Anda di halaman 1dari 13

PERAN GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA

Dimas Eka Saputra, Dr. Agus Wedi M.Pd


Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
Email : saputrasamid212@gmail.com

Abstract

In the learning process at school, both teachers and students definitely want to achieve the best
results. However, in reality, this desire may not always come true and many students are not
able to obtain satisfactory results. Learning difficulties are a situation where students have
disturbances or obstacles in the learning process. The causes can be internal or external to the
student, and the types of learning difficulties vary. This is a challenge that teachers always face.
The role of the teacher is very important for students, teachers play a role in solving the
problems faced by students. Efforts that teachers need to make to overcome learning difficulties
include identifying students with learning difficulties, diagnosing them, determining the results
of data processing on students with learning difficulties, and determining the learning
difficulties faced by students. Predict the creation of plans and programs that are expected to
help overcome student learning difficulties, and ultimately provide support and treatment in the
form of individualized teaching.
Keywords : learning difficulties, factors that cause learning difficulties, the impact of learning
difficulties, the role of teachers, overcoming learning difficulties.

Abstrak
Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik guru maupun siswa pasti ingin mencapai hasil
yang terbaik. Namun kenyataannya, keinginan tersebut mungkin tidak selalu terwujud dan
banyak siswa yang tidak mampu memperoleh hasil yang memuaskan. Kesulitan belajar adalah
keadaan dimana siswa mempunyai gangguan atau hambatan dalam proses pembelajaran.
Penyebabnya bisa bersifat internal atau eksternal pada siswa, dan jenis kesulitan belajarnya
berbeda-beda. Ini adalah tantangan yang selalu dihadapi para guru. Peran guru sangat penting
bagi siswa, guru berperan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa. Upaya yang
perlu dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan belajar antara lain dengan mengidentifikasi
siswa dengan kesulitan belajar, mendiagnosisnya, menentukan hasil pengolahan data siswa
dengan kesulitan belajar, dan menentukan kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Prediksi
penciptaan rencana dan program yang diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan belajar
siswa, dan pada akhirnya memberikan dukungan dan pengobatan dalam bentuk pengajaran
individual.

