
kandungan dapomin atau opioid dalam darah. 6

7. 7. 3. Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bara,
dlsb. 4. Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan. Menurut data yang ada 60 %
anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Dan kemungkinan timbulnya
gejala autistik karena adanya gangguan dalam pendengaran dan penglihatan Perbedaan antara
gangguan perkembangan satu dengan yang lain : 1. gangguan autis untuk kasus yang berat dan
memenuhi kriteria DSM IV atau ICD-10 2. PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder not
Otherwise Specified) untuk kasus yang tidak menunjukkan kriteria lengkap DSM-IV untuk
gangguan autis namun gangguan interaksi dan komunikasi merupakan ganggun primer. Bila
menggunakan istilah autisme atipik dijelaskan istilah tersebut berasal dari klasifikasi ICD-10 yang
mempunyai arti sama dengan PDD-NOS 3. MSDD (Multisystem Developmental Disorder) untuk
kasus-kasus yang menunjukkan bahwa gangguan interaksi sosial dan komunikasi bukan hal
primer, namun diduga merupakan hal sekunder akibat gangguan pemprosesan sensoris dan
perencanaan gerak motoris.Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab
tunggal timbulnya gangguan autisme.D. GEJALA-GEJALA ANAK AUTIS Gejala anak autis antara
lain: 1. Interaksi sosial Tidak tertarik untuk bermain bersama teman Lebih suka menyendiri Tidak
ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan Senang menarik-narik tangan
orang lain untuk melakukan apa yang inginkan 2. Komunikasi Perkembangan bahasa lambat
Senang meniru atau membeo Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara Kadang kata yang
digunakan tidak sesuai artinya Mengoceh tanpa arti berulang-ulang 7

8. 8. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi 3. Pola Bermain Tidak bermain seperti anak-
anak pada umumnya Senang akan benda-benda yang berputar Tidak bermain sesuai fungsi
mainan Tidak kreatif, tidak imajinatif Dapat sangat lekat dengan benda tertentu 4. Gangguan
Sensoris Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga Sering menggunakan indera
pencium dan perasanya Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan Tidak sensitif terhadap rasa
sakit dan rasa takut 5. Perkembangan Terlambat Tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan
sosial, komunikasi dan kognisi Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya,
kemudian menurun bahkan sirna 6. Gejala Muncul Gejala di atas dapat dimulai tampak sejak
lahir atau saat masih kecil Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak
kurangE. MACAM-MACAM TERAPI PENUNJANG BAGI ANAK AUTIS Anak autisme dapat dilatih
melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain: 1. Terapi Wicara: Untuk
melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik. 2. Terapi Okupasi : untuk melatih
motorik halus anak. 3. Terapi Bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil
bermain. 4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk menenangkan anak
melalui pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang. 5. Terapi melalui makan (diet
therapy) : untuk mencegah/mengurangi tingkat gangguan autisme. 6. Sensory Integration
therapy : untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indra anak autis (pendengaran,
penglihatan, perabaan) 8

9. 9. 7. Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih sempurna
8. Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar terlepas
dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan
gliadorphine, allergen, dsb) 9. Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan
energi yang berlebihan pada diri anak melalui aktifitas di air. 10. Terapi Musik : untuk melatih
auditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan konsentrasi.F. BENTUK LAYANAN
PENDIDIKAN ANAK AUTISME Pendidikan untuk anak autistik usia sekolah bisa dilakukan di
berbagai penempatan. Berbagai model antara lain: 1. Kelas transisi Kelas ini diperuntukkan bagi
anak autistik yang telah diterapi memerlukan layanan khusus termasuk anak autistik yang telah
diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas transisi sedapat mungkin berada di sekolah reguler,
sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi
merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan
dimodifikasi sesuai kebutuhan anak. 2. Program Pendidikan Inklusi Program ini dilaksanakan
oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi anak autistik. Untuk dapat
membuka program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara lain: Guru terkait telah siap
menerima anak autistik Tersedia ruang khusus (resourse room) untuk penanganan individual
Tersedia guru pembimbing khusus dan guru pendamping. Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih
dari 2 (dua) anak autistik. 3. Program Pendidikan Terpadu Program Pendidikan Terpadu
dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/waktu tertentu, anak-anak autistik dilayani di kelas
khusus untuk remedial atau layanan lain 9

