Anda di halaman 1dari 15

KESUKARAN PEMBELAJARAN PADA HASIL BELAJAR

SISWA SD

Ani Suryani

Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara, Indonesia

E-mail: aniputru5160@gmail.com

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan belajar siswa
sedemikian rupa sehingga mempengaruhi hasil belajar. Masalah dengan penelitian adalah
bahwa siswa dapat mengetahui, memahami, berdiskusi, berdebat dan berkreasi dengan cara
yang berbeda. Alasan pemilihan subjek penelitian ini adalah adanya kesulitan belajar pada
hasil belajar siswa sekolah dasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif dan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah: “Terdapat ketidakmampuan belajar yang berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa”. Wawancara, observasi dan dokumentasi digunakan sebagai metode
pengumpulan data karena dapat menggambarkan hubungan secara akurat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keadaan subjek dalam pembelajaran matematika ditentukan oleh
observasi dan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran matematika. Tujuan
dari metode wawancara adalah untuk mengetahui secara jelas permasalahan yang dihadapi
siswa ketika mempelajari materi operasi hitung.

Kata Kunci: Kesukaran, Faktor, Pembelajaran

Abstract. The purpose of this study was to determine students' learning difficulties in such a
way as to affect their performance. The problem with research is that students can know,
understand, discuss, debate and create in different ways. The reason for choosing the subject
of this study was the existence of learning difficulties in the learning outcomes of elementary
school students. The method used in this research is descriptive and qualitative with a case
study approach. The hypothesis put forward in this study is: "There are learning disabilities
that affect student learning outcomes." Interviews, observations and documentation are used
as data collection methods because they can describe relationships accurately. The results

1
showed that the state of the subject in learning mathematics was determined by observation
and explained the factors that influence learning mathematics. The purpose of the interview
method is to know clearly the problems faced by students when studying arithmetic
operations material.

Keywords: Difficulty, Factors, Learning

2
PENDAHULUAN

Siswa dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar potensi bervariasi antara satu
sama lain. Diferensial ini satu-satunya penyebab perbedaan tingkah laku siswa mempelajari
Siswa mengikuti proses siswa belajar dengan cepat di sana terkadang mendapatkan materi
kursus ada yang lambat menerima materi sebuah pelajaran Sangat diperlukan pendekatan
yang spesifik dan ditentukan untuk momentum sekolah dapat berfungsi dengan baik dan
efisien, secara efisien dan maksimal di lingkungan departemen atau fasilitas pendidikan tidak
selalu merupakan proses pembelajaran berlanjut sebagaimana mestinya dengan harapan dan
kenyataan fiuraikan dengan tanda-tanda kurikulum yang telah disiapkan. Tren di lapangan
aplikasi di banyak daerah menemukan masalah mencegah siklus dan dinamika. Selain itu,
ditemukan beberapa masalah siswa yang mempelajari ketidakmampuan mahasiswa akademik
sulit dicapai sekolah meskipun mereka menghadirinya belajar dengan serius mengesankan
siswa juga merupakan masalah lambat menyelesaikan tugas, terkait aktivitas mempelajari.
Dari fakta ini menjadi sekolah dan di atas segalanya guru juga memiliki peran untuk
dimainkan membantu memecahkan masalah dihadapi oleh siswa (Lilianti dkk, 2019: 3).

Teori Piaget mengklasifikasikan anak-anak antara usia 7 dan 11 ke dalam kelompok


aktivitas tertentu, yang berarti pola pikir anak mampu berpikir logis. Anak mulai berpikir
secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah tertentu, diketahui bahwa setiap siswa
memiliki ciri atau pola perilaku individu yang berbeda dengan siswa lainnya. Karena
perbedaan tersebut, maka permasalahan setiap siswa juga berbeda. Ada yang hanya memiliki
ketidakmampuan belajar atau hanya masalah perilaku. Ada orang yang memiliki kedua
masalah tersebut. Dan ada pula yang memiliki masalah lain. Masalah tersebut bisa datang
dari keluarga, lingkungan atau diri sendiri. Variasi perilaku ini mempengaruhi kebutuhan
setiap siswa akan pengetahuan dan pemahaman yang memadai. Salah satu hal terpenting
yang harus diperhatikan dalam pelatihan adalah memahami siswa secara utuh, baik masalah
yang dihadapinya maupun latar belakang pribadinya.

