Anda di halaman 1dari 8

LANJUTAN : Pendidikan Inklusi di Sekolah

E. Penanganan Anak Kesulitan Belajar

Walaupun gangguan yang terjadi pada sebagian otak sudah tidak dapat diperbaiki lagi,
tetapi masih ada bagian otak lain yang masih dapat dirangsang untuk dapat berfungsi optimal.
Oleh karena itu pemberian terapi haruslah sedini dan seoptimal mungkin, sehingga anak
diharapkan dapat mengejar apa yang menjadi kekurangannya selama ini. Penanganan
yang diberikan pada kasus anak dengan kesulitan belajar tergantung pada hasil pemeriksaan
yang komprehensif dari tim kerja. Tim ini terdiri dari berbagai tenaga profesional ( sudah
disebutkan di atas ) yang bekerja pada suatu klinik kesulitan belajar. Dengan demikian
orang tua akan memperoleh pelayanan `one stop assessment’ yang mempermudah mereka
dalam mencari pertolongan untuk anaknya.
Penanganan yang diberikan pada anak dengan kesulitan belajar meliputi ;

1. Penatalaksanaan di bidang medis

a. Terapi obat, Pengobatan yang diberikan adalah sesuai dengan gangguan fisik atau
psikiatrik yang diderita oleh anak, misalnya ; Berbagai kondisi depresi dapat
diberikan obat gol.
a. Antidepresan, GPPH diberikan obat gol. Psikostimulansia, misalnya Ritalin
b. Terapi perilaku, terapi perilaku yang sering diberikan adalah modifikasi perilaku.
Dalam hal ini anak akan mendapatkan penghargaan langsung jika ia dapat memenuhi
suatu tugas atau tanggung jawab atau berperilaku positif tertentu. Di lain pihak, ia akan
mendapatkan peringatan jika ia memperlihatkan perilaku negatif. Dengan adanya
penghargaan dan peringatan langsung ini maka diharapkan anak dapat mengontrol
perilaku negatif yang tidak dikehendaki, baik di sekolah atau di rumah.
c. Psikoterapi suportif, dapat diberikan kepada anak dan keluarganya. Tujuannya ialah
untuk memberi pengertian dan pemahaman mengenai kesulitan yang ada, sehingga
dapat menimbulkan motivasi yang konsisten dalam usaha untuk memerangi kesulitan
ini.
d. Pendekatan psikososial lainnya ialah ; Psikoedukasi orang tua dan guru, Pelatihan
keterampilan sosial bagi anak
e. Terapi alergi

2. Penatalaksanaan di bidang pendidikan

Dalam hal ini terapi yang paling efektif ialah terapi remedial, yaitu bimbingan langsung
oleh guru yang terlatih dalam mengatasi kesulitan belajar anak. Guru remedial ini akan
menyusun suatu metoda pengajaran yang sesuai bagi setiap anak. Mereka juga melatih
anak untuk dapat belajar dengan baik dengan tehnik-tehnik pembelajaran tertentu ( sesuai
dengan jenis kesulitan belajar yang dihadapi anak ) yang sangat bermanfaat bagi anak dengan
kesulitan belajar.
Selain terapi remedial Nur’aeni & Dinarsari (2010) melakukan penelitian tentang terapi
gerak untuk anak yang mengalami kesulitan belajar bahasa indonesia dan matematika. Hasil
menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan nilai hasil ujian semester gasal dengan nilai
ujian tengah semester genap tahun akademik 2010/2011 untuk bidang studi Bahasa Indonesia
bagi peserta didik yang mengikuti
terapi gerak. Artinya terapi gerak belum/tidak efektif untuk mengatasi kesulitan belajar terutama
yang berhubungan dengan bidang studi Bahasa Indonesia dan Matematika.
Hasil yang menunjukan bahwa terapi gerak belum efektif untuk menangani kesulitan
belajar disebabkan peserta didik yang mengikuti terapi gerak sebagian besar tidak
memenuhi target 16 kali terapi, sehingga dampaknya belum bisa dilihat secara maksimal.
Tetapi jika dilihat secara individu dari masing-masing peserta didik yang mengikuti terapi
gerak terlihat ada perubahan di kelas ketika mereka menerima penjelasan mata pelajaran dari
guru.

