Anda di halaman 1dari 15

STUDI DESAIN INTERIOR PUSAT TERAPI ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS PADA SEKOLAH SAFIR DI SURABAYA

Merry
Alumni Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain
Universitas Kristen Petra - Surabaya

ABSTRAK

Autis merupakan salah satu kelainan mental yang dialami sejak masa anak-anak. Pada umumnya para penyandang autis
selalu dikucilkan dari lingkungannya, namun pada masa sekarang hak para penyandang autis sudah banyak dihargai.
Sekolah dan pusat terapi untuk mendidik mereka sudah banyak didirikan. Karakteristik yang unik dari kelainan para
penyandang autis ini menyebabkan adanya perlakuan khusus dalam hal interiornya. Penelitian ini meninjau sebuah pusat
terapi autis yang pada awalnya menggunakan layout sebuah rumah tinggal, apakah sudah sesuai untuk pusat terapi
pendidikan anak autis.

Kata kunci: desain interior, pusat terapi, anak berkebutuhan khusus, sekolah Safir.

ABSTRACT
Autism is a mental disorder faced by some children during their childhood. Generally, autistic children are secluded by
their environment. Nowadays, however, they are given more concern. Schools and therapy centres for autistic children are
increasing and developing. The unique behaviour of the autistic children requires special interior design needs and
specifications. This research observes whether a therapy centre for austistic children that was once a residential house is
appropriate to its function.

Keywords: interior design, therapy centre, children of special needs, Safir School.

PENDAHULUAN SAFIR Pusat Terapi dan Pelatihan Anak


Berkebutuhan Khusus yang terletak di jalan Kendang-
Anak autis adalah anak yang dalam proses sari no 83 Surabaya, merupakan salah satu dari sekian
perkembangannya mengalami penyimpangan (fisik, banyak pusat terapi untuk ABK termasuk penyandang
mental, intelektual, sosial, atau emosional). Dalam autis di Surabaya. Pusat terapi ini menggunakan
masalah pendidikan, anak-anak berkebutuhan khusus sistem kurikulum berjenjang yang sama dengan
ini mempunyai hak yang sama untuk memperoleh sekolah biasa. Kapasitas ruang terapi dibuat hanya
pendidikan, meskipun pendekatannya berbeda dengan untuk beberapa orang saja agar setiap pengajar dapat
anak-anak normal lainnya (Baker, 1997). Seperti fokus kepada siswa. Konsep yang digunakan adalah
konsep rumah atau homy, dimana pada area tertentu
tertuang dalam UU No.2 tahun 1989 pasal 5 bahwa
dibuat seperti suasana rumah sehingga tidak seperti
setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
institusi pendidikan resmi. Hal ini dikarenakan
memperoleh pendidikan. Hal ini juga tertuang dalam memanfaatkan layout yang sudah ada, dimana dulu
pasal 8 ayat (1) UU No. 2 tahun 1989 dimana pusat terapi ini merupakan rumah tinggal dengan
disebutkan bahwa warga negara yang memiliki banyak ruang.
kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh Penelitian dilakukan untuk mengamati pola
Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sesuai Deklarasi penataan dan perwujudan unsur fisik interior yang
Salamanca 1994 dan UU Sistem Pendidikan Nasional, dipergunakan sebagai pemanfaatan dari layout
anak berkelainan khusus harus mendapatkan pen- bangunan sebelumnya, apakah sesuai dengan ke-
didikan setara dengan anak-anak lainnya. Anak-anak butuhan anak autis yang menggunakan sarana sekolah
autis akan membutuhkan pelayanan pendidikan tersebut. Penelitian menggunakan metode eksplorasi
khusus yang berbeda dengan anak normal, sehingga untuk menjabarkan keadaan interior melalui pola
membutuhkan tempat khusus untuk mendidik dan penataan dan elemen pembentuk ruang serta aktivitas
menangani mereka (Handoyo, 2003). penggunanya, dimana pada sekolah khusus seperti

35
36 DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 35-49

SAFIR ini tentunya memiliki desain berbeda dengan respon anak terhadap lingkungan sehingga ia lebih
sekolah anak normal lainnya. mudah menerima tata laksana terapi lainnya. Bila
kemajuan yang dicapai cukup baik, maka pemberian
Penanganan Anak Autis dan Metode yang obat dapat dikurangi bahkan dihentikan.
Digunakan
b. Terapi Psikologis
Pertanyaan yang sering dilontarkan orang tua
adalah apakah anaknya dapat secara total bebas dari Dalam penanganan autisme seringkali per-
autisme. Agak sulit untuk menerangkan pada orang kembangan kemampuan berjalan lambat dan mudah
tua bahwa autisme adalah gangguan yang tidak bisa hilang. Umumnya interfensi difokuskan pada pening-
disembuhkan (not curable), namun bisa diterapi katan kemampuan bahasa dan komunikasi, self-help
(treatable). Maksudnya kelainan yang terjadi pada dan perilaku sosial dan mengurangi perilaku yang
otak tidak bisa diperbaiki namun gejala-gejala yang tidak dikehendaki seperti melukai diri sendiri (Self-
ada dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga Mutilation), temper tantrum dengan penekanan pada
anak tersebut nantinya bisa berbaur dengan anak-anak peningkatan fungsi individu dan bukan menyembuh-
lain secara normal. kan tetapi dalam arti mengembalikan penyandang
Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor autis ke posisi normal.
(Budiman, 1998) yaitu: Terapi ini hanya bisa dilaksanakan pada
- Berat ringannya gejala atau berat ringannya lingkungan yang sangat terstruktur dan teratur dengan
kelainan otak. baik. Anak autistik memiliki pola berpikir yang
- Usia, diagnosis dini sangat penting karena berbeda, mereka mengalami kesulitan memahami
semakin muda umur anak saat dimulainya terapi lingkungannya sehingga dengan memberikan ling-
semakin besar kemungkinan untuk berhasil. kungan terstruktur merupakan titik awal dalam proses
- Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin interfensi penyandang autis. Hal ini dapat dilakukan
baik prognosisnya. dengan cara sebagai berikut:
- Bicara dan bahasa, 20% penyandang autis tidak
mampu berbicara seumur hidup, sedangkan
sisanya mempunyai kemampuan bicara dengan
kefasihan yang berbeda-beda. Mereka dengan
kemampuan bicara yang baik mempunyai prog-
nosis yang lebih baik.

Terapi yang terpadu

Penanganan atau interfensi terapi pada


penyandang autis harus dilakukan dengan intensif dan
terpadu. Terapi secara formal sebaiknya dilakukan
antara 4-8 jam sehari. Selain itu seluruh keluarga
harus terlibat untuk memacu komunikasi dengan
anak. Penanganan penyandang autisme memerlukan Sumber: Budiman, 1998
kerja sama tim yang terpadu dari berbagai disiplin
ilmu antara lain psikiater, psikolog neurolog, dokter Gambar 1. Terapi Bermain
anak, terapis bicara, dan pendidikan. Beberapa terapi
yang harus dijalankan antara lain: Latihan bermain ini merupakan terapi yang
mengajari anak bermain dan membimbing anak ke
a. Terapi Medika Mentosa dalam berbagai kemungkinan fungsional suatu
mainan. Contohnya seperti sebuah mobil tidak hanya
Menurut Budiman (1998), pemberian obat pada sebuah benda dengan roda yang berjalan tetapi juga
anak harus didasarkan pada diagnosis yang tepat, dapat disetir, mengangkut orang dan benda-benda
pemakaian obat yang tepat, pemantauan yang ketat lain.
terhadap efek samping dan mengenali cara kerja obat.
Pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki respon c. Terapi wicara
anak yang bisa memberikan keseimbangan antara
neurotransmiter serotonin dan dopamine. Pemakaian Umumnya hampir semua penyandang autisme
obat akan sangat membantu untuk memperbaiki menderita gangguan bicara dan berbahasa. Oleh karena
Merry, Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus 37

