Anda di halaman 1dari 20

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH

ANAK AUTISME

Dosen Pengampu : Prof.Dr. Mega Iswari, M.Pd

NAMA : KARTIKA SARI

NIM : 23003251

UNIVERSITAS NEGERI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN LUAR BIASA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2023
1. Jelaskan dan berikan contoh bagaimana cara mengatasi perilaku stereotip pada
anak autis!
Jawaban :

Perilaku stereotip adalah salah satu ciri khas pada anak dengan autisme. Anak autis
cenderung menunjukkan pola perilaku yang berulang dan terbatas, seperti gerakan-gerakan tubuh
yang repetitif atau mengulang kata-kata yang sama tanpa makna yang jelas.

Beberapa contoh perilaku stereotip pada anak autis meliputi:

1. Gerakan tubuh yang repetitif, seperti mengepak-ngepakkan tangan, mengayunkan tangan,


atau menggoyangkan badan ke depan dan ke belakang
2. Menunjukkan ketertarikan yang berlebihan pada objek atau benda tertentu, seperti
memainkan benda dengan cara yang sama berulang kali.
3. Mengulang kata-kata atau frasa yang sama secara berulang tanpa tujuan atau makna yang
jelas.
Perilaku stereotip pada anak autis dapat memiliki berbagai penyebab, termasuk perbedaan
dalam perkembangan otak dan gangguan dalam pengolahan informasi sensorik Perilaku ini dapat
menjadi salah satu cara bagi anak autis untuk mengatasi kecemasan atau mengatur diri mereka
sendiri dalam situasi yang kompleks atau tidak terstruktur.
Cara mengatasi perilaku stereotip pada anak autis yaitu :
1. Terapi perilaku
Terapi perilaku adalah salah satu metode yang efektif untuk mengatasi perilaku stereotip
pada anak autis. Terapi ini melibatkan penggunaan penghargaan positif dan hukuman yang
tepat untuk mengubah perilaku anak. Contohnya, jika seorang anak autis memiliki perilaku
stereotip seperti mengulang kata-kata atau gerakan tubuh tertentu, terapis perilaku dapat
memberikan penghargaan ketika anak tersebut tidak melakukan perilaku tersebut dan
memberikan hukuman yang sesuai ketika anak melakukan perilaku stereotip.
4. Terapi sensori
Beberapa anak autis memiliki perilaku stereotip yang terkait dengan masalah sensorik. Terapi
sensori dapat membantu anak mengatasi masalah ini dengan menggunakan stimulasi sensorik
yang terkontrol. Contohnya, jika seorang anak autis memiliki perilaku stereotip seperti
menggoyangkan tubuhnya, terapis sensori dapat memberikan alternatif yang lebih baik
seperti memberikan mainan untuk digenggam atau kursi yang bergetar untuk mengurangi
keinginan anak untuk menggoyangkan tubuhnya.
5. Mengatur lingkungan
Mengatur lingkungan juga dapat membantu mengatasi perilaku stereotip pada anak autis. Ini
dapat dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor pemicu perilaku
stereotip, seperti suara yang berlebihan atau cahaya yang terlalu terang. Contohnya, jika
seorang anak autis memiliki perilaku stereotip seperti menggigit jari-jarinya, menghilangkan
atau mengurangi stresor seperti suara keras atau kebisingan dapat membantu mengurangi
perilaku tersebut.
6. Menggunakan strategi pengalihan
Strategi pengalihan adalah cara lain untuk mengatasi perilaku stereotip pada anak autis. Ini
melibatkan mengalihkan perhatian anak dari perilaku stereotip ke aktivitas lain yang lebih
produktif atau menyenangkan. Contohnya, jika seorang anak autis memiliki perilaku stereotip
seperti mengulang kata-kata secara berulang-ulang, mengalihkan perhatiannya ke aktivitas
yang menarik seperti bermain dengan mainan atau berinteraksi dengan orang lain dapat
membantu mengurangi perilaku stereotip tersebut.
7. Dukungan sosial
Memperluas kesempatan anak untuk berinteraksi dengan orang lain dan terlibat dalam
aktivitas sosial dapat membantu mengurangi perilaku stereotip. Dukungan sosial dari
keluarga, teman, dan komunitas juga penting dalam membantu anak autis mengatasi perilaku
stereotip. Contohnya mendukung partisipasi anak dalam kelompok bermain atau klub sosial
yang terdiri dari anak-anak dengan kebutuhan khusus dapat memberikan kesempatan bagi
anak autis untuk belajar dari dan berinteraksi dengan orang lain, mengurangi kesempatan
untuk melakukan perilaku stereotip.

