Merry
Alumni Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain
Universitas Kristen Petra - Surabaya
ABSTRAK
Autis merupakan salah satu kelainan mental yang dialami sejak masa anak-anak. Pada umumnya para penyandang autis
selalu dikucilkan dari lingkungannya, namun pada masa sekarang hak para penyandang autis sudah banyak dihargai.
Sekolah dan pusat terapi untuk mendidik mereka sudah banyak didirikan. Karakteristik yang unik dari kelainan para
penyandang autis ini menyebabkan adanya perlakuan khusus dalam hal interiornya. Penelitian ini meninjau sebuah pusat
terapi autis yang pada awalnya menggunakan layout sebuah rumah tinggal, apakah sudah sesuai untuk pusat terapi
pendidikan anak autis.
Kata kunci: desain interior, pusat terapi, anak berkebutuhan khusus, sekolah Safir.
ABSTRACT
Autism is a mental disorder faced by some children during their childhood. Generally, autistic children are secluded by
their environment. Nowadays, however, they are given more concern. Schools and therapy centres for autistic children are
increasing and developing. The unique behaviour of the autistic children requires special interior design needs and
specifications. This research observes whether a therapy centre for austistic children that was once a residential house is
appropriate to its function.
Keywords: interior design, therapy centre, children of special needs, Safir School.
35
36 DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 35-49
SAFIR ini tentunya memiliki desain berbeda dengan respon anak terhadap lingkungan sehingga ia lebih
sekolah anak normal lainnya. mudah menerima tata laksana terapi lainnya. Bila
kemajuan yang dicapai cukup baik, maka pemberian
Penanganan Anak Autis dan Metode yang obat dapat dikurangi bahkan dihentikan.
Digunakan
b. Terapi Psikologis
Pertanyaan yang sering dilontarkan orang tua
adalah apakah anaknya dapat secara total bebas dari Dalam penanganan autisme seringkali per-
autisme. Agak sulit untuk menerangkan pada orang kembangan kemampuan berjalan lambat dan mudah
tua bahwa autisme adalah gangguan yang tidak bisa hilang. Umumnya interfensi difokuskan pada pening-
disembuhkan (not curable), namun bisa diterapi katan kemampuan bahasa dan komunikasi, self-help
(treatable). Maksudnya kelainan yang terjadi pada dan perilaku sosial dan mengurangi perilaku yang
otak tidak bisa diperbaiki namun gejala-gejala yang tidak dikehendaki seperti melukai diri sendiri (Self-
ada dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga Mutilation), temper tantrum dengan penekanan pada
anak tersebut nantinya bisa berbaur dengan anak-anak peningkatan fungsi individu dan bukan menyembuh-
lain secara normal. kan tetapi dalam arti mengembalikan penyandang
Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor autis ke posisi normal.
(Budiman, 1998) yaitu: Terapi ini hanya bisa dilaksanakan pada
- Berat ringannya gejala atau berat ringannya lingkungan yang sangat terstruktur dan teratur dengan
kelainan otak. baik. Anak autistik memiliki pola berpikir yang
- Usia, diagnosis dini sangat penting karena berbeda, mereka mengalami kesulitan memahami
semakin muda umur anak saat dimulainya terapi lingkungannya sehingga dengan memberikan ling-
semakin besar kemungkinan untuk berhasil. kungan terstruktur merupakan titik awal dalam proses
- Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin interfensi penyandang autis. Hal ini dapat dilakukan
baik prognosisnya. dengan cara sebagai berikut:
- Bicara dan bahasa, 20% penyandang autis tidak
mampu berbicara seumur hidup, sedangkan
sisanya mempunyai kemampuan bicara dengan
kefasihan yang berbeda-beda. Mereka dengan
kemampuan bicara yang baik mempunyai prog-
nosis yang lebih baik.