F. Model Layanan Pendidikan Anak Autistik

Salah satu bentuk pelayanan untuk anak autistic adalah melalui pendidikan yang
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak. Program pengajaran terstruktur
dinyatakan sebagai cara untuk memperoleh kemajuan yang besar. Hal ini terjadi karena guru
secara aktif mengambil inisiatif untuk berinteraksi dan memberi petunjuk, juga guru
menjalankan tugasnya dari bagian terkecil sehingga anak mudah mengikuti tahap-tahap
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini juga membuat anak autistic
dapat memperkirakan apa yang akan didapatnya. Perubahan mendadak kadang membuat
anak-anak panic dan tantrum. Namun tetap perlu mengajarkan juga hal-hal yang spontan dan
pleksibel terutama dalam keterampilan sosialnya (Baron-Cohen, 1993).
Model layanan pendidikan anak autistic pada dasarnya terbagi menjadi :
I. Layanan pendidikan awal, yang terdiri dari program terapi intervensi dini dan program
terapi penunjang
1. Program terapi intervensi dini, ada empat program intervensi dini bagi anak autistic
yaitu :
a. Discrete Trial Training (DTT) dari Lovaas dkk, 1987
Program DTT adalah program individu yang berdasarkan kekurangan pada anak,
tetapi program intervensinya mengikuti suatu bentuk kurikulum standar.
Walaupun profile anak menentukan program awal, tetapi semua anak harus menguasai
bahan yang sama untuk semua perintah. Pada program Lovaas, orang tua diminta
menyediakan 10 jam dari 40 jam terapi setiap minggunya dan orangtua dilatih
dalam melakukan prosedur terapi. Dilakukan erutama di rumah
b. Learning Experience an Alternative Program for preschoolers and parents (LEAP)
dari Strain dan Cordisco,
1994
Intervensi dini dilakukan di lingkungan sekolah dengan dukungan konsultatif dan
bantuan untuk program di rumah. Para orang tua ikut serta secara aktif dalam
program terapi, tetapi tidak diminta untuk melakukan intervensi one-on-one untuk
anak-anaknya. LEAP didasari kelemahan anak. Besarnya waktu intervensi berkisar
antara
15 sampai 40 jam perminggu
c. Floor Time dari Greenspan dan Wider, 1998
Pada Floor Time orangtua juga dilatih selaku terapis, dan program didasari
kekurangan anak itu sendiri. Dilakukan terutama di rumah.
d. Treatment and Education of Autistik and related Communication handicapped
Children (TEACCH) dari Mesibov, 1996
Intervensi dini dilakukan di lingkungan sekolah dengan dukungan konsultatif dan
bantuan untuk program di rumah. Para orang tua ikut serta secara aktif dalam program
terapi, tetapi
tidak diminta untuk melakukan intervensi one-on-one untuk anak-anaknya. TEACCH
didasari kelebihan anak. Besarnya waktu intervensi berkisar antara 15 sampai 40 jam
perminggu
Program-program intervensi dini memperlihatkan efektivitas dan keberhasilannya
masing-masing. Namun, keberhasilan dan efektifitas dari suatu program pada seorang anak
dapat berbeda dan tidak efektif bahkan kontra indikasi bila dilakukan pada anak lain.
Kerangka teori pada setiap program akan berpengaruh dalam strategi dan metode evaluasi.
Maka, keluarga, dokter dan penyedia pelayanan perlu mengetahui filosofi pada masing-
masing program untuk membuat keputusan yang tepat dalam strategi intervensi.
2. Program Terapi Penunjang
Beberapa jenis terapi bagi anak autistic, antara laian:
a. Terapi Wicara, membantu anak melancarkan otot-otot mulut I gejala autismenya.
sehingga membantu anak berbicara lebih baik
b. Terapi Ocupasi, untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi Bermain, mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain
d. Terapi Medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) dengan pemberian obat-obatan
oleh dokter yang berweang
e. Terapi melalui makanan (diet therapy) untuk anak-anak dengan masalah alergi
makanan tertentu
f. Sensory Integration Therapy untuk anak-anak yang mengalami gangguan pada
sensorynya
g. Auditory Integration Therapy agar pendengaran anak lebih sempurna