itu, terapi wicara pada penyandang autisme merupa- a. Metode ABA atau Metode Loovas (Ivar Loovas,
kan keharusan namun penanganannya berbeda PhD - 1987)
dengan penderita gangguan bicara. Salah seorang
tokoh yang mengembangkan terapi bicara ini adalah Metode ini dipelopori oleh B. F Skinner seorang
Lovaas pada tahun 1977 yang menggunakan pen- behavioralist. Dasar dari teori Skinner ini adalah
dekatan behaviouris-model operant conditioning. pengendalian perilaku melalui manipulasi dari
Anak yang mengalami hambatan bicara dilatih imbalan dan hukuman. Metode ini paling terkenal dan
dengan proses pemberian reinforcement dan meniru paling banyak diterapkan untuk penyandang autisme
vokalisasi terapis. yaitu suatu metode yang dilakukan one on one oleh
Ruang yang diperlukan untuk terapi ini adalah terapis dan anak penyandang autis. Pada metode ini
ruangan yang aman, tenang, yang dapat meningkatkan diharapkan adanya suatu modifikasi perilaku
perhatian. Fasilitas yang diperlukan adalah perabot (behaviour modification) dan sistem umpan balik
berupa meja, kursi dan cermin untuk berlatih mimik ketika anak berhasil menjalankan instruksi dengan
wajah. baik atau buruk. Pada idealnya, metode ini diberikan
pada anak yang berusia 2-5 tahun dengan terapi
d. Fisioterapi minimal 40 jam dalam satu minggu yang dilakukan
dengan disiplin dan berkelanjutan.
Pada anak autisme juga diberikan fisioterapi yang Tujuan terapi dengan metode Loovas ini antara
berfungsi untuk merangsang perkembangan motorik lain:
dan kontrol tubuh - Komunikasi dua arah aktif
- Sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum
e. Terapi Musik - Menghilangkan atau meminimalkan perilaku tidak
wajar
Meliputi aktivitas menyanyi, menari mengikuti - Mengajarkan materi akademik
irama dan memainkan alat musik. Musik dapat sangat
- Kemampuan bina diri atau bantu diri dan
bermanfaat sebagai media mengekspresikan diri,
ketrampilan lain
termasuk para penyandang autis.
b. Metode Kaufman
f. Program Fasilitas Komunikasi
Meskipun sebenarnya bukan bentuk terapi, tetapi Perbedaan metode Kaufman dengan metode
program ini merupakan metode penyediaan dukungan Loovas, yaitu pada cara memulai terapis perilaku.
fisik kepada individu dalam mengekspresikan pikiran Pada metode Loovas menuntut kepatuhan anak
atau ide-idenya melalui papan alfabet, papan gambar, sedangkan metode Kaufman membalikkan peranan
mesin ketik, atau komputer. (flip flop the role), yaitu orang tua dan terapis justru
yang menjadi murid dari dunia anak autis yang
g. Terapi Vitamin bersangkutan dan mengamati serta membantu anak
mengembangkan dirinya sendiri, sedangkan anak
Penyandang autis mengalami kemajuan yang menjadi guru. Prinsipnya dengan menimbulkan dan
berarti setelah mengkonsumsi vitamin tertentu seperti meningkatkan motivasi anak berkembang.
B6 dalam dosis tinggi yang dikombinasikan dengan
magnesium, mineral, dan vitamin lainnya. c. Metode Son –rise

h. Diet Khusus (dietari intervention) yang disesuai- Son-rise merupakan program untuk orang tua
kan dengan cerebral alergies yang diderita yang menerapkan prinsip-prinsip yang akan
penyandang autis. membantu anak keluar dari keterbatasannya. Tujuan
membuat tempat bermain sesuai dengan program ini
Metode Terapi adalah untuk menghindari gangguan baik dari
gangguan televisi ataupun gangguan dari musik keras.
Metode yang digunakan dalam penanganan anak Selain itu agar anak dapat cepat mengenal dan
autis yang biasa diterapkan di sekolah-sekolah termotivasi untuk berinteraksi dengan orang lain.
maupun pusat terapi untuk anak berkebutuhan khusus, Disarankan ruangan juga bebas dari TV, radio,
antara lain: komputer, dan peralatan elektronik lainnya.
38 DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 35-49

Prinsip Penanganan Masalah Pendidikan Anak - Bermuatan bahasa (pemahaman dan pengung-
Autis kapan)
- Abstrak
Masalah anak autis dalam institusi pendidikan - Banyak tahapannya
terbagi atas beberapa aspek antara lain:
- Tidak jelas ujung pangkalnya
- Mengandung banyak alternatif solusi
a. Komunikasi
- Tertulis
Komunikasi terjadi karena adanya pematangan - Cepat penyajiannya
sistem biologis dan sistem syaraf dalam tubuh anak.
Tidak heran bila pematangan sistem tersebut Dalam meningkatkan pemahaman cara yang
terhambat, maka terhambat pulalah kemampuan disarankan adalah tidak sekedar memberitahu apa
komunikasi seseorang. Komunikasi juga terkait yang harus dilakukan (tell=verbal directions), tetapi
dengan kemampuan kognisi, semakin bermasalah juga memberi contoh (show=modelling), dan meng-
arahkan (guide=physical guidance) hingga anak
seseorang dalam pemahamannya maka akan semakin
mengerti yang diharapkan darinya (Bakker &
terbatas kemampuan komunikasinya. Komunikasi
Brightman, 1997).
juga melibatkan perkembangan bahasa-bicara, dan
Anak autis sebagian besar memiliki gaya belajar
penguasaan berbagai kemampuan antara lain
”rote learner”, ”visual learner”, dan ”hands – on
pemahaman, sosialisasi, bergiliran, pilihan, keinginan, learner”. Berarti sebaiknya digunakan sebanyak
dan pengungkapan (Peters, 2004). mungkin pengalaman dan visualisasi untuk membuat
Anak autis umumnya mengalami hambatan berbagai hal yang sulit dicerna anak autis (terutama
dalam aneka aspek perkembangan yang sudah konsep verbal dan abstrak) menjadi lebih konkrit dan
disebutkan di atas. Awalnya mereka tidak ada alasan nyata bagi mereka.
untuk berkomunikasi (tidak tertarik, tidak ada Yang pasti, anak lebih mudah paham dan dapat
kebutuhan), dan ketika mereka sudah tertarik untuk lama mengingat materi pelajaran tertentu bila sejak
berkomunikasi mereka memiliki masalah lain (sulit awal dibuat bermakna dan dikaitkan dengan
mengungkapkan diri, tidak dapat menjalin kontak kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebaiknya
mata, sulit memusatkan perhatian, dan sebagainya). materi yang diajarkan juga sesuatu yang ada gunanya
Menuntut seorang anak autis untuk berbicara (fungsional) dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
tanpa ada masalah, jelas tidak adil. Ia akan semakin sehari-hari (aplikatif).
tegang, dan ketegangan ini menghambatnya untuk
berpikir leluasa. Sebaiknya anak diberi kemampuan c. Interaksi
yang diperlukan untuk bekomunikasi (bukan hanya
berbicara) dan dibantu untuk dapat berkomunikasi Ada tiga jenis perilaku sosial yang mencirikan
lebih efektif. anak autis yaitu:
Guna membantu anak autis berkomunikasi - Aloof – bersikap menjauh atau menyendiri
dengan efektif mereka perlu diajarkan untuk me- - Passive – bersikap pasif
mahami makna ya dan tidak, menetapkan pilihan, - Active and odd – bersikap aktif tapi aneh
memahami konsep representasi, melakukan deskripsi
terhadap suatu gambar dan kemudian rangkaian Untuk membantu anak-anak autis berinteraksi di
sekolah, Wolfberg (1999) mengusulkan metode
gambar, melakukan tanya jawab secara konsisten dan
”Integrated Play Group Setting” dimana anak-anak
terarah, melakukan percakapan (parallel talk),
ASD (pemain pemula) – dengan pengarahan orang
bertanya, dan bercerita. dewasa (pengarah bermain) – berpartisipasi dalam
Mengingat bahwa anak autis cenderung lebih kegiatan bermain dengan teman sebaya yang secara
mudah mencerna apapun yang dapat mereka lihat dan sosial lebih mahir (pemain mahir). Tujuan IPS ini
mereka pegang, ada baiknya membantu anak autis adalah untuk merangsang kegiatan bermain yang
berkomunikasi dengan menggunakan visualisasi. timbal balik dan sama-sama disukai anak-anak.
Visualisasi ini membantu anak autis membayangkan Kegiatan ini dapat dilakukan sambil mengembangkan
berbagai hal, sehingga pada akhirnya dapat kemampuan bermain dan perbendaharaan kegiatan
melakukan komunikasi dengan lebih efektif. bermain si pemain pemula. Dalam metode ini, teknik
mengamati dan menganalisa kegiatan bermain
b. Pemahaman dijabarkan, juga bagaimana mengarahkan partisipasi
dalam bermain secara kelompok, dan merancang
Biasanya anak mengalami kesulitan saat ber- lingkungan yang mendukung terjadinya kegiatan
hadapan dengan tugas yang berciri sebagai berikut: bermain yang menyenangkan.
Merry, Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus 39