itu, terapi wicara pada penyandang autisme merupa- a. Metode ABA atau Metode Loovas (Ivar Loovas,
kan keharusan namun penanganannya berbeda PhD - 1987)
dengan penderita gangguan bicara. Salah seorang
tokoh yang mengembangkan terapi bicara ini adalah Metode ini dipelopori oleh B. F Skinner seorang
Lovaas pada tahun 1977 yang menggunakan pen- behavioralist. Dasar dari teori Skinner ini adalah
dekatan behaviouris-model operant conditioning. pengendalian perilaku melalui manipulasi dari
Anak yang mengalami hambatan bicara dilatih imbalan dan hukuman. Metode ini paling terkenal dan
dengan proses pemberian reinforcement dan meniru paling banyak diterapkan untuk penyandang autisme
vokalisasi terapis. yaitu suatu metode yang dilakukan one on one oleh
Ruang yang diperlukan untuk terapi ini adalah terapis dan anak penyandang autis. Pada metode ini
ruangan yang aman, tenang, yang dapat meningkatkan diharapkan adanya suatu modifikasi perilaku
perhatian. Fasilitas yang diperlukan adalah perabot (behaviour modification) dan sistem umpan balik
berupa meja, kursi dan cermin untuk berlatih mimik ketika anak berhasil menjalankan instruksi dengan
wajah. baik atau buruk. Pada idealnya, metode ini diberikan
pada anak yang berusia 2-5 tahun dengan terapi
d. Fisioterapi minimal 40 jam dalam satu minggu yang dilakukan
dengan disiplin dan berkelanjutan.
Pada anak autisme juga diberikan fisioterapi yang Tujuan terapi dengan metode Loovas ini antara
berfungsi untuk merangsang perkembangan motorik lain:
dan kontrol tubuh - Komunikasi dua arah aktif
- Sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum
e. Terapi Musik - Menghilangkan atau meminimalkan perilaku tidak
wajar
Meliputi aktivitas menyanyi, menari mengikuti - Mengajarkan materi akademik
irama dan memainkan alat musik. Musik dapat sangat
- Kemampuan bina diri atau bantu diri dan
bermanfaat sebagai media mengekspresikan diri,
ketrampilan lain
termasuk para penyandang autis.
b. Metode Kaufman
f. Program Fasilitas Komunikasi
Meskipun sebenarnya bukan bentuk terapi, tetapi Perbedaan metode Kaufman dengan metode
program ini merupakan metode penyediaan dukungan Loovas, yaitu pada cara memulai terapis perilaku.
fisik kepada individu dalam mengekspresikan pikiran Pada metode Loovas menuntut kepatuhan anak
atau ide-idenya melalui papan alfabet, papan gambar, sedangkan metode Kaufman membalikkan peranan
mesin ketik, atau komputer. (flip flop the role), yaitu orang tua dan terapis justru
yang menjadi murid dari dunia anak autis yang
g. Terapi Vitamin bersangkutan dan mengamati serta membantu anak
mengembangkan dirinya sendiri, sedangkan anak
Penyandang autis mengalami kemajuan yang menjadi guru. Prinsipnya dengan menimbulkan dan
berarti setelah mengkonsumsi vitamin tertentu seperti meningkatkan motivasi anak berkembang.
B6 dalam dosis tinggi yang dikombinasikan dengan
magnesium, mineral, dan vitamin lainnya. c. Metode Son –rise
h. Diet Khusus (dietari intervention) yang disesuai- Son-rise merupakan program untuk orang tua
kan dengan cerebral alergies yang diderita yang menerapkan prinsip-prinsip yang akan
penyandang autis. membantu anak keluar dari keterbatasannya. Tujuan
membuat tempat bermain sesuai dengan program ini
Metode Terapi adalah untuk menghindari gangguan baik dari
gangguan televisi ataupun gangguan dari musik keras.
