Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan anugrah dari Tuhan yang sangat dinantikan kehadirannya,


namun tidak semua anak (beruntung dengan mendapatkan kesempurnaan.
Terdapat beberapa anak yang istimewa, beda dari yang lain yang harus
mendapatkan perhatian khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang
memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususanya. Sama
halnya dengan anak yang normal, anak yang berkrbutuhan khusus juga harus di
perhatikan, pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting bagi anak karena
menentukan masa depannya.

Khususnya untuk anak yang mengalami gangguan kognitif seperti autism,


hiperaktif, down sindrom dan retardasi mental, membutuhkan perhatian yang
lebih, terutama dari orang-orang sekitar, sehingga perawat perlu melibatkan
lingkungan untuk memberikan asuhan keperawatan pada anak. untuk itu akan
dibahas sebagaimana asuhan keperawatan pada anak yang berkebutuhan khusus.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Berkebutuhan Khusus?

C. Tujuan Penulisan
Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Berkebutuhan
Khusus

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan penanganan


khusus yang berkaitan dengan kekhususannya.(Fadhli,2010).

Anak yang memiliki gangguan kognitif juga termasuk anak berkebutuhan


khusus gangguan kognitif adalah sebuah istilah umum yang mencakup setiap jenis
kesulitan atau efisiensi mental.

Anak yang berkebutuhan khusus antara lain autism, hiperaktif, down


syndrome dan retardasi mental. Pada anak yang berkebutuhan khusus paling
efektif dilakukan pada usia sebelum 5 tahun. Setelah 5 tahun hasilnya lebih lambat
pada usia 5 sampai 7 tahun perkembangan otak melompat menjadi 25% dari usia
sebelum 5 tahun. Meski tidak secepat anak normal kita harus memberi
kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus ini untuk berkembang, dia masih
dapat menguasai beberapa kemampuan seperti halnya anak normal yang lain.

B. Konsep Dasar Autisme


a. Pengertian

Autisme berasal dari bahasa Yunani, kata "aut" : diri sendiri, kata "isme" :
orientasi/keadaan. Maka autisme dapat diartikan sebagai kondisi seseorang yang
secara tidak wajar terpusat pada dirinya sendiri kondisi seseorang yang senantiasa
berada di dalam dunianya sendiri

Autisme adalah gangguan fungsi otak dan saraf serius dan kompleks yang
memengaruhi perilaku dan proses berpikir manusia.

Autisme mencakup segala gangguan dalam interaksi sosial, perkembangan


bahasa, dan keterampilan komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal.

2
Gangguan perkembangan ini umumnya dimulai pada masa kanak-kanak dan
bertahan seumur hidup.

b. Penyebab
Penyebab terjadinya belum diketahui secara pasti,hanya diperkirakan
mungkin adanya kelainan dari system saraf (neurologi) dalam berbagai derajat
beratnya ringan penyakit. (faisal, 2003).
Penyebab Wabah autisme menurut buku (bony,2003) adalah :
 Gangguan Susunan Saraf Pusat
Ditemukan kelainan neuranotomi (anatomi susunan saraf pusat)
pada beberapa tempat didalam otak anak autis. selain itu, ditemukan
kelainan struktur pada pusat emosi didalam otak sehingga emosi anak autis
sering terganggu. penemuan ini membantu dokter menentukan obat yang
lebih tepat. obat-obatan yang sering dipakai adalah dari jenis
psikotropika,yang bekerja pada susunan saraf pusat.
 Gangguan Sistem Pencernaan
Ada hubungan antara gangguan sistem pencernaan dengan gejala autis.
tahun 1997, seorang  pasien autis, mengeluhkan gangguan pencernaan
yang sangat buruk.
 Peradangan Dinding Usus
Bersdasarkan pemeriksaan endoskopi atau peneropongan usus pada
sejumlah anak autis yang memiliki pencernaan buruk ditemukan adanya
peradangan usus pada sebagian besar anak.
 Faktor Genetika
Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. namun, gejala autisme
baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen.
 Keracunan Logam Berat
berdasarkan tes laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah
ditemukan kandungan logam berat dan beracun pada banyak anak autis.
Diduga,kemampuan sekresi logam berat dari tubuh terganggu secara
genetik.