2. Bagaimana melatih sensori integrasi pada anak autis?


Jawaban : Untuk melatih sensori integrasi yaitu :
1. Terapi Sensori Integrasi
Terapi sensori integrasi adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk melatih gangguan
sensori dan motorik pada anak autis. Terapi ini melibatkan penggunaan berbagai aktivitas
sensorik untuk membantu anak mengenali, memproses, dan mengatur informasi sensori
melalui sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh, penglihatan, suara, bau, rasa, dan tarikan
gravitasi . Dalam terapi ini diusahakan agar anak tidak dapat memberikan reaksi yang baik
terhadap perangsangan yang diberikan secara otomatis. Jadi dalam terapi in anak tidak dituntut
untuk memberikan suatu reaksi tertentu melainkan di bimbing sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, dan tingkat perkembangannya. Sedikit demi sedikit, akan di berikan aktivitas
yang lebih sulit agar anak dapat mengembangkan proses pengolahan informasisensorik yang
lebih baik atau dengan kata lain memperbaiki peoses sensori integrasinya.
2. Bermain Musik
Musik dapat digunakan sebagai alat untuk melatih sensori integrasi pada anak autis. Untuk
anak yang hipersensitif, dapat dimulai dengan musik lembut dan perlahan meningkatkan
volumenya. Sedangkan untuk anak yang hiposensitif, dapat dimulai dengan musik keras dan
perlahan menurunkan volumenya 2.
3. Program Diet Sensorik
Asupan makanan juga dapat mempengaruhi sensorik anak. Terapis dapat memberikan rencana
menu makan harian yang melibatkan strategi sensorik individual, seperti menyediakan tempat
yang tenang saat makan, memberikan aromaterapi, dan menggunakan selimut. Dengan
demikian, anak akan terbiasa untuk berkonsentrasi dan melatih sensori integrasinya
4. Modifikasi Lingkungan
Modifikasi lingkungan juga dapat membantu melatih sensori integrasi pada anak autis. Anak
dapat dilatih untuk mengurangi stimulus sensoriknya sehingga tidak merasa terlalu sensitif.
Contohnya, menyediakan ruang yang tenang dan nyaman untuk anak, mengatur pencahayaan
yang sesuai, dan menghindari suara yang berlebihan
5. Terapi Okupasi
Terapi okupasi juga dapat membantu melatih sensori integrasi pada anak autis. Ahli terapi
okupasi dapat mengajarkan teknik mandiri pada orang terdekat anak dan memberikan program
tertulis agar anggota keluarga dapat membantu perkembangan sensorik anak selama di rumah.

