1 PENGERTIAN
Autism disebut juga sindroma keanner. Dengan gejala tidak mampu bersosialisasi,
mengalami kesulitan menggunakan bahasa , berperilaku berulang-ulang,serta bereaksi tidak
biasa terhadap rangsangan sekitarnya. (dr.leo keanner,1938)
Autism bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana
terjadi penyimpangan perkembangan social, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap
sekitar, sehingga autism seperti hidup dalam dunianya sendiri.
Autism tidak termasuk golongan penyakit jadi tetatepi suatu kumpulan gejala kelainan
perilaku dan kemajuian perkembangan. Dengan kata lain,pada anak autism terjadi kelainan
emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasive).
Autism terjadi sejak usia muda,biasanya sekitar 2-3 tahun. Autisme bisa mengenai siapa saja.
2 PENYEBAB
Penyebab terjadinya belum diketahui secara pasti,hanya diperkirakan mungkin adanya kelainan
dari system saraf (neurologi) dalam berbagai derajat beratnya ringan penyakit.(faisal,2003)
Penyebab wabah autisme menurut buku (bony,2003) adalah :
a. Gangguan susunan saraf pusat
Ditemukan kelainan neuranotomi (anatomi susunan saraf pusat) pada beberapa tempat didalam
otak anak autis. Selain itu,ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi didalam otak sehingga
emosi anak autis sering terganggu. Penemuan ini membantu dokter menentukan obat yang lebih
tepat. Obat-obatan yang sering dipakai adalah dari jenis psikotropika,yang bekerja pada susunan
saraf pusat.
b. Gangguan sistem pencernaan
Ada hubungan antara gangguan sistem pencernaan dengan gejala autis. Tahun 1997,seorang
pasien autis,Parker Beck,mengeluhkan gangguan pencernaan yang sangat buruk. Ternyata,ia
kekurangan enzim sekretin. Setelah mendapat suntikan sekretin,Beck sembuh dan mengalami
kemajuan luar biasa. Kasus ini memicu penelitian-penelitian yang mengaruh pada gangguan
metabolisme pencernaan.
c. Peradangan dinding usus
Bersdasarkan pemeriksaan endoskopi atau peneropongan usus pada sejumlah anak autis yang
memiliki pencernaan buruk ditemukan adanya peradangan usus pada sebagian besar anak. Dr.
Andrew Wakefiled ahli pencernaan asal inggris,menduga peradangan tersebut disebabkan
virus,mungkin virus campak. Itu sebabnya, banyak orangtua yang kemudian menolak imunisasi
MMR (measles,mumps,rubella) karena diduga menjadi biang keladi autis pada anak.
d. Faktor genetika
Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. Namun, gejala autisme baru bisa muncul jika
terjadi kombinasi banyak gen. bisa saja autisme tidak muncul,meski anak membawa gen
autisme. Jadi perlu faktor pemicu lain.
e. Keracunan logam berat
Berdasarkan tes laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah ditemukan kandungan
logam berat dan beracun pada banyak anak autis. Diduga,kemampuan sekresi logam berat dari
tubuh terganggu secara genetik.
4 KLASIFIKASI
Autisme dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a. Autisme persepsi
Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal karena kelainan sudah
timbul sebelum lahir.
b. Autisme reaktif
Pada autisme reaktif,penderita membuat gerakkan-gerakkan tertentu berulang-ulang dan kadang-
kadang disertai kejang-kejang
c. Autisme yang timbul kemudian
Kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit memberikan pelatihan dan
pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat,ditambah beberapa pengalaman
baru dan mungkin diperberat dengan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah lahir.
Dalam berinteraksi anak autisme dikelompokkan atas 3 kelompok :
a. Menyendiri
- Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya
- bertendensi kurang menggunakan kata-kata dan kadang-kadang sulit berubah meskipun usianya
bertambah lanjut.