3
c. Tanda Dan Gejala
 Mengalami kesulitan untuk menjalin pergaulan yang rapat
 Sangat kurang menggunakan bahasa
 Sangat lemah kemampuan berkomunikasi
 Kelainan lain :
o Sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Anak akan bereaksi
secara emosional kadang bereaksi kasar meskipun hanya
perubahan kecil dari kehidupan rutin.

o Setiap perubahan bagi anak autisme selalu dirasakan buruk dan


perubahan yang ke arah baik pun tidak pernah dirasakan

o Memperlihatkan gerakan-gerakan tubuh yang aneh

o Sebagian kecil anak autisme menunjukkan masalah perilaku yang


sangat menyimpang oleh ciri-ciri utama antara lain:

 Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya

 Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal

 Tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosial nya

 Hasil pengamatan lingkungan terbatas atau berulang-ulang


d. Klasifikasi

Klasifikasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu

1. Autisme Persepsi

Autisme persepsi dianggap autisme asli dan juga disebut dengan autisme
internal karena kelainan sudah timbul sebelum lahir

2. Autisme Reaktif

4
Pada altissimo reaktif penderita membuat gerakan-gerakan tertentu
berulang-ulang dan kadang-kadang disertai kejang kejang
3. Autisme Yang Timbul Kemudian
Kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit
memberikan pelatihan dan baru dan mungkin diperberat dengan kelainan jaringan
otak yang terjadi setelah lahir.

Dalam berinteraksi anak autisme dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Menyendiri

Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya bertendensi


kurang menggunakan kata-kata dan kadang-kadang sulit berubah meskipun
usianya bertambah lanjut menghabiskan harinya berjam-jam sendiri dan kalau
berbuat sesuatu melakukannya berulang-ulang

2. Kelompok Anak Autisme Yang Pasif

Mempunyai pembendaharaan kata yang lebih banyak meskipun agak


terlambat biasa berbicaranya lebih tepat merangkai kata meskipun pada kata yang
tepat gangguan kelompok ini seberat anak kelompok menyendiri ini bisa diajari
dan berlatih

3. Anak Autisme Kelompok Yang Aktif Tetapi Menggunakan Suara Sendiri


Kelompok ini lebih cepat mempunyai perbedaan kata paling banyak dan
cepat bisa meskipun bisa merangkai kata dengan baik namun masih tersebut kata
yang aneh dan kurang dimengerti menyenangi dan terpaku pada salah satu jenis
barang tertentu

e. Penatalaksanaan
Banyak cara yang bisa dilakukan pada penderita autisme antara lain
melalui program pendidikan dan latihan dikutip pelayanan dan perlakuan
lingkungan yang wajar orang tua harus diajari cara menghadapi anak autisme
untuk mengurangi perlakuan yang tidak bisa pengobatan yang dilakukan untuk

5
membatasi membuatnya gejala dan keluhan sejalan dengan pertambahan usia anak
diusahakan agar anak meningkatkan perhatian dan tanggungjawab terhadap orang
disekitarnya bimbingan dilakukan secara perorangan agar efektif.

f. Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan Pada Anak Autisme

1. Pengkajian

a. Riwayat gangguan jiwa pada keluarga

b. riwayat keluarga yang terkena autism

o kesehatan ketika anak dalam kandungan (sering terpapar zat


toksik seperti timbal cedera otak)

o status perkembangan anak

o Anak kurang merespon orang lain

o anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh

o anak kesulitan dalam belajar

o anak sulit menggunakan ekspresi non verbal keterbatasan


kognitif.

c. Pemeriksaan fisik
o tidak ada kontak mata pada anak-anak
o tertarik pada sentuhan terdapat ekolalia
o tidak ada ekspresi nonverbal
o sulit fokus pada objek semula bila anda berpaling ke objek lain
o tertarik pada suara tapi bahkan pada makna benda tersebut
o peka terhadap bau.

