Anda di halaman 1dari 9

Peningkatan Konsentrasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode

Mind Mapping Siswa Kelas IV SD

Sudar miati1, Faadilah Rizkaini2, dan Rizki Zakwandi3

1)
Jurusan PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka, Karang Agung Ilir, Indonesia
2)
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Palembang, Palembang, Indonesia
3)
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperluas konsentrasi hasil belajar siswa dengan
menerapkan metode mind mapping dalam pembelajaran IPA kelas 4 SD. Jenis ujian ini adalah penelitian kegiatan
wali kelas dengan subjek eksplorasi adalah 19 siswa kelas IV Sekolah Dasar. Metode pengumpulan informasi yang
digunakan adalah angket dan tes. Instrumen yang digunakan adalah lembar survei yang digunakan untuk mengukur
fokus pembelajaran, berbagai tes pengambilan keputusan yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
dalam melaksanakan IPA dengan memahami penggunaan metode mind mapping. Informasi penelitian yang
dibedah secara kuantitatif menunjukkan bahwa pembelajaran melalui penggunaan strategi brain planner dapat
lebih mengembangkan hasil belajar fiksasi dan IPA pada siswa kelas 4 SD. Dari hasil angket dan tes peninjauan,
siswa mengalami banyak kemajuan dengan model “tinggi”. Pada prasiklus, jumlah siswa yang memperoleh skor
survei konsentrasi belajar >76 adalah 3 orang siswa (15,9%). Pada siklus1 jumlah tersebut bertambah menjadi 8
anak (42,1%), dan pada siklus II bertambah menjadi 19 anak (100 %). Selanjutnya informasi hasil belajar pada
prasiklus banyak anak yang mendapat nilai >70 yaitu 6 anak (31,6%). Pada siklusI bertambah menjadi 13 anak
(68,4%), dan pada akhir siklus II bertambah menjadi 19 anak (100 %).

