Ada lima manfaat informasi medis bagi guru, yaitu (1) dapat lebih memahami bahwa
belajar merupakan suatu proses neurologis yang terjadi di dalam otak, (2) dapat menyadari
bahwa dokter spesialis sering memberikan sumbangan baik pada asesmen maupun
pemecahan masalah belajar, (3) dapat menginterpretasikan laporan medis tentang anak dan
mendiskusikan temuan-temuannya dengan dokter dan orang tua, (4) dapat memahami bahwa
beberapa kesulitan belajar ditemukan karena kemajuan teknologi kedokteran, dan (5)
penemuan-penemuan ilmiah tentang otak manusia dan belajar dapat meningkatkan
pemahaman guru tentang hakikat kesulitan belajar.
Pediatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan kesehatan anak.
Dokter spesialis anak mempunyai peran tidak hanya dalam aspek kesehatan fisik tetapi juga
aspek psikososial dari kesejahteraan anak.
Neurologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan penyakit saraf.
Dokter spesialis saraf memiliki peran penting dalam melakukan evaluasi perkembangan
fungsi otak dan sistem saraf pusat, yang merupakan posisi kunci dalam diagnosis kesulitan
belajar anak.
Karena anak berkesilitan belajar sering memiliki kesulitan dalam membaca, dan
kesulitan membaca sering terkait dengan kemampuan melihat, maka bantuan dari seorang
dokter spesialis mata sering diperlukan,. Pemeriksaan penglihatan, kekeliruan pembiasaan,
dan kesulitan binokular.
Otologin adalah cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan kesehatan
pendengaran. Pendengaran merupakan sarana yang sangat penting untuk menguasai bahasa.
Karena anak-anak berkesulitan belajar banyak yang mengalami kesulitan dalam berbahasa,
maka banyak di antara mereka yang memerlukan pemeriksaan kesehatan pendengaran dari
seorang dokter spesialis pendengaran.
Kesulitan belajar sering terkait dengan masalah kesehatan mental. Cabang ilmu
kedokteran yang terkait dengan kesehatan mental adalah psikiatri. Oleh karena itu, psikiater
sering memegang peran kunci dalam diagnosis kesulitan belajar.
Ada sejumlah bentuk terapi hiperaktivitas yang merupakan salah satu karakteristik
dari kesulitan belajar. Penggunaan obat banyak dilakukan tetapi juga banyak yang meragukan
manfaatnya. Bentuk terapi yang lain mencakup pemberian nutrisi yang cukup, pengendalian
makan (diet), membatasi penggunaan bahan tambahan makanan, mengendalikan kadar gula
dalam darah, dan penggunaan modifikasi perilaku.
BAB V
Seperti halnya ilmu kedokteran, psikologi juga secara terus-menerus terlibat dalam
upaya penanggulangan kesulitan belajar maka banyak anak berkesulitan belajar yang dikirim
oleh guru ke psikolog untuk memperoleh pemeriksaan psikologis. Para psikologi merupakan
salah satu anggota tim yang sangat penting dalam penanggulangan kesulitan belajar, terutama
pada tahap diagnosis dan pemberian rekomendasi upaya perbaikan. Agar guru dapat
berkomunikasi dengan baik dalam tim multidisipliner maka salah satu keharusan yang sangat
penting adalah memahami aspek psikologis dari kesulitan belajar.
Pada umumnya manusia mengikuti suatu pola perkembangan yang bersifat umum.
Pola perkembangan umum tersebut sangat bermanfaat untuk menyusun program pendidikan
atau kurikulum sekolah bagi anak normal. Dismping pola perkembangan umum, ada pola
perkembangan yang bersifat individual sangat bermanfaat untuk menyusun program
pendidikan individual.
Implikasi penting dari aspek psikologi perkembangan adalah agar sekolah merancang
pengalaman belajar yang dapat mempertinggi kemantapan kematangan perkembangan alami.
Suatu kesiapan belajar sangat diperlukan dalam mencapai suatu bentuk keterampilan baru.
1. Merumuskan tujuan
2. Melakukan analisis tugas
3. Menyusun tugas-tugas dalam urutan yang logis
4. Menentukan tugas-tugas yang belum dikuasai anak
5. Mengajarkan tugas-tugas yang belum dikuasai
6. Mengajarkan hanya satu tugas dalam waktu tertentu
7. Melakukan evaluasi untuk menentukan keefektifan program pembelajaran
Sedangkan tahap-tahap pembelajaran ada empat, yaitu:
1. Perolehan
2. Kecakapan
3. Pemeliharaan
4. Generalisasi
Implikasi aspek psikologi behavioral bagi kesulitan belajar adalah terciptanya
pembelajaran langsung yang efektif, perlunya menggabungkan pembelajaran langsung
dengan pendekatan lain untuk meningkatkan keefektivan pembelajaran, dan perlunya
mempertimbangkan tahapan-tahapan perkembangan dalam merancang pembelajaran.
BAB VI
Meskipun anak berkesulitan belajar tergolong anak biasa, mereka tidak memerlukan
sekolah khusus atau sekolah luar biasa. Mereka dapat belajar di sekolah biasa atau sekolah
reguler bersama anak lain yang tidak berkesulitan belajar. Meskipun demikian, anak
berkesulitan belajar memerlukan pelayanan pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa.
Pemberian pelayanan pendidikan luar biasa bagi anak berkesulitan belajar inilah yang
dibahas pada bab IV.