Kata Kunci : kesulitan belajar, faktor penyebab kesulitan belajar, dampak kesulitan belajar,
peranan guru, mengatasi kesulitan belajar.
PENDAHULUAN
Kesulitan berasal dari kata sulit, dan menurut KBBI, sulit berarti sangat sukar atau sukar
(untuk diselesaikan, dilaksanakan, dan sebagainya). Kesulitan adalah keadaan dimana seorang
individu atau kelompok mengalami kesulitan dan kesukaran dalam melakukan sesuatu. Saat ini
siswa merupakan orang-orang yang belajar di lingkungan sekolah. Kesulitan siswa mencakup
banyak aspek yang berbeda termasuk proses pembelajaran. Pak Mulyadi menjelaskan:
Ketidakmampuan belajar adalah suatu keadaan dimana pembelajar/siswa tidak mampu belajar
sebagaimana diharapkan.
Kesulitan belajar di sini mengacu pada kesulitan yang dialami siswa dalam menerima
dan menganalisis pelajaran. Kesulitan belajar yang dihadapi siswa tersebut terjadi ketika
mengikuti pelajaran yang diberikan/ditugaskan oleh guru. Dan ketidakmampuan belajar adalah
kelainan pada orang yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam belajar. Shaikul
Bari Jamala mengatakan : Ketidakmampuan belajar adalah suatu kondisi di mana seorang siswa
tidak dapat belajar secara normal karena ancaman, hambatan, atau gangguan dalam belajar.
Menurut Abin Shamsuddin: Pak Makum mengidentifikasi: ``Kasus studi dapat
dipertimbangkan''. atau jika orang tersebut mempunyai kekurangan tertentu dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Indonesia mengenal tiga jalur sistem pendidikan: pendidikan formal, pendidikan non-
formal, dan pendidikan non-formal. Masyarakat lebih cenderung menganggap pendidikan
formal sebagai sekolah. Pendidikan formal terdiri dari tiga jenjang: pendidikan dasar,
menengah, dan tinggi.
Sikap guru dalam proses mendidik siswa mempengaruhi perkembangan intelektual
siswa, sehingga guru harus mampu mengambil sikap yang benar sesuai dengan tuntutan tugas
profesional. Slameto (2003: 1) dalam (Dhian K, 2016) menekankan bahwa berhasil tidaknya
mencapai tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai
pelajar. guru ingin siswa yang diajarnya berhasil dan mencapai hasil belajar yang memuaskan.
Namun pada kenyataannya, ada siswa yang berprestasi baik dan ada siswa yang berprestasi
buruk. Akibatnya siswa tidak mampu memperoleh hasil yang memuaskan. Fakta ini
menunjukkan bahwa masih banyak guru yang dihadapkan pada banyaknya siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan belajar dipahami sebagai suatu keadaan dimana siswa mempunyai kemampuan
yang rendah dalam menghadapi tuntutan proses belajar dan proses atau hasil yang kurang
memuaskan. Akibat kesulitan belajar ini, siswa mengalami hambatan dan gangguan dalam
proses pembelajaran. Penyebabnya bisa bersifat internal atau eksternal siswa, dan jenis
kesulitan belajarnya berbeda-beda. Ini adalah tantangan yang selalu dihadapi para guru.
Peran guru sangat penting dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Menurut Usman
(2006: 4), peran guru adalah menciptakan serangkaian tindakan yang saling berkaitan untuk
dilakukan dalam situasi tertentu dan dikaitkan dengan perkembangan perubahan perilaku siswa
dan perkembangannya sebagai tujuan. Guru harus memberikan perlakuan khusus kepada siswa
yang mengalami ketidakmampuan belajar dan memberikan perhatian lebih dibandingkan siswa
yang tidak mengalami ketidakmampuan belajar.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menggambarkan suatu
eksperimen mengenai peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Oleh karena itu,
peneliti menulis artikel berjudul “Peran Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berbentuk survei literatur. Tinjauan pustaka mengkaji berbagai referensi
dan hasil penelitian serupa sebelumnya, sehingga membantu dalam memperoleh landasan teori
terhadap masalah yang diteliti (Sarwono: 2006). Teknik pengumpulan datanya adalah dengan
mengidentifikasi wacana dari buku, esai, artikel, dan majalah dengan topik “Peran Guru dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa” Dengan menggunakan data dari berbagai daftar pustaka,
data tersebut didasarkan pada teknik dokumentasi, yaitu membaca, mempelajari dan meneliti
teks dengan topik “Peran Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa” yang dikumpulkan
melalui pencatatan dokumen.
Dalam uji validitas, peneliti memeriksa sumber data dengan cara menelaah informasi dan
data yang berbeda dari berbagai buku, jurnal, dan artikel untuk mengurangi semaksimal
mungkin yang ditimbulkan dalam pengumpulan dan analisis data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Peran dan Fungsi Guru
Guru adalah elemen terpenting dalam pendidikan sekolah, dan masa depan siswa
sangat bergantung pada mereka. Guru yang cerdas, bijaksana, jujur, dan positif dapat
mengembangkan siswa yang berilmu. Selama perjalanannya, beliau mampu membimbing
murid-muridnya agar mempunyai sikap positif terhadap pelajaran yang diajarkan
kepadanya dan dapat mengembangkan sikap positif yang mereka perlukan di kemudian
hari. Di sisi lain, ada sebagian guru yang bekerja dengan tidak bijaksana, tidak jujur, atau
dengan pertimbangan yang tidak sesuai dengan kepentingan mengajar, seperti sekedar
mencari nafkah, atau hanya karena ingin dihormati sebagai guru. Akibatnya, makna dan
manfaat pendidikan bagi peserta didik mungkin menjadi sedikit atau tidak ada sama sekali,
bahkan dalam beberapa kasus malah bersifat negatif.
Peran guru merupakan peran yang paling populer selama ini. Banyak orang yang
masih beranggapan bahwa tugas utama seorang guru adalah mengajar, dan mengajar
adalah pekerjaan sampingan. Guru diharapkan tidak hanya menjadi guru, namun
setidaknya menjadi guru yang mengajar. Menurut E. Mulyasa, peran dan fungsi guru
berpengaruh terhadap terselenggaranya pendidikan di sekolah. Peran dan fungsi guru
antara lain:
1) Beberapa pendidik dan pelatih,
2) Sebagai anggota masyarakat.
3) Sebagai pemimpin.
4) Sebagai pengurus.
5) Sebagai pengelola pembelajaran.
(Mulyasa, E, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, 2009). Setiap orang harus
stabil emosinya, menginginkan kemajuan peserta didiknya, bersikap realistis, jujur,
terbuka, dan
peka terhadap perkembangan, khususnya inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu,
guru perlu memiliki pengetahuan yang komprehensif, menguasai berbagai jenis bahan ajar,
menguasai teori dan praktik pendidikan, serta menguasai metodologi pembelajaran. Semua
guru harus pandai berinteraksi dengan masyarakat. Hal ini memerlukan penguasaan
psikologi sosial, pengetahuan tentang hubungan antarmanusia, dan kemampuan
menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok. Dan setiap guru mempunyai kepribadian
dan merupakan seorang pemimpin yang harus menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip-
prinsip hubungan antarmanusia, teknik komunikasi, dan menguasai berbagai aspek
kegiatan organisasi sekolah.
Selain itu, setiap guru menghadapi berbagai tugas administratif yang harus
dilaksanakan di sekolah, sehingga harus jujur, teliti, pekerja keras, dan memiliki
kepribadian yang memahami strategi dan manajemen pendidikan. Semua guru harus
mampu menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar mengajar
baik di dalam maupun di luar kelas. Eka Prihatin (thn:2009), mengemukakan dalam
bukunya bahwa peranan dan fungsi guru adalah sebagai berikut:
1) Guru sebagai demonstrator.
2) Guru sebagai mediator dan fasilitator.
3) Guru sebagai evaluator;.
4) Guru sebagai pribadi.