- menghabiskan harinya berjam-jam sendiri,dan kalau berbuat sesuatu,melakukannya berulang-
ulang
- Sangat tergantung pada kegiatan sehari-hari
b. Kelompok anak autisme yang pasif
- Lebih bisa bertahan pada kontak fisik dan agak mampu bermain dengan kelompok.
- Mempunyai pembendaharaan kata yang lebih banyak meskipun masih agak terlambat biasa
berbicarannya.
- Kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang ada kata yang kurang tepat
- Gangguan kelompok ini tidak seberat anak kelompok menyendiri.
- Kelompok ini bisa diajari dan dilatih
c. Anak autisme kelompok yang aktif tetapi menggunakan cara sendiri
- Kelompok ini lebih cepat mempunyai pembendaharaan kata paling banyak dan cepat bisa
berbicaramasih bisa ikut berbagi rasa dengan teman
- Meskipun bisa merangkai kata dengan baik namun masih terselip kata yang aneh dan kurang
dimengerti
- Menyenangi dan terpaku pada salah satu jenis barang tertentu.
5 PENATALAKSANAAN
Banyak cara yang bisa dilakukan terhadap penderita autisme,antara lain (faisal,2003)
a. Melalui program pendidikan dan latihan diikuti pelayanan dan perlakuan lingkungan yang wajar
b. Pengasuh dan orangtua harus diajari cara menghadapi anak autisme untuk mengurangi perlakuan
yang tidak wajar.
c. Pengobatan yang dilakuakan adalah untuk membatasi memberatnya gejala dan keluhan sejalan
dengan pertambahan usia anak
d. Diusahakan agar anak meningkatkan perhatian dan dan tanggung jawab terhadap orang
sekitarnya
e. Bimbingan dilakukan secara perorangan agar efektif
Gangguan di otak tidak dapat disembuhkan,tapi dapat ditanggulangi dengan terapi dini,terpadu,
dan intensif. Gejala-gejala autisme dapat dikurangi,bahkan dihilangkan sehingga anak bisa
bergaul secara normal,tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat ,berkarya, bahkan membina
keluarga. Berikut ini beberapa jenis terapi bagi anak autis :
a) Terapi medikamentosa
Terapi ini dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki komunikasi,memperbaiki
respon terhadap lingkungan,dan menghilangkan perilaku aneh serta diulang-ulang. Dalam kasus
ini gangguan terjadi di otak sehingga obat-obatan yang dipakai adalah yang bekerja di otak.
b) Terapi biomedis
Terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian suplemen.
Terapi ini dilakuak berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh,seperti gangguan
pencernaan,alergi,daya tahan tubuh rentan,dan keracunan logam berat. Berbagai gangguan fungsi
tubuh ini akhirnya mempengaruhi fungsi otak.
c) Terapi wicara
Umumnya,terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka mengalami keterlambatan
bicara dan kesulitan bahasa.
d) Terapi perilaku
Terapi inibertujuan agar anak autis dapat mengurangi perilaku tidak wajar dan menggantinya
dengam perilaku yang bisa diterima di masyarakat.
e) Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan membantu anak autis yang mempunyai perkembangan motorik kurang
baik,antara lain gerak-geriknya kasar dan kurang luwes. Terapi okupasi akan
menguatkan,memperbaiki koordinasi dan ketrampilan otot halus anak.
1. Pengkajian
2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus.
Hasil yang diharapkan :
Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh
yang sederhana, konkret; bayi dengan efektif dapat mengkomunikasikan kebutuhannya
(keinginan akan makan, tidur, kenyamanan, dsb).
Intervensi :
a. Ketika berkomunikasi dengan anak, bicaralah dengan kalimat singkat yg terdiri atas 1 hingga 3
kata, dan ulangi perintah sesuai yang diperlukan. Minta anak untuk melihat kepada anda ketika
anda berbicara dan pantau bahasa tubuhnya dengan cermat.
b. Gunakan irama, musik dan gerakan tubuh untuk membantu perkembangan komunikasi sampai
anak dapat memahami bahasa.
c. Bantu anak mengenali hubungan antara sebab dan akibat dengan cara menyebutkan perasaannya
yang khusus dan mengidentifikasi penyebab stimulus bagi mereka.
d. Ketika berkomunikasi dengan anak, bedakan kenyataan dengan fantasi, dalam pernyataan yang
singkat dan jelas.
e. Sentuh dan gendong bayi, tetapi semampu yang dapat ditoleransi.
2. Risiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di
rumah sakit
Hasil yang diharapkan :
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau perilaku merusak
diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruksi berkurang, serta
peningkatan kemampuan mengatasi frustasi.
Intervensi :
a. Sediakan lingkungan kondusif dan sebanyak mungkin rutinitas sepanjang periode perawatan di
rumah sakit
b. Lakukan intervensi keperawatan dalam sesi singkat dan sering. Dekati anak dengan sikap
lembut, bersahabat, dan jelaskan apa yang anda akan lakukan dengan kalimat yang jelas dan
sederhana. Apabila dibutuhkan, demonstrasikan prosedur kepada orang tua.
c. Gunakan restrain fisik selama prosedur ketika membutuhkannya, untuk memastikan keamanan
anak dan untuk mengalihkan amarah dan frustasinya.
d. Gunakan teknik modifikasi perilaku yang tepat untuk menghargai perilaku positif dan
menghukum perilaku yang negatif.
e. Ketika anak berperilaku destruktif, tanyakan apakah ia mencoba menyampaikan sesuatu.
3. Risiko Perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan
Hasil yang diharapkan :
Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat yang ditandai
oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari nasihat serta bantuan.
Intervensi :
a. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka.
b. Rujuk orang tua ke kelompok pendukung autisme setempat dan ke sekolah khusus jika
diperlukan
c. Anjurkan orang tua untuk mengikuti konseling (bila ada).
DAFTAR PUSTAKA
Danuatmaja, Bony. 2003. Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.
Yatim, Faisal. 2003. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor
http://luci-fransisca.blogspot.com/2011/06/askep-pada-anak-autis.
htmlhttp://www.scribd.com/doc/39800209/Askep-Autisme-pada-anak
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
GANGGUAN AUTISME
Oleh :
3. Eki Sibagariang
4. Ahmad Ridwan
5. Romaito Lumbanbatu
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya, makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper maupun
para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN GANGGUAN AUTISME”. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun
dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada
seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya
penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan
mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada
reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial
(pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner,
seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun
1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan
berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa .
Autis dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota,
berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun
demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan terdiagnosis lebih
awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autis makin bertambah. Di Kanada dan Jepang pertambahan
ini mencapai 40% sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9
kasus autis per-harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir
dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut
di atas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius
dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Di Amerika Serikat
disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain
menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang
mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka
kejadian autisma meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autis.
Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang
terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta,
hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan
jumlah anak austime dapat mencapai 150 - 200 ribu orang.
Berdasarkan hal diatas, maka kami sebagai penulis tertarik untuk lebih memahami
konsep anak dengan autisme, dimana konsep ini saling terkait satu sama lain. Semoga Askep
ini dapat membantu para orang tua, masyarakat umum dan khusnya kami (mahasiswa
keperawatan) dalam memahami anak dengan autisme, sehingga kami harapkan kedua anak
dengan kondisi ini dapat diperlakukan dengan baik.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan autism.
b. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa memahami pengertian Autisme.
b) Mahasiswa memahami etiologi dan manifestasi klinik autisme
c) Mahasiswa memahami cara mengetahui autis pada anak.
d) Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan anak
dengan autisme
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1. Defenisi
Autisme adalah ketidakmampuan perkembangan yang biasanya terlihat sebelum usia
dua setengah tahun dan ditandai dengan gangguan pada wicara dan bahasa, mobilitas,
persepsi, dan hubungan interpersonal.(Speer, Kathleen Morgan. 2007)
2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari autisme belum diketahui, yang pasti hal ini bukan disebabkan
karena pola asuh yang salah.
