0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan4 halaman
Teks tersebut membahas tiga hal utama: (1) pengertian dan faktor penyebab autisme, (2) karakteristik autisme yang terlihat pada komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku, serta (3) klasifikasi autisme berdasarkan gejala yang ditunjukkan.
Teks tersebut membahas tiga hal utama: (1) pengertian dan faktor penyebab autisme, (2) karakteristik autisme yang terlihat pada komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku, serta (3) klasifikasi autisme berdasarkan gejala yang ditunjukkan.
Teks tersebut membahas tiga hal utama: (1) pengertian dan faktor penyebab autisme, (2) karakteristik autisme yang terlihat pada komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku, serta (3) klasifikasi autisme berdasarkan gejala yang ditunjukkan.
Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri" (Nevid, 2003). Dalam DSM IV-TR (APA, 2000) dikatakan bahwa autism adalah keabnormalan yang jelas dan gangguan perkembangan dalam interaksi sosial, komunikasi, keterbatasan yang jelas dalam aktivitas dan ketertarikan. Menurut Acocella (1996) ada tiga perspektif yang dapat digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab autisme, yaitu: 1) Perspektif psikodinamika Bettelheim (dalam Acocella, 1996) berpendapat bahwa penyebab dari autism adalah karena adanya penolakan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya. 2) Perspektif biologis a. Penelitian genetic, Folstein & Rutter (dalam Acocella, 1996) mengadakan penelitian di Great Britin, diantara 11 pasang monozygotic (MZ) kembar dan 10 pasang dyzygotic (DZ) kembar, ditemukan 1 pasang yang merupakan gen autisme. Pada kelompok MZ, 4 dari 11 diantaranya adalah gen autis, sedangkan pada DZ tidak ada. Walaupun demikian, pada MZ kembar tidak didiangnosa sebagai autisme hanya akan mengalami gangguan bahasa atau kognisi b. Penelitian tentang kromosom, kromosom yang dapat menyebabkan autisme, yaitu sindrom fragile X dan kromosom XXY, namun kromosom XXT ini tidak menunjukkan hubungan yang sekuat sindrom fragile X. c. Penelitian Biokimia, anak-anak autisme memiliki kadar serotin dan dopamine yang sangat tinggi. Obat-obat yang dapat membantu menurunkan kadar dopamine yaitu seperti phenothiazines yang dapat menurunkan gejala-gejala autisme. d. Gangguan bahwaan dan komplikasi kelahiran, ada 2 penyebab autisme, yaitu virus herprs dan rubella. Autisme juga berhubungan dengan komplikasi pada saat melahirkan. Komplikasi pada saat melahirkan berhubungan dengan faktor genetis. e. Penelitian neurological, penyebab autisme karena adanya kerusakan otak. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya gejala-gejala sebagai berikut: karakteristik anak autisme (seperti gangguan perkembangan bahasa, retardasi mental, tingkah laku motorik yang aneh, memiliki respon yang rendah atau bahkan sangat tinggi terhadap stimulus sensori menentang stimulus auditory dan visual) berhubungan dengan fungsi sistem saraf pusat. Sistem saraf menunjukkan abnormalitas, seperti gangguan otot, alat koordinasi, mengeluarkan air liur dan hiperaktif. Memiliki Electroencephalogram (EEG) yang abnormal. Penelitian ERP menunjukkan tidak adanya respon memperhatikan objek atau stimulus bahasa. Adanya keabnormalan pada bagian Cerebellum dan system lymbic di otak, yang sangat berpengaruh terhadap kognisi, memori, emosi dan tingkah laku. 3) Perspektif kognitif Teori-teori yang ada dalam perspektif ini adalah Ornitz (dalam Acocella, 1996) mengatakan bahwa gangguan pada anak autisme disebabkan karena adanya masalah dalam mengatur dan menyatukan input terhadap alat perasa. M.Rutter (dalam Acocella, 1996) memfokuskan pada sensori persepsi, yaitu dimana anak autisme tidak memberi respon terhadap suara. Anak autisme juga mengalami gangguan bahasa, seperti Aphasia yaitu kehilangan kemampuan memakai atau memahami kata-kata yang disebabkan oleh kerusakan otak. Tetapi dalam perspektif ini menyatakan bahwa anak autisme tidak memberi respon disebabkan adanya masalah perceptual. Lovaas (dalam Acocella, 1996) mengatakan bahwa anak autisme sangat overselektif dalam memperhatikan sesuatu. Anak autisme hanya dapat memproses dan merespon satu stimulus dalam satu waktu, hal ini disebabkan karena adanya gangguan perspetual. Anak autisme tidak mampu mengolah sesuatu dalam fikiran, misalnya tidak dapat memperkirakan dan memahami tingkah laku yang mendasari suatu objek. 2. Karakteristik Autisme Menurut Suryana dalam Ratnadewi, 2008; Rahcmayanti, 2008; Setiawan, 2010 menyatakan bahwa anak Autis mempunyai karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi. a. Komunikasi 1) Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada. 2) Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah bicara tapi kemudian sirna. 3) Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya. 4) Mengoceh tanpa arti berulangulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain. 5) Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi. 6) Senang meniru atau membeo (echolalia). Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya. 7) Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa. 8) Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu. b. Interaksi Sosial 1) Penyandang autistik lebih suka menyendiri. 2) Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan. 3) Tidak tertarik untuk bermain bersama teman. 4) Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh. c. Gangguan Sensoris 1) Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk. 2) Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. 3) Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda. 4) Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. d. Pola Bermain 1) Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya. 2) Tidak suka bermain dengan anak sebayanya. 3) Tidak kreatif, tidak imajinatif. 4) Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar. 5) Senang akan benda yang berputar seperti kipas angin, roda sepeda. 6) Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana. e. Perilaku 1) Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (deficit) 2) Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakan tangan, berputar-putar dan melakukan gerakan yang berulang- ulang. 3) Tidak suka pada perubahan. 4) Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong. f. Emosi 1) Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan. 2) Tempertantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang tidak diberikan keinginannya. 3) Kadang suka menyerang dan merusak. 4) Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri. 5) Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain. 3. Tipe-Tipe Autisme Menurut Yatim (2002), autisme terdiri dari 3 jenis yaitu persepsi, reaksi dan yang timbul kemudian. 1) Autis persepsi Merupakan autisme yang timbul sebelum lahir dengan gejala adanya rangsangan dari luar baik kecil maupun besar yang dapat menimbulkan kecemasan. Misalnya pada ibu hamil yang mempunyai genetik autisme dia mempunyai kecemasan akan menurun terhadap janin yang dikandungnya. 2) Autis reaktif Ditunjukkan dengan gejala berupa penderita membuat gerakan-gerakan tertentu yang berulang-ulang dan kadang disertai kejang dan dapat diamati pada anak usia 6-7 tahun. Anak memiliki sifat rapuh dan mudah terpengaruh pada dunia luar. 3) Autis yang timbul kemudian Jenis autisme ini diketahui setelah anak agak besar dan akan kesulitan dalam mengubah perilakunya karena sudah melekat atau ditambah adanya pengalaman yang baru atau gejala autis terlihat saat anak mulai dewasa. Menurut McCandless (2003) autis dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Autisme klasik, Autis sebelum lahir merupakan bawaan yang diturunkan dari orang tua ke anak yang dilahirkan atau sering disebut autis yang disebabkan oleh genetika (keturunan). Kerusakan saraf sudah terdapat sejak lahir, karena saat hamil ibu terinfeksi virus seperti rubella, atau terpapar logam berat berbahaya seperti merkuri dan timbal yang berdampak mengacaukan proses pembentukan sel-sel otak janin. 2) Autisme regresif, muncul saat anak berusia 12 sampai 24 bulan. Sebelumnya perkembangan anak relatif normal, namun sejak usia anak 2 tahun perkembangannya merosot. Anak yang tadinya sudah bisa membuat 11 kalimat beberapa kata berubah menjadi diam dan tidak lagi berbicara. Anak menjadi acuh dan tidak ada lagi kontak mata. Kalangan ahli menganggap autism regresif karena anak terkontaminasi langsung faktor pemicu. Paparan logam berat terutama merkuri dan timbal dari lingkungan merupakan faktor yang paling disorot. Autisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan gejalanya. Sering kali pengklasifikasian disimpulkan setelah anak didiagnosa autis. Klasifikasi ini dapat diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS). Pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut : a. Autis Ringan Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan adanya kontak mata walaupun tidak berlangsung lama. Anak autis ini dapat memberikan sedikit respon ketika dipanggil namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan dalam berkomunikasi dua arah meskipun terjadinya hanya sesekali. b. Autis Sedang Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan sedikit kontak mata namun tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang stereopik cenderung agak sulit untuk dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan. 12 c. Autis Berat Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat tidak terkendali. Biasanya anak autis memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara berulang-ulang dan terus menerus tanpa henti. Ketika orang tua berusaha mencegah, namun anak tidak memberikan respon dan tetap melakukannya, bahkan dalam kondisi berada di pelukan orang tuanya, anak autis tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak baru berhenti setelah merasa kelelahan kemudian langsung tertidur (Mujiyanti, 2011).