Metode yang digunakan dalam penanganan anak Selain itu agar anak dapat cepat mengenal dan
autis yang biasa diterapkan di sekolah-sekolah termotivasi untuk berinteraksi dengan orang lain.
maupun pusat terapi untuk anak berkebutuhan khusus, Disarankan ruangan juga bebas dari TV, radio,
antara lain: komputer, dan peralatan elektronik lainnya.
38 DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 35-49
Prinsip Penanganan Masalah Pendidikan Anak - Bermuatan bahasa (pemahaman dan pengung-
Autis kapan)
- Abstrak
Masalah anak autis dalam institusi pendidikan - Banyak tahapannya
terbagi atas beberapa aspek antara lain:
- Tidak jelas ujung pangkalnya
- Mengandung banyak alternatif solusi
a. Komunikasi
- Tertulis
Komunikasi terjadi karena adanya pematangan - Cepat penyajiannya
sistem biologis dan sistem syaraf dalam tubuh anak.
Tidak heran bila pematangan sistem tersebut Dalam meningkatkan pemahaman cara yang
terhambat, maka terhambat pulalah kemampuan disarankan adalah tidak sekedar memberitahu apa
komunikasi seseorang. Komunikasi juga terkait yang harus dilakukan (tell=verbal directions), tetapi
dengan kemampuan kognisi, semakin bermasalah juga memberi contoh (show=modelling), dan meng-
arahkan (guide=physical guidance) hingga anak
seseorang dalam pemahamannya maka akan semakin
mengerti yang diharapkan darinya (Bakker &
terbatas kemampuan komunikasinya. Komunikasi
Brightman, 1997).
juga melibatkan perkembangan bahasa-bicara, dan
Anak autis sebagian besar memiliki gaya belajar
penguasaan berbagai kemampuan antara lain
”rote learner”, ”visual learner”, dan ”hands – on
pemahaman, sosialisasi, bergiliran, pilihan, keinginan, learner”. Berarti sebaiknya digunakan sebanyak
dan pengungkapan (Peters, 2004). mungkin pengalaman dan visualisasi untuk membuat
Anak autis umumnya mengalami hambatan berbagai hal yang sulit dicerna anak autis (terutama
dalam aneka aspek perkembangan yang sudah konsep verbal dan abstrak) menjadi lebih konkrit dan
disebutkan di atas. Awalnya mereka tidak ada alasan nyata bagi mereka.
untuk berkomunikasi (tidak tertarik, tidak ada Yang pasti, anak lebih mudah paham dan dapat
kebutuhan), dan ketika mereka sudah tertarik untuk lama mengingat materi pelajaran tertentu bila sejak
berkomunikasi mereka memiliki masalah lain (sulit awal dibuat bermakna dan dikaitkan dengan
mengungkapkan diri, tidak dapat menjalin kontak kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebaiknya
mata, sulit memusatkan perhatian, dan sebagainya). materi yang diajarkan juga sesuatu yang ada gunanya
Menuntut seorang anak autis untuk berbicara (fungsional) dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
tanpa ada masalah, jelas tidak adil. Ia akan semakin sehari-hari (aplikatif).
tegang, dan ketegangan ini menghambatnya untuk
berpikir leluasa. Sebaiknya anak diberi kemampuan c. Interaksi
yang diperlukan untuk bekomunikasi (bukan hanya
berbicara) dan dibantu untuk dapat berkomunikasi Ada tiga jenis perilaku sosial yang mencirikan
lebih efektif. anak autis yaitu:
Guna membantu anak autis berkomunikasi - Aloof – bersikap menjauh atau menyendiri
dengan efektif mereka perlu diajarkan untuk me- - Passive – bersikap pasif
mahami makna ya dan tidak, menetapkan pilihan, - Active and odd – bersikap aktif tapi aneh
memahami konsep representasi, melakukan deskripsi
terhadap suatu gambar dan kemudian rangkaian Untuk membantu anak-anak autis berinteraksi di
sekolah, Wolfberg (1999) mengusulkan metode
gambar, melakukan tanya jawab secara konsisten dan
”Integrated Play Group Setting” dimana anak-anak
terarah, melakukan percakapan (parallel talk),
ASD (pemain pemula) – dengan pengarahan orang
bertanya, dan bercerita. dewasa (pengarah bermain) – berpartisipasi dalam
Mengingat bahwa anak autis cenderung lebih kegiatan bermain dengan teman sebaya yang secara
mudah mencerna apapun yang dapat mereka lihat dan sosial lebih mahir (pemain mahir). Tujuan IPS ini
mereka pegang, ada baiknya membantu anak autis adalah untuk merangsang kegiatan bermain yang
berkomunikasi dengan menggunakan visualisasi. timbal balik dan sama-sama disukai anak-anak.
