Anda di halaman 1dari 16

PAPER ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. ANDRA SAFERI WIJAYA., S.Kep, M.Kep

PENYUSUN

NAMA : DESVIA SAFITRI


NIM : P05120319009
PRODI : SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TINGKAT II
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2020/2021

1
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat
masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk
hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut
terisolasi dari manusia lain dan masuk alam dunia repetitive, aktivitas dan minat
yang obsesif (BaronCohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak
dengan autisme yaitu memiliki 6 gangguan,  yakni dalam bidang interaksi sosial,
komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku emosi, pola bermain,
gangguan sensorik dan motorik, dan perkembangan terlambat atau tidak normal.
Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil, biasanya sebelum
anak berusia 3 tahun.

B. PENYEBAB TERJADINYA AUTISME


Pandangan tentang terjadinya autisme sampai sekarang masih menjadi
perdebatan yang panjang di antara para pakar autisme. Meskipun secara umum
ada kesepakatan di dalam lapangan yang membuktikan adanya keragaman
tingkat penyebabnya.
1) Termasuk bersifat genetik metabolik, dan gangguan syaraf pusat, infeksi
pada masa hamil (rumbella), gangguan pencernaan hingga keracunan
logam berat. Struktur otak yang tidak normal seperti hydrocephalus juga
dapat menyebabkan anak autism.
2) Selain faktor-faktor di atas, ada juga dugaan bahwa anak dengan autisme
disebabkan oleh faktor dari lingkungan, misalnya pada saat vaccinations.
Hal ini terjadi berdasarkan laporan yang diberikan oleh pihak orang tua
yang mengatakan anaknya mengalami perubahan yang kurang
menguntungkan setelah diberikan vacctinations. Mereka mengaku bahwa
ciri-ciri anak dengan autisme muncul setelah anak mereka diberikan
vacctinations, tetapi ada juga beberapa orang tua yang mengatakan
anaknya tetap nampak “normal” perkembangannya walaupun sudah
diberikan vacctinations (Sumber data: Yuwono 2009:32).

2
3) Dugaan lain yang muncul dari penyebab autisme adalah prilaku ibu pada
masa hamil yang sering mengkonsumsi seafood yang diduga banyak
mengandung mercury yang sangat tinggi karena adanya pencemaran air
laut akibat dari kegiatan industri yang membuang limbahnya ke laut. Selain
itu pada masa hamil ibu juga mengalami kekurangan mineral yang penting
seperti zinc, magnesium, iodine, lithium, and potassium. Pasticides dan
racun yang berasal dari lingkungan lainnya dan masih banyak faktorfaktor
dari lingkungan yang belum diketahui dengan pasti (Sumber data Yuwono,
2009:33).

C. KARAKTERISTIK ANAK AUTISME


Menurut Powers (1989) karakteristik anak autistik adalah adanya enam
gejala/gangguan, yaitu dalam bidang:
1) Masalah atau gangguan di bidang komunikasi, dengan karakteristik yang
nampak pada anak autistic berupa perkembangan bahasa anak autistik
lambat atau sama sekali tidak ada (anak tampak seperti tuli, sulit berbicara,
atau pernah berbicara lalu kemudian hilang kemampuan bicara), kadang-
kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya, mengoceh tanpa
arti secara berulang-ulang, dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti
oleh orang lain.
2) Masalah atau gangguan di bidang interaksi sosial, dengan karakteristik
berupa anak autistic lebih suka menyendiri, anak tidak melakukan kontak
mata dengan orang lain atau menghindari tatapan muka atau mata dengan
orang lain, tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang
sebaya maupun yang lebih tua dari umurnya, bila diajak bermain, anak
autistik itu tidak mau dan menjauh.
3) Masalah atau gangguan di bidang sensoris, dengan karakteristik berupa
anak autistik tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk,
anak autistik bila mendengar suara keras langsung menutup telinga,
senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda yang ada di
sekitarnya dan tidak peka terhadap rasa sakit atau takut.
4) Masalah atau gangguan di bidang pola bermain, dengan karakteristik
berupa anak autistik tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya, tidak