d. Struktur lingkungan Metode kepustakaan merupakan cara mengum-


pulkan data literatur dan mempelajari hal-hal yang
Keadaan lingkungan yang dapat diramalkan oleh berhubungan dengan obyek penelitian baik itu
anak, membantu anak untuk beradaptasi dengan mengenai anak autis maupun standar interior yang
tuntutan tugas. Anak berfungsi dengan baik bila ia sesuai dengan kebutuhan anak autis. Data literatur
dihadapkan pada rutinitas yang dapat ia prediksi, dan akan digunakan sebagai data pembanding terhadap
juga pada tuntutan penyelesaian tugas yang jelas. obyek interior ruang pusat terapi tersebut. Data
Kejelasan ini mencegah anak menciptakan strategi literatur dapat juga diperoleh melalui media lain
yang justru tidak tepat. seperti majalah, koran, dan internet.
Anak diuntungkan bila ada struktur di ling- Metode dokumentasi berupa pengambilan foto-
kungan, tugas, interaksi, dan transisi. Misalnya foto, brosur dan dokumen lain digunakan untuk
memastikan lingkungan rapi, bebas barang tak memperjelas penelitian secara deskriptif terhadap
terpakai, menggunakan sistem box atau map untuk obyek ruang sekolah untuk anak autis.
Metode wawancara dilakukan untuk mendapat-
menyimpan materi penting sesuai kategori, memasti-
kan data yang akurat mengenai kebutuhan ruang, dan
kan ada awal dan akhir yang jelas pada setiap tugas,
fasilitas yang terkait. Sumber yang diwawancarai
dan sebagainya. Kata-kata yang bermakna abstrak yaitu guru atau ahli terapis autis, psikolog anak-anak,
perlu waktu melatihkannya. orang tua anak-anak penderita autis, dan pimpinan
SAFIR pusat terapi.
e. Perilaku Data-data yang diperoleh dibandingkan dengan
literatur maupun hasil wawancara sebagai tolok ukur
Umumnya perilaku diteliti karena alasan ”ber- dalam peninjauan desain yang sudah ada. Analisis dan
masalah” yaitu bila anak tidak berperilaku sesuai pembahasan meliputi pola penataan, elemen
dengan lingkungan atau situasi saat itu. Perilaku anak pembentuk ruang dan penjabaran karakteristik anak
tidak seperti yang biasa dilakukan teman sebaya autis memerlukan perlakuan seperti apa, sehingga
mereka. Mereka tidak melakukan seperti yang kita harus menciptakan interior seperti apa yang paling
inginkan: apa, kapan, bagaimana. Pada anak autis sesuai.
masalah perilaku dapat digolongkan dalam dua Selanjutnya, mengambil kesimpulan apakah
kelompok utama yaitu perilaku tidak patuh, dimana desain dari sekolah yang diamati sudah memenuhi
anak tidak mau mengikuti pengarahan atau per- standar sebagai sekolah untuk anak autis atau tidak
mintaan orang tua atau guru; perilaku mengganggu dengan menyajikan rangkaian kesimpulan secara logis
atau menyerang, biasanya dalam bentuk tantrum konsekuen dan sistematis.
(mengamuk), berteriak, menendang, memukul,
menggigit, dan sebagainya. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penanganan anak autis pada SAFIR Pusat Terapi


METODE PENELITIAN
dan Pelatihan Anak Berkebutuhan Khusus meng-
gunakan metode one on one, dimana 1 orang terapis
Penelitian didasarkan pada studi perilaku, menangani 1 orang anak. Hal ini bertujuan agar
kebutuhan pengguna fasilitas yaitu anak autisme, para terapis lebih maksimal dalam penanganannya dan
pengajar, terapis, dan keluarga penyandang autisme. juga anak dapat lebih berkonsentrasi. Terapi ini
Beberapa metode dilakukan dalam pengumpulan data dilakukan di dalam ruangan yang terdiri dari 3 ruang
yaitu metode observasi, kepustakaan, dokumentasi terapi one on one, ruang umum untuk perkembangan
dan wawacara. anak lebih lanjut, ruang bermain (ruang luar dan ruang
Metode observasi merupakan suatu cara dalam dalam), dimana di dalam ruang ini anak melatih
mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan sensor motorik dan perasanya.
langsung terhadap obyek yang diteliti. Data yang Ruang terapi yang digunakan memerlukan
dikumpulkan bertujuan untuk mengetahui situasi dan suasana nyaman dan tidak menimbulkan rasa jenuh
kondisi interior berupa foto perspektif ruang yang bagi anak autis. Mereka berada di dalam ruang terapi
mengandung unsur fisik interior seperti lantai, selama kurang lebih 1-2 jam, sedangkan pada area
dinding, plafon, pintu, jendela, perabot, serta bermain selama kurang lebih 30 menit. Ruang-ruang
aksesoris. Selain itu, perilaku anak, aktivitas dan untuk anak autis harus memperhatikan sisi visual yang
fungsi ruang juga diperhatikan untuk mengetahui pada dasarnya sangat berpengaruh pada perkembang-
kebutuhan ruang seperti apa yang diperlukan anak an anak autis karena pemahaman secara visual lebih
autis. mudah mempengaruhi anak autis.
40 DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 35-49

3.25
Batasan penelitian ini meliputi pola, bentuk, dan m
warna yang ada pada ruang terapi, ruang umum, ruang
2 3 4
bermain di dalam dan di luar. Penggunaan unsur 1.20 6
1
interior akan dibahas mengenai kesesuaiannya dengan m
data literatur dan aktivitas pengguna. 2.20
5 m