6
2. Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap


stimulus
2. Risiko membahayakan sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan
rawat inap di rumah sakit
3. Resiko perubahan peran orang tua

C. Konsep Syndroma Hiperaktivitas


a. Pengertian
Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian
menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang
sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan
otak minimal atau disfungsi serebral minimal.

b. Etiologi
Pandangan-pandangan serta pendapat-pendapat mengenai asal usul,
gambaran-gambaran, bahkan mengenai realitas daripada gangguan ini masih
berbeda-beda serta dipertentangkan satu sama lainnya. Bebetapa orang
berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari
gangguan-gangguan di dalam neurokimia atau neurofisiologi susunan syaraf 
pusat. istilah gangguan kekurangan perhatian merujuk kepada apa yang oleh
banyak orang diyakini sebagai gangguan yag utamanya. Sindroma tersebut diduga
disebabkan oleh factor genetic, pembuahan ataupun racun, bahaya- bahaya yang
diakibatkan terradinya prematuritas atau immaturitas, maupun rudapaksa, anoksia
atau penyulit kelahiran lainnya.

c. Patofisiologi
Patofisiologi Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) masih
belum diketahui pasti. Namun, beberapa faktor telah dikaitkan dengan terjadinya
ADHD, termasuk gangguan pada neurotransmiter, struktur otak, dan fungsi
kognitif.

7
d. Manifestasi Klinis
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan
ini memperlihatkan aktivitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengna
anak-anak yang normal, tetapi gerakan-gerakan yang mereka lakukan kelihatan
lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah.
Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan
serta bersifat impulsive dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa
mempertimbangkan atau merenungkan akibat tindakan tersebut. Mereka
mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi dan secara emosional
mereka adalah orangorang yang labil serta mudah terangsang.
Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau
pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara social mereka bersikap
kaku. beberapa orang di antara mereka bersikap permusuhan dan negative, tetapi
ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahan-permasalahan
psikososial yang mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat tergantung secara
berlebihan, namun yang lain lagi bersikap begitu keras dan merdeka, sehingga
kelihatan sembrono.

e. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang lambat yang bertambah banhyak pada
elektroensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit
neurologic atau epilepsy yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna
yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh computer akan dapat membantu
di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu.

f. Komplikasi
1. Diagnosis sekunder, gangguan konduksi, depresi dan ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)

8
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk

D. Konsep Dasar Down Syndrome


a. Pengertian
Down syndrome merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling
banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan 20 %anak dengan dilahirkan oleh ibu
yang berusia diatas 35 tahun. Syndrom down merupakan cacat bawaan yang
disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom x.

b. Etiologi
Penyebab dari Syndrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu
terletak pada kromosom 21 dan 15.
Faktor – faktor yang berperan dalam kelainan
 Genetik
Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya
peningkatan resiko terulang bila dalam keluarga terdapat anak
dengan syndrome.
 Radiasi  
Ada sebagian besar penelitian ada sekitar 30 % yang melahirkan
anak dengan syndrome down pernah mengalami radiasi di daerah
sebelum terjadi konsepsi.
 Infeksi dan Kelainan Kehamilan
 Autoimun dan Kelainan Endokrin
Pada ibu terutama autoimun tiroid
 Umur ibu diatas 35 tahun.
Diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan “non disjunction” pada kromosom

c. Manifestasi klinis
Beberapa kelainan pada anak syndrome down :
1. Sutura sagitalis yang terpisah
2. Fisura palpebralis yang miring

9
3. Jarak yang lebar antar kaki
4. Fontanella palsu
5. Plantar crease
6. Hiperfleksibilitas
7. Peningkatan jaringan sekitar leher
8. Bentuk palatum yang abnormal
9. Hidung hipoplastik
10. Kelainan otot dan hypotonia
11. Bercak brushfield pada mata
12. Mulut terbuka dan lidah terjulur
13. Lekukan epikantus pada sudut mata sebelah dalam
14. Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan
15. Jarak pupil yang lebar
16. Oksiput yang datar
17. Tangan dan kaki yang pendek serta lebar
18. Bentuk atau struktur telinga yang abnormal
19. Kelainan mata tangan kaki mulut sindaktili
20. Mata sipit

d. Diagnosa Yang Lazim Muncul


1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
2. Risiko infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Defisiensi pengetahuan orang tua

E. Konsep Retardasi mental


a. Pengertian

Retardasi mental yaitu yaitu kondisi si yang ditandai intelegensi yang


rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
Anak tidak mampu belajar dan depresi karena intelegensi nya rendah biasanya di
bawah 70.