Kata Kunci: Konsentrasi belajar, hasilbelajar IPA,,mind mappingg

PENDAHULUAN
Pendidikan bertekad untuk menjadikan seorang bernilai, berprilaku, sehingga
mempunyai kapasitas keilmuan yang banyak untuk menggapai asumsi dan dapat menyesuaikan
diri dengan cepat dalam kondisi yang berbeda (Nasr et al., 2018). Pendidikan memegang
peranan yang sangat penting dalam upaya mewujudkan hakikat SDM, sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Sistem Sekolah Negeri No. 20 Tahun 2003 Bagian 2 Pasal 3 Pendidikan umum
bertujuan untuk membina kemampuan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kokoh, terpelajar, bugar, inovatif,
mandiri, dan mampu memilih. penduduk yang berbasis dan dapat diandalkan.
Kasus dalam belajar mengajar yang tanggung guru diantaranya ulah anak yang
berbagaimacam karakter, terganggunya konsentrasi anak, belajar mengajar yang kurang aktif
dan efektif, kurangnya komunikasi antara guru dan murid dalam Pelajaran (Kurnia &
Dwikurnaningsih, 2019). Dari masalah dalam pembelajaran tersebut, salah satu masalah yang
dapat mempengaruhi sistem pembelajaran adalah konsentrasi belajar.
Konsentrasi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap hasil belajar. Konsentrasi
maksimal pada anak akan memudahkan anak dalam mengambil materi yang di berikan. Hal ini
sesuai dengan Khairinal et al., (2021) bahwa konsentrasi adalah suatu sudut yang menopang
anak untuk menggapai prestasi yang besar dan jika fokus tersebut mengendur maka akan
terganggunya ilustrasi di kelas dan konsentrasi yang sebenarnya. Sesuai Sati dan Sunarti (2021)
konsentrasi belajar adalah suatu jenis kemampuan individu untuk memusatkan renungan dan
pertimbangannya dalam latihan belajar, fiksasi ini akan berpusat pada substansi dan
menunjukkan materi atau tahapan-tahapan untuk mendapatkannya. Titik fokus
pertimbangannya diharapkan pada substansi materi pembelajaran dan pengalaman yang
berkembang.
Zulhaqqi (2013) mengutarakan jika untuk mengerti cara berapa tahan lama kemampuan
berpikir seorang adalah 3 sampai 5 menit ditambah dengan bertambahnya usia. Contoh saja
pada anak umur 9 tahun, ketahanan konsentrasi yang ideal kurang lebih 30 sampai 50 menit.
Anak yang menjangkau jarak sejauh mungkin dalam kerangka waktu itu dapat dikemukanan
menguasai fokus yang kecil. Fokus pembelajaran siswa diperlukan pada saat pembelajaran
berlangsung sehingga siswa mempunyai pilihan untuk memahami materi yang diperkenalkan.
Pusat pembelajaran siswa dipengaruhi oleh kemampuan pikiran setiap siswa untuk memusatkan
perhatian pada hal yang sedang diperiksa.
Faktor yang menularkan perolehan fokus seorang dapat muncul dari iklim (luar) dan
pribadi (interior). Hal yang dimulai dari iklim antara lain: ketertiban, keteraturan, fase
keributan, game plan dan penjelasan kelas review, serta alat-alat review yang ada. Faktor-faktor
yang bermula dari pribadi antara lain: ketertarikan terhadap bidang ilmu yang sedang
direnungkan, inspirasi untuk belajar, rasa tidak nyaman, putus asa, kemarahan, stres, ketakutan,
penghinaan dan kebencian, penyakit yang sebenarnya, dan perasaan lelah saat
mempertimbangkan atau berada di sekolah (Chyquitita et al., 2018). Oleh karena itu, usia
belajar anak sekolah dasar perlu dilaksanakan agar anak dapat lebih mengembangkan sistem
pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar murid. Dari sekian tahap pembelajaran yang
penting dinaikkan adalah ketahanan konsentrasi dalam memperoleh pelajaran yang dibimbing.
Kemampuan konsentrasi dibutuhkan dalam mengambil seluruh mata pelajaran, terhitung
Ilmu Pengetahuan Alam. Sains adalah mata pelajaran yang diperlihatkan di sekolah dasar.
Melaksanakan pembelajaran terutama IPA mengharapkan guru dapat mengembangkan
kemampuannya dan menumbuhkan bakat untuk memperoleh hasil belajar yang terbaik. Salah
satu kapasitas yang diinginkan dalam pembelajaran sains adalah kapasitas konsentrasi dalam
mendapatkan ilustrasi. Pemusatan diri ini bertujuan untuk menumbuhkan mentalitas ingin tahu
dan memudahkan anak untuk bersikap rasional.
Bersumber dari filosofi diatas, kemudian pada titik itulah teknik pembelajaran digunakan
oleh guru hendaknya mampu meringankan anak untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar,
menimbulkan melalui kenyamanan, dan menumbuhkan kemampuan kerja otak siswa. Oleh
karena itu, suatu strategi pendidikan diharapkan dapat menjangkau target pembelajaran IPA,
terutama untuk menumbuhkan konsentrasi belajar.
Bersumber dari pengamatan dampak lanjutan yang dilakukan di sekolah dasar pada
tanggal 12 sampai 13 Oktober 2023, Permasalahan yang ditemukan berkaitan dengan
konsentrasi pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam pengalaman pengembangan ilmu
pengetahuan IPA. Kondisi ini tercermin dari tidak adanya konsentrasi siswa dalam waktu yang
cukup lama. Keadaan ini terlihat dari realitas yang terjadi di kelas pada saat kegiatan belajar
mengajar, seperti beberapa anak yang melipat atau mencoret-coret kertas, ada yang sibuk
bercerita dengan teman sebangkunya, dan ada juga yang selalu meminta izin keluar ke toilet.
Situasi berikut tampak dari minimnya aktivitas anak selama sistem belajar mengajar. Hal ini
terlihat pada saat siswa dipisahkan di dalam kelas, banyak siswa yang enggan bertanya karena
merasa malu jika dirinya mengalami kesusahan. Siswa masih enggan dan ragu untuk menjawab
waktu ditanyai. Selain itu banyak siswa yang tidak menyelesaikan dan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru tepat pada waktu yang telah ditentukan sehingga terjadi penurunan hasil
belajar siswa.
Dari sekian keadaan yang tergambar diatas, sangat mungkin beralasan jika anak kelas IV
SD mempunyai ketahanan konsentrasi dan hasil belajar yang rendah. Oleh karena itu, metode
pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menangani masala-masalah tersebut. Sehubungan
dengan kurang maksimalnya konsentrasi dan hasil belajar siswa pada belajar mengajar IPA
kelas IV SD, peneliti mencoba memakai teknik mind mapping sebagai pilihan lain strategi
belajar mengajar.
Mind Mapping diketahui dan diciptakan oleh Tony Buzan, seorang ilmuan asal Inggris
yang menerapkan informasi tentang otak dan perspektif dalam berbagai persoalan sehari-hari.
Selain itu model mind mapping ialah model pembelajaran yang menerapkan dua buah pikiran
dalam pembelajaran. Melaksanakan kedua buah otak tersebut adalah sebuah usaha agar
pengalaman berkembang yang diperoleh siswa dapat berjalan dengan baik, karena hukum otak
besar menurut Windura adalah otak pada umumnya akan menyesuaikan unsur-unsur dari kedua
buah otak tersebut (keseimbangan). Model mind mapping merupakan upaya untuk
menggerakkan kedua kemampuan otak dalam belajar.
MetodeeMind Mapping bisa di jadikan salah satu poin jawaban untuk meningkatkan
konsentrasi belajar terutama pada pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan tujuan dari
MinddMapping adalah: 1) melatih aktif semua otak, 2) membersihkan jiwa dari kekacauan
emosi, 3) membiasakan kita dapat membidik topik, 4) membantu menunjukkan hubungan antar
bagian. potongan informasi yang tidak bersama, 5) memberikan contoh yang jelas tentang
kesimpulan dan detailnya, 6) menguatkan kita mengumpulkan ide, menunjang kita
membedakannya, dan 7) mengharapkan kita memfokuskan perhatian pada topik yang
memerlukan pemindahan informasi yang ada. dari momen sekarang hingga memori jangka
panjang (Buzan, 2007).