Visualisasi ini membantu anak autis membayangkan Kegiatan ini dapat dilakukan sambil mengembangkan
berbagai hal, sehingga pada akhirnya dapat kemampuan bermain dan perbendaharaan kegiatan
melakukan komunikasi dengan lebih efektif. bermain si pemain pemula. Dalam metode ini, teknik
mengamati dan menganalisa kegiatan bermain
b. Pemahaman dijabarkan, juga bagaimana mengarahkan partisipasi
dalam bermain secara kelompok, dan merancang
Biasanya anak mengalami kesulitan saat ber- lingkungan yang mendukung terjadinya kegiatan
hadapan dengan tugas yang berciri sebagai berikut: bermain yang menyenangkan.
Merry, Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus 39
3.25
Batasan penelitian ini meliputi pola, bentuk, dan m
warna yang ada pada ruang terapi, ruang umum, ruang
2 3 4
bermain di dalam dan di luar. Penggunaan unsur 1.20 6
1
interior akan dibahas mengenai kesesuaiannya dengan m
data literatur dan aktivitas pengguna. 2.20
5 m
Plafon
b. Elemen Pembentuk Ruang Perabot yang ada dalam ruangan ini yaitu:
serta sedikit aksen merah. Bentuk menggunakan anak autis. Meja ini menggunakan finishing politur
persegi panjang dengan rak kotak-kotak sama besar yang memperlihatkan serat kayunya. Ukuran meja
untuk meletakkan buku-buku. Rak buku ini memiliki menggunakan standar orang dewasa sehingga tidak
tinggi kurang lebih 1,5 meter. Rak ini sebenarnya sesuai untuk anak-anak dan dapat menimbulkan
difungsikan untuk anak mengambil sendiri buku yang ketidaknyamanan pada saat anak menggunakan meja
akan dibacanya tetapi karena peletakkannya yang tersebut.
kurang sesuai, maka cederung pengajar yang
mengambilkan buku tersebut.
Bentuk perabot yang digunakan berbentuk bujur
sangkar dan tidak mempunyai sudut lancip yang dapat
melukai anak-anak. Hal ini sangat perlu diperhatikan
karena pada usia anak-anak cenderung tidak
memperhatikan keselamatan apalagi anak penderita
autisme. Warna yang dipergunakan warna warni
namun lembut. Warna lembut memberikan efek
menenangkan, sedangkan warna-warni dapat me-
nimbulkan kesan tidak monoton dan merangsang
imajinasi. Finishing cat yang dipergunakan juga
sesuai dengan penanganan perkembangan anak autis Sumber: dokumentasi pribadi, 2008
karena mudah dibersihkan, tidak mudah mengelupas,
tidak menimbulkan api, dan tidak beracun. Gambar 5. Meja Display
Kursi Kerja
motorik. Pada bagian seberang pintu masuk terdapat bicara untuk melatih otot-otot mulut. Namun,
rak kayu yang ditempel pada dinding atas untuk peletakan ini juga berbahaya dapat melukai anak bila
menyimpan barang dan meja untuk meletakkan sifat hiperaktif anak muncul, maka secara tidak
matras. sengaja dapat menyenggol kaca yang letaknya tidak
terlalu jauh. Peletakan rak lebih tinggi dari ukuran
anak juga sesuai dengan penanganan perkembangan
anak autis, dimana kebiasaan perilaku dari anak autis
yang cenderung hiperaktif bila merasa bosan atau
tidak nyaman
Lantai
Lantai pada ruangan ini memiliki fungsi sebagai
area duduk, berjalan, berlari, dan melompat. Lantai
menggunakan pelapis yang sama dengan pelapis pada
ruangan lain yaitu keramik warna putih ukuran 30 x
Pintu masuk 30 cm.