a. Peran sebagai pembimbing


Guru dalam arti tradisi jawa merupakan harus mampu meberikan teladan yang baik
menjadi panutan yang dapat digugu dan ditiru oleh siswanya. Bukan hanya bertanggung
jawab mengajar mata pelajaran tetapi juga mendidik moral, etika, dan karatker siswa.
Sebagai sosok pembimbing, guru dituntut memiliki kemampuan profesional dalam
menguasai dan melaksanakan teknik-teknik bimbingan.
b. Peran dan fungsi guru berpengaruh
terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Sebagian pendidik dan pengajar,
2) Sebagai anggota masyarakat;.
3) Sebagai pemimpin;
4) Sebagai administrator;
5) Sebagai pengelola pembelajaran;
c. Peran sebagai pelatih
Dilakukan oleh guru dengan siswa yang telah dewasa. Siswa banyak memerlukan
bimbingan dan pengajaran dari guru.

2. Kesulitan Belajar
Dalam kamus bahasa Indonesia, kesulitan berarti sulit atau lumayan sulit.
Ketidakmampuan belajar adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terhambatnya
kemampuan siswa dalam mencapai hasil belajar dalam proses pembelajaran, yaitu suatu
keadaan dimana siswa tidak mampu belajar sebagaimana mestinya. Hambatan tersebut
dapat datang dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa.
Kesulitan belajar merupakan permasalahan yang dihadapi guru dan merupakan
tanggung jawab guru untuk mengatasinya. Kesulitan belajar dipahami sebagai suatu
keadaan dimana seorang siswa tidak mampu lagi memenuhi tuntutan-tuntutan dalam
proses belajar serta proses dan hasil yang kurang memuaskan. Menurut Surya Haren, ada
beberapa ciri perilaku yang mencerminkan gejala ketidakmampuan belajar.
a) Hasil belajar yang rendah ditampilkan
b) Hasil yang dicapai tidak sebanding dengan upaya yang dilakukan
c) Menyelesaikan tugas yang diberikan gurunya dengan lambat dan selalu tertinggal dari
teman-temannya dalam menyelesaikan tugas.
d) Menampilkan perilaku yang tidak pantas seperti ketidakpedulian, perlawanan, kepura-
puraan, dan berbohong.
e) Menampilkan perilaku yang tidak biasa seperti: Melewatkan, terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu keluar masuk kelas, tidak membuat
catatan di kelas, dikucilkan, dikucilkan, tidak mau bekerja sama f.Menunjukkan gejala
emosi yang tidak normal.
Contoh: kemurungan, mudah tersinggung, marah, tidak puas, atau berkurangnya
kegembiraan dalam situasi tertentu.
Oleh karena itu, kesulitan belajar siswa mengacu pada ketidakmampuan siswa
dalam mencapai potensinya karena suatu hal yang menimbulkan kesulitan dalam proses
belajar. siswa dengan ketidakmampuan belajar memerlukan akomodasi dan layanan
khusus untuk mencapai hasil positif dalam belajar.

3. Ragam permasalahan pada anak


Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tua
dalam kehidupannya :
a. Out of Law (tidak taat aturan), seperti susah belajar, susah menjalankan, dan
sebagainya.
b. Bad Habit (kebiasaan jelek), misalnya suka jajan, merengek, suka ngambek, dan lain-
lain
c. Maladjustment (penyimpangan perilaku)
d. Pause Playing Delay (masa bermain yang tertunda)