Jenis persepsi
Autisme persepsi meupakan autism yang timbul sebelum lahir dengan gejala adanya
rangsangan dari luar, baik kecil maupun kuat dapat menimbulkan kecemasan.
Jenis reaksi
Autisme reaktif yaitu dengan gejala penderita membuat gerakan-gerakan tertentu
berulang-ulang dan kadang disertai kejang dan dapat diamati pada usia 6-7 tahun, memiliki sifat
rapuh, mudah terpengaruh oleh dunia luar.
Jenis autisme yang timbul kemudian
Jenis ini diketahui setelah anak agak besar dan akan mengalami kesulitan dalam
mengubah perilakunya karena sudah melekat atau ditambah adanya pengalaman yang baru.
4. Pathway
5. Tanda dan gejala Autisme
Gejala autisme mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun,dan secara
umum gejala paling jelas terlihat antara umur 2-5 tahun. Namun, pada beberapa kasus anak
autis, gejalanya justru terlihat pada usia sekolah. Berdasarkan sebuah penelitian, autisme lebih
banyak menimpa anak laki-laki dari pada anak perempuan
Adapun gejala-gejala autisme pada anak, menurut Dr. Suriviana, antara lain:
a. Seolah tidak mengerti cara bermain, bermainnya sangat monoton, dan melakukan gerakan yang
sama berulang-ulang sampai berjam-jam.
b. Bila sudah senang terhadap satu mainan, tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya
juga aneh.
c. Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil-mobilan secara terus-menerus untuk
waktu yang lama) atau sesuatu yang berputar.
d. Terdapat kelekatan dengan benda-benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, serta
gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana-mana.
e. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, dan air yang bergerak.
f. Perilaku ritualistik sering terjadi
g. Dapat terlihat sangat hiperaktif,misalnya tidak dapat diam, lari ke sana-sini, melompat-lompat,
berputar-putar, dan memukul benda berulang-ulang.
h. Bisa juga menjadi terlalu diam.
a. Selektif yang berlebihan terhadap rangsangan sehingga kemampuan menangkap isyarat yang
berasal dari lingkungan sangat terbatas.
b. Kurang motifasi, bukan hanya sering menarik diri dan asyik sendiri, tetapi juga cenderung tidak
termotivasi menjelajah lingkungan baru atau memperluas lingkup perhatian mereka.
c. Memiliki respon stimulasi diri tinggi. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
merangsang diri sendiri, misalnya bertepuk tangan, mengepak-ngepakkan tangan, dan
memandangi jari-jemari sehingga tidak produktif.
d. Memiliki respon terhadap imbalan. Mereka belajar paling efektif pada kondisi imbalan langsung,
yang jenisnya sangat individual. Namun, respon ini berbeda untuk setiap anak autis.
2. Perilaku Autistik
Kesiapan belajar
Kontak mata jika disuruh dan mengikuti perintah sederhana, seperti “tutup pintu” dan “duduk”.
Keterampilan motorik kasar
Bermain bola dan mengayuh sepeda roda tiga.
Keterampilan motorik halus
Menyalin garis, mewarnai, dan menggunakan gunting.
Imitasi non verbal
Tepuk tangan, menunjuk bagian tubuh, dan mengikuti gerakan atau mimik mulut.
Imitasi verbal
Mengeluarkan suara secara spontan, meniru suku-suku kata, dan meniru penekanan atau tinggi
rendah dalam suatu kalimat
Pembicaraan sederhana yang berguna
Menjawab pertanyaan-pertanyaan paling tidak satu kata, meminta sesuatu dengan satu kata
atau lebih.