Setiap anak dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan apabila mereka dapat
belajar secara wajar. Sayangnya, fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian anak
menghadapi ancaman dan hambatan serta tidak mampu belajar sebagaimana mestinya.
Akibatnya, mereka mengalami kesulitan belajar. Dan masalah ini bisa muncul di mana saja,

3
di lingkungan perkotaan maupun pedesaan. Kesulitan belajar tersebut tidak selalu disebabkan
oleh faktor kecerdasan yang rendah, tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor selain
kecerdasan. Padahal tingkat kecerdasan tidak diragukan lagi menentukan tingkat keberhasilan
siswa dalam belajar. Kecerdasan tinggi belum tentu menjamin kesuksesan akademik.

Aulia (2018: 11) dalam hal ini, guru harus mengetahui asal usul dan kepribadian
setiap siswa sehingga guru dapat menemukan cara untuk menghadapi siswa yang bermasalah.
Oleh karena itu, perlu untuk mengumpulkan informasi tentang siswa. Dengan informasi yang
lengkap, seorang guru dapat memberikan layanan konseling kepada siswa secara tepat atau
terarah. Psikologi kognitif mengacu pada proses belajar, berpikir dan mengetahui.
Kemampuan kognitif adalah seperangkat kemampuan mental yang diperlukan untuk fungsi
manusia. Melalui kemampuan kognitif ini memungkinkan orang untuk mengetahui,
memahami, memahami, menggunakan abstraksi, berdebat, berdiskusi, dan menjadi kreatif.
Analisis karakteristik kognitif sangat penting untuk memahami ketidak mampuan belajar.
Salah satu teori psikologi kognitif yang menangani ketidak mampuan belajar adalah apa yang
disebut teori pemrosesan psikologis, yang membentuk titik awal ketidakmampuan belajar
dengan menggabungkan proses psikologis dengan anomali sistem saraf pusat. Dalam
menerapkan teori untuk belajar, kekurangan atau gangguan dalam persepsi pendengaran dan
dalam memperoleh penekanan visual khusus. Teori ini memberikan dasar untuk evaluasi dan
program pembelajaran bagi anak-anak dengan ketidakmampuan belajar.

Teori pemrosesan psikologis mengasumsikan bahwa setiap anak berbeda dalam hal
kemampuan mental yang mendasarinya untuk memproses dan menggunakan informasi, dan
bahwa perbedaan tersebut mempengaruhi proses belajar anak. Penyelesaian pembelajaran
mungkin disebabkan oleh defisit dalam fungsi pemrosesan psikologis. Misalnya, anak-anak
dengan proses pendengaran mungkin mengalami kesulitan dengan metode pembelajaran yang
merusak pendengaran. Demikian pula, anak-anak dengan disfungsi pemrosesan visual
mungkin mengalami kesulitan belajar hitung menggunakan metode yang menekankan
keterampilan visual.

Ketidakmampuan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam


belajar. Salah satu hambatan tersebut menyebabkan seseorang gagal, atau setidaknya kurang
berhasil, untuk mencapai tujuan belajarnya. Ketidakmampuan belajar adalah kondisi di mana