Perlu diingat bahwa faktor utama yang mempengaruhi ketidakmampuan belajar


seorang anak adalah dari dalam diri anak itu sendiri (faktor internal). Gangguan internal
seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) terjadi pada anak-anak. Ciri-ciri
anak sulit konsentrasi biasanya antara lain malas, kurang konsentrasi, dan lain-lain.
Misalnya, mereka tidak mendengarkan ketika diajak bicara, mereka tidak menyelesaikan
tugas, mereka kesulitan merencanakan aktivitas, mereka menghindari tugas yang
memerlukan pemikiran, mereka kehilangan sesuatu, mereka mudah teralihkan, dan mereka
pelupa.anak mengalami kesulitan berkonsentrasi pada tugas tertentu (attention defisit
disorder). Juga tidak dipahami mengapa dia melakukan misi ini. Akibatnya, anak usia
sekolah dengan gangguan pemusatan perhatian tidak mampu memahami penjelasan guru
meskipun mereka mendengarkan pelajaran dari guru. Sedangkan hiperaktif ditandai dengan
gerakan terus-menerus, mengutak-atik jari tangan atau kaki sambil duduk, kesulitan duduk
diam dalam jangka waktu lama, berjalan atau memanjat berlebihan yang tidak sesuai
dengan situasi, berbicara berlebihan, serta tindakan impulsif dan cepat. Contohnya
termasuk bereaksi terhadap Saya sering ditanyai pertanyaan, saya tidak suka menunggu
giliran seseorang, dan saya suka menyela dan mengganggu orang lain.

Ingatlah bahwa Attention Deficit Hyperactivity Disorder bukanlah sebuah penyakit.


Itu hanya gejala dari sesuatu. Hal yang sama berlaku untuk pusing. Pusing bukanlah suatu
jenis penyakit, melainkan gejala suatu penyakit, Pusing bisa menjadi gejala flu. Bisa juga
disebabkan oleh terlambat makan atau tekanan darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Atau bisa juga merupakan gejala tumor otak. Jelas bahwa pemberian obat yang sama untuk
semua gejala pusing tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan dapat memperburuk
kondisi pasien. Hal yang sama berlaku untuk gangguan defisit perhatian. Tidaklah tepat
untuk memberikan pengobatan atau pendekatan yang sama kepada semua anak yang
menderita ADHD tanpa memahami penyakit atau kelainan yang mendasarinya.
Aspek penting lainnya yang berkaitan dengan masalah belajar adalah factor factor
yang mempengaruhi hasil belajar seseorang. Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar
yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang terjadi dalam diri
siswa itu sendiri yang disebut faktor internal, dan faktor luar diri siswa yang disebut faktor
eksternal. Namun ada juga faktor atau pendekatan pembelajaran lain yang mendukung
perkembangan kecerdasan anak.

4. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar.