METODE
Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang digunakan adalah model penelitian yang
dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart dengan model spiral (Sujati,
2000). Model terdiri dari sebuah siklus yang memiliki 4 bagian yaitu rancanaan, kegiatan,
obserfasi, dan pengayaan. Subyek dalam ujian ini adalah siswa kelas 4 SD yang beranggotakan
19 anak, terdiri dari 12 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Subyek dipilih karena siswa
tersebut mengalami kendala pada konsentrasi dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA.
Eksplorasi ini dilakukan di kelas IV SD yang bertempat di desa Sri Gading, Kecamatan
Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. SD ini terpilih sebagai tempat
penelitian karena mengingat pada pembelajaran IPA hasil belajar siswa dan konsentrasi pada
umumnya masih sikategori rendah. Kegiatan tindakan dimulai dari Oktober 2023 sampai
dengan November 2023.

Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan informasi yang dipakai dalam pemeriksaan adalah dengan metode angket
dan test. Instrumen yang dipakai dalam peneilitaan ini adalah survei konsentrasi belajar IPA
dan test hasil belajar IPA. Instrumen angket konsentrasi belajar IPA dibuat pribadi oleh peneliti
yang terdapat 22 hal yang membahas masing-masing tentang konsentrasi belajar IPA, yaitu:
tertarik terhadap pembelajaran IPA, fokus terhadap materi yang diajarkan, aktivitas anak, situasi
fisik siswa, kondisi belajar yang kuat, dan tekad untuk mencapai hasil belajar.

TeknikiAnalisisiData
Analisis data dari tiap-tiap sumber datanya yaitu:
1. AnalisisiData AngketiKonsentrasi Belajari
Data hasil dari angket konsentrasi belajar dianalisis dengan menggunakan pengukuran
skala Guttman. Indikator jawaban “Ya” di beri nilai 1 dan jawaban “tidak” di beri nilai 0. Nilai
tertinggi yang di dapat siswa yaitu 1 x 22 = 22 sedangkan nilai terendah yang di dapatkan siswa
yaitu 0 x 22 = 0. Kategorisasi konsentrasi belajar dibedakan atas empat kategori yaitu sangat
rendah, rendah, sedang dan tinggi, jarak selisihnya sebesar 25%.
Tabel 1. Kategorisasi angket konsentrasi pembelajaran IPA
Batass(Interval) Kategorisasii
10% -125% SangattRendah
126% -150% Rendah’
151% -175% Sedang’
176% -1100% Tinggii