4
anak-anak dengan kemampuan intelektual rata-rata atau di atas rata-rata, tetapi dengan
ketidakmampuan atau kegagalan untuk belajar, terkait dengan ketidakmampuan belajar
dalam persepsi, konseptualisasi, bahasa, memori dan fokus perhatian, pengendalian diri dan
pemrosesan sensorik. Diharapka dari pengertian ketidakmampuan belajar tersebut, jelas
bahwa salah satu hal yang dapat dijadikan kriteria untuk menentukan seseorang mengalami
ketidakmampuan belajar adalah seberapa besar hambatan dalam mencapai tujuan belajarnya.
Menurut para ahli, ketidakmampuan belajar adalah: Blassic dan Jones berpendapat bahwa
ketidakmampuan belajar menunjukkan adanya jarak antara keberhasilan belajar yang
diharapkan dengan prestasi akademik yang diharapkan dari siswa, sehingga siswa dikatakan
mengalami ketidakmampuan belajar ketika mengalami hasil belajar yang tidak sesuai dengan
kemampuan yang diharapkan.

Hasil pembelajaran tidak langsung dirasakan, tetapi harus melalui proses kerjasama
yang maksimal dari seluruh komponen PMB. Hasil belajar ditentukan oleh pertanyaan
intelektual, pertanyaan emosional dan pertanyaan mental. Ketiga jenis tujuan di atas tidak
dapat dipisahkan satu sama lain karena kemampuan siswa dapat dilihat dari ketiga aspek di
atas yang menjadi perhatiannya. Pelatih dan siswa harus mampu mengembangkan ketiga
model kecerdasan tersebut. Berawal dari kecerdasan intelektual, hasil dari PBM terutama
adalah bagaimana kemampuan intelektual siswa dan guru harus memiliki kemampuan yang
cukup dalam memadukan metode dan strategi dalam pem belajaran. Pada saat yang sama,
kecerdasan emosional juga terjadi untuk menganalisis emosi pelatih dan siswa, emosi dalam
PBM juga mempengaruhi proses belajar mengajar. Sebagai seorang pendidik yang mampu
mengkonseptualisasikan perasaannya, guru mampu menembus batas-batas Djamaluddin dan
Wardana (2019: 4).

Pentingnya hasil belajar dalam Susanto (2015: 12), yaitu pe rubahan yang terjadi
pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar, baik secara kognitif maupun afektif dan
psikomotorik. Hasil tes men gidentifikasi beberapa masalah spesifik. Secara sederhana, hasil
belajar siswa mengacu pada kemampuan yang diperoleh anak setelah menyelesaikan kegiatan
belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dimana seseorang berusaha
memperoleh suatu bentuk yang relatif tetap untuk perubahan tingkah laku. Dalam kegiatan
pembelajaran atau kegiatan kelas, guru biasanya menetapkan tujuan pembelajaran.

5
Keberhasilan anak mencapai tujuan belajar sekolah Penilaian dapat menentukan apakah hasil
belajar yang dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Munirah (2018: 113) kesulitan belajar merupakan suatu bentuk gangguan faktor fisik
dan psikis yang mendasar yang meliputi pemahaman atau gangguan bahasa, lisan atau tulisan
yang dengan sendirinya muncul berbagai kemampuan tidak sempurna untuk mendengarkan,
berpikir, berbicara, membaca, menulis atau membuat perhitungan matematika. Mazroza
dalam Sholeh, dkk (2022: 946) ketidakmampuan belajar adalah gangguan yang berkaitan
dengan tugas-tugas umum dan khusus yang sebenarnya terjadi pada anak, yang diduga
disebabkan oleh gangguan saraf, proses psikologis atau sebab lain, oleh karena itu anak
dengan ketidakmampuan belajar buruk di dalam kelas. Kesulitan di sini merujuk pada
ketidakmampuan mengamati pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, salah satunya
pembelajaran hitung. Dalam pembelajaran hitung, kesulitan belajar siswa dianggap sehari-
hari, karena pelajaran yang menakutkan dan sulit dipahami.