Ada tiga macam sistem penempatan pemberian layanan pendidikan luar biasa bagi
anak berkesulitan belajar yang paling banyak dipilih, yaitu sistem pemberian pelayanan
dalam bentuk kelas khusus, ruang sumber, dan kelas reguler. Tiap sistem penempatan
memiliki kelebihan tetapi sekaligus juga kekurangan.
Ada berbagai peranan guru bagi anak berkesulitan belajar, yaitu (1) menyusun
rancangan program identifikasi, asesmen, dan pembelajaran anak berkesulitan belajar; (2)
berpartisipasi dalam penjaringan, asesmen, dan evaluasi; (3) berkonsultasi dengan para ahli
yang terkait dan menginterpretasikan laporan mereka; (4) melaksanakan tes, baik tes formal
maupun tes informal; (5) berpartisipasi dalam penyusunan program pendidikan individual
(PPI); (6) mengimplementasikan PPI; (7) menyelenggarakan pertemuan dan wawancara
dengan orang tua; (8) bekerjasama dengan guru reguler untuk memahami anak dan
menyediakan pembelajaran yang efektif; dan (9) membantu anak dalam mengembangkan
diri, memperoleh harapan untuk berhasil, dan keyakinan terhadap kesanggupan mengatasi
kesulitan belajar anak.
Guru bagi anak berkesulitan belajar dituntut untuk memiliki dua jenis kompetensi
yaitu kompetensi teknis dan kompetensi konsultasi kolaboratif. Kompetensi teknis mencakup
(1) memahami berbagai teori tentang kesulitan belajar; (2) memahami berbagai tes yang
terkait dengan kesulitan belajar; (3) terampil dalam melaksanakan asesmen dan evaluasi; (4)
terampil dalam mengajarkan bahasa ujaran, bahasa tulis, membaca, matematika, mengelola
perilaku, dan terampil memberikan pelajaran prevokasional dan vokasional. Kompetensi
konsultasi kolaboratif mencakup kemampuan untuk menjalin hubungan kerjasama dengan
semua orang yang terlibat dalam upaya memberikan bantuan kepada anak berkesulitan
belajar. Beberapa aktivitas yang diharapkan dapat meningkatkan kerjasama antar orang-orang
yang terlibat dalam upaya memberikan bantuan kepada anak berkesulitan belajar adalah
melalui (1) pendidikan inservice, (2) demonstrasi, (3) studi kasus, (4) pengalaman klinis, (5)
mengundang pembicara tamu dan menghadiri seminar, dan (6) menyediakan laporan berkala
atau jurnal tentang pendidikan anak berkesulitan belajar.
Agar dapat menjalin hubungan baik dengan orang tua, guru perlu mengethaui sikap
orang tua terhadap anak. Ada tiga macam sikap orang tua terhadap anaknya yang berkesulitan
belajar, yaitu:
1. Menolak atau tidak dapat menerima kenyataan
2. Kompensasi yang berlebihan
3. Menerima anak sebagaimana adanya
Hanya orang tua yang bersikap menerima anak sebagaimana adanya yang dapat diajak
bekerjasama untuk membantu anak memecahkan masalah kesulitan belajar. Untuk sampai
pada sikap menerima anak sebagaimana adanya ada beberapa tahapan penyesuaian, yaitu (1)
menyadari adanya masalah, (2) mengenal masalah, (3) mencari penyebab, (4) mencari
penyembuhan, dan terakhir (5) menerima anak sebagaimana adanya.
Ada dua pendekatan dalam program bimbingan bagi orang tua, yaitu pendekatan
infornasional dan pendekatan psikoterapik. Program latihan bagi orang tua juga memiliki dua
macam pendekatan, yaitu pendekatan komunikasi menekankan pada penyelengaraan
komunikasi langsung antara orang tua dengan anak, sedangkan pendekatan keterlibatan
menekankan pada upaya memecahkan masalah praktis melalui kerjasama kelompok.
REVIEW
Latar belakang atau tujuan penulisan buku ini yaitu untuk memberikan pengetahuan
dan keterampilan dasar kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa yang mengambil Program
Studi Pendidikan Guru Pendidikan Luar Biasa (PGPLB) yang mengambil kekhususan
Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, agar mereka dapat memberikan pelayanan pendidikan
bagi anak-anak berkesulitan belajar, yang secara moral dan keilmuan dapat
dipertanggungjawabkan. Buku ini juga tidak hanya mengandung pengetahuan ilmiah di
bidang tertentu saja, tetapi juga mengaitkannya dengan nilai-nilai moral yang sesuai dengan
pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
Buku ini terdiri dari 14 bab yang dikelompokkan ke dalam empat bagian. Bagian
pertama mencakup Bab I hingga Bab V menyajikan gambaran umum tentang kesulitan
belajar. Bagian kedua berkenaan dengan sistem pelayanan untuk meningkatkan prestasi
belajar secara umum, mencakup Bab VI dan Bab VII. Bagian ketiga berkenaan dengan
kesulitan belajar khusus, mencakup Bab VIII hingga Bab XIII. Dan bagian keempat
berkenaan dengan identifikasi dan intervensi dini hanya mencakup satu bab, yaitu Bab XIV.
Penulis menyampaikan isi bab dengan menyoroti teori-teori dari para ahli. Dimulai
dari pernyataan pakar-pakar ilmu pendidikan sampai kepada filsuf-filsuf, untuk kemudian
dibandingkan dan dilihat relevansinya terhadap konteks yang terjadi saat ini.