3
suka bermain dengan anak atau teman sebayanya, tidak memiliki
kreatifitas dan tidak memiliki imajinasi, tidak bermain sesuai fungsi mainan,
misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar, dan senang terhadap
benda-benda yang berputar.
5) Masalah atau gangguan di bidang pola bermain, dengan karakteristik
berupa:Anak autistik dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif dan
berperilaku berkurangan, anak autistik memperlihatkan perilaku stimulasi
diri atau merangsang diri sendiri seperti bergoyang-goyang mengepakkan
tangan seperti burung. Anak autistik tidak suka kepada perubahan dan
anak autistik duduk benggong, dengan tatapan kosong.
6) Masalah atau gangguan di bidang emosi, dengan karakteristik berupa:
Anak autistik sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa
dan menangis tanpa alasan, dapat mengamuk, kadang agresif dan
merusak dan anak autistik kadang-kadang menyakiti dirinya sendiri.

D. DAMPAK GANGGUAN AUTISME


1. Dampak gangguan dari segi interaksi sosial
Anak autisme dapat dikenal dengan mengamati interaksi sosialnya yang
ganjil dibandingkan anak pada umumnya, seperti:
a. Menolak bila ada yang hendak memeluk.
b. Tidak mengangkat kedua lengannya bila diajak untuk digendong
c. Ada gerakan pandangan mata yang abnormal.
d. Gagal menunjukkan suatu objek kepada orang lain.
e. Gagal dalam mengembangkan permainan bersama teman-teman
sebayanya, mereka lebih suka menyendiri.
f. Keinginan untuk menyendiri sering tampak pada masa kanak-kanak
dan akan makin berkurang sejalan dengan bertamabah usianya.
g. Tidak mampu memahami aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi
sosial.
h. Tidak mampu untuk memahami ekspresi wajah orang, ataupun untuk
mengekspresikan perasaanya baik dalam bentuk vokal ataupun dalam
ekspresi wajah.

4
2. Dampak gangguan dari segi komunikasi dan pola bermain.
Sekitar 50% anak autisme mengalami keterlambatan dan abnormalitas
dalam berbahasa dan berbicara. Dalam hal berbicara, bila ada orang
berbicara terhadap anak autisme, sering mereka tidak mampu memahami
ucapan ayang ditujukan pada mereka. Bila tertarik dengan sesuatu
objek/benda, biasanya mereka tidak menunjuk atau memakai gerakan tubuh
untuk menyampaikan keinginanya, tetapi dengan mengambil tangan
orangtuanya untuk dipakai mengambil objek yang dimaksud. Mereka
mengalami kesukaran dalam mengekspresikan perasaan/emosi melalui
suara. Dalam komunikasi non-verbal ia juga mengalami gangguan. Mereka
sering tidak menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi untuk
mengekspresikan perasaannya dan untuk merasakan perasaan orang lain.
Seperti tindakan menggelengkan kepala, melambaikan tangan, mengangkat
alis, dan sebagainya.
3. Dampak gangguan dari segi aktivitas dan minat.
Pada aspek aktivitas dan minat, anak autisme memperlihatkan
abnormalitas dalam bermain, seperti stereotipi, diulang-ulang, dan tidak
kreatif. Dalam hal minat yang terbatas dan sering aneh. Misalnya mereka
sering membuang waktu berjam-jam hanya untuk memainkan sakelar listrik,
memutar-mutar botol, dan sebagainya

E. KETERBATASAN ANAK AUTISME


Ditemukan beberapa gangguan pada beberapa bidang yang dialami oleh
anak autism.
1) Gangguan Kognitif
Ditemukan 75-80% anak autisme mengalami retardasi mental, dengan
derajat retardasinya rata-rata sedang. Namun demikian menarik untuk
diketahui bahwa beberapa orang penyandang autisme menunjukkan
kemapuan memecahkan masalah yang sangat luar biasa, seperti
mempunyai daya ingat yang sangat baik seperti mampu mengingat dan
menghafal reklame di televisi dengan sangat baik. Selain dari pada itu ada
juga dari mereka yang meiliki kemapuan membaca di atas penampilan
kemampuan intelektualnya (hiperleksia). Sekitar 50% dari mereka