Ghufron dan Risnawati (2015: 298) gangguan belajar merupakan terjemahan dari
istilah bahasa inggris learning disorder. Namun, sangat jarang percakapan ini ditemukan
dalam versi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Ketidakmampuan belajar adalah yang
paling umum. Ketidakmampuan (kesulitan) belajar adalah suatu kondisi bagi siswa untuk
menerima kelas yang menghambat belajar seseorang. Jika adanya hambatan tersebut dapat
menyebabkan seseorang gagal dalam mencapai tujuan belajarnya. Ketidakmampuan belajar
ini menimbulkan situasi dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (Utami,
2019: 92).

Evaluasi adalah proses penggunaan data untuk mengevaluasi seberapa efektif


program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, melakukan evaluasi atau penilaian ini
dapat digunakan sebagai umpan balik atau tindak lanjut, atau bahkan sebagai cara untuk
mengukur tingkat kemahiran siswa. Kemajuan siswa tidak hanya diukur dari tingkat
pengelolaan pengetahuan, tetapi juga dari sikap dan keterampilan. Evaluasi hasil belajar
siswa dengan demikian mencakup segala sesuatu yang dipelajari di sekolah, baik itu

6
informasi, sikap dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan
kepada siswa.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan model
pendekatan studi kasus. Kualitatif adalah penelitian deskriptif yang biasanya membutuhkan
analisis mendalam. Proses dan makna (perspektif subjek) ditekankan dalam penelitian
kualitatif. Landasan teori berfungsi sebagai pedoman agar fokus penelitian sesuai dengan
fakta di lapangan. Kualitatif juga diartikan sebagai penelitian yang mengarah pada kajian
lingkungan alam dari berbagai peristiwa sosial. Selain itu, kualitatif didefinisikan sebagai
cara menemukan dan mendeskripsikan suatu peristiwa secara naratif (Kaharuddin, 2021: 2).

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah ibu Faizah dan ibu Endar.
Tepatnya di desa Teluk dan Kalipucang Kulon, Welahan, Jepara. Subjek pada penelitian ini
merupakan 1 anak laki-laki dan guru wali. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
observasi, dokumentasi, dan wawancara. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk melakukan penelitian dengan cara meneliti objek penelitian
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang telah diketahui. Dokumentasi menyimpan
informasi penting dalam bentuk teks, foto, dan gambar. Sementara itu, wawancara dilakukan
secara informal untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan melalui tanya jawab dari
responden. Kamera, pulpen, pensil dan buku digunakan sebagai alat pengumpulan data.
Kamera digunakan untuk merekam kejadian penting sedangkan pulpen, pensil, buku dan
buku digunakan untuk menulis atau merekam informasi. 

Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Dengan teknik
sebagai berikut:

a. Kumpulkan informasi yang diperlukan dan buat ringkasan (reduksp informasi)


b. Mengidentifikasi masalah yang ada dan menganalisanya secara detail berupa teks
naratif dan tabel (penyajian data)
c. Membuat kesimpulan. Berikan juga rekomendasi. 

HASIL PENELITIAN

7
1. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Peneliti melakukan wawancara dengan informasi wali kelas untuk memperoleh informasi
yang lebih mendalam. Dengan pertanyaan “Apakah siswa tersebut mengalami kesulitan
dalam proses pembelajaran utamanya pembelajaran matematika (hitung) Apakah selama
proses pembelajaran siswa aktif mengikuti?” kemudian di jelaskan “Pada saat proses
pembelajaran siswa tersebut memperhatikan tetapi pada saat sesi tanya jawab tidak aktif
dalam kelas terutama tentang materi hitung”.

2. Kesulitan Belajar
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti juga melakukan wawancara dengan pertanyaan,

“Apakah Pembelajaran Matematika itu meyenangkan?” siswa menjawab: “tidak


ka, pembelajaran matematika sulit dipahami terutama hitung-hitungan dan angka
yang membuat saya kesulitan selain itu ada soal yang diberikan berbeda dengan
contoh yang diajarkan, tetapi tergantung materi yang diajarkan, terkadang
menyenangkan”

Dalam penjelasan tersebut, tertulis bahwa saat belajar matematika masih ada siswa yang
mengeluh tidak suka belajar matematika karena materinya sulit dipahami dan sebagian
besar tugas yang diberikan berbeda dengan contoh yang diberikan. Selain itu, ada juga

8
kurangnya kesukaan pelajaran matematika karena banyaknya angka, simbol,
dan operasi hitung.