- Bentuk lantai keramik bujursangkar memberikan
sifat stabil, netral, seimbang, nyaman dan juga
teratur sehingga membuat anak autis yang sulit
beradaptasi dapat merasa nyaman.
- Lantai tidak menggunakan perbedaan ketinggian
Sumber: dokumentasi pribadi, 2008 karena anak autis yang memiliki gangguan
motorik dalam melakukan aktivitas seperti ber-
Gambar 6. Pola Penataan Perabot Ruang Terapi One On jalan, berlari atau melompat dalam ruang terapi.
One - Permukaan lantai keramik sangat keras sehingga
dapat melukai anak bila anak tersebut berlaku
Pada sebelah kiri pintu masuk terdapat sebuah tantrum atau marah dengan menjatuhkan dirinya
whiteboard yang diletakkan setinggi ukuran anak dan ke lantai. Material keramik ini tidak aman karena
beberapa ornamen dinding. Di seberangnya diletakkan dapat melukai anak tersebut. Akan lebih baik bila
meja dan dua kursi, satu untuk terapis dan satu lagi digunakan permukaan yang lebih empuk seperti
untuk anak, dengan pola penataan berhadapan. Pera- karpet atau matras.
bot ini diletakkan menghimpit anak ke dinding agar - Di dalam ruang terapi, anak banyak melakukan
anak tidak melarikan diri ketika terapi dimulai. Pada aktivitas seperti berjalan, berlari, ataupun me-
dinding kanan diletakkan cermin yang akan lompat. Sedangkan anak autis yang suka bergerak
menunjang proses terapi. mengalami gangguan motorik mengakibatkan
Pola penataan yang ada sudah sesuai dengan keseimbangannya kurang stabil. Lantai keramik
penanganan perkembangan anak autis karena pola yang digunakan kurang aman karena bersifat licin
penataan berhadapan antara terapis dan anak penderita sehingga bisa membuat anak terjatuh. Material ini
autis sehingga memungkinkan komunikasi langsung tidak sesuai untuk penanganan perkembangan
terjadi dan anak dapat lebih konsentrasi terhadap apa anak autis.
yang dilakukan oleh terapis. Selain itu, penataan - Masa anak-anak membuat anak autis rentan
perabot dibuat menempel ke dinding sudah sesuai terhadap penyakit, maka material yang digunakan
dengan penanganan pengembangan anak autis yang harus mudah dibersihkan. Penggunaan lantai
mempunyai perilaku suka bergerak, sulit konsentrasi, keramik mempunyai keuntungan tersebut karena
dan minim kontak mata. Dengan adanya pola mudah dibersihkan.
penataan meja menempel pada dinding, anak yang - Anak hipertensif termasuk peka terhadap suara,
suka bergerak akan terasa seakan-akan terkunci dan sehingga lantai keramik akan membuat tidak
terbatasi ruang geraknya. Begitu pula dengan nyaman karena dapat menimbulkan kebisingan
peletakan cermin pada dinding sebelah kanan dari pada saat memindahkan perabot atau ada benda
meja anak akan lebih memudahkan terapis untuk keras jatuh. Lantai keramik tidak dapat menyerap
mengawasi dan mengajari anak. Anak diajari ber- suara dengan baik.