Ruang Umum 1.70 0.90


0.90 m m
m Pintu
Area sirkulasi dan masu
Ruangan ini bukanlah merupakan ruangan yang area duduk k
harus ada untuk kepentingan pengembangan anak Sumber: dokumentasi pribadi, 2008
autis tetapi ruangan ini lebih berfungsi sebagai ruang
penerimaan. Oleh karena harus memanfaatkan lahan Gambar 2. Pola Penataan Perabot Ruang Umum
bangunan yang ada dan untuk lebih memudahkan Keterangan:
pekerjaan maka ruangan ini digunakan untuk berbagai 1. Lemari buku untuk area perpustakaan kecil
2. Lemari plastik untuk arsip
aktivitas, antara lain: 3. Meja komputer
- Tempat menerima pengunjung yang mencari 4. Kursi
informasi mengenai SAFIR atau berkonsultasi 5. Meja penerimaan sekaligus meja display alat-alat peraga
dengan pengajar mengenai masalah autisme. 6. Wastafel dan dispenser
- Tempat mengajar anak yang sudah lebih mengarah
pada sosialisasi karena di ruangan ini anak Tempat duduk di area sirkulasi terkadang diguna-
diajarkan untuk tidak takut berhadapan dengan kan untuk anak belajar bagi tahapan lanjut. Area
orang lain. Anak juga belajar mengenal berbagai sirkulasi ini kurang lebar bila ada aktivitas duduk,
macam bentuk serta membaca buku. kegiatan orang lewat melalui belakang kursi dapat
mengganggu konsentrasi anak.
Selain aktivitas diatas, ruangan ini juga diper-
gunakan untuk perpustakaan dan tempat penyimpanan
mainan yang dipajang di dalam meja kaca. Meja kaca
ini juga berfungsi sebagai meja penerimaan. Pada
salah satu sisinya terdapat mesin dispenser dan
wastafel kecil sebagai pelengkap aktivitas para staff
SAFIR.
Seharusnya untuk ruangan yang difungsikan
sebagai ruang sosialisasi tetap memperhatikan
kebutuhan anak autis. Seperti disebutkan bahwa anak
autis memerlukan sebuah keteraturan dalam mema-
hami sesuatu, apabila ruang dibuat dengan banyak
fungsi dan sewaktu-waktu dapat muncul orang lain
yang tidak mereka kenal, maka kondisi ini dapat
membuat anak tersebut bingung. Seharusnya dibuat Sumber: dokumentasi pribadi, 2008
ruang kelas yang dapat memuat 3-5 anak agar mereka
dapat belajar bersosialisasi terhadap sesamanya. Gambar 3. Pola Penataan Perpustakaan, Area Penerimaan,
Area Pembelajaran, dan Area Penyimpanan Barang
a. Pola Penataan Perabot
Ruangan pada area ini terasa penuh oleh perabot
Pola penataan perabot ruang umum terbagi dan benda-benda yang berwarna-warni. Hal tersebut
menjadi 4 area, yaitu area minum dan cuci, area dapat dilihat dari Gambar 7, dimana ruangan diman-
penerimaan dengan perabot yang berfungsi sebagai faatkan semaksimal mungkin sehingga terkesan padat.
penyimpanan barang, area belajar, dan area perpus- Berdasarkan gambar tersebut ruangan dapat dianalisis
takaan kecil. sebagai berikut:
Merry, Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus 41

- Lemari perpustakaan yang berada di samping Lantai


ruang lebih banyak digunakan pengajar daripada
anak. Mereka lebih cenderung dibawakan buku Pada dasarnya lantai menggunakan bahan
dan diajarkan untuk membaca di dalam ruang keramik berwarna putih dengan ukuran 40 x 40 cm.
terapi atau di atas meja display. Lemari terjepit Lantai tidak diubah sejak bangunan awal. Lantai
oleh lemari plastik yang memungkinkan aktivitas keramik memang cocok digunakan pada area umum
membuka lemari dan mengambil buku menjadi karena mudah dibersihkan dan tahan lama. Namun
bertabrakan. penggunaannya pada area dibawah wastafel dapat
- Pemanfaatan ruang sebagai ruang belajar anak dan menimbulkan kondisi licin bila terkena tumpahan air,
ruang penerimaan tamu sangat mengganggu sehingga kurang aman untuk area basah.
kegiatan belajar anak. Selain itu, mainan diletak-
Pada area umum, anak penderita autis belum
kan pada meja display dimana meja juga
difungsikan sebagai meja aktivitas anak. Hal-hal memperlihatkan perilaku hiper-impulsifnya, yaitu
ini dapat mengganggu konsentrasi anak pada perilaku dimana apabila anak merasa kurang nyaman
waktu proses belajar, karena penderita autis sulit maka ia akan menuruti kemauan hatinya untuk marah
untuk berkonsentrasi pada suatu hal. dengan cara menjatuhkan diri ke lantai.
Peletakan wastafel dan dispenser pada sudut
ruangan berseberangan dengan meja display. Dinding
Peletakkan ini kurang aman untuk anak-anak
apabila ruangan ini juga digunakan untuk proses Dinding bangunan pada dasarnya menggunakan
terapi. bahan yang sama yaitu batu bata dan semen. Finishing
menggunakan cat dinding berwarna putih agak
Pola penataan perabot pada ruang umum masih
kehijauan agar ruangan berkesan longgar karena
belum sesuai dengan kebutuhan ruang sosialisasi
untuk pengembangan anak autis, karena ruang kelas sudah banyak terisi oleh perabot dan barang-barang.
yang dibutuhkan seharusnya berupa ruang yang tidak Sama sekali tidak digunakan pola-pola pada dinding
bersifat umum dengan meja dan kursi yang sesuai dan sehingga ruangan berkesan formal. Adanya sedikit
menghadap dinding. Kondisi ruangan tersebut juga pencampuran warna hijau membuat ruangan terasa
harus netral tidak terlalu banyak barang dan teratur, lebih lega karena warna hijau berguna untuk
sesuai dengan karakteristik anak autis yang lebih menimbulkan perasaan nyaman, relaksasi, dan
mudah hidup dalam keteraturan. Selain itu pula harus kesehatan emosi. Selain itu, material dinding dengan
ada keteraturan bagi anak autis dalam melakukan finishing cat ini mudah untuk dibersihkan, tidak
aktivitas dimana mereka diajarkan untuk bisa berbagi beracun, tidak menimbulkan api dan tidak mudah
dengan sesama temannya dan belajar menggunakan mengelupas, sehingga sesuai untuk penanganan
fasilitas secara bergiliran. pengembangan anak autis yang rentan terhadap
penyakit.

Plafon

Plafon menggunakan warna sama dengan


dinding. Banyaknya penggunaan campuran warna
putih, tidak menggunakan ornamen, maupun per-
bedaan ketinggian plafon, menimbulkan kelegaan
pada ruangan ini. Penggunaan plafon dengan bentuk
dan warna demikian membuat ruangan terkesan lega
walaupun terdapat banyak perabot dan barang-barang
yang memenuhi ruangan tersebut.
Sumber: dokumentasi pribadi, 2010

Gambar 4. Area wastafel dan Dispenser c. Perabot

b. Elemen Pembentuk Ruang Perabot yang ada dalam ruangan ini yaitu:

Awalnya ruangan diberi nuansa warna agak Rak buku


kehijauan, namun ternyata penggunaan warna ini
membuat anak takut dan tidak merasa nyaman Rak buku menggunakan bahan multipleks dengan
sehingga warna cat diubah menjadi warna yang sesuai finishing cat dominan warna hijau pupus dan
untuk pengembangan anak autis. dikombinasi dengan warna biru muda, kuning, orange
42 DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 35-49

serta sedikit aksen merah. Bentuk menggunakan anak autis. Meja ini menggunakan finishing politur
persegi panjang dengan rak kotak-kotak sama besar yang memperlihatkan serat kayunya. Ukuran meja
untuk meletakkan buku-buku. Rak buku ini memiliki menggunakan standar orang dewasa sehingga tidak
tinggi kurang lebih 1,5 meter. Rak ini sebenarnya sesuai untuk anak-anak dan dapat menimbulkan
difungsikan untuk anak mengambil sendiri buku yang ketidaknyamanan pada saat anak menggunakan meja
akan dibacanya tetapi karena peletakkannya yang tersebut.
kurang sesuai, maka cederung pengajar yang
mengambilkan buku tersebut.
Bentuk perabot yang digunakan berbentuk bujur
sangkar dan tidak mempunyai sudut lancip yang dapat
melukai anak-anak. Hal ini sangat perlu diperhatikan
karena pada usia anak-anak cenderung tidak
memperhatikan keselamatan apalagi anak penderita
autisme. Warna yang dipergunakan warna warni
namun lembut. Warna lembut memberikan efek
menenangkan, sedangkan warna-warni dapat me-
nimbulkan kesan tidak monoton dan merangsang
imajinasi. Finishing cat yang dipergunakan juga
sesuai dengan penanganan perkembangan anak autis Sumber: dokumentasi pribadi, 2008
karena mudah dibersihkan, tidak mudah mengelupas,
tidak menimbulkan api, dan tidak beracun. Gambar 5. Meja Display

Penggunaan kaca transparan kurang aman untuk


perabot bagi anak autis karena anak dengan kebutuhan
khusus ini cenderung langsung menggapai suatu
benda bila tertarik tanpa mengerti bahwa kaca tidak
dapat ditembus sehingga dapat mencederai tangannya.

Kursi Kerja

Perabot kursi kerja menggunakan ukuran dewasa


yang tidak sesuai ukuran anak-anak. Selain itu, bahan
yang digunakan adalah logam, dimana bahan tersebut
terasa dingin bila bersentuhan dengan kulit. Rasa
dingin ini dapat menyebabkan anak terkejut pada
waktu menyentuhnya. Bahan ini juga kurang aman
bagi anak-anak karena bersifat sangat keras.

Ruang Terapi One On One

a. Pola Penataan Ruang


Sumber: dokumentasi pribadi, 2008
Gambar 5. Rak Buku Pada ruang terapi one on one ini dilakukan terapi
wicara oleh seorang terapis berhadapan dengan 1 anak
Meja kerja staff penderita autis. Ruangan ini dibuat dengan ukuran
yang disesuaikan dengan kebutuhan anak agar dapat
Meja ini berupa meja kayu yang digunakan untuk berkonsentrasi dan tidak lari kemana-mana, sehingga
para staff kantor melakukan aktivitas sehari-hari. ruangan ini juga dibuat tertutup. Selain terapi wicara,
di ruangan ini juga dilakukan terapi motorik yang
Meja display dilakukan dengan cara one on one oleh seorang
terapis. Terapi motorik ini dilakukan dengan bantuan
Meja ini sekaligus digunakan sebagai meja untuk matras yang bila tidak digunakan diletakkan diatas
belajar pengenalan alat bagi anak yang sudah meja.
memasuki tahap sosialisasi. Bentuk meja ini persegi Pola penataan perabot diatur sedemikian rupa
dengan bagian atas terbuat dari kaca untuk display sehingga mengosongkan area tengah ruangan. Area
alat-alat dan permainan yang digunakan untuk terapi ini nantinya digunakan untuk melakukan terapi
Merry, Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus 43

motorik. Pada bagian seberang pintu masuk terdapat bicara untuk melatih otot-otot mulut. Namun,
rak kayu yang ditempel pada dinding atas untuk peletakan ini juga berbahaya dapat melukai anak bila
menyimpan barang dan meja untuk meletakkan sifat hiperaktif anak muncul, maka secara tidak
matras. sengaja dapat menyenggol kaca yang letaknya tidak
terlalu jauh. Peletakan rak lebih tinggi dari ukuran
anak juga sesuai dengan penanganan perkembangan
anak autis, dimana kebiasaan perilaku dari anak autis
yang cenderung hiperaktif bila merasa bosan atau
tidak nyaman

b. Elemen Pembentuk Ruang

Lantai
Lantai pada ruangan ini memiliki fungsi sebagai
area duduk, berjalan, berlari, dan melompat. Lantai
menggunakan pelapis yang sama dengan pelapis pada
ruangan lain yaitu keramik warna putih ukuran 30 x
Pintu masuk 30 cm.
- Bentuk lantai keramik bujursangkar memberikan
sifat stabil, netral, seimbang, nyaman dan juga
teratur sehingga membuat anak autis yang sulit
beradaptasi dapat merasa nyaman.
- Lantai tidak menggunakan perbedaan ketinggian
Sumber: dokumentasi pribadi, 2008 karena anak autis yang memiliki gangguan
motorik dalam melakukan aktivitas seperti ber-
Gambar 6. Pola Penataan Perabot Ruang Terapi One On jalan, berlari atau melompat dalam ruang terapi.
One - Permukaan lantai keramik sangat keras sehingga
dapat melukai anak bila anak tersebut berlaku
Pada sebelah kiri pintu masuk terdapat sebuah tantrum atau marah dengan menjatuhkan dirinya
whiteboard yang diletakkan setinggi ukuran anak dan ke lantai. Material keramik ini tidak aman karena
beberapa ornamen dinding. Di seberangnya diletakkan dapat melukai anak tersebut. Akan lebih baik bila
meja dan dua kursi, satu untuk terapis dan satu lagi digunakan permukaan yang lebih empuk seperti
untuk anak, dengan pola penataan berhadapan. Pera- karpet atau matras.
bot ini diletakkan menghimpit anak ke dinding agar - Di dalam ruang terapi, anak banyak melakukan
anak tidak melarikan diri ketika terapi dimulai. Pada aktivitas seperti berjalan, berlari, ataupun me-
dinding kanan diletakkan cermin yang akan lompat. Sedangkan anak autis yang suka bergerak
menunjang proses terapi. mengalami gangguan motorik mengakibatkan
Pola penataan yang ada sudah sesuai dengan keseimbangannya kurang stabil. Lantai keramik
penanganan perkembangan anak autis karena pola yang digunakan kurang aman karena bersifat licin
penataan berhadapan antara terapis dan anak penderita sehingga bisa membuat anak terjatuh. Material ini
autis sehingga memungkinkan komunikasi langsung tidak sesuai untuk penanganan perkembangan
terjadi dan anak dapat lebih konsentrasi terhadap apa anak autis.
yang dilakukan oleh terapis. Selain itu, penataan - Masa anak-anak membuat anak autis rentan
perabot dibuat menempel ke dinding sudah sesuai terhadap penyakit, maka material yang digunakan
dengan penanganan pengembangan anak autis yang harus mudah dibersihkan. Penggunaan lantai
mempunyai perilaku suka bergerak, sulit konsentrasi, keramik mempunyai keuntungan tersebut karena
dan minim kontak mata. Dengan adanya pola mudah dibersihkan.
penataan meja menempel pada dinding, anak yang - Anak hipertensif termasuk peka terhadap suara,
suka bergerak akan terasa seakan-akan terkunci dan sehingga lantai keramik akan membuat tidak
terbatasi ruang geraknya. Begitu pula dengan nyaman karena dapat menimbulkan kebisingan
peletakan cermin pada dinding sebelah kanan dari pada saat memindahkan perabot atau ada benda
meja anak akan lebih memudahkan terapis untuk keras jatuh. Lantai keramik tidak dapat menyerap
mengawasi dan mengajari anak. Anak diajari ber- suara dengan baik.
44 DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 35-49