5
tergolong idiot savants, yaitu mereka yang retardasi mental yang
menunjukkan kemapuan luar biasa dalam satu bidang, seperti menghitung
kalender, memainkan satu lagu hanya dari satu kali mendengar,
mengingat nomor-nomor telepon yang ia baca dari buku telepon.
2) Gangguan pada Perilaku Motorik
Kebanyakan anak autisme menunjukkan adanya stereotipi, seperti
bertepuk-tepuk tangan, menggoyang-goyang tubuh, dan sebagainya. Ada
di antara mereka yang menunjukkan perilaku motorik berlebihan
(hyperactive) terutama terjadi pada anak usia pra-sekolah. Namun
sebaliknya dapat pula terjadi penampilan perilaku yang kurang
(hypoactive). Beberapa anak autisme juga memperlihatkan gangguan
pemusatan perhatian dan impulsivitas. Juga ditemukan mereka yang
mengalami koordinasi motorik yang terganggu seperti kesulitan
mengikatkan tali sepatu, menyikat gigi, memotong makanan,
mengancingkan baju dan sebagainya.
3) Reaksi terhadap Perangsangan Indera
Beberapa anak autisme menunjukkan hipersensitivitas terhadap suara
(hiperakusis), mereka akan menutup telinganya bila mendengar suara
yang keras seperti gonggongan anjing, serine mobil, dan sebagainya. Ada
lagi anak-anak autisme yang sangat tertarik dengan bunyi jam tangan,
atau suara remasan kertas. Anak yang lain mungkin terganggu bila
melihat sinar terang seperti lampu sorot di ruang praktek dokter gigi, tapi
sebaliknya beberapa anak mungkin menyukai sinar.
Nugroho (Warta Talitakum, 2001) menjelaskan bahwa ditemukan pula
anak autisme yang hanya menggunakan satu sistem sensorisnya (mono
channel) untuk merespon rangsangan yang ada. Seperti anak yang tidak
dapat menggunakan sistem pendengaran dan penglihatan pada waktu
yang bersamaan. Sebaliknya beberapa anak autisme mengalami “multi
channel” maksudnya adalah bahwa anak tersebut membutuhkan input
sensori lebih dari satu sumber atau modalitas supaya proses datangnya
informasi dapat diterimanya dengan akurat.
4) Gangguan Tidur dan Makan

6
Beberapa dari anak autisme sering mengalami gangguan tidur dan hal
ini biasanya sangat mengganggu program terapi yang diikutinya. Mereka
mengalami pola tidur yang terbalik. Pada siang hari anak sangat sering
mengantuk, sebaliknya pada malam hari mereka sulit tidur. Gangguan
makan juga dialami oleh anak autisme, mereka hanya menyukai makanan
tertentu saja. Mereka menyukai makanan tertentu itu mungkin
berdasarkan bau atau teksturnya, menuntut hanya makanan jenis yang
terbatas, menolak bila diberi makanan jenis baru. Hal ini sangat
menyulitkan orangtua sekiranya makanan tertentu yang disukainya sulit
didapat. Hal ini juga akan merugikan anak dalam hal kecukupan gizi yang
dibutuhkan tubuhnya
5) Gangguan Afek dan Mood serta Emosi
Beberapa anak autisme menunjukkan perubahan mood yang tiba-tiba,
mungkin menangis atau tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka sering
nampak tertawa sendiri dan beberapa anak mungkin nampak mudah
menjadi emosional. Rasa takut yang sangat kadang-kadang muncul
terhadap objek yang sebetulnya tidak menakutkan. Cemas yang berat
dalam perpisahan, juga depresi berat mungkin ditemukan pada anak
autisme.
6) Perilaku yang Membahayakan Diri Sendiri
Suatu waktu beberapa dari anak autisme kemungkinan melakukan
perilaku yang membahayakan diri sendiri, seperti menggigit jari atau
tangan mereka sampai berdarah, membentur-benturkan kepala, mencubit
diri sendiri, menarik rambut sendiri atau memukuli diri sendiri. Mungkin
juga temper tantrums, ledakan agresivitas tanpa pemicu, kurangnya
perasaan terhadap bahaya dapat terjadai pada anak autisme.
7) Gangguan Kejang
Ditemukan juga anak autisme yang kejang epilepsi yaitu sekitar 10-
25% dari mereka. Ada korelasi yang tinggi antara serangan kejang
dengan beratnya retardasi mental, derajat disfungsi susunan saraf pusat.
Bila dikatakan bahwa anak-anak autisme memiliki cara berpikir yang
berbeda maksudnya adalah bahwa otak mereka menerima informasi dari
pengindraan (telinga, mata, kulit dan hidung ) dengan cara yang lain.