2. AnalisissData Test
Test yang dipakai adalah berbagai pertanyaan keputusan yang terdiri dari 10 soal. Jika
total anak yang memperoleh nilai > 70 setelah pembelajaran IPA dengan menggunakan
metodeemindimaping melebihi angka 90%, maka penelitian tersebut dapat dinyatakan berhasil.
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Data ini diperoleh melaluilhasil pra siklus, siklusI, dan siklusII yang
ditangani dengan prosesikuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Mengingat hasil penelitian, konsentrasi pembelajaran sains siswa meluas setelah siklus I.
Pada prasiklus total anak yang memperoleh nilai konsentrasi belajar >76 dari total anak
sebanyak 3 anak (15,8%) dan pada siklus1 naik menjadi 8 anak (42,1%). Setelahnya, ketuntasan
tes hasil belajar yang normal adalah jika >90% dari jumlah siswa memperoleh nilai di atas nilai
KKM >70. Pada prasiklus tingkat siswa yang mendapat nilai di atas 70 (KKM) sebanyak 6
siswa (31,6%) dan pada siklus1 naik menjadi 13 siswa (68,4%).
Tabel 2. Kendala-kendala yang didapat dalam kegiatan siklus I.
No Kendala yang dialami Perubahan Rencana Dibuat pada Siklus II
1. Anak belum bisa aktif dalam kegiatan peneliti menanyakan langsung kepada siswa
belajar. setelah menyampaikan materi.
2. Beberapa anak sebenarnya sudah sedikit peneliti mengendalikan secara individu
bisa membuat mind map dengan melihat (berkeliling) selama metode pembuatan peta
gambar yang di tampilkan, namun anak pikir, dan menolong anak yang kesusahan
tidak dapat mengembangkan kreativitasnya dalam mengkomunikasikan gagasannya.
dengan baik.
3. Pada lembar tugas siswa peneliti tidak Tambahkan lebih dari satu gambar di setiap
menyertakan berbagai macam gambar tugas anak agar mudah untuk membuat
mind map, akibatnya anak hanya menyalin minddmap.
gambar contoh yang ditampilkan.
4. Karna banyak tingkahlaku siswa yang tidak Penelitiimempersiapkan hadia bagi anak
terkontrok sehingga ditegur oleh peneliti yang melakukan mindimap secara akurat.
kemudian anak belum sepenuhnya fokus
dalam kegiatan pembuatan mind map.
5 Saat memperkenalkan karya dari hasil mind Peneliti memilih siswa secara acak,
map, siswa ribut untuk tampil ke depan, berdasarkan nomor pilihan acak dari peneliti.
sehingga kelas menjadi kurangikondusif. Terlebih lagi, karena waktu yang singkat,
hanya ada satu anak yang diberi kesempatan
untuk menampilkan karyanya.
6 peneliti tidak mengikutsertakan anak dalam Peneliti hendaknya mengikutsertakan anak
memikirkan kesimpulan kegiatan di dalam setiap gerakannya, sehingga aktivitas
penghujung kegiatan belajar mengajar. siswa dapat mencapai tingkat berikutnya.
7 Pemanfaatan kerangka sekolah yang Menampilkan materi dengan pantuan
spesialis gunakan untuk bantuan belum nproyektoir yang ditampilkan dalam bentuk
optimal. rekaman gambar pengajaran.

Setelah dilakukan perbaikan, pada siklus II konsentasiidan hasil belajar anak terlihat
membaik dan memenuhi kaidah ideal. Hasil survei pada siklus II menunjukkan bahwa jumlah
siswa yang memperoleh poin >76 sebanyak 19 siswa (1000%), kemudian persentase siswa yang
memperoleh nilai di atas >70 (KKM) menjelang akhir siklus adalah 19 siswa (1000%), dengan
tujuan agar petunjuk kemajuan yang ideal telah tercapai. Jika dirangkum, data dampak
peningkatan konsentrasi belajar siswa pada prasiklus, siklusI, dan siklus II dapat dilihat pada
Tabell3.