- Di dalam menjalankan aktivitas di ruang terapi, material yang dapat menghantarkan suara sehingga
anak autis sulit beradaptasi dengan lingkungan. penggunaan material ini kurang sesuai.
Warna putih pada lantai dapat membuat anak autis Pada bagian seberang pandangan anak diletakkan
nyaman karena warna yang digunakan memberi- ornamen berupa gitar dan buah-buahan, hal ini dapat
kan efek menenangkan. mengganggu anak pada saat terapi lain dilakukan.
Hendaknya pada saat terapi dilakukan, pandangan
Lantai harus dibuat dengan memperhatikan anak bersih dari segala hal yang mengganggu.
beberapa hal yaitu lantai dirancang supaya anak tidak Penanganan perkembangan anak autis pada ruang
jatuh atau terpeleset pada saat berjalan atau berlari, terapi menuntut ruang yang aman, nyaman, minim
anak merasa nyaman meskipun duduk di lantai, anak distraksi, tenan, dapat meningkatkan konsentrasi dan
tidak terganggu dengan suara bising yang ditimbulkan juga memusatkan perhatian.
oleh lantai, serta material yang digunakan harus tidak Anak autis mempunyai perilaku hiperaktif dan
mengandung racun. Dengan demikian, walaupun warna yang digunakan pada dinding ruang terapi
lantai keramik memiliki kelebihan dalam hal dapat menstimulasi kondisi anak tersebut. Warna-
kebersihan, warna dan bentuk, namun penggunaan warna yang dapat memberi ketenangan pada saat
lantai keramik belum sepenuhnya sesuai dengan melakukan terapi adalah warna dinding yang muda.
penanganan perkembangan anak autis. Pada ruang terapi SAFIR menggunakan warna putih
kehijauan sehingga dapat memberikan ketenangan
Dinding dan kenyamanan.
Pada pintu dilengkapi jendela pengamatan yang
Material dinding yang digunakan adalah batu bata bisa digunakan oleh orang tua yang ingin melihat
dan semen yang diberi finishing cat warna putih proses terapi anaknya. Jendela dibuat dengan ukuran
kehijuan sama dengan ruang lain. Dinding pada ruang kecil, diletakkan pada bagian atas pintu setinggi mata
terapi dibuat sedemikian rupa supaya anak tidak orang dewasa agar tidak mengganggu konsentrasi
terganggu dengan suara bising, baik dari dalam anak. Jendela ini dibuat dari bahan kaca yang hanya
maupun dari luar lingkungan, anak tidak terluka bila dapat dilihat dari satu sisi. Hal ini sesuai dengan
menabrakan dirinya pada dinding, anak dapat penanganan perkembangan anak autis supaya terapi
berkonsentrasi pada waktu menjalani terapi, yang dapat berjalan dengan lancar dan anak tidak merasa
dapat diperoleh dengan penerapan warna. Pada terganggu walaupun diamati dari luar.
dinding tidak menggunakan ornamen supaya anak
tidak terdistraksi dan dapat memusatkan perhatian Plafon
pada terapis.
Anak autis sulit beradaptasi dengan lingkungan Plafon yang digunakan pada ruang ini adalah plat
baru, sehingga dalam menjalankan aktivitasnya di beton yang dilapis cat tembok warna putih kehijauan
ruang terapi anak autis memerlukan suasana yang seperti warna dinding agar tidak menimbulkan kesan
nyaman. Dinding yang digunakan pada ruang terapi menekan pada anak. Selain itu, pada plafon tidak
dapat menimbulkan rasa nyaman karena dinding digunakan ornamen maupun ketinggian plafon yang
mempunyai bentuk yang segiempat yang memberikan berbeda, hanya bentukan persegi yang sederhana yang
kesan stabil dan simetris serta permukaannya datar. secara psikologis dapat menimbulkan perasaan
Pada saat anak melakukan akivitas di meja dan nyaman bagi anak autis karena mereka menyukai
anak merasa tidak nyaman, maka anak akan tantrum bentuk yang teratur. Penggunaan warna dan tidak
dengan cara membenturkan diri ke dinding. adanya ornamen juga membuat ruang terapi yang
Sedangkan material yang digunakan pada ruang terapi berukuran kecil terkesan luas. Hal ini sesuai dengan
tidak aman karena terbuat dari material keras yang kebutuhan ruang bagi anak autis yang memerlukan
dapat melukai anak. Hal ini tidak sesuai dengan ruang yang nyaman dalam beraktivitas. Ketinggian
perkembangan anak autis yang hiperimpulsif dan plafon adalah 3 meter, dimana plafon pada ketinggian
hipersensori. Aktivitas yang dilakukan di ruang terapi ini dapat menimbulkan kesan nyaman karena tidak
ini memerlukan konsentrasi dari anak dan juga terlalu tinggi atau terlalu rendah.
karakteristik anak yang hipersensitif, maka faktor Dengan demikian, plafon yang digunakan pada
ketenangan sangat diperlukan. Anak autis yang ruang terapi SAFIR dapat dikatakan telah memenuhi
tantrum cenderung berteriak-teriak, sehingga dinding persyaratan dalam memenuhi kebutuhan penanganan
perlu dibuat dapat menyerap suara agar tidak perkembangan anak autis, walaupun materialnya
mengganggu konsentrasi anak di ruangan lain. terbuat dari semen namun tidak terlalu berpengaruh
Dinding dengan batu bata lapis semen merupakan dalam fungsinya.
Merry, Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus 45

c. Perabot dibersihkan, tidak mudah mengelupas dan tidak


menimbulkan api. Hal ini sesuai untuk penanganan
Perabot merupakan unsur penting dan mem- anak autis yang rentan penyakit.
punyai hubungan langsung dengan penggunanya. Perabot menggunakan warna-warna terang yaitu
Oleh sebab itu, pemilihan desain perabot sangat dominan merah pada bagian atas meja, bertujuan agar
penting diperhatikan karena merupakan pemenuhan dapat menarik perhatian anak. Selain itu, ada warna
kebutuhan dari penggunanya. Unsur-unsur yang perlu kuning untuk merangsang keaktifan anak. Warna-
diperhatikan dalam pemilihan desain perabot adalah warna pada perabot sengaja dibuat mencolok agar
fungsi, keamanan, kesesuaian dengan pengguna dan mudah diingat dan mudah mengetahui aktivitas apa
kenyamanan. Pola penataan, bentuk dan juga warna yang harus dilakukan. Namun, penggunaan warna
akan sangat mempengaruhi kondisi ruang. Seperti merah yang terlalu kuat dapat menimbulkan perasaan
pada Gambar 7. tertekan dan emosional tinggi, sehingga akan lebih
baik jika diimbangi dengan penggunaan warna lembut
pada perabot agar anak merasa nyaman.
Pada meja dan kursi tidak menggunakan motif
sehingga memberikan kesan bersih. Hal ini membuat
anak merasa nyaman dan tidak terdistraksi dengan
adanya motif. Selain itu, tidak adanya penggunaan
motif dapat membuat anak lebih fokus pada terapis.

Rak

Rak merupakan perabot jadi yang tidak dipesan


khusus dan peletakkannya pada dinding atas agar
tidak mengganggu jalannya terapi. Oleh karena
letaknya yang tinggi maka rak ini tidak terlalu mem-
Sumber: dokumentasi pribadi, 2008 pengaruhi konsentrasi anak dalam beraktivitas.