3. Jelaskan dan beri contoh penyebab terjadinya autis!


Jawaban :
Secara pasti penyebab autisme tidak diketahui namun autisme dapat terjadi dari kombinasi
berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang dipicu faktor lingkungan. Ada berbagai teori yang
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya autisme yaitu:
1. Teori Biologis
a. Faktor Genetik, Keluarga yang terdapat anak autis memiliki resiko lebih tinggi
dibandingkan populasi keluarga normal. Abnormalitas genetik dapat menyebabkan
abnormalitas pertumbuhan sel – sel saraf dan sel otak.
b.Prenatal, natal dan post natal Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi
yang terlambat, gangguan pernapasan dan anemia merupakan salah faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya autisme. Kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang
diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak mencukupi karena nutrisi tidak dapat diserap
oleh tubuh, hal 26 ini dapat terjadi karena adanya jamur dalam lambungnya, atau nutrisi
tidak terpenuhi karena faktor ekonomi. c. Neuro Anatomi Gangguan/fungsi pada sel-sel
otak selama dalam kandungan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi
perdarahan atau infeksi dapat memicu terjadinya autisme.
d. Struktur dan Biokimiawi Otak dan Darah Kelainan pada cerebellum dengan sel-sel purkinje
mempunyai kandungan serotinin yang tinggi. Demikian juga kemungkinan tingginya
kandungan dopamine atau upioid dalam darah.
2. Teori Psikososial. Beberapa ahli seperti Kanner & Bruno Bettelhem mengatakan autism
dianggap sebagai akibat hubungan yang dingin/tidak akrab antara orang tua ibu dan anak.
Demikian juga orang yang mengasuh dengan emosional kaku, obsesif tidak hangat bahkan dingin
dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik.
3. Faktor Keracunan Logam Berat Keracunan logam berat dapat terjadi pada anak yang tinggal
dekat tambang batu bara, emas dsb. Keracunan logam berat pada makanan yang dikonsumsi ibu
yang sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang tinggi. Pada penelitian
diketahui dalam tubuh anak-anak penderita autism terkandung timah hitam dan merkuri dalam
kadar yang relatif tinggi.
4. Faktor Gangguan Pencernaan, Pendengaran, dan Penglihatan. Menurut data yang ada 60%
anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Kemungkinan timbulnya autistik
karena adanya gangguan dalam pendengaran dan penlihatan. 27 5. Autoimun Tubuh Auto imun
pada anak dapat merugikan perkembangan tubuhnya sendiri karena zat – zat yang bermanfaat
justru dihancurkan oleh tubuhnya sendiri. Imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri
pembawa penyakit. Sedangkan autoimun adalah kekebalan yang dikembangkan oleh tubuh
sendiri yang justru kebal terhadap zat – zat penting dalam tubuh dan menghancurkannya.
4. Rancanglah instrumen identifikasi komunikasi, bahasa dan perilaku pada anak
autis!
Jawaban :

INSTRUMEN IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

HAMBATAN AUTIS

Nama Anak : .....................................................................................................


Jenis Kelamin : .....................................................................................................
Tempat, tanggal lahir : .....................................................................................................
Tanggal pelaksanaan : .....................................................................................................
Nama orang tua : .....................................................................................................
Pendidikan : .....................................................................................................
Pekerjaan : .....................................................................................................
Alamat : .....................................................................................................
No. Tlp : .....................................................................................................
Petunjuk:
Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan kondisi anak.

No Hambatan Gejala yang tampak Ya Tidak Catatan

1. Komunikasi 1.Anak tampak seperti tuli,


sulit berbicara, atau pernah
berbicara kemudian sirna

2.Meniru atau membeo


(echolalia)

3.Bila senang meniru, dapat


hapal betul kata-kata atau
nyanyian tanpa mengerti
artinya

4.Tidak berbicara (non verbal)


atau sedikit berbicara

5. Sering menarik, melakukan


apa yang diinginkan, misal bila
ingin meminta sesuatu.

2. Bahasa 1. .Perkembangan bahasa


lambat atau sama sekali
tidakada Perkembangan
bahasa lambat atau sama sekali
tidak ada

2. Kadang kata-kata atau


bahasa yang digunakan tidak
sesuai artinya atau tidak
dipahami artinya

3. Mengoceh tanpa arti


berulang-ulang, dengan bahasa
yang tidak dimengerti orang
lain

3. Perilaku 1. Berprilaku berlebihan


(hiperaktif) atau kekurangan
(Hipoaktif)

2. Memperlihatkan prilaku
stimulasi diri seperti:
Menggoyang goyangkan
badan, mengepakan-ngepakan
tangan, tepuk tangan, berputar-
putar, melihat ujung tangan,
lari berjalan bolak balik, bila
ada luka lukanya sering di
mainkan (korek korek),
melakukan gerakan yang
diulang-ulang (coret yang
tidak dilakukan, beri cek lis
pada kolom YA dan
tambahkan pada kolom catatan
bila ada gerakan stimulasi diri
yang lain)