h. Biomedical treatment/therapy, penanganan biomedis yang paling mutakhir melalui
perbaikan kondisi tubuh agar terlepas dari factor-faktor yang merusak (dari keracunan
logam berat, dll).
II. Layanan Pendidikan Lanjutan
Pendidikan lanjutan anak autistic adalah pendidikan bagi anak autistic yang telah
diterapi awal dengan baik. Bila anak autistic memperlihatkan keberhasilan yang
menggembirakan, anak tersebut dapat dikatakan sembuh dari gejala autismenya. Ini
terlihat bila anak tersebut sudah dapat mengendalikan perilakunya sehingga tampak
berperilaku normal, berkomunikasi dan berbicara normal, serta mempunyai wawasan
akademik yang cukup sesuai anak seusianya. Pada saat ini anak sebaiknya mulai
diperkenalkan untuk masuk kedalam kelompok anak-anak normal, sehingga ia (yang sangat
bagus dalam meniru/imitating) dapat mempunyai figure/role model anak normal dan
mniru tingkah laku anak normal seusianya.
Layanan pendidikan lanjutan terdiri dari beberapa tahap :
1. Kelas Transisi;
a. Kelas ini ditujukan untuk anak yang memerlukan layanan khusus termasuk
anak autistic yang telah diterapi secara terpadu dan terstruktur, dan merupakan
kelas persiapan dan pengenalan akan pengajaran dengan menggunakan acuan
kurikulum SD yang berlaku yang telah dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhannya. Penyelenggara kelas transisi sedapat mungkin di bawah naungan
SD regular. Siswa kelas transisi pada saat tertentu dapat digabungkan dengan
siswa SD regular, sehingga siswa-siswa ini dapat bersosialisasi dengan anak lain.
Jadi tujuan kelas transisi adalah membantu anak dalam mempersiapkan transisi
ke sekolah regular, dan ke bentuk layanan pendidiakn lanjutan lainnya.
Prasyaratnya adalah :
a. Diperlukan guru SD umum terlatih dan terapis sebagai pendamping sesuai
dengan keperluan anak didik (terapis perilaku, terapis bicara, terapis okupasi,
dll)
b. Kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian oleh satu tean
dari berbagai bidang ilmu (psikolog, pedagogi, speech pathologist, terapis,
guru dan orangtua/ relawan)
c. Kelas ini berada dalam satu lingkungan sekolah regular untuk
memudahkan proses transisi dilakukan (mis; mulai latihan bergabung
dengan kelas regular pada saat olah raga atau istirahat atau prakarya, dsb).
2. Program pendidikan inklusi.
Program pendidikan inklusi dilaksanakan pada sekolah regular yang menerima anak
ABK termasuk autistic. Program ini dapat berhasil bila ada :
a. Keterbukaan dari sekolah umum
b. Tes masuk tidak didasari hanya oleh tes IQ untuk anak normal
c. Peningkatan SDM/guru terkait
d. Proses shadowing/guru pendamping dapat dilaksanakan
e. Idealnya anak berhak memilih pelajaran yang ia mampu saja (program
pendidikan individu sesuai dengan kemampuannya)
f. Anak dapat ‘tamat’ (bukan lulus) dari sekolahnya karena telah selesai melewati
pendidikan di kelasnya bersama- sama teman sekelasnya/peers
g. Tersedianya tempat khusus bila anak memerlukan terapi di sekolah umum.
Walaupun anak sudah patuh dan dapat berkonsentrasi pada saat terapi, tetapi di
sekolah umum anak masih memerlukan waktu penyesuaian untuk dapat
mengikuti tatacara pengajaran yang berbeda pada saat terapi. Anak biasa ditangani
dengan guru khusus sendirian, dan di kelas anak harus berbagi dengan teman-
temannya dengan bahasa guru yang berbeda dengan terapisnya dan bersifat klasikal. Ia
perlu belajar mengenal dan mengikuti peraturan di sekolahnya,
berinteraksi/bersosialisasi dengan teman sebayanya dan harus mengerti instruksi guru
dengan cepat.
Sebaiknya anak autistic didampingi oleh seorang guru pembimbing khusus
(GPK) dan/atau guru pendambing/ shadow. Banyak persepsi yang salah
mengenai guru pendamping ini. Guru pndamping bukanlah asisten anak di sekolah
yang bertugas membantu anak dalam segala hal. Guru kelas tetap mempunyai wewenang
penuh akan kelasnya serta bertanggung jawab atas terlaksananya peraturan yang berlaku.
Kiat dalam mengajar anak autistic di program inklusi:
a. Anak autistic baru ikut dalam kegiatan belajar 2 minggu setelah kegiatan dimulai
(setelah masa orientai)
b. Anak duduk di meja paling depan, agar anak dapat berkonsentrasi dengan baik
c. bila anak sulit mengikuti seluruh kegiatan beajar, anak diberi kesempatan untuk
mengikuti pelajaran yang diminati
d. dalam waktu istirahat anak dilatih untuk bersosialisasi dengan bermain dengan
teman-teman yang lain
e. melalui dedikasi dan toleransi yang tinggi dari para guru, program inklui dapat
berhasil dengan baik
3. Program pendidikan terpadu
Pada kenyataannya dari kelas transisi terevaluasi bahwa tidak semua anak penyandang
autism dapat transisi ke sekolah regular. Kemampuan dan kebutuhan anak autistic
berbeda- beda, dimana ada yang dapat belajar bersama anak di sekolah regular dalam
satu kelas, ada yang hanya mampu bersama- sama hanya untuk mata pelajaran
tertentu saja. Bahkan ada yang sama sekali tidak dapat belajar dalam satu kelas. Oleh
karena itu anak autistic ini memerlukan penanganan secara intensif akan pelajaran
yang tertinggal dari teman-teman sekelasnya. Dalam hal ini secara teknis pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan terpadu memerlukan kelas khusus yang hanya
akan digunakan oleh anakautistik jika anak tersebut memerlukan bantuan dari guru
pembimbing khusus (GPK) atau guru pendamping (shadow), untuk pelajaran tertentu
yang tidak dimengertinya. Jadi tidak selamanya anak tersebut berada di kelas khusus.
Anak masih dapat ikut serta dalam kegiatan sekolah seperti saat upacara, kegiatan olah
raga dan kesenian, karyawisata dsb.
4. Sekolah khusus autistic
Sekolah ini diperuntukan bagi anak autistic yang tidak memungkinkan mengikuti
pendidikan dan pengajaran di sekolah regular (terpadu dan inklusi). Anak-anak ini
sangat sulit untuk dapat berkonsentasi dengan adanya distraksi di sekeliling
mereka. Dalam hal ini, anak tersebut diberi pensisikan dan pengajaran yang
difokuskan dalam program fungsional, misalnya program bina diri, bakat dan minat, dll
yang sesuai dengan p[otensi yang dimiliki oleh anak autistic. Beberapa anak
memperlihatkan potensi yang sangat baik dalam bidang tertentu misalnya olah raga,
music, melukis, computer, matematika, keterampilan dsb. Anak-anak ini sebaiknya
dimasukkan ke dalam kelas khusus, sehingga potensi mereka dapat dikembangkan secara
maksimal. Contohnya kelas keterampilan, kelas pengembangan oalh raga, kelas
music, kelas seni lukis, kelas computer , dll.
5. Program sekolah di rumah/PSD (Homeschooling program)
Adapula anak-anak penyandang autistme yang bahkan tidak mampu ikut serta
dalam sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya anak nonverbal, retardasi
mental, masalah motorik dan auditory dsb. Anak ini sebaiknya diberi kesempatan ikut
serta dalam program sekolah di rumah. Penanganannya melalui suatu tim yang
terdiri dari orang tua, tim medis, psikolog, ortopedago, guru, para terapis dan pekerja
social untuk merancang program pelayanan anak tersebut di rumah, sehingga hasil
yang dicapai dapat optimal.
Tujuan Program Sekolah Di rumah (PSD) adalah :
a. Untuk mengembangkan pengenalan diri
b. Untuk mengembangkan sensor motorik
c. Untuk mengembangkan berbahasa reseptif dan ekspresif serta kemampuan
sosialnya
d. Untuk mengembangkan motorik kasar dan motorik halus
e. Untuk mengembangkan kemampuan mengurus diri sendiri
f. Untuk mengembangkan emosi dan mental spiritual
g. Untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang menyimpang
Keuntungan anak mengikuti PSD adalah :
a. Orangtua dapat memberikan bimbingan sesuai dengan kemampuan dan
perkembangan anak
b. Orangtua setiap saat mampu memonitor kegiatan anaknya
c. Anak tidak harus berpergian yang dapat menimbulkan stress sehingga anak akan
mengalami gangguan perilaku/ tantrum
Kelemahannya adalah :
a. Kemampuan bersosialisasi anak kurang berkembang
b. Anak kurang pengalaman orientasi lingkungan

