Anda di halaman 1dari 6

Nama : Refi Adinda Putri

Nim : 214110101053

Kelas : 6 BKI F

Matkul : Anak berkebutuhan khusus (UTS)

Jawaban

1). Langkah pertama yang dapat dilaksanakan adalah identifikasi sebagai upaya asesmen
untuk mengetahui kondisi anak dengan gangguan spektrum autisme, yakni masalah yang
muncul ataupun potensi yang dimiliki anak. Selanjutnya, konseling bagi anak autis dapat
dirancang program layanan yang sesuai berdasarkan hasil asesmen sebelumnya. Bagian yang
tak kalah penting adalah koseling bagi orangtuanya, yakni agar orangtua menerima kondisi
anak pada saat diagnosis awal dan selanjutnya dapat menghadapinya dengan bekal berbagai
pengetahuan tentang anak autis. Sehingga, orangtua dapat memberikan pengasuhan terbaik
sesuai kondisi anak agar anak dengan gangguan spektrum autisme dapat berkembang secara
optimal dan dapat pula mengembangkan potensi yang dimiliki anak.

Pemberian konseling misalnya melalui terapi psikoedukasi yang berfokus pada keluarga,
secara efektif dapat meningkatkan efikasi diri pada orangtua, seta dapat mengurangi
kecemasan dan depresi untuk orang tua dari anak-anak dengan GSA.

2). memilih menggunakan metode ABA untuk membantu permasalahan yang dialami anak.
Metode ABA khususnya digunakan untuk melatih kemampuan bersosialisasi anak dengan
GSA dalam mempelajari keterampilan sosial dasar seperti memperhatikan, mempertahankan
kontak mata, dan dapat mengontrol masalah pembelajaran perilaku dasar seperti shaping,
chaining, dan prompt, serta transfer of Metode ABA menggunakan prinsip-prinsip stimulus
control. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan prinsip prompt yaitu verbal prompt dan
physical prompt. Prompt adalah cara atau pelatihan yang membantu munculnya sebuah
perilaku. Verbal prompt merupakan bantuan berupa memberikan instruksi secara lisan
kepada seseorang untuk mengahsilkan sebuah perilaku.Kemudian physical prompt
merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang secara fisik kepada orang lain. Prompting
merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku yang sering digunakan untuk meningkatkan
kemampuan seseorang melakukan suatu perilaku pada waktu dan situasi tertentu. Selain itu,
teknik prompting juga dapat digunakan ketika seseorang belum memiliki kemampuan untuk
memperlihatkan perilaku yang diinginkan.
Prompting merupakan cara penggunaan teknik prompt yang berguna untuk meningkatkan
frekuensi kemunculan target perilaku. Teknik prompting merupakan salah satu teknik
modifikasi perilaku yang digunakan untuk meningkatkan adanya kemungkinan seseorang
melakukan suatu perilaku yang diinginkan dalam keadaan dan waktu tertentu. Hasil positif
dari pemberian prompting salah satunya adalah untuk meningkatkan kualitas hasil belajar
siswa.Manfaat lain dari pemberian prompting adalah untuk menghasilkan sebuah perilaku
yang diinginkan dengan contoh yang benar sehingga anak mampu mencapai target
perilakunya. Selain mempunyai tujuan modifikasi perilaku, teknik prompting juga
bermanfaat terhadap kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu siswa. Foxx
membuktikan bahwa verbal dan physical prompt dapat digunakan untuk memunculkan
kontak mata anak yang mengalami gangguan pada perkembangan, termasuk gangguan
spektrum autisme begitupun dengan gestural prompt. Namun pada penelitian ini peneliti
hanya menggunakan verbal dan physicl prompt yang dimodifikasi dengan penggunaan
mainan berbunyi selama proses intervensi berlangsung. Dengan penggunaan metode tersebut
peneliti yakin akan dapat membantu meningkatkan kemampuan kontak mata pada anak.

3). Perilaku meberontak pada anak dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) merupakan
perilaku yang umum dan wajar terjadi, contoh bentuk perilakunya yaitu menggigit, memukul,
meninju, menendang, mencakar, dan melempar apapun yang ada disekitarnya. Beragam
metode yang dapat diterapkan dalam mengurangi perilaku tersebut dapat berupa terapi musik
klasik. Musik klasik memberikan kenyamanan dan rasa tenang sehingga dapat memenuhi
kebutuhan penyandang GSA dalam terapi yaitu menerima alunan musik yang lembut dan
tenang

4). Banyak hal yang bisa dan harus dilakukan orang tua untuk anak GSA(Danuatmaja, 2003:
9-10):

1. Memastikan diagnosis, sekaligus mengetahui ada tidaknya gangguan lain padaanak


untuk ikut diobati.