Gambar 7. Perabot Meja dan Kursi Ruang Terapi

Meja dan Kursi

Dimensi meja dan kursi dibuat dengan ukuran


anak-anak karena menyesuaikan dengan pengguna
yaitu anak autis yang berusia 2-5 tahun, sehingga
anak merasa nyaman untuk duduk dan beraktivitas
disana.
Bentukan yang digunakan yaitu segi empat
karena anak autis lebih merasa nyaman dengan
penggunaan bentuk yang teratur. Pada meja dibuat
suatu coakan dengan bentuk setengah lingkaran. Hal
ini untuk menahan agar anak dapat duduk di tempat
pada saat terapi berjalan. Oleh karena karakteristik Sumber: dokumentasi pribadi 2008
anak autis yang cenderung melawan, maka sudut-
sudut pada meja yang dapat melukai anak dibuat Gambar 8. Rak
tumpul. Hal ini untuk menjaga keselamatan anak dari
hal-hal yang bisa melukai dirinya sendiri karena Ruang Bermain
merasa tidak nyaman.
Material yang digunakan adalah multipleks yang Terapi bermain merupakan usaha penyembuhan
memberikan kesan kuat, aman dan juga stabil. untuk mencapai perkembangan fisik, intelektual,
Material ini tentunya tidak menyakitkan seperti emosional dan sosial anak secara optimal. Tujuan
material logam bila tidak sengaja anak tersebut terapi bermain adalah untuk mengalihkan anak dari
berontak dan membentur perabot. Finishing cat yang kebosanan saat berada di ruang terapi namun selain
digunakan adalah cat kayu. Material ini mudah bermain anak juga mengalami proses pembelajaran.
46 DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 35-49

Ruang bermain merupakan ruang multifungsi autis yang suka bergerak dan memerlukan ruang
karena pada ruangan ini dapat dilakukan terapi lain gerak cukup. Pola penataan ini tidak mengganggu
untuk anak autis yang memerlukan ruang gerak sirkulasi anak pada saat melakukan aktivitas di
cukup. Secara umum sistem pengajaran yang dipakai ruang bermain sehingga sudah sesuai dengan
pada ruang terapi adalah metode one on one. kebutuhan anak autis akan ruang bermain.
Karakteristik anak pada saat menjalankan terapi - Pola penataan meja dan kursi masih kurang teratur
bermain adalah: karena aksesnya dihalangi oleh tampolin. Peletak-
- Anak autis beradaptasi dengan lingkungan an perabot yang tidak teratur akan menyebabkan
(mereka memerlukan suasana akrab). anak autis merasa tidak nyaman, sehingga akan
- Anak autis merasa nyaman bermain (perlu suasana mengganggu aktivitas mereka. Meja dan kursi ini
yang aktif) diletakkan di sudut ruang karena aktivitas di meja
- Anak autis melakukan aktivitas fisik (memerlukan jarang dilakukan. Akan lebih baik bila meja
ruang gerak yang cukup) tersebut diletakkan di tempat lain yang tidak saling
- Anak autis hipersensori (tidak adanya sudut lancip bertabrakan aksesnya.
pada perabot)

Dalam area bermain anak dapat menjalankan


beberapa macam terapi, berupa terapi sensori
integritas, terapi okupasi, dan terapi motorik. Pola
penataan ruang seperti ini sudah sesuai dengan
penanganan perkembangan anak autis yang
mempunyai tujuan agar anak dapat bermain aktif.

(a)

Pintu masuk
Area bermain luar

Sumber: dokumentasi pribadi, 2008

Gambar 9. Pola Penataan pada Area Bermain


(b)
a. Pola Penataan Perabot Sumber: dokumentasi pribadi, 2008

Penataan perabot pada ruang bermain dapat Gambar 10. (a). Pola Penataan Tampolin Menghalangi
dibagi menjadi 4 area, yaitu (1). Area tampolin, (2). Akses ke Meja (b) Pola Penataan Matras pada Sudut
Area matras, (3). Area meja dan kursi, (4). Area rak. Ruangan
Pola penataan ruang dapat dilihat pada gambar 18.
- Peletakan tampolin menutupi akses menuju meja - Rak permainan diletakkan diatas agar tidak
dan kursi. Seharusnya peletakan alat-alat benar- mengganggu konsentrasi anak dalam beraktivitas.
benar diatur karena anak autis lebih nyaman Hal ini juga untuk mengakali agar ruangan tetap
dengan ruangan yang teratur. Dengan demikian, dapat terasa luas dengan peletakan barang di
pola penataan trampolin ini masih belum meme- bagian atas. Ruang yang luas untuk bermain dapat
nuhi kebutuhan anak autis akan kenyamanan. menimbulkan perasaan nyaman bagi anak autis.
- Peletakan matras bermain disudut ruangan sesuai Hal ini sangat cocok untuk pemenuhan kebutuhan
dengan kebutuhan untuk penanganan bagi anak bagi anak autis.
Merry, Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus 47

Anak autis memang suka bergerak, namun jika


mengalami gangguan motorik akan mengakibatkan
keseimbangannya kurang stabil. Material lantai yang
digunakan kurang aman karena material ini licin
sehingga bisa membuat anak terjatuh. Material ini
tidak sesuai untuk penanganan perkembangan anak
autis.
Masa anak-anak membuat anak autis rentan
terhadap penyakit, oleh sebab itu material lantai yang
digunakan dalam ruang bermain harus mudah
dibersihkan. Lantai keramik mempunyai keuntungan
Sumber: dokumentasi pribadi, 2008 ini yaitu lantai tersebut mudah dibersihkan. Anak
hiperaktif termasuk peka terhadap suara, oleh karena
Gambar 11. Pola Penataan Meja dan Kursi
itu material lantai keramik akan membuat tidak
nyaman bagi anak autis karena dapat menimbulkan
kebisingan pada saat memindahkan perabot atau ada
benda keras jatuh. Material lantai keramik tidak dapat
menyerap suara dengan baik. Apalagi pada area ini
digunakan untuk bermain tampolin yang pada
dasarnya kurang aman bila anak terjatuh, maka
sebaiknya pada area sekitar permainan tampolin
digunakan pelapis lantai yang empuk. Hal ini
disebabkan oleh karakteristik anak autis yang terlalu
bersemangat dalam melakukan aktivitas.
Warna putih yang digunakan pada lantai dapat
membuat anak autis nyaman karena warna yang
digunakan adalah warna putih yang memberikan efek
menenangkan karena ruang bermain ini juga berfungsi
Sumber: dokumentasi pribadi, 2008 sebagai ruang relaksasi bagi anak autis.

Gambar 12. Peletakkan Rak Permainan Dinding

b. Elemen Pembentuk Ruang Material dinding yang digunakan adalah batu bata
dan semen yang diberi finishing cat warna putih
Lantai kehijuan sama dengan ruang lain. Dinding pada ruang
terapi dibuat sedemikian rupa supaya anak tidak
Lantai menggunakan keramik warna putih ukuran terganggu dengan suara bising baik dari dalam
30x30 cm sama seperti lantai pada ruangan lain. maupun dari luar lingkungan, anak tidak terluka bila
Bentuk lantai keramik bujursangkar memberikan sifat menabrakkan dirinya pada dinding, anak dapat
stabil, netral, seimbang, nyaman dan juga teratur berkonsentrasi pada waktu menjalani terapi, yang
sehingga membuat anak autis yang sulit beradaptasi dapat diperoleh dengan penerapan warna. Pada
dapat merasa nyaman. Tidak menggunakan dinding tidak menggunakan ornamen supaya anak
ketinggian lantai karena anak autis yang memiliki tidak terdistraksi dan dapat memusatkan perhatian
gangguan motorik harus melakukan aktivitas seperti pada terapis.
berjalan, berlari atau melompat dalam ruang terapi. Anak autis sulit beradaptasi dengan lingkungan
Permukaan lantai keramik sangat keras sehingga baru, sehingga dalam menjalankan aktivitasnya di
dapat melukai anak bila anak tersebut berlaku tantrum ruang bermain anak autis memerlukan suasana yang
atau marah dengan menjatuhkan dirinya ke lantai. nyaman. Dinding yang digunakan pada ruang bermain
Material keramik ini tidak aman karena dapat melukai dapat menimbulkan rasa nyaman karena dinding
anak tersebut sehingga akan lebih baik bila digunakan mempunyai bentuk yang segi empat yang
permukaan yang lebih empuk seperti karpet atau memberikan kesan stabil dan simetris serta
matras. Lantai keramik mempunyai sifat licin. Di permukaannya datar.
dalam ruang bermain, anak banyak melakukan Dinding dengan batu bata lapis semen merupakan
aktivitas seperti berjalan, berlari, ataupun melompat. material yang dapat menghantarkan suara karena itu
48 DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 35-49