3. Tidak suka pada perubahan

4. Sering duduk bengong


dengan tatapan kosong

Berilah tanda Cek lis ( V ) pada kolom yang sesai dengan kondisi anak

…………………………………
Asesor/Pemeriksa

………………………………………………

5. KASUS :

Seorang ank usia 5 tahun di sebuah taman kanak-kanak memiliki gejala-gejala


berikut :

a. Suka menyendiri dan cenderung melihat objek yang sangat lama


b. Saat makan anak kesulitan memegang sendok dan garpu
c. Ketika berjalan kaki anak sering terseok-seok dan terkadang anak berjalan
miring secara tiba-tiba
d. Apabila anak diajak untuk berkomunikasi sering kali anak melihat dan
memperhatikan lawan bicara akan tetapi tidak merespon apa yang diucapkan
orang lain
e. Sementara saat makan anak cenderung memilih makanan yang mudah untuk
ditelan, mencium-cium makanan tersebut dan terkadang hanya menyimpannya
dalam mulut
f. Ketika anak menginginkan sesuatu maka anak cenderung harus
mendapatkannya dan apabila tidak terpenuhi maka anak akan mengamuk
g. Saat bermain ayunan anak sering berteriak-teriak tanpa sebab dan bahkan
menangis secara tiba-tiba

Pada kasus di atas, saudara ditugaskan untuk melakukan identifikasi dan asesmen.
Buatlah langkah-langkah apa yang harus anda lakukan untuk identifikasi dan
asesmen anak pada kasus tersebut. Dan kembangkanlah program individual yang
tepat untuk anak tersebut berdasarkan analisis saudara secara mendalam!

Jawaban :

Langkah – langkah yang saya ambil untuk identifikasi dan asesmen anak pada kasus tersebut
adalah

1. Observasi

Observasi perilaku anak secara langsung dan perhatikan gejala-gejala yang terjadi. Catat perilaku
anak yang mencurigakan dan perhatikan apakah gejala tersebut terjadi secara konsisten atau
hanya pada situasi tertentu.

2.Wawancara dengan Orang Tua

Mewawancarai orang tuaa mengenai gejala-gejala yang diamati. Tanyakan apakah mereka juga
melihat perilaku yang sama pada anak di rumah. Mintalah informasi tambahan mengenai riwayat
perkembangan anak, termasuk riwayat kesehatan dan perkembangan motorik.

3.Konsultasi dengan Tenaga Medis

Menyarankan kepada orang tua untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli terapi untuk
mendapatkan penilaian medis yang lebih mendalam. Dokter atau ahli terapi dapat melakukan
pemeriksaan fisik dan tes lainnya untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab gejala-gejala
tersebut.

4. Evaluasi Lingkungan

Perhatikan lingkungan di taman kanak-kanak dan di rumah anak. Faktor-faktor seperti kebiasaan
makan, interaksi sosial, dan stimulasi lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Evaluasi lingkungan dapat membantu dalam menentukan apakah gejala-gejala yang diamati
mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan.

5. Berdiskusi dengan Tim Pendidikan


Berdiskusi dengan tim pendidikan di taman kanak-kanak. Mereka dapat memberikan wawasan
tambahan mengenai perkembangan anak dan membantu dalam merancang program individual
yang tepat untuk anak tersebut.

INSTRUMEN IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

HAMBATAN AUTIS

Nama Anak :R
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Kuala Tungkal, 26 Mei 2018
Tanggal pelaksanaan : 12 Desember
Nama orang tua : AB
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl. Kapten Piere Tendean
No. Tlp : 08xxxxxx

Petunjuk:
Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan kondisi anak.