Untuk memperdalam informasi peneliti Kembali bertanya pada guru dengan pertanyaan
yang kedua yaitu

“Apa yang sudah ibu lakukan dalam mengatasi kesulitan bagi siswa tersebut?”
kemudian dijawab “pembelajaran ibu yang pertama harus dilakukan sedemikian
rupa dengan melibatkan siswa dalam setiap proses pembelajaran dan
menjelaskan materi ajar matematika dengan cara yang menyenangkan, kemudian
ibu harus memiliki catatan tersendiri bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam
menerapkan pembelajaran matematika, Jadi, agar dapat dilihat apa yang sering
siswa kesulitan, siswa yang bersangkutan diajak untuk bertanya apa masalahnya.
Menurut sang ibu, hal tersebut mengatasi kesulitan siswa dalam
belajar matematika”.

Pertanyaan selanjutnya,

“Apakah masih ada kesulitan setelah ibu mengatasinya serta selama proses
mengajar tersebut apa kesulitan yang ibu alami?” Dijawab “Masih ada
karena tidak semua anak mendapatkan pelajaran yang sama seperti yang
diberikan, maka saya lebih memperhatikan anak-anak yang masih
mengalami kesulitan

Peneliti juga mewawancarai siswa dengan pertanyaan

“Apa yang kamu lakukan untuk mengatasi kesulitan belajar matematika?”


siswa menjawab: “Dalam materi yang tidak paham biasanya saya berusaha

9
untuk memahami namun, jika diberikan tugas dan Latihan soal yang masih
kurang paham saya kerjakan sesuai kemampuan.”

Dari pembahasan tersebut siswa memilih dengan berusaha memahami materi dan
mengerjakan tugas maupun Latihan soal sesuai dengan kemampuan. Pertanyaan
selanjutnya yaitu

“Adakah tugas dan Latihan soal yang diberikan bisa menyenangkan?” siswa
menjawab: “Tidak, karena malah semakin membuat sulit dan tidak
menyenangkan.”

Berdasarkan informasi tersebut, dengan memberikan tugas dan latihan soal tidak menjadi
alternatid karena siswa merasa semakin kesulitan dan tidak menyukai pembelajaran
matematika terutama bab hitung.

3. Faktor yang mempengaruhi

Untuk memperoleh informasi lebih dalam peneliti memberikan pertanyaan lagi dengan

“Apakah ibu sudah membahas masalah belajar dengan orang tua wali siswa?”
Jawaban: “Sejauh ini, konsultasi dengan orang tua hanya pada saat pengambilan
raport saja.”

10
Kemudian peniliti bertanya pada siswa dengan

“Apakah ada yang mendampingi kamu ketika belajar di rumah?” siswa tersebut
menjawab “Tidak.”

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa Kerjasama antara guru dan orang tua
murid hanya saat pengambilan raport saja selain itu, kurangnya pendampingan pada siswa
saat dirumah menjadi faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dlam proses pembelajaran
dan mempengaruhi hasil belajar siswa.

PEMBAHASAN

Kesulitan belajar yang mereka alami dalam memahami materi yang diberikan oleh
guru karena guru hanya menjelaskan materi dengan satu cara sehingga membuat siswa sulit
untuk memahami dan kurang tertarik untuk belajar matematika. Selain kesulitan dalam
memahami materi, mereka juga dibebani dengan simbol-simbol matematika yang dianggap
sulit dipahami dan terlalu banyak menimbulkan pertanyaan. Karena kesulitan memahami
materi, mereka juga kesulitan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. ketika
mengerjakan soal-soal yang mengharuskan siswa mengalikan bilangan yang besar, sebagian
siswa melakukannya dengan menggunakan perhitungan tunggal bertumpuk, seperti: I I I I I I
I I I yang dilakukan berlapis-lapis dengan bilangan yang dapat dihitung, dan sebagian siswa
menghitung dengan menggunakan jari. sehingga jika soal latihan terlalu sulit, siswa dapat
melewatinya dan hanya mengumpulkan soal latihan yang mereka pahami.