10. 10. yang diperlukan. Keberadaan anak autistik di kelas khusus bisa sebagian waktu atau
sepanjang hari tergantung kemampuan anak.4. Sekolah Khusus Autis Sekolah ini diperuntukkan
khusus bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di
sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya
distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti
bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.5. Program Sekolah di Rumah
Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah
khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau
mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program sekolah di
rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru pembimbing atau terapis
atas kerjasama sekolah, orangtua dan masyarakat.6. Panti Rehabilitasi Autis. Anak autistik yang
kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat mengikuti program di panti
(griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi lebih terfokus pada pengembangan:
Pengenalan diri Sensori motor dan persepsi Motorik kasar dan halus Kemampuan berbahasa
dan komunikasi Bina diri, kemampuan sosial Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan
potensinya. Dari beberapa model layanan pendidikan di atas yang sudah eksis di lapanganadalah
Kelas transisi, sekolah khusus autistik dan panti rehabilitasi. 10

11. 11. G. KLASIFIKASI ANAK AUTISME Menurut Yatim (2002) klasifikasi anak autis dikelompokkan
menjadi tiga, antara lain : 1. Autisme Persepsi : dianggap autisme yang asli karena kelainan
sudah timbul sebelum lahir. Ketidakmapuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan
reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga ketidakmampuan anak bekerjasama dengan
orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh. 2. Autisme Reaksi : terjadi karena beberapa
permasalahan yang menimbulkan kecemasan seperti orangtua meninggal, sakit berat, pindah
rumah/ sekolah dan sebagainya. Autisme ini akan memumculkan gerakan-gerakan tertentu
berulang-ulang kadang-kadang disertai kejang- kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih besar 6-
7 tahun sebelum anak memasuki tahapan berpikir logis. 3. Autisme yang timbul kemudian :
terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak
lahir. Hal akan mempersulit dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk
mengubah perilakunya yang sudah melekat. 11

12. 12. BAB III PENUTUPA. KESIMPULAN Anak Autisme merupakan salah satu gangguan
perkembangan fungsi otak yangbersifat pervasive yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi, dangangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.
Layanan pendidikan bagi anak autis bagitu beragam antara lain; kelas transisi,program
pendidikan inklusi, program pendidikan terpadu, program sekolah di rumah, pantirehabilitasi
autis. Bentuk layanan ini rasanya begitu cocok diterapkan bagi anak autis tersebutagar ia kelak
lebih mandiri dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.B. SARAN Dari hasil makalah
yang telah dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih pedulikepada anak-anak barkebutuhan
khusus terutama bagi anak autis. Sebagai manyarakat secaraumum kita harus bisa menerima
anak-anak tersebut. Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan
layananpendidikan bagai anak-anak autis. 12

13. 13. DAFTAR PUSTAKAAnonim,Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak


Autisme.HtmlDanuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah, Jakarta: Puspa SuaraEllah Siti
Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan layanan Pendidikan Khusus,
Jakarta: DiktiSoetjiningsih (1994). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.Sutadi Rudi,
Bawazir L.A. Tanjung Nia, Adeline Rina (2003) Penatalaksanaan Holistik autisme. Jakarta Pusat
Informasii dan Penerbitan Bagian Ilmu penyakit Dalam. Jakarta: FK UISource (Sumber) :
Dikdasmen Depdiknaswww.ditplb.or.idhttp://sekolahautismeal-ihsan.com/artikel/sekilas-
tentang-autisme.html 13

Recommended

Insights from a Content Marketer

Online Course - LinkedIn Learning


College Prep: Writing a Strong Essay

Online Course - LinkedIn Learning


Blackboard 9.x Essential Training: Instructors

Online Course - LinkedIn Learning

Perkembangan kognitif pada penderita autis

Siti Nur Khotimah


Pengembangan interaksi sosial dan komunikasi anak autis

Tiya Widiyanti

Hasil Observasi Anak Tunarungu

Arina Latifah

Artikel autisme arif

Satrio Lintang


Deteksi autis gambar

Riana Budiastuti

Laporan observasi slb

iwan Alit

Rett Disorder Syndrome

Anda mungkin juga menyukai