penggunaan material ini sebenarnya kurang sesuai. SIMPULAN


Namun, bila dilihat layout secara keseluruhan, ruang
bermain ini berada di lantai 2 sehingga terpisah Pada ruang umum, layout kurang mempunyai
dengan ruang terapi yang berada di lantai 1 bagian sirkulasi yang memadai untuk aktivitas yang banyak
gedung lain. Hal ini tidak akan menyebabkan pada satu ruangan. Penggabungan fungsi ruang
gangguan pada ruang kelas lain, sehingga penggunaan membuat ruangan ini terasa kurang luas dan terlalu
dinding dari bata dan semen tidak menjadi masalah. penuh oleh perabot. Selain itu area yang dibutuhkan
Anak autis mempunyai perilaku hiperaktif dan oleh penderita autis untuk melakukan aktivitas
warna yang digunakan pada dinding ruang bermain terapinya adalah ruang yang tidak mudah
dapat menstimulasi kondisi tersebut. Warna-warna memecahkan konsentrasi anak, namun ruangan ini
yang dapat memberi ketenangan pada saat melakukan justru memiliki jendela yang besar dan menghadap
relaksasi adalah warna dinding yang muda. Ruang jalan raya. Material yang digunakan sudah sesuai
bermain menggunakan warna putih kehijauan sebagai area penerimaan umum yang memerlukan
sehingga dapat memberikan ketenangan dan material awet dan tidak mudah rusak serta mudah
kenyamanan pada anak autis. dibersihkan, tetapi masih kurang aman bagi anak yang
mengalami temper tantrum. Warna elemen
Plafon pembentuk ruang yang digunakan memiliki sifat
netral dan tidak terlalu berpengaruh pada anak, selain
Plafon yang digunakan pada ruang ini adalah cor itu warna putih menimbulkan kesan bersih.
coran dilapis cat tembok warna putih kehijuan sesuai Penggunaan warna-warna terang pada perabot dapat
dengan warna dinding agar tidak menimbulkan kesan menciptakan suasana ruang tidak terlalu monoton dan
menekan pada anak. Selain itu tidak digunakan dapat membuat anak menjadi aktif.
ornamen maupun ketinggian plafon yang berbeda Layout ruang terapi sudah sesuai, peletakan
hanya bentukan persegi yang sederhana yang secara perabot menempel pada dinding dan mengunci anak
psikologis dapat menimbulkan perasaan nyaman bagi agar dapat berkonsentrasi pada saat terapi. Material
anak autis karena mereka menyukai bentuk yang yang digunakan pada elemen pembentuk ruang masih
teratur. Penggunaan warna dan tidak adanya ornamen kurang aman apabila anak membenturkan dirinya ke
juga membuat ruang terapi yang berukuran kecil lantai atau dinding, tetapi material lantai keramik ini
terkesan luas. Hal ini sesuai dengan kebutuhan ruang mudah dibersihkan. Warna yang digunakan dapat
bagi anak autis yang memerlukan ruang yang nyaman menciptakan suasana lebih tenang pada anak. Warna
dalam beraktivitas. Ketinggian plafon adalah 3 meter, merah pada perabot meja dapat menarik perhatian
dimana plafon pada ketinggian ini dapat anak. Bentukan ruangan persegi terlihat sederhana dan
menimbulkan kesan nyaman karena tidak terlalu mudah dipahami oleh anak. Dimensi perabot yang
tinggi dan tidak terlalu pendek. digunakan dan besaran ruangan sudah sesuai untuk
Dengan demikian, plafon yang digunakan pada anak autis.
ruang bermain dapat dikatakan memenuhi persyaratan Pada ruang bermain, layout sudah sesuai karena
dalam memenuhi kebutuhan penanganan perkembang- perabot diletakkan mengelilingi ruangan sehingga
an anak autis. Walaupun materialnya terbuat dari terjadi area kosong di tengah-tengah ruangan. Material
semen namun tidak terlalu berpengaruh dalam yang digunakan pada elemen pembentuk ruang
fungsinya. kurang sudah sesuai karena bahannya memiliki sifat
yang keras. Warna ruang menggunakan warna yang
c. Perabot sama pada ruang terapi yaitu hijau muda yang
memberikan kesan menenangkan. Perabot yang
Dimensi meja dan kursi dibuat dengan ukuran digunakan sudah sesuai karena berupa perabot yang
anak-anak karena menyesuaikan dengan pengguna melayang di atas tinggi anak sehingga tidak
yaitu anak autis yang berusia 2-5 tahun. Ukuran dibuat mengganggu aktivitas anak. Perabot meja kurang
sesuai agar anak merasa nyaman untuk duduk dan sesuai karena tidak menggunakan ujung yang tumpul.
beraktivitas disana. Bentukan yang digunakan pada Pemanfaatan ruangan yang sudah ada pada
meja dan kursi adalah bentuk dasar yaitu bentuk bangunan awal sebagai ruang kelas untuk terapi anak
segiempat karena anak autis lebih merasa nyaman autis dapat dilakukan, asal memenuhi standar ruang
dengan penggunaan bentuk yang teratur. Meja pada yang diperlukan untuk menciptakan kenyamanan
ruang bermain menghadap dinding dan merupakan terapi bagi anak autis. Ruangan yang ada di sekolah
meja biasa tanpa coakan karena memiliki fungsi yang SAFIR ini sudah sesuai hanya saja pada ruang
berbeda. umumnya kurang memnuhi persyaratan akan adanya
Merry, Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus 49

privasi untuk anak autis. Hal ini disebabkan karena Ching, Francis D. K. 1996. Ilustrasi Desain Interior.
ruang yang dimanfaatkan terbatas dan dipilih daerah Jakarta: Erlangga.
yang berdekatan. Handoyo, Y. DR. Dr. MPH. 2003. Autisma Petunjuk
Praktis dan Petunjuk Materi untuk Mengajar
REFERENSI Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Jakarta:
PT. Bhuana Ilmu Populer.
Baker, Bruce L. and Alan J. Brightman. 1997. Steps to Krisnawati, Christina. 2005. Terapi Warna dalam
Independence-Teaching Everyday Skill to Kesehatan. Curiosita: Perpustakaan Nasional.
Children with Special Needs. US: Paul H. Peters, Theo. 2004. Autisme Hubungan Pengetahuan
Teoritis dan Intervensi Pendidikan bagi
Brookes Publishing Co. Inc.
Penyandang Autis. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Budiman, Melly.1998. Makalah Simposium Pentingnya Weinstein, Carol Simon and David Thomas G. 1987.
Diagnosa Dini dan Penatalaksanaan Terpadu Space for Children. New York and London:
pada Autisme. Surabaya. Plenum Press.

Anda mungkin juga menyukai