Tempat untuk melakukan PSD perlu disediakan ruangan yang khusus digunakan
untuk melaksanakan program, sehingga anak terlatih siap belajar pada saat masuk
ruangan tersebut. melalui kerjasama yang baik dengan orangtua dan orang-orang di
sekitarnya dapat dikembangkan potensi anak. Kerjasama guru dan orangtua ini
merupakan cara terbaik untuk mengeneralisasi program dan membentuk hubungan
yang positif antara keluarga dan masyarakat. Bila memungkinkan dengan dukungan
dan kerjasama antara guru sekolah dan terapi di rumah anak-anak ini dapat diberi
kesempatan untuk mendapat persamaan pendidikan yang setara dengan sekolah
regular/SLB untuk bidang yang ia kuasai. Di lain pihak, perlu dukungan yang
memadai untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya untuk dapat menghadapi kehidupan
bersama seorang autistic.
6. Panti (griya) rehabilitasi autistik
Anak autistic yang kemampuannya sangat rendah/terbatas tidak dapat mengikuti
pendidikan di sekolah khusus dan banyak memerlukan perawatan, sebaiknya mereka
dilayani dipanti rehabilitasi autistic. Tujuan anak dimasukkan ke panti (griya)
rehabilitasi autistic adalah :
a. Untuk mengembangkan pengenalan diri
b. Untuk mengembangkan sensor motorik dan persepsi
c. Untuk mengembangkan motorik kasar dan motorik halus
d. Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan komunikasi
e. Untuk mengembangkan bina diri, kemampuan social, mental dan spiritual
f. Untuk mengembangkan keterampilan kerja terbatas sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan dan potensinya.
Keuntungan anak dimasukkan ke panti (griya) rehabilitasi autistic adalah :
a. Anak mendapat layanan sesuai kebutuhannya
b. Potensi yang dimiliki dapat dikembangkan secara optimal
c. Anak mendapatkan keterampilan kerja terbatas Anak tidak harus berpergian yang dapat
digunakan sebagai bekal untuk bekerja di tempat kerja terlindung (shelter workshop)
d. Mendapatkan keterampilan akademik yang terbatas dan fungsional.

Anda mungkin juga menyukai