a. Faktor internal
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa. Contohnya
siswa yang sedang sakit, sakit, lemah atau cacat fisik, dsb.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa antara lain
umumnya rendahnya tingkat kecerdasan, rendahnya bakat terhadap mata pelajaran,
kurang minat terhadap mata pelajaran. belajar, rendahnya motivasi belajar, dan
rendahnya motivasi belajar. Kemunduran motivasi dan kesehatan mental.
a) Intelegensi
Intelegensi secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan psikofisik
dalam menanggapi rangsangan atau beradaptasi secara tepat terhadap
lingkungan (Reber, 1998). Dengan kata lain, kecerdasan sebenarnya tidak hanya
berkaitan dengan kualitas otak saja, namun juga kualitas organ tubuh lainnya.
Namun harus kita akui bahwa peran otak terhadap kecerdasan manusia lebih
penting dibandingkan peran organ tubuh lainnya, karena otak mengendalikan
hampir seluruh aktivitas manusia. Guru perlu mewaspadai tingkat kecerdasan
siswa, baik positif maupun negatif, yang dapat menyebabkan kesulitan belajar
bagi siswa yang bersangkutan. Oleh karena itu
guru dan orang tua harus memiliki IQ yang sama dengan anak agar dapat
membimbing siswanya agar tidak mengalami kesulitan belajar.
b) Bakat
Bakat secara umum bakat adalah potensi kemampuan yang harus dimiliki
seseorang agar dapat sukses di masa depan (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Bakat
adalah potensi atau kemampuan dasar yang Anda miliki sejak lahir. Oleh karena
itu, setiap individu harus mempunyai bakat dalam arti potensi untuk tampil pada
tingkat tertentu sesuai dengan kemampuannya. Bakat adalah kemampuan
terpendam atau kemampuan dasar yang Anda miliki sejak lahir. Slemeto (2003:
57) menyatakan bahwa bakat adalah kemampuan untuk belajar. Keterampilan
ini hanya diakui sebagai keterampilan nyata bila dipelajari dan dipraktekkan.
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa bakat mempengaruhi pembelajaran.
Apabila materi pembelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakat anak, maka
anak akan senang belajar dan dengan sendirinya akan lebih bersemangat dalam
belajar sehingga menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
Jika seseorang harus mempelajari materi yang tidak sesuai dengan
kemampuannya, maka ia akan kesulitan dalam melakukan kegiatan belajar
karena ia akan cepat bosan, cepat menyerah, dan merasa tidak puas dengan apa
yang telah dipelajarinya.
c) Sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang mengandung kecenderungan
bertindak sesuai dengan sikap subjek (Heri Purwanto, 1998: 62). Menurut
Sarwono (2002), sikap adalah kesediaan seseorang untuk berperilaku tertentu
terhadap hal tertentu. Sikap negatif, rendah diri, dan kurang percaya diri
merupakan faktor yang menghambat siswa untuk menunjukkan keberhasilan
akademik. Sikap positif siswa terhadap mata pelajaran sekolah merupakan
langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah untuk
mencegah siswa mengalami masalah belajar.
d) Motivasi
Motivasi adalah daya penggerak umum dalam diri siswa yang membangkitkan
kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan dan kegiatan belajar (Sardiman,
2006: 75). Motivasi merupakan faktor internal yang menyebabkan, mendasari,
dan mengendalikan perilaku belajar. Individu yang bermotivasi tinggi secara
aktif berupaya meningkatkan tingkat keberhasilan belajarnya (Hamalik, 1990:
118). Motivasi belajar dinyatakan dengan minat dan perhatian siswa terhadap
pelajaran, semangat dan rasa percaya diri dalam menyelesaikan tugas belajar,
tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas belajar, reaksi yang
ditunjukkan terhadap rangsangan, dan emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan
tersebut. Seorang guru yang memberikan kegembiraan dan kepuasan ketika
melaksanakan tugas belajar (Sudjana, 1989: 61). Motivasi belajar sangatlah
penting karena orang yang tidak termotivasi untuk belajar tidak dapat
melakukan kegiatan belajar. Selalu ada motivasi dalam setiap perubahan,
misalnya belajar dipengaruhi oleh motivasi belajar seseorang. Motivasi
diperlukan bagi individu untuk mencapai tujuan belajarnya, yaitu keberhasilan
belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa motivasi
berperan sebagai daya penggerak yang menentukan arah dan memilih tindakan
yang akan dilakukan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Motif yang ada
memandu perilaku seseorang secara lebih intensif sehingga memungkinkannya
mencapai tujuan yang diinginkan. Keberhasilan Anda dalam mencapai tujuan
Anda tergantung pada motivasi Anda. Semakin besar motivasi maka semakin
besar pula keberhasilan belajarnya. Sebaliknya, siswa yang motivasinya lemah
sering kali mudah menyerah, tidak mampu berkonsentrasi di kelas, dan sering
meninggalkan kelas sehingga menyulitkan mereka dalam belajar.
e) Minat
Menurut S.B. Djamaramah (2002: 132) Minat adalah perasaan menyukai atau
tertarik pada sesuatu atau suatu kegiatan tanpa ada yang menyuruhnya. Orang
yang tertarik pada suatu aktivitas senang memperhatikannya berulang kali.
Menurut Winkel (2007: 212), minat saat ini diartikan sebagai kecenderungan
penduduk untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu. Pendapat Abu
Ahmadi (2007: 151) menyatakan bahwa minat adalah suatu sikap jiwa
seseorang yang menyetujui sesuatu dengan komponen emosi yang kuat. Artinya
jika seorang mahasiswa menyukai pengolahan makanan kontinental maka
minatnya terhadap mata pelajaran tersebut akan mengarahkan perhatiannya
pada bidang kuliner. Ketertarikan seorang siswa terhadap suatu bidang tidak
terlepas dari bakat sejatinya pada bidang tersebut. Jika Anda dapat terus
mempelajari dan mempelajari pelajaran ini, maka minat Anda tidak hanya pada
bidang itu sendiri akan meningkat, tetapi juga pada bidang terkait lainnya, yang
tentunya dapat mengarah pada peningkatan kemampuan. Faktanya, tidak semua
mahasiswa mulai meneliti suatu bidang baru berdasarkan minatnya masing-
masing. Beberapa orang menjadi tertarik pada bidang ini karena pengaruh
teman, guru, atau orang tua. Namun seiring berjalannya waktu, jika siswa