Berdasarkan fakta di lapangan, terlihat jelas bahwa siswa memiliki perbedaan


kemampuan intelektual, kebiasaan dan gaya belajar yang terkadang sangat terlihat di
kalangan siswa. Selain itu, beberapa masalah yang diamati untuk siswa dengan
ketidakmampuan belajar. Sulit bagi siswa untuk mencapai hasil akademik di sekolah,

11
meskipun mereka telah mengikuti kelas dengan serius. Masalah lainnya adalah siswa
terkesan lamban dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran (Arifin dkk, 2019: 3).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah guru mengatasi kesulitan belajar siswa
adalah:

a. Guru dapat mempelajari dan memahami keadaan dan perbedaan setiap siswa;
b. Guru dapat memetakan kondisi dan keadaan siswa berdasarkan karakteristik,
kemampuan, dan gaya siswa;
c. Guru dapat mengkolaborasikan model dan pendekatan pembelajaran untuk menciptakan
variasi dalam pembelajaran.
d. Guru memahami keadaan psikologis anak dalam belajar sehingga setiap proses belajar
mengajar seimbang.
e. Guru memberikan motivasi, dorongan dan perhatian kepada anak agar dapat belajar
dengan baik dan sungguh-sungguh.

Alannasir (2020: 34) menyatakan bahwa gaya belajar merupakan cara tertentu di mana
seorang siswa belajar. Cara paling populer atau terbaik untuk berpikir, mengkomunikasikan
informasi, dan mendemonstrasikan pembelajaran. Alat yang dipilih oleh individu untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Kebiasaan, strategi, atau perilaku mental normal
yang berkaitan dengan pendidikan atau mungkin karakteristik psikologis yang memengaruhi
cara siswa memandang dan merespons berbagai rangsangan. Keterlambatan belajar dapat
digolongkan sebagai kecenderungan dan kecepatan seseorang dalam memproses jenis
informasi tertentu. Penggunaan media konkrit dalam pembelajaran sangat penting karena
siswa berada pada fase kegiatan konkrit dan belum bisa berpikir secara abstrak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru mencoba menggunakan metode yang


berbeda dalam pembelajaran matematika. Guru tidak hanya menggunakan metode ceramah
dalam pembelajaran. Guru menggabungkan beberapa metode, misalnya menggabungkan
metode ceramah dengan metode kolaboratif. Penggunaan metode yang dipilih juga
disesuaikan dengan materi yang diajarkan, misalnya penggunaan metode demonstrasi pada
saat mengajarkan materi simetri putar. Metode yang digunakan guru untuk mengajar

12
matematika cukup beragam, namun sikap dan gaya belajar siswa juga mempengaruhi
keberhasilan guru dalam mengajar. Semenarik apapun model pembelajaran yang digunakan
guru, jika sikap siswa terhadap matematika negatif maka siswa tidak akan antusias mengikuti
pelajaran. Selain itu, gaya belajar siswa yang tidak sesuai dengan model pembelajaran yang
digunakan juga menurunkan semangat siswa untuk mengikuti kelas.

Menurut peneliti evaluasi pelaksanaan pembelajaran matematika berjalan dengan baik.


Guru mengoptimalkan perannya sebagai instruktur dengan mengamati kemajuan siswa
selama dan setelah mengikuti pembelajaran matematika dan melihat bagaimana siswa dapat
menyelesaikan apa yang telah mereka pelajari. Selain itu, guru mengukur pemahaman siswa
bahkan setelah proses pembelajaran berakhir dengan memberikan tugas individu siswa pada
materi yang diajarkan sebelumnya.