No hambatan Gejala yang nampak ya tidak catatan


I Komunikasi 1. Perkembangan bahasa lambat √
atau sama sekali tidak ada
2. Anak tampak tuli, sulit √
berbicara, atau pernah
berbicara kemudian sirna
3. Kadang kata-kata yang √
digunakan tidak sesuai artinya
atau tidak dipahami artinya
4. Mengoceh tanpa arti beruang- √
ulang, dengan bahasa yang
tidak dimengerti orang lain
5. Meniru atau membeo √
(echolalia)
6. Bila senang meniru, dapat √
hapal betul kata-kata atau
nyanyian tanpa mengerti
artinya
7. Tidak berbicara (non verbal) √
atau sedikit bicara
8. Sering menarik tangan orang √
lain jika menginginkan sesuatu
II Interaksi 1. Lebih suka menyendiri/asik √
sosial dengan dunia sendiri
2. Tidak ada atau sedikit kontak √
mata, menghindar untuk
kontak mata
3. Tidak tertarik untuk bermain √
bersama
4. Bila diajak bermain, ia tidak √
mau dan menjauh
III Sensoris 1. Sangat sensitif terhadap √
sentuhan, seperti tidak suka
dipeluk
2. Bila mendengar suatu tertentu √
langsung menutup telinga
3. Senang mencium-cium, √
menjulat mainan atau benda-
benda
4. Tidak sensitif terhadap rasa √
sakit dan rasa takut
IV Perilaku 1. Berperilaku berlebihan √
(hiperaktif) atau kekurangan
(hipoaktif)
2. Memperlihatkan perilaku √
stereotip
3. Tidak suka pada perubahan √
4. Sering duduk bengong dengan √
tatapan kosong
V Bahasa 1. Menegerti bahasa lisan √
2. Mengerti ketika dipanggil √
3. Melakukan kontak mata √
4. Bicara jelas √

Catatan dan kesimpulan rekomendasi program pengajaran individual


Dari hasil pengamatan dari beberapa gejala yang muncul, dapat disimpulkan bahwa ananda R
mengalami hambatan komunikasi, interaksi, sensoris, perilku dan bahasa. Oleh sebab itu
disarankan bagi guru untuk merancang program pengajaran individual yang sesuai dengan
kebutuhan ananda R

Kuala Tungkal, 12 Desember 2023


Asesor/Pemeriksa

Kartika Sari, S.E

INSTRUMEN ASESMEN ANAK AUTIS


Nama lengkap :R
Tempat, tanggal lahir : Kuala Tungkal, 26 Mei 2018
Alamat : Jl.Kapten Piere Tendean
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal wawancara : !2 Desember 2023
Pedoman wawancara ke orang tua
1. Waktu ibu mengandung
a. Apakah saat ibu mengandung diserang sesuatu penyakit? ………………….
b. Apakah saat ibu mengandung merasakan adanya kelainan kandungan (sepertin:peredaran
darah bagi janin terganggu)? ……………………..
c. Apakah saat ibu mengandung mengalami trauma atau kecelakaan?
d. Jika mengalami kecelakaan apa yang dilakukan oleh ibu saat itu? ……………….
2. Pada saat kelahiran (natal)
a. Bagaimana kondisi saat proses kelahiran putra/putri ibu? ……………
b. Apakah dalam proses kelahiran kesulitan sehingga adanya proses kelahiran yang dipaksa
dengan forcep? …………..
c. Apakah bayi lahir sebelum waktunya? …………….
d. Apakah saat bayi terdengar menangis? ………….
e. Berapa berat bayi saat dilahirkan? …………….
3. Post natal
a. Apakah anak/bayi pernah mengalami kecelakaan, pukulan, benturan di atas kepala yang
terlalu keras? ……..
b. Apakah anak/bayi pernah mengalami infeksi penyakit yang menyerang otak? Seperti
meningitis, encephalitis, influenza?............
c. Apakah anak/bayi pernah mengalami keracunan karbonmonoksida? ……………
Kuala Tungkkal, 12 Desember 2023
Informan/orang tua

(……………….…..)
Instrumen Observasi
Identitas anak
Nama lengkap :R
Tempat tanggal lahir : Kuala Tungkal, 26 Mei 2018
Alamat : Jl. Kapten Piere Tendean
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal observasi : 12 Desember 2023
Nama Observer : Kartika Sari, S.E

Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan kondisi anak.
No Kemampuan anak Ya Tidak
1. a. a. anak menatap bisa melihat orang lain
b. b. menghindar tatap mata dengan orang lain
c. Respon terhadap orang tua atau orang lain
d. Menutup mata jika ketemu orang lain
2. Imitasi/meniru motorik kasar
a. Anak menirukan tangan ke atas
b. Anak menirukan tangan ke samping
c. Anak menirukan tepuk tangan
d. Anak menirukan jabat tangan
e. Anak menirukan menendang dst
3. Imitasi/ meniru motorik halus
a. Anak menirukan menyatukan satu jari
b. Anak menirukan menyatukan dua jari dst
c. Anak menirukan memegang pensil
d. Anak menirukan menulis
e. Anak menirukan mewarnai dst
4. Imitasi suara
a. Menirukan huruf vokal (a, i, u, e, o)
b. Anak menirukan suku kata (ba, bi, bu, ma, mi, mu)
c. Anak menirukan kata yang terdiri dua suku kata (bubu,
bobo, bibi dst)
d. Anak menirukan dua kata
e. Anak menirukan tiga kata
5. Perintah sederhana satu tahap
a. Anak sudah bisa duduk
b. Anak sudah bisa berdiri
c. Anak sudah bisa ambil benda
d. Anak sudah bisa menutup
e. Anak sudah bisa melepas sepatu
6. Pra akademik
a. Anak menyamakan benda identik dengan benda identik
b. Anak menyamakan benda nyata dengan model
c. Anak menyamakan model dengan model
d. Anak menyamakan gambar dengan model
e. Anak menyamakan gambar dengan gambar
f. Anak menyamakan tulisan dengan gambar
g. Anak menyamakan:
- Huruf
- Angka
- Bentuk
7. Akademik
a. Anak bisa mengidentifikasi angka
b. Anak bisa mengidentifikasi huruf
c. Anak mengidentifikasi bentuk
d. Anak bisa mengidentifikasi warna
8. Keterampilan sosial
a. Bermain dengan teman sebayanya
b. Mendekat keteman sebayanya
c. Menunggu giliran
d. Berbaur dengan orang dewasa
e. Suka menyendiri
9. Kemampuan Bahasa reseptif
a. Melakukan instruksi satu tahap
b. Meminta sesuatu dengan menunjuk bendanya
10. Kemampuan bahasa ekspresif
a. Menjawab pertanyaan sederhana
b. Meminta benda dengan diucapkan

Kuala tungkal, 12 Desember 2023


Observer

(Kartika Sari, S.E)

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI)