2. Membina komunikasi dengan dokter yang menangani anak. Kerjasama orangtua


dengan dokter, keterbukaan dan kejujuran orang tua mengenai kondisi anak,
dankesediaan mengikuti aneka pengobatan atau treatment yang disarankan
akanmempengaruhi kemajuan anaknya dan merupakan syarat mutlak.
3. Orang tua juga harus memperkaya pengetahuannya mengenai autis,
terutamapengetahuan mengenai terapi yang tepat dan sesuai untuk anak. Orang tua
hendaknya juga menguasai terapi, karena orang tua selalu bersama anak sedangkan
pengajar atau terapis hanya sesaat atau bergantian. Berdasarkan pengalaman beberapa
ahli autis di Jakarta, orang tua yang ikut melaksanakan terapi secara intensif terhadap
anaknya, akan memperoleh hasil yang memuaskan, yakni anak menunjukkan kemajuan
yang sangatpesat.

4. Orang tua juga harus bertindak sebagai manager saat terapi dilakukan,
misalnyamempersiapkan kamar khusus, mencari dan wawancara terapis, mengatur
jadwal,melakukan evaluasi bersama tim terapis, juga memutuskan segala sesuatu yang
berkaitandengan pendidikan, terapi, dan pengobatan anak.

5). Selama melakukan pendampingan belajar, ibu dengan anak Gangguan Spektrum
Autisme (GSA) mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, tak terkecuali dari anggota
keluarga terdekat. Terdapat anggota keluarganya yang dapat dipercaya untuk menggantikan
ketika berhalangan dalam melakukan pendampingan belajar. Oleh sebab itu, dapat
dikatakan bahwa ibu dengan anak GSA memiliki hubungan yang stabil dengan kerabat
terdekat dikarenakan membantunya ketika ia membutuhkan pergantian peran dalam
pendampingan anaknya. Disamping bantuan yang diberikan, selalu memberikan waktu
istirahat sejenak bagi orang yang membantunya dalam melakukan pendampingan belajar
sehingga ibu dari anak dengan GSA dapat secara mandiri terlibat langsung dalam
pendampingan belajar yang diberikan kepada anaknya. Selain itu, ibu dengan anak GSA
merasakan kemudahan dalam mencapai berbagai layanan untuk menunjang
perkembangan anaknya. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa fasilitas yang berada
disekitar yang mudah untuk diakses dan dijangkau. Ibu yang memiliki anak dengan GSA
melakukan beberapa cara dalam melakukan pendampingan belajar bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) yakni mendampingi setiap kegiatan yang dilakukan.
Pendampingan tersebut diberikan karena kondisi anaknya memerlukan arahan di setiap
kegiatan yang dilakukan. Dikarenakan hal tersebut bisa dikatakan bahwa ia dapat
bertanggung jawab dalam melakukan pendampingan belajar dengan menciptakan
berbagai metode pembelajaran yang mudah dipahami dan dihadapi dengan kesabaran.
Percaya dan optimis dapat menjalankan ini semua dengan cara tetap menjalankan
kehidupan sesuai dengan batas kemampuannya dan juga mempersiapkan fasilitas maupun
metode yang memadai dalam pengajaran merupakan cara ibu dengan anak GSA tetap
yakin dalam menjalankan tugas pendampingan belajar. Disisi lain, menghargai selalu
apapun bentuk bantuan dan pengalaman yang dimiliki oleh orang lain yang diterima
olehnya membuat ibu dengan anak GSA memiliki rasa empati dikarenakan terkadang
adanya kondisi tersebut.

6). Anak GSA yang merasa tidak nyaman ketika melakukan konseling bisa menunjukkan
beberapa tanda, seperti ketegangan, keengganan untuk berbicara, atau reaksi emosional
yang kuat seperti marah atau menangis. Mereka mungkin juga menunjukkan gejala fisik
seperti keringat dingin, gemetar, atau perubahan denyut jantung. Penting bagi konselor
untuk memahami dan merespons secara sensitif terhadap perasaan mereka.