7. Penatalaksanaan
Autisme merupakan gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable) namun bisa
diterapi (treatable), maksudnya kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun ada
gejala-gejala yang dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya dapat
berbaur dengan anak-anak lain secara normal.
a. Terapi Medikamentosa
b. Terapi Biomedis
Terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian
suplemen. Terapi ini dilakukan berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh, seperti
gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan, dan keracunan logam berat.
c. Terapi wicara
Umumnya, terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka mengalami
keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif
verbal dan non verbal yang memungkinkan orang tua lebih mendekatkan diri kepada anak
autisme dan mengenal kondisi anak secara mendetail guna membantu proses penyembuhan
anak.
d. Psikoterapi
Terapi khusus bagi anak autisme yang dalam pelaksanaannya harus melibatkan peran
aktif dari orang tua. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif verbal dan non verbal yang
memungkinkan orang tua lebih mendekatkan diri kepada anak autisme dan mengenal kondisi
anak secara mendetail guna membantu proses penyembuhan anak.
e. Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan membantu anak autisme yang mempunyai perkembangan motorik
kurang baik, antara lain gerak-geriknya kasar dan kurang luwes.Terapi okupasi akan
menguatkan, memperbaiki koordinasi, dan keterampilan otot halus anak.
f.Terapi Music
Terapi music untuk anak-anak autisme ialah penggunaan bunyi dan musik dalam
memunculkan hubungan antara penderita dengan individu lain, sekaligus terapi untuk
mendukung serta menguatkan secara fisik, mental, social dan emosional. Penggunaan bunyi
dan musik dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya bermain music bersama dengan
improvisasi bebas. Hal ini sangat cocok untuk anak-anak autisme yang notabene sulit dalam
berkomunikasi. Melalui musik, anak-anak autisme dapat mengungkapkan perasaan mereka
dengan segala cara, baik menggunakan anggota tubuh, suara, maupun alat musik yang
disediakan.
g. Peran orang tua
Banyak peran yang bisa dan harus dilakukan orang tua anak autis. Pertama, memastikan
diagnosa, sekaligus mengetahui ada- tidaknya gangguan lain pada anak untuk ikut
diobati.Carilah dokter yang dapat memahami penyakit anak dan jangan fanatik pada satu dokter
karena tidak selamanya seorang dokter benar secara mutlak. Hal yang juga sangat membantu
orang tua adalah bertemu dan berbicara dengan sesama orang tua anak autis. Usahakan
bergabung dalam parents support group.Selain untuk berbagi rasa, juga untuk berbagi
pengalaman, informasi, dan pengetahuan.Orang tua juga harus bertindak sebagai manager
saat terapi dilakukan, misalnya mempersiapkan kamar khusus, mencari dan mewawancara
terapis, mengatur jadwal, melakukan evaluasi bersam tim, juga mampu memutuskan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, terapisan, dan pengobatan anak.
1. Bahan makanan yang mengandung luten yang biasanya terdapat dalam gandum, tepung terigu,
atau maizena, oat, barley, dan lain—lain. Produk olahan yang mengandung gluten antara lain
kecap, roti, cookies atau biskuit, mie, sereal, donat, pie.
2. Bahan makanan yang mengandung kasein yang biasanya terdapat dalam susu hewan. Produk
olahan yang mengandung kasein antara lain keju, es krim, yougurt, biskuit, margarin.
3. Bahan makanan yang mengandung penyedap rasa atau MSG. Selain itu,sebagian besar anak
autisme juga sensitif terhadap bumbu makanan tertentu seperti ketumbar, merica, jahe,
cengkeh.
4. Bahan pemanis dan pewarna buatan seperti permen, saos tomat, minuman kemasan.
5. Makanan yang diawetkan seperti makanan kalengan, sosis, makanan olahan atau makanan
yang dijual di supermarket.
8. Buah-buahan tertentu seperti anggur, pir, lengkeng, pisang, apel, jeruk, tomat, almond, cherry,
strawberry, melon, mangga yang terlalu manis, ketimun.