44 DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 35-49
- Di dalam menjalankan aktivitas di ruang terapi, material yang dapat menghantarkan suara sehingga
anak autis sulit beradaptasi dengan lingkungan. penggunaan material ini kurang sesuai.
Warna putih pada lantai dapat membuat anak autis Pada bagian seberang pandangan anak diletakkan
nyaman karena warna yang digunakan memberi- ornamen berupa gitar dan buah-buahan, hal ini dapat
kan efek menenangkan. mengganggu anak pada saat terapi lain dilakukan.
Hendaknya pada saat terapi dilakukan, pandangan
Lantai harus dibuat dengan memperhatikan anak bersih dari segala hal yang mengganggu.
beberapa hal yaitu lantai dirancang supaya anak tidak Penanganan perkembangan anak autis pada ruang
jatuh atau terpeleset pada saat berjalan atau berlari, terapi menuntut ruang yang aman, nyaman, minim
anak merasa nyaman meskipun duduk di lantai, anak distraksi, tenan, dapat meningkatkan konsentrasi dan
tidak terganggu dengan suara bising yang ditimbulkan juga memusatkan perhatian.
oleh lantai, serta material yang digunakan harus tidak Anak autis mempunyai perilaku hiperaktif dan
mengandung racun. Dengan demikian, walaupun warna yang digunakan pada dinding ruang terapi
lantai keramik memiliki kelebihan dalam hal dapat menstimulasi kondisi anak tersebut. Warna-
kebersihan, warna dan bentuk, namun penggunaan warna yang dapat memberi ketenangan pada saat
lantai keramik belum sepenuhnya sesuai dengan melakukan terapi adalah warna dinding yang muda.
penanganan perkembangan anak autis. Pada ruang terapi SAFIR menggunakan warna putih
kehijauan sehingga dapat memberikan ketenangan
Dinding dan kenyamanan.
Pada pintu dilengkapi jendela pengamatan yang
Material dinding yang digunakan adalah batu bata bisa digunakan oleh orang tua yang ingin melihat
dan semen yang diberi finishing cat warna putih proses terapi anaknya. Jendela dibuat dengan ukuran
kehijuan sama dengan ruang lain. Dinding pada ruang kecil, diletakkan pada bagian atas pintu setinggi mata
terapi dibuat sedemikian rupa supaya anak tidak orang dewasa agar tidak mengganggu konsentrasi
terganggu dengan suara bising, baik dari dalam anak. Jendela ini dibuat dari bahan kaca yang hanya
maupun dari luar lingkungan, anak tidak terluka bila dapat dilihat dari satu sisi. Hal ini sesuai dengan
menabrakan dirinya pada dinding, anak dapat penanganan perkembangan anak autis supaya terapi
berkonsentrasi pada waktu menjalani terapi, yang dapat berjalan dengan lancar dan anak tidak merasa
dapat diperoleh dengan penerapan warna. Pada terganggu walaupun diamati dari luar.
dinding tidak menggunakan ornamen supaya anak
tidak terdistraksi dan dapat memusatkan perhatian Plafon
pada terapis.