7
Mereka mendengar, marasa dan melihat sebagaimana orang lain tetapi
otak mereka menangani informasi-informasi tersebut dengan cara
berbeda. Oleh karena itu mereka menunjukkan perbedaan dalam
berkomunikasi dan berinteraksi.

F. KETERLIBATAN ORANG TUA


Supaya gangguan autism bisa diatasi secara optimal, diperlukan kerjasama
yang erat antara orang tua, terapis, dokter, psikologi, serta guru di sekolah. Guru
juga perlu tahu kalua penanganan anak autism sangat berbeda dengan anak
normal lainnya. Dengan demikian penanganan anak bisa lebih baik lagi.
Dalam kerja sama tim ini, orang tua adalah anggota tim yang paling
memegang peranan terbesar. Karena orang tua adalah orang yang terdekat
dengan anak. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, semua ini sangat
tergantung usaha orang tua. Adapun yang harus dipahami oleh orang tua
dengan anak yang mengalami gangguan autisme
1) Peneliaian orang tua terhadap perkembangan anak
Sikap orang tua yang benar adalah harus menerima keadaan anak. Sikap
orang tua yang tidak dapat menerima kenyataan bahwa anaknya memiliki
gangguan autism akan sangat buruk dampaknya, karena hal tersebut
hanya akan membuat anak autism merasa tidak dimengerti dan tidak
diterima apa adanya serta dapat menimbulkan penolakan dari anak
(resentment) dan lalu termanifestasi dalam bentuk perilaku yang tidak
diinginkan (Haryani, 2009)
2) Peran orang tua terhadap perkembangan anak
Peran yang dilakukan orang tua ketika pertama kali mengetahui anaknya
menyandang autism adalah mencari solusi jalan keluar terbaik untuk sang
buah hati; mereka berupaya mencari informasi seperti melalui teman dekat
dan melalui internet. Selain itu usaha pengobatan pun menjadi jalan keluar
satu-satunya yang dilakukan orang tua setelah mengetahui informasi,
seperti konsultasi ke dokter dan psikologi anak autism. Setelah itu upaya
terapipun juga dilakukan seperti terapi wicara, okupasi dan perilaku.
Selanjutnya usaha terakhir yang dilakukan oleh orang tua terhadap

8
penyandang autism adalah mengatur dalam pemenuhan nutrisi seperti
diet terigu dan susu (Ginanjar, 2008)

G. PENATALAKSANAAN
Anak-anak yang mengalami gangguan autism dapat dilatih melalui terapi
sesuai dengan kondisi dan gangguan yang dialaminya. Terapi autism antara
lain:
1) Terapi wicara
Terapi wicara ini berguna untuk melatih suara dan melancarkan otot-otot
mulut sehingga berbicara lebih baik.
Contoh : memijat pipi, metode sikat khusus lidah, dan latihan suara
2) Terapi untuk melatih motorik halus
Terapi ini untuk melatih kepekaan tangan dan melatih otot tangan.
Contoh : pemijatan tangan, memasukkan campuran terigu dengan air
kemudian anak dilatih untuk meremas campuran terigu tersebut.
3) Terapi bermain
Terapi bermain ini untuk melatih mengajarkan kepekaan terhadap
lingkungan sekitarnya, teman-teman, dan benda-benda disekililingnya.
Contoh : melatih anak untuk menyebutkan nama tempat, nama teman-
temannya,dan menyebut nama-nama benda.
4) Terapi medikamentosa/obat-obatan/diet therapy
Terapi makanan/diet makanan adalah sebuah keharusan untuk
mencegah/mengurangi tingkat gangguan autis. Biasanya anak yang
mengalami gangguan autis, peka terhadap makanan tertentu, misalnya
makanan yang banyak mengandung protein/
Contoh : mengurangi makanan yang banyak mengandung bahan terigu,
gula, coklat
5) Terapi melatih motoric kasar
Untuk melatih kepekaan dan koordinasi daya indra anak autis seperti
pendengaran, penglihatan, perabaan.
Contoh : melatih anak untuk melompat, naik turun tangga dan berenang.
6) Terapi pendengaran

9
Terapi pendengaran untuk melatih kepekaan pendengaran anak autis
agar lebih sempurna.
Contoh : terapi ini bisa dilakukan dengan menyebutkan kata-kata, dengan
bantuan alat yang dipukul, atau dengan alat musik.