7). Peran konselor terhadap ABK :

1) Melakukan assessment terhadap keadaan anak.

2) Melakukan koordinasi anatara guru dan pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan
bimbingan konseling.

3) Mendampingi anak dalam kegiatan belajar.

4) Memberikan bantuan terhadap anak jika mengalami kesulitan.

5) Memberikan bimbingan yang berkelanjutan.

6) Membuat catatan keadaan anak agar mudah jika suatu saat terjadi pergantian guru.

7) Membantu sesama guru untuk dapat memahami.

salah satunya peran konselor untuk membantu guru agar dapat memberikan bantuan
kepada anak berkebuthan khusus hal tersebut dikarenakan, seorang pendidik juga
memegang peran sebagai director of learning maksudnya selain sebagi pengajar
pendidik juga memiliki tanggung jawab dalam membimbing hal tersebut bukan berarti
pengajar dapat menggantikan peran guru BK/Konselor/pembimbing melaikan sebagai
bentuk sinergi antara proses pembelajaran dan bimbingan konseling.

8). Fungsi konseling Abk :

1. Mengembangkan nilai dan sikap secara komprehensif sesuai dengan penerimaan


dirinya.
2. Membantu anak abk dalam pemahaman berperilaku (sopan santun, cara bergaul, dsb)

3. Membantu abk untuk memperoleh kepuasan pribadi, penyesuaian diri secara


optimum terhadap tuntutan masyarakat.

4. Membantu keseimbangan hidup abk dalam berbagai aspek.

9). Penyebab menderita GSA : Penyakit GSA biasanya disebabkan oleh kombinasi faktor
genetik, lingkungan, dan gaya hidup. Faktor risiko termasuk pola makan yang tidak sehat,
kurangnya aktivitas fisik, obesitas, dan riwayat keluarga dengan penyakit tersebut. Stress
juga dapat memainkan peran dalam perkembangan penyakit ini.

10). Dampak GSA :

1. Diri sendiri : Dampak pada anak juga dapat berupa prestasi sekolah yang buruk,
gangguan sosialisasi, status pekerjaan yang rendah, dan risiko kecelakaan meningkat.

2. Keluarga : dampak pada keluarga adalah timbulnya stress dan depresi yang berat
pada orang tua dan pengasuhnya sehingga memengaruhi keharmonisan keluarga. Hal
ini bisa disebabkan karena gangguan autisme ini bersifat kronik, yang memerlukan
tenaga dan biaya yang tidak ringan dalam usaha penanggulangannya, dan tidak dapat
memberikan garansi akan tercapainya hasil pengobatan yang diharapkan. Hal ini tentu
akan menimbulkan ketakutan dan pukulan yang luar biasa bagi orang tua bila anaknya
didiagnosis sebagai anak autistic.

3. Lingkungan sosial : sulitnya berkomunikasi atau bersosialisasi dengan teman


sebaya.

11). Menangani kasus Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan Gangguan Spektrum
Autisme (GSA) memerlukan keterampilan dan karakteristik khusus, termasuk:

1. Pemahaman yang mendalam tentang autisme dan spektrumnya.

2. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif, terutama dalam hal memahami dan
menanggapi kebutuhan komunikasi non-verbal.

3. Kesabaran dan empati yang tinggi untuk memahami perspektif klien dan menangani
tantangan yang mungkin timbul.
4. Keterampilan observasi yang cermat untuk mengenali sinyal-sinyal non-verbal dan
perubahan perilaku.

5. Kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan intervensi yang sesuai dengan


kebutuhan individu ABK GSA.

6. Kolaborasi dengan keluarga dan tim multidisiplin lainnya untuk memberikan


dukungan holistik kepada klien.

7. Fleksibilitas dalam pendekatan terapi, karena setiap individu dengan autisme memiliki
kebutuhan yang unik.

8. Keterampilan pemecahan masalah yang kreatif untuk mengatasi hambatan dalam


proses terapi dan pengembangan keterampilan.

9. Konsistensi dalam memberikan dukungan dan pembinaan untuk memfasilitasi


pertumbuhan dan perkembangan klien.

Kombinasi keterampilan ini membantu konselor dalam memberikan dukungan


yang efektif dan terapeutik kepada individu dengan ABK GSA.

Anda mungkin juga menyukai