Anak autis sulit beradaptasi dengan lingkungan Plafon yang digunakan pada ruang ini adalah plat
baru, sehingga dalam menjalankan aktivitasnya di beton yang dilapis cat tembok warna putih kehijauan
ruang terapi anak autis memerlukan suasana yang seperti warna dinding agar tidak menimbulkan kesan
nyaman. Dinding yang digunakan pada ruang terapi menekan pada anak. Selain itu, pada plafon tidak
dapat menimbulkan rasa nyaman karena dinding digunakan ornamen maupun ketinggian plafon yang
mempunyai bentuk yang segiempat yang memberikan berbeda, hanya bentukan persegi yang sederhana yang
kesan stabil dan simetris serta permukaannya datar. secara psikologis dapat menimbulkan perasaan
Pada saat anak melakukan akivitas di meja dan nyaman bagi anak autis karena mereka menyukai
anak merasa tidak nyaman, maka anak akan tantrum bentuk yang teratur. Penggunaan warna dan tidak
dengan cara membenturkan diri ke dinding. adanya ornamen juga membuat ruang terapi yang
Sedangkan material yang digunakan pada ruang terapi berukuran kecil terkesan luas. Hal ini sesuai dengan
tidak aman karena terbuat dari material keras yang kebutuhan ruang bagi anak autis yang memerlukan
dapat melukai anak. Hal ini tidak sesuai dengan ruang yang nyaman dalam beraktivitas. Ketinggian
perkembangan anak autis yang hiperimpulsif dan plafon adalah 3 meter, dimana plafon pada ketinggian
hipersensori. Aktivitas yang dilakukan di ruang terapi ini dapat menimbulkan kesan nyaman karena tidak
ini memerlukan konsentrasi dari anak dan juga terlalu tinggi atau terlalu rendah.
karakteristik anak yang hipersensitif, maka faktor Dengan demikian, plafon yang digunakan pada
ketenangan sangat diperlukan. Anak autis yang ruang terapi SAFIR dapat dikatakan telah memenuhi
tantrum cenderung berteriak-teriak, sehingga dinding persyaratan dalam memenuhi kebutuhan penanganan
perlu dibuat dapat menyerap suara agar tidak perkembangan anak autis, walaupun materialnya
mengganggu konsentrasi anak di ruangan lain. terbuat dari semen namun tidak terlalu berpengaruh
Dinding dengan batu bata lapis semen merupakan dalam fungsinya.
Merry, Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus 45
Rak
Ruang bermain merupakan ruang multifungsi autis yang suka bergerak dan memerlukan ruang
karena pada ruangan ini dapat dilakukan terapi lain gerak cukup. Pola penataan ini tidak mengganggu
untuk anak autis yang memerlukan ruang gerak sirkulasi anak pada saat melakukan aktivitas di
cukup. Secara umum sistem pengajaran yang dipakai ruang bermain sehingga sudah sesuai dengan
pada ruang terapi adalah metode one on one. kebutuhan anak autis akan ruang bermain.
Karakteristik anak pada saat menjalankan terapi - Pola penataan meja dan kursi masih kurang teratur
bermain adalah: karena aksesnya dihalangi oleh tampolin. Peletak-
- Anak autis beradaptasi dengan lingkungan an perabot yang tidak teratur akan menyebabkan
(mereka memerlukan suasana akrab). anak autis merasa tidak nyaman, sehingga akan
- Anak autis merasa nyaman bermain (perlu suasana mengganggu aktivitas mereka. Meja dan kursi ini
yang aktif) diletakkan di sudut ruang karena aktivitas di meja
- Anak autis melakukan aktivitas fisik (memerlukan jarang dilakukan. Akan lebih baik bila meja
ruang gerak yang cukup) tersebut diletakkan di tempat lain yang tidak saling
- Anak autis hipersensori (tidak adanya sudut lancip bertabrakan aksesnya.
pada perabot)
(a)
Pintu masuk
Area bermain luar
Penataan perabot pada ruang bermain dapat Gambar 10. (a). Pola Penataan Tampolin Menghalangi
dibagi menjadi 4 area, yaitu (1). Area tampolin, (2). Akses ke Meja (b) Pola Penataan Matras pada Sudut
Area matras, (3). Area meja dan kursi, (4). Area rak. Ruangan
Pola penataan ruang dapat dilihat pada gambar 18.
- Peletakan tampolin menutupi akses menuju meja - Rak permainan diletakkan diatas agar tidak
dan kursi. Seharusnya peletakan alat-alat benar- mengganggu konsentrasi anak dalam beraktivitas.
benar diatur karena anak autis lebih nyaman Hal ini juga untuk mengakali agar ruangan tetap
dengan ruangan yang teratur. Dengan demikian, dapat terasa luas dengan peletakan barang di
pola penataan trampolin ini masih belum meme- bagian atas. Ruang yang luas untuk bermain dapat
nuhi kebutuhan anak autis akan kenyamanan. menimbulkan perasaan nyaman bagi anak autis.