Tabel33. PeningkatannKonsentrasi dannHasil BelajarrSiswa


Persentase (%)
Nilai
Pra Siklus Siklus 1 Siklus II
Angket Konsentrasi Belajar IPA 15,9 42,1 100
Tes Hasil Belajar diiatas KKM (>70) 31,6 68,4 100

Pembahasann
Secara umum, langkah yang dilakukan peneliti berjalan sesuai rencana. Setiap kegiatan
yang telah di lakukan terlaksana baik dan berjalan sesuai harapan, karenaihasil skor konsentrasi
belajar dan skor hasil belajar menunjukkan perubahan yang meningkat. Meningkatnya
konsentrasi belajar dan hasil belajar pada penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pada
siklus 1 dan siklus II masing-masing ada satu kali pertemuan.
Secara kuantitatif, fokus peserta didik dan hasil belajar mengalami kenaikan setelah
siklus1. Pada prasiklus jumlah siswa yang memperoleh nilai >76 sebanyak 3 anak (15,8%).
Pada siklus I bertambah menjadi 8 anak (42,1%), dan pada siklus II bertambah menjadi 19
peserta didik (1000%). Selanjutnya prestasi belajar yang normal adalah apabila >90% dari
jumlah siswa memperoleh nilai >70 (KKM) yaitu 6 siswa (31,6%). Pada siklus I, jumlah siswa
yang mendapatkan nilai >70 (KKM) yaitu 13 siswa (68,4%), kemudian pada akhir siklus II,
jumlah siswa yang mendapat nilai > 70 (KKM) yaitu 19 siswa (100%). Sehingga pada siklus II
skor yang didapat sudah sampai pada pointer ketercapaian ideal.
Konsentrasi yang diperluas juga terlihat dari peningkatan tindakan belajar pada setiap
siswa yang diberikan. Dalam tindakannSiklus 1, siswa didekati untuk mencoba membuat mind
mapping tentang “Bagian Tubuh Tumbuhan dan Fungsinya”. Pada tindakan ini terlihat
mahasiswa aktif menciptakan imajinasi yang dimilikinya, walaupun jumlah siswa yang
kebingungan dalam mengikuti caramembuat mind maping. Dan situasi ini berlanjut pada siklus
berikutnya. Selain itu, siswa tampaknya berhasil mengajukan pertanyaan ketika mereka
memiliki sesuatu yang tidak mereka ketahui sama sekali. Dari penjelasan tersebut terlihat
bahwa tindakan pelajar dalam memajukan sangat mempengaruhi tingkat konsentrasi pelajar.
Pada siklus II siswa dapat menyelesaikan soal perencanaan pikiran tentang“Bagian
Tubuh Tumbuhan dan Fungsinya” dengan lebih mudah dibandingkan pada siklus I. Metodei
mindimapping bermanfaat dalam membantu peserta didik untuk lebih mengembangkan
konsentrasi dan hasil belajar peserta didik. Faktor pencegah yang dialami pada siklus I telah
diubah. Contohnya ada hambatan ketika siswa masih bingung dalam membuat mind map,
sehingga peneliti memberikan jawaban untuk kontrol secara individu berkeliling selama
metode membuat panduan pikiran, dan membantu siswa yang mengalami permasalahan
mengkomunikasikan idenya. Selain itu, analis juga menambahkan model struktur mind
mapping pada lembar kerja masing-masing siswa.
Pada refleksi akhir peneliti terhadap ilustrasi tersebut, Siswa mengakui bahwa mereka
senang mengikuti latihan Bersama menggunakan metode mind mapping, karena akibat dari
siswa memperhatikan pembicaraan, namun juga dengan mudah belajar menguasai materi,
mengemukakan gagasan utama dan membuat gambar mereka sendiri tanpa hambatan. Dari
refleksi ini juga disadari jika memulai teknik mind mapping siswa mempelajari teori untuk
melatih kapasitas mental, bagaimanapun di sisi lain terlibat secara emosional dan motorik
dengan berpartisipasi dinamis dalam gerakan yang dilakukan. Siswa dapat membuat peta
pikiran dengan manifestasinya sendiri. Peta otak yang dibuatnya juga terlihat cocok untuk siswa
karena berisi gambar, gambar, sistesis dan ragam yang menarik untuk disimak sehingga siswa
terlihat senang dan tidak merasa lelah atau letih. Selain itu, dengan mind map ini, lingkungan
ruang belajar menjadi menyenangkan dan bermanfaat.
Penjelasan diatas menerangkan jika strategi perencanaan otak juga dapat
mengembangkan konsentrasi dan hasil belajar siswa kelas 4 SD cukup memuaskan.
Memperluas konsentrasi dan hasil pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi
perencanaan otak hendaknya dapat dilakukan melalui perubahan aktivitas, yaitu:
menyampaikan materi dengan bantuan media mindimap, memperjelas beberapa permasalahan
yang mendesak dan menjawab materi dengan mengikutsertakan siswa secara efektif, membuat
peta pikiran yang di ikuti oleh peneliti. , memperkenalkan efek peta pikiran siswa dengan
memilihnya secara sembarangan. tidak teratur, dan pertimbangkan untuk maju dengan
melibatkan siswa menjelang akhir pembelajaran.