Kegiatan : Pengembangan Keterampilan Sosial
Waktu :
I. Kompetensi Dasar : Mampu bersosialisasi di lingkungan sekitar
II. Indikator :
1. Memanggil orang di sekitarnya/temannya
2. Berbagi, menolong, empati, dan membantu teman
3. Mengidentifikasi emosi senang, gembira, sedih, kesal, marah, bosan
4. Menunjukkan perilaku jujur, bertanggung jawab, santun dan percaya diri.
III. Tujuan
1) Peserta didik mampu memanggil orang disekitarnya/temannya.
2) Peserta didik mampu berbagi, empati, dan membantu teman
3) Peserta didik mampu mengidentifikasi emosi senang, gembira, sedih, kesal, marah
dan bosan
4) Peserta didik mampu menunjukkan perilaku jujur, bertanggung jawab santun dan
percaya diri
IV. Pendekatan/metode : pembiasaan, drill, demonstrasi, pemberian tugas
V. Sumber : buku, internet, lingkungan sekitar
VI. Alat dan Bahan :
a. Gambar orang sedang berbagi dengan orang lain, menolong orang lain, membantu
teman dan wujud empati terhadap teman.
b. Gambar wajah senang, sedih, gembira, kesal/marah dan bosan
c. Contoh perilaku jujur, bertanggung jawab, santun dan percaya diri.
VII. Langkah-langkah pelaksanaan program
1) Memanggil orang di sekitarnya/temannya
(1) Guru mencontohkan bagaimana memanggil orang lain dengan tepat
(2)Memberi instruksi pada peserta didik untuk mempraktekkan yang sudah dicontohkan
guru
(3)Peserta didik memanggil gurunya.
(4)Peserta didik memanggil ibunya, ayahnya, adiknya, dan kakaknya.
2) Mampu berbagi, menolong, empati dan membantu teman
(1)Guru mendemonstrasikan cara berbagi dengan orang lain, menolong, empati dan
membantu teman.
(2)Peserta didik mempraktekkan kegiatan yang telah dicontohkan oleh guru
(3)Guru mengajak peserta didik melakukan kegiatan bersama, merespon interaksi yang
terjadi selama kegiatan berlangsung, dan memberi aplaus kepada anak berperilaku
positif, memberikan sanksi kepada anak yang membangkang
(4)Guru memberikan instruksi kepada peserta didik untuk menolong orang lain yang
memerlukan
3) Mampu mengidentifikasi emosi senang, gembira, sedih, kesal/marah, bosan dan takut
(1)Guru mengenalkan macam-macam gambar emosi senang, susah, sedih, marah, kesal,
bosan (untuk awal berikan 1-2 emosi, setelah konsisten barulah mengenalkan emosi-
emosi yang lain)
(2)Peserta didik menunjuk gambar sesuai yang diinstruksikan guru
(3)Guru memberikan pemahaman tentang perbedaan dari masing-masing emosi.
(4)Peserta didik memperagakan berbagai macam emosi sesuai yang telah dicontohkan
guru.
4) Menunjukkan perilaku jujur, bertanggung jawab, santun dan percaya diri
(1)Guru memberikan contoh berprilaku jujur: mengembalikan pensil yang dipinjam dari
teman, mengembalikan benda yang ditemukan
(2)Guru memberikan contoh bertanggung jawab: mengerjakan tugas tepat waktu,
menyelesaikan tugas di rumah dengan penuh tanggung jawab
(3)Guru memberikan contoh bersikap santun dan percaya diri: berbicara kepada orang
dengan pelan tidak teriak-teriak
(4)Peserta didik bersikap jujur, bertanggung jawab, santun dan percaya diri

Lembar penilaian
Nama anak : Kelas :
Sekolah : Guru :

No Materi Dapat Tidak dapat Keterangan


1. Mampu memanggil orang sekitanya
Mampu berbagi, menolong, empati,
2.
dan membantu teman
Mampu mengidentifikasi emosi
3. senang, gembira, sedih,
kesal/marah, bosan
Menunjukkan perilaku jujur,
4. bertanggung jawab, santun dan
percaya diri

Selain itu langkah yang dapat diambil untuk mengembangkan program individual yang tepat
untuk anak tersebut yaitu :

1.Terapi Motorik

Jika anak kesulitan dalam memegang sendok dan garpu serta sering terseok-seok saat berjalan,
program individual dapat mencakup terapi motorik untuk membantu meningkatkan keterampilan
motorik kasar dan halus anak.

2. Terapi Komunikasi

Jika anak cenderung tidak merespon saat diajak berkomunikasi, program individual dapat
mencakup terapi komunikasi untuk membantu anak dalam mengembangkan keterampilan
komunikasi dan interaksi sosial.

3. Terapi Sensorik
Jika anak memiliki kecenderungan untuk melihat objek lama-lama dan mencium-cium makanan,
program individual dapat mencakup terapi sensorik untuk membantu anak dalam mengatur dan
memproses input sensorik dengan lebih efektif.

4. Pengelolaan Emosi

Jika anak cenderung mengamuk saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan, program individual
dapat mencakup strategi pengelolaan emosi untuk membantu anak dalam mengatasi frustrasi dan
mengembangkan keterampilan pengendalian diri.

5.Stimulasi Lingkungan
Program individual juga dapat mencakup rekomendasi untuk mengatur lingkungan di taman
kanak-kanak dan di rumah anak agar lebih mendukung perkembangan anak. Ini dapat meliputi
pengaturan yang lebih terstruktur, penggunaan alat bantu, dan peningkatan interaksi sosial dengan
teman sebaya.

Anda mungkin juga menyukai