tersebut mengembangkan minat yang kuat terhadap mata pelajaran tersebut dan
mampu mencurahkan seluruh sumber daya dan upaya untuk menguasainya,
meskipun ia tergolong pelajar, ia pasti akan dapat mencapai hasil yang sukses
kemampuan rata-rata. Minat seorang siswa dalam mempelajari suatu mata
pelajaran tertentu sangat mempengaruhi kemampuannya dalam memahami
materi tersebut. Jika siswa tidak berminat belajar, kesulitan timbul karena proses
belajar tidak berlangsung di otak.
f) Kesehatan
Kesehatan badan yang kurang sehat akan menyebabkan lekas lelah, mengantuk,
daya konsentrasi hilang dan kurag semangat. Keadaan tersebut mengakibatkan
penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang sehingga otak tak mampu
bekerja secara maksimal dalam memproses , mengelola, mengintepretasi dan
mengorganisir bahan pelajaran. (Ahmadi dan Widodo, 1991:76) Dalam belajar
tidak hanya menyangkut segi intelektual, tetapi menyangkut segi kesehatan
mental dan emosional. Individu dalam hidupnya selalu mempunyai
kebutuhankebutuhan dan dorongan-dorongan. Apabila kebutuhan itu tidak
terpenuhi, keadaan seperti ini akan menimbulkan kesulitan belajar
b. Faktor eksternal
1) Faktor keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mempunyai pengaruh paling besar
dalam kehidupan seorang anak. Itu sebabnya keluargalah yang menentukan
kepribadian anak terlebih dahulu. Berdasarkan hasil penelitian, dari sudut pandang
keluarga, faktor penyebab kesulitan belajar siswa antara lain kesempatan belajar di
rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian keluarga, dukungan keluarga,
pengawasan keluarga, dan suasana belajar siswa, ternyata ada beberapa aspek. Jenis
dukungan yang paling umum adalah dari keluarga, yaitu sebesar 20,5%. Dukungan
orang tua sangat penting karena sebagaimana dijelaskan Oemar Hamalik (1983:
118), keluarga juga bertanggung jawab terhadap kemajuan belajar anaknya. Yang
saya maksud dengan dukungan bukan hambatan atau tekanan, tetapi dukungan
untuk membantu Anda melakukan pelajaran fesyen industri dengan lebih rajin.
Proporsi dimensi dukungan keluarga yang paling tinggi berarti siswa kurang
mendapat dukungan emosional berupa motivasi dari orang tuanya. Beberapa siswa
mengatakan bahwa orang tuanya sibuk dan jarang memberikan dukungan berupa
motivasi. Mereka juga mengatakan bahwa orang tuanya tidak tahu apa-apa tentang
mata pelajaran yang seharusnya mereka pelajari. Sarana belajar di rumah memiliki
porsi terendah yaitu 13,2% yang menunjukkan bahwa orang tua lebih
mengutamakan kebutuhan belajar di sekolah dengan menyediakan ruang belajar,
peralatan, dan bahan ajar agar siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran di
sekolah.
2) Faktor Sekolah
Sekolah merupakan tempat belajar nomor dua setelah keluarga dan masyarakat
sekitar. Faktor lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar
anak. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kesulitan belajar pada mata
pelajaran fesyen industri mempunyai beberapa aspek dari sudut pandang sekolah.
Hal ini merupakan kesempatan belajar di sekolah, dimana sarana dan prasarana
yang kurang memadai dapat memudahkan terjadinya kesulitan belajar. Selanjutnya
kita akan membahas kompatibilitas alat seperti kompatibilitas mesin jahit, setrika,
dan mesin pemotong. Kondisi ruangan juga berpengaruh besar. Misalnya, ventilasi
yang buruk, lantai yang kotor, dan pencahayaan yang buruk dapat memberikan
dampak yang signifikan terhadap kelangsungan belajar siswa di sekolah dan lokasi
sekolah. Kompatibilitas alat memiliki persentase tertinggi, yaitu 32%. Sebagaimana
dikemukakan Dalyono (2009: 244), alat yang tidak sempurna cenderung tidak
mempengaruhi penyajian pelajaran, dan sekolah mengalami kesulitan dalam
mempelajari kesesuaian alat yang tersedia seperti mesin pemotong. Meski tidak bisa
dipotong secara industri, namun perlu waktu lama untuk memotongnya dengan
gunting kain. Meskipun tersedia mesin jahit, namun persediaannya masih sedikit
dan tidak mencukupi jumlah siswa. Terkadang mesin jahit rusak sehingga siswa
harus bergantian menggunakannya. Oleh karena itu, harus diperiksa dan diperbaiki
secara berkala. Selain itu, meja potong yang tersedia sangat terbatas, sehingga siswa
harus bergiliran dengan teman, sehingga menambah waktu pengeditan. Faktanya,
tinjauan literatur menunjukkan bahwa meskipun jumlah ideal mesin jahit yang
disediakan sekolah adalah 1: 1, namun pada praktiknya hanya ada 20 mesin jahit
industri yang harus digunakan secara bergantian. Oleh karena itu, proses
pembelajaran pakaian kerja lebih sulit dan pembuatan pakaian kerja memerlukan
waktu yang lebih lama. Lokasi sekolah memiliki persentase terendah sebesar 13,6%
yang menunjukkan bahwa lokasi sekolah tidak menjadi kendala bagi siswa untuk
terus mengambil mata pelajaran tata busana industri. Penyelidikan lebih lanjut
mengungkapkan bahwa beberapa rumah siswa terletak jauh dari sekolah. Untuk
mencegah hal tersebut, para santri mencari pesantren yang dekat dengan
sekolahnya. Dan siswa yang rumahnya tidak jauh menggunakan angkutan umum
agar tidak terlambat ke sekolah.
3) Faktor Masyarakat
Selain faktor keluarga dan sekolah, anak juga berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya. Faktor lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab kesulitan belajar pada
kelas fesyen industri adalah faktor komunitas yang dilihat dari sudut pandang
interaksi teman sebaya. Artinya, siswa terkadang mengalami kesulitan dengan
keduanya saat berinteraksi satu sama lain. Siswa dapat bertanya dan belajar bersama
teman sambil mengerjakan pekerjaan rumah sekolah. Mereka dapat mengingatkan
kita satu sama lain dengan cara yang positif dan memungkinkan kita mengatasi
kesulitan belajar apa pun yang kita alami bersama. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Nini Subini dkk (2012: 100) menyatakan bahwa salah satu faktor sosial yang
mempengaruhi kesulitan belajar siswa adalah interaksinya dengan teman sebaya.
Penjelasan tersebut didukung dengan penjelasan dalam makalah Veri Adi Johan
Purnomo (2014: 25) bahwa faktor sosial yang mempengaruhi kesulitan belajar
siswa adalah interaksinya dengan teman.