10
Retardasi mental memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Fungsi intelektual umum di bawah normal


2. Terdapat kendala dalam berperilaku adaptasi sosial
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan itu di bawah usia 18
tahun.
b. Etiologi

Secara garis besar faktor penyebab dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

1. Faktor genetik
a. Akibat kelainan jumlah kromosom misalnya trisomi 21
atau dikenal dengan sindrom down
b. Kelainan bentuk kromosom
2. Faktor prenatal
Keadaan tertentu yang telah diketahui ada sebelum atau pada saat
kelahiran tetapi tidak dapat dipastikan sebabnya
3. faktor perinatal
a. proses kelahiran yang lama misalnya plasenta previa,
ruptur tali umbilicus
b. posisi janin abnormal seperti letak bokong atau
melintang dan kelainan bentuk wilayah kecelakaan pada
waktu lahir dan distres fatal.
4. Faktor pasca natal
a. Akibat infeksi ( meningitis, ensefalitis, ensefalitis)
b. trauma kapitis dan tumor otak
c. Kelainan tulang tengkorak
d. Kelainan endokrin dan metabolic, keracunan pada otak
serta faktor sosial budaya.

c. Tanda anak retardasi mental


1. Penampilan fisik dan seimbang besarnya kepala terlalu besar atau
terlalu kecil mulut-mulut mata sipit atau mongoloid badan bungkuk
2. Kecerdasan terbatas

11
3. Tidak dapat mengurus diri sendiri tanpa bantuan orang lain sesuai
usia
4. Arah minat saat terbatas pada hal-hal yang terbatas dan sederhana
saja
5. Perkembangan bahasa atau bicara lambat
6. Tidak ada perhatian terhadap lingkungan atau pandangan kosong
dan perhatiannya labil sering berpindah-pindah.
7. Koordinasi gerakan kurang gerakan kurang terkendali
8. Daya ingat yang lemah emosi sangat miskin dan terbatas apatis dan
acuh tak acuh terhadap sekitarnya
9. Sering kali ngiler

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

KASUS AUTISME

Ny. A berumur 35 tahun membawa anak pertamanya berusia 2 tahun, bernama


An. B, ke RSUD Fauziah Bireuen dengan keluhan An. B tidak dapat memberikan
atau menanggapi respon saat ibunya atau orang lain memanggilnya. An. B
kelihatan bingung dan tidak dapat menjawab pertanyaan ibunya. Jika
menginginkan sesuatu An.B hanya menarik-narik tangan orang yang dikenalnya
tanpa berbicara dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.
An.B juga menutup diri terhadap pergaulan sosial, lebih senang bermain sendiri,
daripada bermain dengan teman sebayanya. Ny A sangat khawatir dengan kondisi
anaknya tersebut. Ada lebih sering mengoceh dengan bahasa yang tidak
dimengerti oleh orang lain. Ny A mengatakan bahwa An. B sudah berumur 1,5
tahun pun masih belum bisa bicara dengan jelas dan keluarga hanya menganggap
ini hal yang adalah masalah keterlambatan pertumbuhan saja, juga mengatakan
bahwa saat mengandung An. B pernah mengalami pendarahan ringan saat setelah
trimester pertama. saat An. B lahir juga mengalami keterlambatan dalam
merespon menangis dan berat badan dan dibawah 2500 gram. Setelah dilakukan
pengkajian saat berinteraksi respon An. B sangat lambat, tidak memiliki kontak
mata dan jawaban, ada juga menyimpang dari pertanyaan yang diberikan oleh
perawat. An. B terlihat kurang berminat. Saat melakukan pemeriksaan TTV
didapatkan hasil Tekanan Darah 110/80 mmhg, Nadi 100 x/menit, RR 28 x/menit

13
suhu. 37 C. Tidak ada gangguan pendengaran diagnosa medis autis dengan
gangguan komunikasi verbal.

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
o Nama : An. B
o Jenis kelamin : laki-laki
o Umur : 2 tahun
o Tanggal MRS :10 November 2019
o Sumber informasi : Ny. A (ibu pasien)
o Alamat : Bireuen
2. Riwayat kesehatan
o Riwayat kesehatan dahulu
Ny.A mengatakan bahwa pernah mengalami pendarahan ringan
saat setelah trimester pertama saat mengandung An. B, juga
mengalami keterlambatan dalam respon menangis, memiliki BB
kurang dari 2500 gram saat lahir.
o Riwayat kesehatan sekarang
An. B tidak dapat memberikan Atau menanggapi respon saat ibu
dan orang lain memanggil. An. B kelihatan bingung dan tidak
dapat menjawab pertanyaan ibunya jika menginginkan sesuatu
anak hanya menarik-narik tangan orang yang dikenalnya tanpa
berbicara. Mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu
untuknya. An. B menutup diri terhadap pergaulan sosial lebih
senang bermain sendiri daripada bermain dengan teman sebayanya.
An. B lebih sering ngoceh dengan bahasa yang tidak dimengerti
oleh orang lain

o Kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kejadian seperti yang
dialami oleh An. B