SIMPULANiDAN SARANi
Simpulani
Melihat dampak yang ditimbulkan dari pemeriksaan informasi percakapan, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari eksplorasi ini adalah penggunaan metode mindimapping
dapat bekerja terhadap fokus dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD. Memperluas konsentrasi
dan hasil belajar sains dengan menggunakan strategi perencanaan jiwa hendaknya dapat
dilakukan melalui perubahan dalam kehidupan nyata, yaitu: menyampaikan materi dengan
menggunakan teknik perencanaan otak yang diubah, menanyakan dan mencatat materi dengan
mengikutsertakan siswa secara efektif, membuat peta pikiran yang di dampingi oleh peneliti,
memperkenalkan konsekuensi mindimapping siswa dengan memilihnya secara sembarangan,
dan mempertimbangkan untuk melanjutkan dengan menyertakan siswa di akhir ilustrasi
Konsentrasi pembelajaran sains siswa telah meluas ke ukuran "tinggi". Pada pra siklus,
jumlah siswa yang memperoleh nilai konsentrasi belajar >76 dari total 3 siswa (15,8%). Saat
siklus 1 bertambah menjadi 8 peserta didik (42,1%), dan pada siklus II bertambah menjadi 19
peserta didik (1000%). Sedangkan informasi hasil belajar pada prasiklus adalah banyaknya
siswa yang memperoleh nilai >70 (KKM) dari seluruh jumlah siswa, yaitu 6 siswa (31,6%).
Pada siklus 1 bertambah menjadi 13 peserta didik (68,4%), kemudian pada akhir siklus II
bertambah menjadi 19 peserta didik (1000%).

DAFTAR PUSTAKA
Buzan, T. (2007). Buku Pintar Mind Mapping. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Chyquitita, T., Winardi, Y., & Hidayat, D. (2018). Pengaruh brain gym terhadap konsentrasi
belajar siswa kelas XI IPA dalam pembelajaran matematika di SMA XYZ Tangerang.
Journal of Language, Literature, Culture, and Education, 14(1), 13.
Khairinal, K., Suratno, S., & Aftiani, R. Y. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran E-Book
Berbasis Flip Pdf Professional Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Dan Minat
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Iis 1 SMA Negeri 2 Kota
Sungai Penuh. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 2(1), 458–470.
Kurnia, H. S., & Dwikurnaningsih, Y. (2019). Penerapan Model TTW Berbasis Saintifik untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Tema Kebersamaan pada Siswa Kelas II SDN
Kutowinangun 11. Jurnal Basicedu, 3(1), 250 –256
Nasr, M., Bagheri, M. S., Sadighi, F., & Rassaei, E. (2018). Iranian EFL teachers’ perceptions
of assessment for learning regarding monitoring and scaffolding practices as a function
of their demographics. Cogent Education, 5(1), 1558916.
Sati, L., & Sunarti, V. (2021). Hubungan Konsentrasi Belajar Dengan Hasil Belajar Peserta
Didik Di Lkp Hazika Education Center. Spektrum: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah
(Pls), 9(4)
Sujati, H (2000). Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta: UNY.
Zulhaqqi,R. (2013). Mengasah Konsentrasi. Diakses dari http://health.detik.com/read/2013/09
/06/124439/2351140/1528/anaktak-bisa-diam-dan-sulit-konsentrasi-di-kelas-apa-
solusinya. Pada tanggal 18 November 2023.

Anda mungkin juga menyukai