5. Jenis-jenis Kesulitan Belajar


a) Tidak Lancar dalam Membaca
Hasil tes pemahaman membaca pada siswa yang belum lancar membaca Peneliti
menemukan beberapa siswa yang mengalami kesulitan membaca, mereka masih belajar
mengeja, begitu pula siswa membaca “AR” dan “RH”. Sementara siswa yang lain
masih ragu-ragu dalam membaca, sedangkan teman yang lain membaca kurang lancar.
Membaca kata demi kata karena siswa masih kesulitan membedakan huruf. Misalnya,
seorang siswa yang berinisial AR akan membaca kata “gunung” sebagai “gunun”.
b) Sering terjadi kesalahan membaca
Hasil tes pemahaman bacaan siswa menunjukkan bahwa siswa belum mampu membaca
dengan lancar dan sering melakukan kesalahan dan kekeliruan dalam membaca seperti
pengulangan kata dan kesalahan struktur TA. Siswa tersebut banyak melakukan
kesalahan membaca, pengucapan kata tersebut masih salah. Sama seperti “karena”
menjadi “kara”, “prestasi” menjadi “prestasi”.
c) Kesulitan membedakan huruf yang mirip
Dengan menggunakan hasil tes membaca siswa, peneliti menemukan bahwa siswa yang
mempunyai huruf serupa (b-d-p-q-m-n-u-w), seperti inisial AR dan RH, mengalami
kesulitan dalam membedakannya. tidak ada kesulitan melihat surat serupa.
d) Kurangnya memori visual
Hasil tes pemahaman membaca siswa menunjukkan bahwa mereka memiliki
kekurangan dalam memori visual, yang menyebabkan mereka menghilangkan huruf
dan kata, dll. Kita banyak melakukan kesalahan saat membaca, seperti “karena”
menjadi “karana”. Hal ini juga disebabkan oleh ketidakmampuan menggunakan alfabet.
Berdasarkan hasil tes masih banyak siswa yang kesulitan membedakan huruf yang
mirip, misalnya yang berinisial “AR” dan “SNA”, sedangkan ada pula yang sudah
mempunyai huruf dan dapat dibaca.
e) Hasil tes tertulis pertama Kesulitan
siswa yang diuji pada tes tertulis pertama antara lain tidak terbaca, menulis lambat,
huruf hilang atau terbalik, dan salah memegang pensil TA.
f) Keterlambatan menulis atau menyalin surat
Berdasarkan hasil tes menulis siswa, peneliti menemukan bahwa ada siswa yang tidak
dapat menyelesaikan tugas karena sering ngobrol saat menyelesaikan tugas.
g) Huruf hilang atau terbalik
Hasil tes menulis siswa yang hurufnya hilang atau terbalik dapat dikenali dari dua
indikator, contohnya bentuk terbalik.