14
3. Alasan masuk RS

An. B masuk pada tanggal 10 Oktober 2020 diantar oleh ibunya. Alasan
masuk dikarenakan An. B tidak dapat memberikan respon saat ibunya atau orang
lain memanggilnya terlihat bingung dan tidak dapat menjawab pertanyaan ibunya
jika menginginkan sesuatu kali nanya menarik-narik tangan orang yang
dikenalnya tanpa berbicara dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu
untuknya. An. B menutup diri terhadap pergaulan sosial lebih sering bermain
sendiri daripada bermain dengan teman , mengoceh dengan bahasa yang tidak
dimengerti oleh orang lain.

4. Faktor predisposisi

Sebelumnya An. B belum pernah diperiksa ke rumah sakit dan juga belum
mendapatkan pengobatan apapun. Anggota keluarga juga tidak ada yang memiliki
riwayat sakit autis. Ny.A mengatakan pernah mengalami cedera ringan saat
setelah semester pertama saat mengandung An. B , juga saat lahir memiliki
keterlambatan dalam respon menangis.

5. Pemeriksaan fisik

a. Status perkembangan anak:


o Tidak ada kontak pada mata anak
o Sering tidak merespon panggilan, tapi bila mendengar suara yang
disukainya bereaksi dengan cepat
o Terdapat ekolalia
o Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain
o Anak tertarik pada sentuhan menyentuh atau disentuh
o Tidak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi lebih suka
mengoceh dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh orang lain
o Kelihatan bingung saat diberikan pertanyaan

b. Keluhan fisik

15
Tidak ada gangguan pendengaran
Tekanan Darah 110/80 mmhg, Nadi 100 x/menit, RR 28 x/menit,
Suhu 37 C.

6. Konsep diri

Ny.A dapat memahami yang terjadi dan iklas dalam menjalani segala yang
menjadi ketentuan Tuhan. Keluarga besar juga memberikan dukungan sangat baik
sekali dalam memberikan motivasi agar selalu tegar dan sabar.

7. Hubungan sosial

Ny.A hanya mengatakan bahwa kontak mata sangat kurang, tidak bisa
bermain dengan teman sebaya, tidak bisa berempati ,kurang mampu mengadakan
hubungan sosial dan emosional, timbal balik dengan orang di sekitarnya

8. Spiritual

Klien beragama Islam mengikuti kedua orang tuanya

9. Masalah psikologis

An. B sering merasa bingung saat diberikan pertanyaan sehingga


membuatnya merasa ketakutan.

Analisa Data

Data fokus Masalah keperawatan


DS: Gangguan komunikasi verbal
Ny.A mengatakan bahwa anak tidak dapat
memberikan atau menanggapi respon saat
ibunya atau orang lain memanggil An. B .
An. B kelihatan bingung dapat menjawab
pertanyaan ibunya. Jika menginginkan
sesuatu hanya menarik tangan orang yang
dikenalnya tanpa bicara dan
mengharapkan tangan tersebut melakukan

16
sesuatu untuknya. An. B menutup diri
terhadap pergaulan sosial lebih senang
bermain sendiri daripada bermain dengan
teman sebayanya. Lebih sering mengoceh
dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh
orang lain.

DO :
o Tidak ada kontak mata pada An. B
o Sering tidak merespon panggilan
tapi mendengar suara yang
disukainya akan bereaksi dengan
cepat
o Terdapat ekolalia
o Sulit fokus pada objek semula bila
anak berpaling ke topic lain
o Anak tertarik pada sentuhan
menyentuh atau disentuh
o Tidak menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi lebih suka
mengoceh dengan bahasa yang
tidak dimengerti oleh orang lain
o Kelihatan bingung saat diberikan
pertanyaan