7) Terapi music
Terapi music pada anak autis untuk melatih pendegaran anak, menekan
emosi, melatih kontak mata dan konsentrasi dan mengingat nada-
nadanya.
Contoh : bermain piano, gitar atau alat music lainnya.
H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME
1) Pengkajian
a. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga
b. Riwayat keluarga yang terkena autism
c. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan
i. Sering terpapar zat toksik, seperti timbal
ii. Cedera otak
d. Status perkembangan anak
i. Anak kurang merespon orang lain
ii. Anak sulit focus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh
iii. Anak mengalami kesulitan dalam belajar
iv. Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal
v. Keterbatasan kognitif
e. Pemeriksaan fisik
i. Tidak ada kontak mata pada anak
ii. Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh)
iii. Terapi ekolalia
iv. Tidak ada ekspresi non verbal
v. Sulit focus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain
vi. Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut
vii. Peka terhadap bau

2) Diagnosa keperawatan

10
Kemungkinan diagnose yang muncul :
1. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebigungan terhadap
stimulus
2. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan
dengan rawat inap di rumah sakit
3. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguan
3) Intervensi Keperawatan
1. Diagnose 1 : Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebigungan
terhadap stimulus
Hasil yang diharapkan : anak mengomunikasikan kebutuhannya
dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh yang sederhana
dan konkret.

INTERVENSI RASIONAL
Ketika berkomunikasi dengan Kalimat yang sederhana dan diulang-
anak, bicaralah dengan kalimat ulang mungkin merupakan satu-
singkat yang terdiri atas satu satunya cara berkomunikasi karena
hingga tiga kata, dan ulangi anak yang autis mungkin tidak mampu
perintah sesuai yang diperlukan, mengembangkan tahap pikiran
minta anak untuk melihat kepada operasional yang konkret. Kontak
anda ketika anda berbicara dan mata langsung mendorong anak
pantau Bahasa tubuhnya dengan berkonsentrasi pada pembicara serta
cermat. menghubungkan pembicaraan dengan
Bahasa dan komunikasi.
Gunakan irama, music, dan Gerakan fisik dan suara membantu
gerakan tubuh untuk membantu anak mengenali integritas tubuh serta
perkembangan komunikasi batasan-batasannya sehingga
sampai anak dapat memahami mendorongnya terpisah dari objek dan
Bahasa. orang lain.
Bantu anak mengenali hubungan Memahami konsep penyebab dan
anata sebab dan akibat dengan efek membantu anak membangun
cara menyebutkan perasaannya kemampuan untuk terpisah dari objek
yang khusus dan serta orang lain dan mendorongnya
mengidentifikaksi penyebab mengekspresikan kebutuhan serta

11
stimulus bagi mereka perasaannya melalui kata-kata
Ketika berkomunikasi dengan Biasanya anak autis tidak mampu
anak, bedakan kenyataan dengan membedakan antara realitas dan
fantasi, dalam pernyataan yang fantasi, dan gagal untuk mengenali
singkat dan jelas nyeri atau sensari lain serta peristiwa
hidup dengan cara yang bermakna.
Menekankan perbedaan dari
keduanya.

2. Diagnosa II : Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang


berhubungan dengan rawat inap di RS
Hasil yang diharapkan :
Anak memperlibatkan penurunan kecenderungan melakukan
kekerasan atau perilaku merusak diri sendiri, yang ditandai oleh
frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruktif bekurang, serta
peningkatan kemampuan mengatasi frustasi.

INTERVENSI RASIONAL
Sediakan lingkungan kondusif dan Anak yang autis dapat berkembang
sebanyak mungkin rutinitas melalui lingkungan yang kondusif
sepanjang periode perawatan di RS dan rutinitas, dan biasanya tidak
dapat beradaptasi terhadap
perubahan dalam hidup mereka.
Mempertahankan program yang
teratur dapat mencegah perasaan
frustasi, yang dapat menuntun pada
ledakan kekerasan.
Lakukan intervensi keperawatan Sesi yang singkat dan sering
dalam sesingkat dan sering. Dekati memungkinkan anak mudah
anak dengan sikap lembut, mengenal perawat serta lingkungan
bersahabatlah dan jelaskan apa rumah sakit. Mempertahankan sikap
yang anda akan lakukan dengan tenang, ramah dan