- Peletakan matras bermain disudut ruangan sesuai Hal ini sangat cocok untuk pemenuhan kebutuhan
dengan kebutuhan untuk penanganan bagi anak bagi anak autis.
Merry, Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus 47
b. Elemen Pembentuk Ruang Material dinding yang digunakan adalah batu bata
dan semen yang diberi finishing cat warna putih
Lantai kehijuan sama dengan ruang lain. Dinding pada ruang
terapi dibuat sedemikian rupa supaya anak tidak
Lantai menggunakan keramik warna putih ukuran terganggu dengan suara bising baik dari dalam
30x30 cm sama seperti lantai pada ruangan lain. maupun dari luar lingkungan, anak tidak terluka bila
Bentuk lantai keramik bujursangkar memberikan sifat menabrakkan dirinya pada dinding, anak dapat
stabil, netral, seimbang, nyaman dan juga teratur berkonsentrasi pada waktu menjalani terapi, yang
sehingga membuat anak autis yang sulit beradaptasi dapat diperoleh dengan penerapan warna. Pada
dapat merasa nyaman. Tidak menggunakan dinding tidak menggunakan ornamen supaya anak
ketinggian lantai karena anak autis yang memiliki tidak terdistraksi dan dapat memusatkan perhatian
gangguan motorik harus melakukan aktivitas seperti pada terapis.
berjalan, berlari atau melompat dalam ruang terapi. Anak autis sulit beradaptasi dengan lingkungan
Permukaan lantai keramik sangat keras sehingga baru, sehingga dalam menjalankan aktivitasnya di
dapat melukai anak bila anak tersebut berlaku tantrum ruang bermain anak autis memerlukan suasana yang
atau marah dengan menjatuhkan dirinya ke lantai. nyaman. Dinding yang digunakan pada ruang bermain
Material keramik ini tidak aman karena dapat melukai dapat menimbulkan rasa nyaman karena dinding
anak tersebut sehingga akan lebih baik bila digunakan mempunyai bentuk yang segi empat yang
permukaan yang lebih empuk seperti karpet atau memberikan kesan stabil dan simetris serta
matras. Lantai keramik mempunyai sifat licin. Di permukaannya datar.
dalam ruang bermain, anak banyak melakukan Dinding dengan batu bata lapis semen merupakan
aktivitas seperti berjalan, berlari, ataupun melompat. material yang dapat menghantarkan suara karena itu
48 DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 35-49
privasi untuk anak autis. Hal ini disebabkan karena Ching, Francis D. K. 1996. Ilustrasi Desain Interior.
ruang yang dimanfaatkan terbatas dan dipilih daerah Jakarta: Erlangga.
yang berdekatan. Handoyo, Y. DR. Dr. MPH. 2003. Autisma Petunjuk
Praktis dan Petunjuk Materi untuk Mengajar
REFERENSI Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Jakarta:
PT. Bhuana Ilmu Populer.
Baker, Bruce L. and Alan J. Brightman. 1997. Steps to Krisnawati, Christina. 2005. Terapi Warna dalam
Independence-Teaching Everyday Skill to Kesehatan. Curiosita: Perpustakaan Nasional.
Children with Special Needs. US: Paul H. Peters, Theo. 2004. Autisme Hubungan Pengetahuan
Teoritis dan Intervensi Pendidikan bagi
Brookes Publishing Co. Inc.
Penyandang Autis. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Budiman, Melly.1998. Makalah Simposium Pentingnya Weinstein, Carol Simon and David Thomas G. 1987.
Diagnosa Dini dan Penatalaksanaan Terpadu Space for Children. New York and London:
pada Autisme. Surabaya. Plenum Press.