Pohon Masalah

Gangguan Komunikasi Verbal

Stimulasi Sensori Yang Kurang Adekuat

17
Kurangnya Pengetahuan Orang Tua

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Komunikasi Verbal

C. Intervensi

Diagnosa NOC NIC


Gangguan Tujuan : Aktif mendengarkan
Komunikasi Setelah diberikan o Menampilkan ketertarikan
Verbal intervensi selama 3 x 24 pada pasien
jam kemampuan o Gunakan pertanyaan atau
komunikasi klien pernyataan untuk
bertambah dengan kriteria mendorong ekspresi,
hasil : pikiran, perasaan dan
Komunikasi penggunaan kekhawatiran.
bahasa lisan perkembangan o Perhatikan emosi
anak : 2 tahun. o Dengarkan nada, tempo,
(menggunakan frase 2 volume dan infleksi suara
sampai 3 kata). o Perhatikan waktu respon
o Kognisi klien sehingga
o Konsentrasi mencerminkan
o Orientasi pemahaman tentang pesan
kognitif yang diterima
o Memori o Perjelas pesan melalui
baru penggunaan pertanyaan
dan umpan balik
o Verifikasi pemakaian dari
penggunaan pertanyaan
dan umpan balik

18
o Verifikasi pemahaman
klien melalui penggunaan
pertanyaan atau umpan
balik
o Gunakan keheningan
dengarkan mendorong
ekspresi, perasaan, pikiran
dan kekhawatiran.

Peningkatan komunikasi
o Monitor proses kognitif
anatomis dan fisiologis
yang terkait dengan
kemampuan bicara
o Pantau reaksi frustrasi
kemarahan, depresi atau
tanggapan kalian terhadap
gangguan kemampuan
bicara
o Kenali perilaku emosional
dan fisik sebagai bentuk
komunikasi
o Menyediakan metode
alternatif untuk
komunikasi
o Menyesuaikan gaya
komunikasi klien
o Bekerjasama dengan
keluarga dan terapis wicara
untuk mengembangkan
rencana komunikasi
efektif.

19
Terapi seni
o Mengidentifikasi
bentuk kegiatan
berbasis seni
o Identifikasi media
seni yang akan
digunakan seperti
gambar
o Menyediakan
perlengkapan yang
sesuai untuk
tingkat
perkembangan dan
tujuan untuk terapi
o Berikan lingkungan
yang tenang dan
bebas dari
gangguan
o Memantau
keterlibatan klien
selama proses
pembuatan seni
termasuk komentar
verbal dan perilaku
o Mendorong klien
untuk menggambar
atau kreasi seni.

D. Implementasi
Disesuaiakn dengan intervensi yang telah dibuat.

E. EVALUASI

20
 Klien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang lain
 Klien mulai interaksi verbal dan nonverbal dengan orang lain
 Klien dapat mengucapkan nama panggilan dirinya dan orang tuanya atau
orang terdekat dengan menggunakan verbal.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan penanganan


khusus yang berkaitan dengan kekhususannya.(Fadhli,2010).

Anak yang memiliki gangguan kognitif juga termasuk anak berkebutuhan


khusus gangguan kognitif adalah sebuah istilah umum yang mencakup setiap jenis
kesulitan atau efisiensi mental.

Anak yang berkebutuhan khusus antara lain autism, hiperaktif, down


syndrome dan retardasi mental. Pada anak yang berkebutuhan khusus paling
efektif dilakukan pada usia sebelum 5 tahun. Setelah 5 tahun hasilnya lebih lambat
pada usia 5 sampai 7 tahun perkembangan otak melompat menjadi 25% dari usia
sebelum 5 tahun. Meski tidak secepat anak normal kita harus memberi
kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus ini untuk berkembang, dia masih
dapat menguasai beberapa kemampuan seperti halnya anak normal yang lain.

B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat menambah pengetahuan bagi penulis dan


pembaca dalam membuat asuhan keperawtan anak berkebutuhan khusus.

21
DAFTAR PUSTAKA

Fadhil. A(2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta:Penerbit


Pustaka Anggrek

Judawarto (2007). Terapi Anak Autis Dirumah. Jakarta :Puspa Swara

Monika & Waruwu (2006). Anak Berkebutuhan Khusus: Bagaimana


Mengenal Dan Menanganinya.

Wijayakusuma, Hembing (2008). Psikoterapi Anak Autism. Jakarta :


Pustaka Obor

Yatim, Faisal (2003). Autism: Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak.


Jakerta :Pustaka Popular Obor

22

Anda mungkin juga menyukai