12
kalimat yang jelas, dan sederhana. mendemonstrasikan prosedur pada
Apabila dibutuhkan, demontrasikan orang tua, dapat membantu anak
prosedur kepada orang tua. menerima intervensi sebagai
tindakan yang tidak mengamcam,
dapat mencegah perilaku destruktif.
Gunakan restrain fisik selama Restrain fisik dapat mencegah anak
prosedur ketika membutuhknnya, dari tindakan mencederai diri
untuk memastikan kemanan anak sendiri. Biarkan anak terlibat dalam
dan untuk mengalihkan amarah dan perilakuyang tidak terlalu
frustasinya, misalnya untuk membahayakan, misalnya
mencegah anak dari membenturkan membanting bantal. Perilaku
kepalanya ke dinding berulang- semacam ini memungkinkan
ulang, restrain badan anak pada menyalurkan amarahnya, serta
bagian atasnya, tetapi mengekspresikan frustasinya
memperolehkan anak untuk dengan cara yang aman.
memukul bantal.
Gunakan teknik modifikasi perilaku Pemberian imbalan dan hukuman
yang tepat untuk menghargai dapat membantu mengubah
perilaku positif dan menghukum perilaku anak dan mencegah
perilaku yang negative. Misalnya, episode kekerasan.
hargai perilaku yang positif dengan
cara memberi anak makanan atau
mainan kesukaannya, beri hukuman
untuk perilaku yang negative
dengan cara mencabut hak
istimewanya
Ketika anak berperilaku destruktif, Setiap peningkatan perilaku agresif
tanyakan apakah ia mencoba menunjukkan perasaa stress
menyampaikan sesuatu, misalnya meningkat, kemungkinan muncul
apakah ia ingin sesuatu untuk dari kebutuhan untuk
dimakan atau diminum atau aoakah mengomunikasikan sesuatu.
ia perlu pergi ke kamar mandi.

13
3. Diagnose III : Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan
dengan gangguan
Hasil yang diharapkan :
Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua
yang tepat yang ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang
kondisi anak dan mencari nasihat serta bantuan

INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan orang tua untuk Membiarkan orang tua
mengekspresikan perasaan dan mengekspresikan perasaan dan
kekhawatiran mereka kekhawatiran mereka tentang kondisi
kronis anak membantu mereka
beradaptasi terhadap frustasi dengan
lebih baik, suatu kondisi yang
tampaknya cenderung meningkat
Rujuk orang tua ke kelompok Kelompok pendukung memperolehkan
pendukung autism setempat dan orang tua menemui orang tua dari anak
kesekolah khusus jika diperlukan yang menderita autism untuk berbagi
informasi dan memberikan dukungan
emosional
Anjurkan orang tua untuk mengikuti Kontak dengan kelompok swabantu
konseling (bila ada) membantu orang tua memperoleh
informasi tentang masa terkini, dan
perkembangan yang berhubungan
dengan autism.

14
KESIMPULAN
Autism adalah gangguan perkembangan yang kompleks yang disebabkan
adanya kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan pada
perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosialisasi, sensoris, serta belajar.
Penyakit ini adalah gangguan perilaku pada anak dimana anak asyik tenggelam
dalam dunianya sendiri. Gejala umumnya tampak sebelum usia 3 tahun.
Peran Orang tua juga sangat penting dalam perkembangan anak yang
menderita gangguan autis karena anak dengan gangguan autis membutuhkan
perhatian yang lebih dari anak-anak yang normal. Dukungan dari orang tua sangat
memperngaruhi tumbuh kembang anak yang menderita autis.

15
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, S. (2019). EFEKTIVITAS TERAPI BERMAIN ASSOSIATIF TERHADAP
KEMAMPUAN MOTORIK PADA ANAK AUTIS. Journal of Nursing and Public
Health, 7(2), 72-76.

Cirelli, E. (2020). Adults on the Autism Spectrum: A Quality Improvement Project to


Develop a Patient-Centered Nursing Care Guideline for the Acute Care Setting.

Nurhidayah, I., Hendrawati, S., & Anggia, Y. (2020). Kualitas Hidup Sibling Anak
dengan Autis. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 661-671.

Mujahiddin, S.Sos. (2012). Memahami Dan Mendidik Anak Autisme. Medan :


Mataniari Project.

Iswari, Mega. Nurhastuti. 2018. Pendidikan Anak Autisme. Jawa Barat : Goresan
Pena.

16

Anda mungkin juga menyukai