6. Upaya Guru Mengatasi Kesulitan Belajar


Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Upaya yang dilakukan guru
untuk mengatasi kesulitan belajar membaca siswa adalah sebagai berikut :
a) Pemberian les tambahan. Les tambahan dilakukan pada saat pulang sekolah dan yang
ikut serta dalam les adalah siswa yang belum tahu membaca. Les tambahan
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang belum tahu membaca
untuk belajar lebih giat lagi agar bisa cepat membaca. Hal ini senada dengan pendapat
oleh (Megawati, 2015) bahwa pemberian les tambahan kepada siswa dapat mengatasi
masalah anak akan tetapi harus disesuaikan dengan bakat dan keinginan anak.
b) Pemberian PR. Pemberian PR dimaksudkan adalah guru memberikan fotokopi yang
berisi gambar, kemudian siswa menulis jawaban yang berkaitan dengan gambar dan
mengerjakannya di rumah. Pada saat pelajaran bahasa Indonesia kembali guru meminta
kepada siswa untuk menaikkan PR mereka di atas meja dan mendiskusikannya
bersama-sama.
c) Pemberian motivasi belajar membaca. Memberikan peningkatan motivasi belajar
membaca kepada siswa secara berkelanjutan merupakan suatu usaha yang harus 2021.
Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 4(2): 118-126 125 dilakukan
guru kepada siswanya agar siswanya dapat termotivasi untuk lebih giat lagi dalam
belajar membaca dan mengikuti pelajaran. (Endriani, 2018) menyatakan bahwa
pemberian motivasi dan nasihat kepada anak mampu menambah semangat anak untuk
belajar dan beraktivitas. Pemberian motivasi belajar membaca saat les tambahan
maupun saat pembelajaran berlangsung guna memberikan dorongan semangat bagi
siswa berkesulitan belajar membaca untuk selalu belajar dengan sungguh- sungguh
baik di sekolah maupun di rumah.

KESIMPULAN

Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan dimana seorang siswa tidak mampu lagi memenuhi
tuntutan-tuntutan dalam proses belajar serta proses dan hasil yang kurang memuaskan.
Kesulitan belajar dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi faktor fisiologis, psikologis, dan kesehatan. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Ada beberapa jenis kesulitan belajar, antara lain :
1) Tidak lancar dalam membaca
2) Sering terjadi kesalahan membaca
3) Kesulitan membedakan huruf yang mirip
4) Kurangnya memori visual
5) Kesulitan menulis
6) Keterlambatan menulis atau menyalin surat
7) Huruf hilang atau terbalik
Upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan belajar siswa antara lain:

1) Pemberian les tambahan


2) Pemberian PR
3) Pemberian motivasi belajar
Berdasarkan artikel di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu
masalah yang dapat dialami oleh siswa. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal. Oleh karena itu, diperlukan upaya dari berbagai pihak untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa, termasuk guru, orang tua, dan masyarakat.
Berikut adalah beberapa saran untuk mengatasi kesulitan belajar siswa:

1) Guru perlu memahami faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa.


2) Guru perlu memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
siswa.
3) Guru perlu memberikan motivasi dan dukungan kepada siswa.
4) Orang tua perlu memberikan dukungan kepada siswa dalam belajar.
5) Masyarakat perlu mendukung upaya sekolah dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Djaali. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Elsa Lesmayani, S. E. (2016). Faktor-Faktor Eksternal Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Kelas
Xi Pada Mata Pelajaran Busana Industri Di Smk Negeri 3 Magelang. Jurnal Pendidikan
Teknik Busana, 6-8.
Fitriyani Maghfiroh, H. A. (2019). Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Jurnal
Ilmiah PGMI, 100.
HANIK, A. N. (2015). Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Pengolahan Makanan
Kontinental Siswa Kelas XI, 20-25.
Mulyasa, E. (2009). Standar kompetensi Sertifikasi Guru.
Munirah. (2018). The Role of Teachers in Overcoming Students ’Learning Difficultie. Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 8-9.
Nur Istiqoma, L. H. (2023). Analisis Jenis-Jenis Kesulitan dalam Membaca dan Menulis
Permulaan pada Siswa. Journal of Classroom Action Research, 14-15.
Ratnawati, S. (2017). Faktor Penyebab Kesulitan Belajar. Penelitian Pendidikan, 27-28.
Saugadi, A. R. (2021). Analisis Upaya Guru Dalam Mengatasi. KIBASP (Kajian Bahasa,
Sastra dan Pengajaran), 124-125.
Silvia Tri Anggraeni, S. M. (2020). Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika
Di Sekolah Dasar. Riset Pendidikan Dasar, 4-6.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.
Ushwah Nurhaliza, H. M. (2019). Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menentukan Ide Pokok
suatu Paragraf Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Pondok Jagung 01
Serpong Utara. 96.
Utami, F. N. (n.d.). Peranan Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Sd.

Anda mungkin juga menyukai