Pendidikan anak juga memerlukan kerjasama antara guru dan orang tua. Karena
keluarga adalah faktor terpenting untuk mengatasi masalah ini. Guru dan orang tua perlu
lebih intensif menangani masalah belajar anak-anak tersebut. Diharapkan masalah belajar
anak tidak hanya didiskusikan pada saat pengambilan laporan, tetapi konsultasi juga
dilakukan di luar sekolah. Selain itu, untuk guru sebaiknya menggunakan metode
pembelajaran selang seling antara ketiga gaya belajar siswa agar dapat seimbang antar siswa
sehingga dalam pencapaian hasil belajar efektif dan efisien.

KESIMPULAN

Ketidakmampuan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam


belajar. Salah satu hambatan tersebut menyebabkan seseorang gagal, atau setidaknya kurang
berhasil, untuk mencapai tujuan belajarnya. Hasil pembelajaran tidak langsung dirasakan,
tetapi harus melalui proses kerjasama yang maksimal dari seluruh komponen PMB. Hasil
belajar ditentukan oleh pertanyaan intelektual, pertanyaan emosional dan pertanyaan mental.
Secara sederhana, hasil belajar siswa mengacu pada kemampuan yang diperoleh anak setelah
menyelesaikan kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dimana
seseorang berusaha memperoleh suatu bentuk yang relatif tetap untuk perubahan tingkah
laku.

13
Kesulitan belajar yang mereka alami dalam memahami materi yang diberikan oleh
guru karena guru hanya menjelaskan materi dengan satu cara sehingga membuat siswa sulit
untuk memahami dan kurang tertarik untuk belajar matematika. Berdasarkan fakta di
lapangan, terlihat jelas bahwa siswa memiliki perbedaan kemampuan intelektual, kebiasaan
dan gaya belajar yang terkadang sangat terlihat di kalangan siswa. Pendidikan anak juga
memerlukan kerjasama antara guru dan orang tua. Karena keluarga adalah faktor terpenting
untuk mengatasi masalah ini. Guru dan orang tua perlu lebih intensif menangani masalah
belajar anak-anak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alannasir, Wahyullah. 2020. Characteristic- Basaed Development Student Aspect. IJAE:


International Journal Of Asian Education. 1(1).

Arifin, Dkk. 2019. Penanganan Kesulitan Belajar Siswa Dengan Pendekatan Psikologi
Belajar Di SMA Negeri 3 Kendari. Didaktis: Jurnal Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan. 19 (3).

Aulia, Lailatuzzahro Al-Akhda. 2018. Kesulitan Belajar Anak Usia Sekolah Daar. Jurnal
Psikologi. 5 (1).

Djamaluddin, Ahdal dan Wardana. 2019. Belajar dan Pembelajaran 4 pilar peningkatan
kompetensi pedagogis. Sulawesi Selatan: W. Kaffah Learning Lenter.

Ghufron, MN Dan Rini Rismawati. 2015. Kesulitan Belajar Pada Anak: Identifikasi Faktor
Yang Berperan. ELEMENTARY. 3 (2).

Kaharuddin. 2019. Kualitatif: Ciri dan Karakter Sebagai Metodologi. Equilibrium: Jurnal
Pendidikan. 9(1).

Lilianti, Dkk. 2019. Penanganan Kesulitan Belajar Siswa dengan Pendekatan Psikologi
Belajar Di SMA Negeri 3 Kendari. Didaktis: Jurnal Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan. 19 (3).

14
Munirah. 2018. Peran Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa. TARBAWI: Jurnal
Pendidikan Agama Islam. 3 (2).

Sholeh, Dkk. 2022. Analisis Kesulitan Siswa Belajar Operasi Hutung Perkalian Pada
Pembelajaran Matematika Di Kelas IV. Jurnal Pendidikan dan Konseling. 4 (3).

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta:


Prenadamedia Group.

15

Anda mungkin juga menyukai