9. Jenis air tertentu, seperti air ledeng, air sumur. Oleh karena itu tetap dianjurkan bagi anak
autisme untuk mengkonsumsi air mineral
10. Kurma, jagung, santan, minyyak kelapa atau kelapa sawit, abon sapi
14. Semua jenis gula tanpa terkecuali selain jenis gula yang direkomendasikan dokter atau terapis
1. Pengkajian
Kaji riwayat kehamilan ibu,nutrisi saat hamil dan terjadi ganguan pada saat hamil atau tidak.
Kaji riwayat partum dan post partum
Uji perkembangan
Psikososial
Menarik diri dan tidak responsive terhadap orang tua
Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
Perilaku menstimulasi diri
Pola tidur tidak teratur
Permainan stereotip
Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
Tantrum yang sering
Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
Kemampuan bertutur kata menurun
Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus
Neurologis
Respons yang tidak sesuai terhadap stimulasi
Reflex mengisap buruk
Tidak mampu menangis ketika lapar
Gastrointestinal
Penurunan nafsu makan
penurunan berat badan
Gangguan tingkah laku
Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal.contoh:sulit bicara atau bicara berulang-ulang
Gangguan pola bermain.contohnya:tidak suka bermain dengan teman sebaya
Gangguan sensori,seperti tidak sensitive terhadap rasa sakit/takut
Gangguan respon emosi.contoh:sering marah-marah dan tertawa tanpa alasan
Gangguan interaksi social
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
Bantu anak mengenali hubungan antara Memahami konsep penyebab dan efek
sebab akibat dengan cara menyebutkan membantu anak membangun
perasaannya yang khusus dan kemampuan untuk terpisah dari objek
mengidentifikasi penyebab stimulus bagi serta orang lain dan mendorongnya
mereka. mengekspresikan kebutuhan serta
perasaannya.
b. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di
rumah sakit
Hasil yang diharapkan :
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau perilaku merusak
diri sendiri,yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruksi berkurang,serta
peningkatan kemampuan mengatasi frustasi.
INTERVENSI RASIONAL
Gunakan restrain fisik selama prosedur Restrain fisik dapat mencegah anak
ketika membutuhkannya, untuk dari tindakan mencederai diri
memastikan keamanan anak dan untuk sendiri.Biarkan anak terlibat dalam
mengalahkan amarah dan frustasinya. perilaku yang tidak terlalu
membahayakan.
INTERVENSI RASIONAL
AUTISME
AUTISME
A. PENGERTIAN
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang
lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktifitas imajinatif
dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan
hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa,
fenomena ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)
Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, sadock dan sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan pervasif, atau
kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik
berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam
pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan
kehilangan kontak dengan realitas.
B.EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit sistemik, infeksi dan
neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik.
C.ETIOLOGI
E.MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a.Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak atau kurang
berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta
kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan
kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan
ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun
masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik mungkin
terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan
menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
b.Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit, keasyikan dengan
bagian-bagian tubuh.
c.Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek. Kesibukannya dengan
objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d.Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara lingkungan yang
tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan
dapat diramalkan .
e.Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f.Kontak mata minimal atau tidak ada.
g.Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan menggosok permukaan
menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon
terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan
menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h.Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada emosional
i.Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat berbicara, pembalikan
kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk
menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan
pada umur 2 tahun.
j.Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional.
k.Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan mata, wajah yang
menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.
F.PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus memeberikan perawatan
kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for
autistik children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan dapat memmberikan
pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi
perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT),terapi keluarga
dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi keberhasilannya terbatas,
pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran
berbicara. Perilaku destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu dukungan positif
(hadiah) dan hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena kemajuan pada anak autis
lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang mengarah pada
agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi kemampuan
bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan latihan antar perorangan
terstruktur dapt digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi dengan obat
klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi dikendalikan
dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit
bebas aditif atau pengawet.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat waktu serta program
terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a.Mengurangi masalah perilaku.
b.Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
c.Anak bisa mandiri.
d.Anak bisa bersosialisasi.
G.PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal, dapat berdiri sendiri,
sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada
institusi mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi lebih tinggi, kemampuan
berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan
menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik
Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta