Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK

MENINGKATKKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DI


TANGGULANGIN

THE EFFECT OF THE APPLICATION OF THE MIND MAPPING LEARNING MODEL TO


IMPROVE THE CRITICAL THINKING ABILITY OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN
TANGGULANGIN

Abstract: Kemampuan berfikir kritis merupakan hal yang penting yang harus dimiliki siswa
terutama menghadapi tantangan era 4.0. Pada kenyataannya, para Siswa Sekolah Dasar di
Tanggulangin belum memiliki kemampuan berfikir kritis dalam menjawab setiap pertanyaan
esai dalam soal. Kebanyakan siswa menjawab soal esai tanpa bisa mendeskripsikan secara
detail. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis bagaimana penerapan dan hasil
dari model pembelajaran mind mapping untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Objek
penelitiannya adalah siswa kelas V Sekolah Dasar di Tanggulangin. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan : (1)
Penerapan model pembelajaran mind mapping untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dilakukan dengan 4 tahap dengan Menyusun rancangan Tindakan, penerapan model
pembelajaran mind mapping, pengamatan terhadap hasil yang diperoleh dari penerapan model
mind maping dan evaluasi. (2) Hasil dari penerapan model pembelajaran mind mapping
menunjukkan presentase kemampuan berpikir kritis siswa dengan media mind mapping
mengalami peningkatan siklus 1 ke siklus 2 sejumlah 24,15 %. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat dilakukan dengan jumlah responden yang lebih banyak dan beragam, tidak
hanya sebatas siswa Sekolah Dasar.

Abstract : The ability to think critically is an important thing that students must have, especially facing
the challenges of the 4.0 era. In reality, elementary school students in Tanggulangin cannot yet think
critically in answering every essay question. Most students answer essay questions without being able to
describe them in detail. This study was conducted to analyze how the application and results of the mind
mapping learning model improve students' critical thinking skills. The research method used is the class
action research method. The object of his research was a grade V student of the Elementary School in
Tanggulangin. The techniques used in this study are observation and test techniques. The results showed:
(1) The application of the mind mapping learning model to improve students' critical thinking skills was
carried out in 4 stages compiling an Action design, applying a mind mapping learning model, observing
the results obtained from the application of the mind mapping model and evaluation. (2) The results of the
mind mapping learning model show that the percentage of students' critical thinking ability with mind
mapping media has increased from cycle 1 to cycle two by 24.15%. Further research is expected to be
carried out with a more extensive and more diverse number of respondents, not only limited to
elementary school students.

Keywords: Pembelajaran Tematik, Mind Mapping, Metode Pembelajaran, Kemampuan Berpikir


Kritis
Thematic Learning, Mind Mapping Learning Methodsm Critical Thinking Ability
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia karena tujuan dari
Pendidikan adalah mengembangkan potensi manusia agar lebih berkualitas dari segi
intelektualitas maupun ahlak. (Syafrial Davi & Susilo, 2017). Manusia membutuhkan sarana
interaksi yang dapat diperoleh melalui pendidikan. Jika berbicara perihal Pendidikan maka
akan erat kaitannya dengan Lembaga niralaba yang menjalankannya, yaitu sekolah (Khasanah,
2015). Pendidikan yang dilakukan oleh sekolah pada dasarnya berjenjang dimulai dari
Pendidikan dasar hingga Pendidikan tinggi. Jenjang tersebut menghendaki kelompok-
kelompok tertentu dalam ruang kelas yang dipimpin oleh guru untuk proses belajar mengajar
(Kurniawan, 2015).
Pendidikan dasar adalah komponen penting dari sistem Pendidikan. Merujuk pada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pendidikan dasar meliputi SD/MI, SMP/MTS, atau bentuk lain yang sederajat.
Sedangkan Sekolah Dasar adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program
pendidikan enam tahun bagi anak usia 6 sampai 12 tahun (Suharjo, 2006). Usia 6-10 tahun
disebut sebagai juga masa sekolah dasar, yaitu masa matang untuk belajar atau sekolah.
Pada masa ini anak-anak lebih mudah diarahkan, diberi tugas yang harus
diselesaikan, dan cenderung mudah untuk belajar berbagai kebiasaan seperti makan,
tidur, bangun, dan belajar pada waktu dan tempatnya dibandingkan dengan masa pra
sekolah (Kurniawan, 2015).
Penyelenggaraan sekolah dasar bertujuan menumbuhkan sikap dan kemampuan anak,
membekali anak dengan pengetahuan dasar dan keterampilan yang dibutuhkan dalam
kehidupan sosial. Selanjutnya, pendidikan dasar dirancang untuk mempersiapkan siswa
memasuki sekolah menengah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) , Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Budaya dan Seni, dan
Bahasa Daerah, merupakan bagian dari pendidikan dasar. Pendidikan dasar mengonsepkan
pembelajaran dalam kurikulum saat ini dengan menggabungkan isi mata pelajaran dari
beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan kemudian mengemasnya ke dalam bentuk
topik, yang saat ini disebut sebagai kurikulum 2013.
Sejatinya, saat menempuh Pendidikan Dasar siswa perlu dilatih mengenai berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup kedepannya,
khususnya saat menjalani era 4.0. Menurut Robert Ennis dalam Alec Fisher (2008:4) dalam
(Rachmadtullah, 2015), berpikir kritis adalah “Critical thinking is thinking that makes sense and
focused reflection to decide what should be believed or done” artinya berfikir dnegan masuk akal dan
berfokus untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan. Kemampuan berpikir kritis
harus dipupuk sejak dini agar siswa terbiasa dengan pola berpikir kritis dan kreatif.
Keterampilan berpikir kritis tidak serta merta didapatkan begitu saja, prosesnya perlu dilatih.
Proses dilatih tersebut dapat diartikan proses mengasah, mengkomunikasian ide dan gagasan
yang timbul (Suci et al., 2019).
Pada kenyataannya, guru belum menanamkan kemampuan berpikir kritis pada siswa,
maka banyak siswa yang belum mengasah kemampuan berpikir kritisnya. Fenomena
rendahnya kemampuan berpikir kritis peneliti temukan pada siswa kelas V di SDN Kalitengah
II dimana para siswa masih belum mampu menalar dan menganalisis setiap permasalahan.
Siswa mengalami kesulitan dalam pengulasan materi karena siswa dominan menggunakan
penjelasan yang sama seperti catatan yang diberikan oleh gurunya. Tidak hanya itu, siswa juga
sulit mengaitkan suatu konsep dengan topik materi yang sedang diberikan guru disaat
pembelajaran. siswa yang kurang berpikir kritis di SDN Kalitengah II sebesar 75%.
Pernyataan diatas terbukti dengan hasil jawaban siswa pada saat mengerjakan ujian di
sekolah. Hampir semua pertanyaan esai dijawab dengan penjelasan yang singkat tanpa di
deskripsikan dengan maksimal. Hal itu disebabkan karena para siswa terbiasa mengulas
pembahasan materi dengan kalimat yang sama seperti apa yang dijelaskan oleh gurunya dan

2
kesulitan mengaitkan konsep pada setiap materi pembelajaran. Dalam hal ini Guru dapat
mencoba menggunakan model/ strategi pembelajaran beragam dan inovatif guna menanamkan
kemampuan berpikir kritis pada siswa sekolah dasar agar lebih tertarik dan berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran.
Model pembelajaran itu sendiri merupakan hal yang penting dalam proses belajar dan
mengajar mengingat hal tersebut dapat mengantarkan proses pembelajaran menjadi lebih
mudah dipahami oleh peserta didik. Model pembelajaran merupakan penentu keberhasilan
suatu proses belajar, dan dapat juga menjadi pertimbangan jika ingin meingkatkan kualitas
pembelajaran. Menurut Winaputra dalam (Thamrin Tayeb, 2017) model itu sendiri merupakan
kerangka konseptual yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan sedangkan
pembelajaran merupakan suatu interaksi antara guru dengan peserta diduk baik secara tatap
muka maupun tidak langsung tatap muka.
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, juga berfungsi sebagai acuan para penyusun konsep pembelajaran dan pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas (Thamrin Tayeb, 2017). Selain itu, Metode/model
pembelajaran merupakan suatu bentuk desain pembelajaran yang menunjukkan terjadinya
proses pembelajaran, dengan kata lain diartikan sebagai cara yang digunakan pendidik dalam
membelajarkan peserta didik. Manfaat penggunaan model pembelajaran dapat memotisivasi,
memudahkan pemahaman dan meningkatkan perhatian peserta didik (Halik, 2019).
Hal yang peneliti lakukan pada penelitian ini yakni menerapkan strategi model
pembelajaran guna memberikan peningkatan berpikir kritis dengan menerapkan Mind
Mapping. Mind mapping menurut (Tony Buzan, 2004) adalah cara mencatat yang kreatif dan
efektif, mampu “memetakan” pikiran kita, kemudian dengan mudah memasukkan dan
mengekstrak informasi dari otak.. Maka dapat disebutkan bahwa metode Mind Mapping adalah
sebuah metode pembelajaran kreatif agar siswa dilatih dalam mengidentifikasi ide-ide penting
dari setiap materi, dimana ide-ide penting tersebut dihubungkan satu sama lainnya dalam
bentuk bagan-bagan yang isinya diberi gambar, simbol, kata-kata yang diberi warna sehingga
bagan tersebut berisi konsep-konsep dari satu materi suatu pokok bahasan.
Penulis mencoba menelusuri penelitian sebelumnya, kemudian didapat penelitian yang
dilakukan oleh (Dewi Tri Windia, 2020)berjudul “Pengaruh Penerapan Model Analytical Mind
Mapping Dalam Pembelajaran Topik Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di SD Negeri
02 Petungsewu Wagir Malang V” yang berkaitan dengan penelitian ini. Persamaan penelitian
Dewi Tri Windia dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran
mind map untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran topik.
Bedanya, penelitian Dewi Tri Windia berfokus pada pembahasan topik secara menyeluruh,
sedangkan penelitian ini berfokus pada topik 5, subtopik 1, pembelajaran 1 yang hanya
mencakup IPA dan mata pelajaran bahasa Indonesia.
Selain itu, (Wyn Listyawati et al., n.d.) melakukan penelitian lain berjudul “Pengaruh
Model Quantum Learning Assisted Mind Map Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD
Lima Dalam Pembelajaran IPA”. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh ni
Wyn Listyawati lebih mengutamakan pada model pembelajaran kuantum untuk peningkatan
kamampuan berpikir kritis, Mind Mapping hanya digunakan sebagai pihak kedua. Sedangkan
pada penelitian ini, Mind Mapping digunakan sebagai pihak pertama untuk peningkatan
kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran IPA SD.
Penelitian ini memiliki sumbangsih terhadap peningkatan kemampuan berfikir kritis
siswa dengan menerapkan metode belajar mind mapping. Penelitian ini menggambarkan
model Mind Mapping dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kuantum dengan
Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V di kelas IPA.
Model ini memiliki dampak yang unik dan kuat terhadap kemampuan berpikir kritis siswa

3
Kemampuan berfikir kritis merupakan hal yang penting yang harus dimiliki siswa
terutama menghadapi tantangan era 4.0. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti akan
berupaya untuk membahas bagaimana penerapan model pembelajaran mind mapping untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis Siswa Kelas V di SDN Kalitengah II Tanggulangin.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan oleh siswa Kelas V SDN Kalitengah II Tanggulangin untuk pembelajaran
mata pelajaran pada lima subtema, satu komponen pembelajaran, dan satu komponen ekosistem
penelitian tindakan kelas (PTK), yakni sistematis mencerminkan beragam tindakan guru untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran di kelas, menurut Subyantoro (2009:10). PTK bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pengajaran guru. Suharsimi Arikunto (Suharsimi Arikunto et al., 2006)
mendefinisikan PTK sebagai pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang sengaja diajukan dalam
bentuk tindakan dan terjadi secara simultan di dalam kelas. Guru mengarahkan tindakan, yang kemudian
dilakukan oleh siswa di bawah pengawasan guru.
Tujuan PTK adalah meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Tindakan ini dilakukan bersama
guru dan siswa guna meningkatkan kualitas pembelajaran. Peneliti menggunakan jenis penelitian ini
dengan alasan untuk menerapkan strategi yang dapat memberikan dampak peningkatan pada kemampuan
berpikir ktitis siswa di Kelas V SDN Kalitengah II Tanggulangin. Berikut rancangan PTK ini dengan
mengadopsi desain dari Kemmis dan Taggart dalam (Aqib dan Chotibuddin, 2018):

Gambar 1 Desain Penelitian

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Tahap 1, Peneliti menyusun
rancangan tindakan atau perencanaan Perangkat pembelajaran yakni Silabus, RPP, Instrumen
penilaian. Tahap 2, Peneliti melakukan penerapan model pembelajaran Mind Mapping guna
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada tema 6 subtema 2 pembelajaran 1 di
Kelas V SDN Kalitengah II Tanggulangin Sidoarjo. Tahap 3, Peneliti melakukan pengamatan
terhadap hasil yang diperoleh dari penerapan model mind maping. Tahap 4, Peneliti melakukan
refleksi atau evaluasi untuk mengemukakan kembali hal – hal yang perlu diperbaiki

Instrumen penelitian

Instrumen penelitihan merupakan sebuah alat yang digunakan peneliti untuk


mengumpulkan data secara lengkap. Instrumen yang digunakan peneliti antara lain :
1. Instrumen perangkat

4
Instrumen perangkat pembelajaran yang digunakan peneliti ini meliputi Silabus
pembelajaran, RPP, Bahan ajar dan Penilaian.
2. Instrumen Soal
Instrumen soal yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini diperuntukkan sebagai
alat dalam mengumpulkan data untuk mengetahui hasil penerapan media Mind mapping
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas v tema 6 sebutema 2.
Instrumen soal ada 2 jenis tes yakni :
a. Pretest
Tes yang digunakan untuk mengetahui kondisi awal siswa dalam
pembelajaran menggunakan mind mapping, tes ini dilakukan sebelum siswa
mendapatkan pembelajaran mind mapping.
b. Postest
Test yang diberikan pada siswa setelah mendapatkan pembelajaran mind
mapping. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir kritis yang dialami siswa setelah diterapkan model
pembelajaran mind mapping.

Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan pada berbagai tahapan, ialah :


1. Observasi
Observasi dilakukan terhadap anak dan guru, tahap ini dilakukan oleh peneliti kepada
siswa, observasi dilakukan untuk mengenali, dan mengumpulkan data dari setiap
indikator selama proses belajar berlangsung. Fungsi dari observasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana proses dari siswa yang akan ditelit.
2. Tes
Tes adalah prosedur guna mendapat informasi valid dan tepat waktu mengenai
seseorang dengan menggunakan alat atau prosedur yang sistematis dan objektif
(Suharsimi Arikunto et al., 2006). Tujuan dari tes ini adalah untuk menilai kemampuan
berpikir kritis siswa saat mereka menjawab pertanyaan. Tes ini juga digunakan untuk
menilai sejauh mana proses berpikir kritis siswa telah berkembang.

Analisis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa hasil pengisian lembar
observasi peningkatan kemampuan berpikir kritis sisswa kelas V. Analisis data kualitatif
digunakan untuk menganalisis data hasil wawancara dan observasi. Sedangkan analisis data
kuantitatif digunakan untuk menganalisis skor hasil lembar observasi. Untuk mengetahui hasil
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah penerapan model pembelajaran Mind
Mapping, maka peneliti menggunakan rumus:

1. Penilaian Rata-Rata Lembar Observasi Seluruh Siswa


Rumus yang digunakan untuk mengetahui hasil nilai rata-rata lembar observasi
kemampuan berpikir kritis siswa untuk seluruh kelas V yakni sebagai berikut :
Nilai rata-rata =

2. Kategori Peningkatan Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa


Tabel untuk mengetahui kategori sebagai tolak ukur dalam menentukan peningkatan
berpikit ktitis siswa pada pembelajaran tema 6.

5
Tabel 1 Tabel Persentase Kemampuan Berpikir Kritis

Kategori Rentang Skor


Sangat baik 75,01%-100%
Baik 50,01%-75%
Cukup baik 25,01%-50%
Kurang baik 0,01%-25%

HASIL

Pada tahapan planing (perencanaan) , peneliti menentukan subjek yang akan diteliti
yakni pada siswa kelas V Sekolah Dasar di Tanggulangin sesuai dengan hasil pengamatan
melalui pretest yang disebarkan dan Peneliti mendesain intrumen pembelajaran sesuai dengan
subjek yang ditentukan. Pelaksanaan tindakan (action), siklus 1 dilakukan sesuai dengan
rancangan pembelajaran pada instrumen seperti RPP. Menerapkan sintaks mind mapping yang
sudah dirancang. Ttahapan pembelajaran diawali dengan kegiatan pembuka, kegiatan inti dan
penutup.
Pada kegiatan pembuka siswa berdoa, membuat kelompok dan membaca materi yang
akan dipelajari. Pada kegiatan inti guru memulai pembahasan singkat materi tema 6
perpindahan kalor dan teks eksplanasi. Guru menjelaskan media pembelajaran mind mapping.
Disini, guru Menjelaskan pembuatan dan pengaplikasian media. Kemudian siswa membuat
mind mapping secara berkelompok sesuai dengan materi pembelajaran pada hari itu.
Pembuatan mind mapping menggabungkan pokok pembahasan dengan pembahasan yang
sesuai dengan cara mengelompkkan dalam kotak atau sejinisnya seperti pembuatan peta
konsep. Setelah praktek selesai setiap kelompok diwajibkan mempresentasikan mind mapping
yang telah dibuat.
Setelah tindakan action pada siklus 1 selesai, selanjutnya dilakukan observasi. Hasil
pemberian tindakan siklus 1 masih belum menghasilkan peningkatan sesuai target indikator
keberhasilan. Guru mengkoreksi hasil kerja siswa. Siswa nampak terlihat kebingungan dan
tidak bersungguh-sungguh dalam membuat mind mapping. karena banyak yang mencontoh
hasil temannya jadi banyak juga penjelasan yang tidak sesuai dengan pembahasan pokok. Dari
sini terlihat kemampuan berpikir kritis masih belum meningkat.
Setelah dilakukan observasi, hasil dari siklus I masih belum memenuhi indikator
keberhasilan karena hasil kerja siswa banyak yang tidak sesuai dengan harapan peneliti maka
dari itu harus dilakukan siklus II. Pada siklus II peneliti memberikan tindakan sebagaimana
pada siklus I, dimulai dengan kegiatan pembuka, inti dan penutup. Pada kegiatan inti, Peneliti
melakukan perubahan. Peneliti memberikan penjelasan dan juga memberikan contoh
pembuatan mind mapping secara team per team supaya hasil penelitian siklus II dapat lebih
meningkat dan sesuai indikator keberhasilan.
Pada siklus II penjelasan dan praktek lebih ditekankan. Siswa menggabungkan topik
pembahasan dengan cabang pembahasan yang sesuai. Semua siswa diperhatikan dan dituntut
mandiri agar peningkatan kemampuan berpikir kritis bisa menyeluruh. Tiap anggota kelompok
harus ikut serta membuat di portofolio yang sudah dibagikan. Setelah itu akan dilakukan
presentasi hasil karya mind mapping tersebut di depan kelas. Proses ini menjadikan siswa
membiasakan berpikir kritis disetiap pembelajaran tidak hanya mengandalkan bacaan yang
ada di buku tema saja. Setelah direfleksi terlihat Pada siklus II terjadi peningkatan sesuai
dengan indikator keberhasilan.
Hasil penelitian mengacu pada tahapan penelitian pada siklus 1 dan siklus 2. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatan pada siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1, nilai rata-rata
sebesar 71.25 (tergolong kategori kurang baik) dan nilai rata-rata pada siklus 2 sebesar 95,4
(tergolong kategori sangat baik) . Hal tersebut membuktikan adanya peningkatan berpikir kritis
siswa kelas V SDN Kalitengah II dengan menerapkan model pembelajaran Mind Mapping

6
dengan kenaikan angka sebesar 24.15 . Pada table tergambar rekapitulasi perolehan nilai dari
penerapan model pembelajaran Mind Mapping.
Tabel 2 Data Nilai Siklus 1 dan Siklus 2

Siklus 1 Siklus 2
Rata-Rata Nilai Siswa 71.25 95.4

Selanjutnya, penulis melakukan uji normalitas data merujuk kepada hasil data table
diatas. Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada table dibawah ini

Tabel 3 Tests Of Normality

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Kategori Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kemampuan Siklus Siklus 1 .323 24 .240 .777 24 .124


Berpikir Kritis
Siklus 2 .269 24 .152 .752 24 .089

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan nilai signifikan pada tabel 4 tes normalitas dapat diketahui bahwa nilai
signifikan > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data Siklus 1 dan Siklus 2 terdistribusi
normal. Selanjutnya dilakukan uji paired sample t-test untuk melihat apakah ada perbedaan
rata-rata antara siklus 1 dan siklus 2. Hasil uji test tersebut dapat dilihat pada table dibawah

Tabel 4 Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Siklus - Siklus 1 dan 9.39583


2.94603 .42522 93.10290 94.81377 220.963 47 .000
Siklus 2 E1

Berdasarkan tabel output spss di atas, diperoleh nilai sig. value 0,000 < 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai berpikir kritis pada siklus 1 dan
siklus 2 atau penerapan penerapan mind mapping berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa kelas V SDN Kalitengah II Tanggulangin. Gambar 1. adalah grafik hasil nilai
penerapan mind mapping siswa pada Siklus 1, dan Siklus 2.

7
Gambar 2 Grafik Hasil Nilai Penerapan Mind Mapping Siswa Pada Siklus 1 dan Siklus 2

Persentase
2.500

2.000

1.500

Persentase
1.000

500

0
Siklus 1 Siklus 2

Perbandingan kemampuan berpikir kritis siswa dengan media mind mapping pada
meteri tema 6 subtema 2 tentang perpindahan kalor dan teks eksplanasi terjadi perbandingan
pada siklus 1 dan siklus 2. Peningkatan cukup signifikan dan melebihi indikator keberhasilan
yang ditetapkan sebelum penelitian, yakni sebesar 80%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
Penerapan Mind Mapping mampu menigkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN
Kalitengah II Tanggulangin.

PEMBAHASAN

Sebagaimana diketahui, kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan oleh siswa.


Berpikir kritis menurut (Angelo, 1995) adalah serangkaian tahapan yang mengarah pada suatu
tujuan. Ketika semua keterampilan ini digunakan secara efektif dan tepat, maka perlu
dikembangkan guna memecahkan masalah, menarik kesimpulan, dan membuat keputusan.
Costa dalam (Liliasari, 2005) mengkategorikan berpikir kritis menjadi empat kategori:
pemecahan masalah, menetapkan keputusan, berpikir kritis, dan kreatif. Kehidupan sehari-hari
orang sangat bergantung pada pemikiran kritis dikarenakan untuk memecahkan masalah
rasionalitas dan membuat keputusan terbaik dalam waktu singkat, diperlukan pemikiran kritis.
Ada banyak teori terkait indikator berpikir kritis, sebagaimana (Fatmawati & Magister
Pendidikan Matematika, 2014) yang membagi indikator aktivitas berpikir kritis menjadi lima
aktivitas utama; namun pada praktiknya, satu kegiatan atau hanya beberapa indikator dapat
dipisahkan: Memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, penarikan
kesimpulan, memberikan penjelasan lebih lanjut dan mengatur strategi dan taktik
Mind Mapping adalah jenis alat pembelajaran dalam membantu siswa meningkatkan
keterampilan berpikir kritis mereka. Mind Mapping juga dikenal sebagai peta pikiran. Peta
pikiran menurut Hujodo dalam (Sholahudin et al., 2021) adalah hubungan antara konsep-
konsep tematik yang direpresentasikan dalam jaringan konseptual, dimulai dari inti masalah
dan berlanjut ke bagian-bagian pendukung yang saling berhubungan, dalam rangka
membentuk dan menghasilkan pengetahuan, membantu dalam pemahaman topik
pembelajaran Karena dilakukan dengan memetakan pikiran kita, pemetaan pikiran dapat
digambarkan sebagai metode mencatat yang efektif, efisien, kreatif, menarik, sederhana, dan
efisien.
Mind mapping menurut (Tony Buzan, 2004) adalah cara mencatat yang kreatif dan
efektif, mampu “memetakan” pikiran kita, kemudian dengan mudah memasukkan dan

8
mengekstrak informasi dari otak. Maka dapat disebutkan bahwa metode Mind Mapping adalah
sebuah metode pembelajaran kreatif agar siswa dilatih dalam mengidentifikasi ide-ide penting
dari setiap materi, dimana ide-ide penting tersebut dihubungkan satu sama lainnya dalam
bentuk bagan-bagan yang isinya diberi gambar, simbol, kata-kata yang diberi warna sehingga
bagan tersebut berisi konsep-konsep dari satu materi suatu pokok bahasan.
Mind Mapping sebagai teknik yang mengajarkan siswa dari inti masalah hingga
hubungan pendukung, hubungan antar konsep tema, dan sejenisnya. mind mapping diterapkan
pada strategi guna memberikan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. pedoman
berpikir Karena dikonseptualisasikan, grafik catatan teknologi atau indikator menulis,
memberikan pengetahuan atau penjabaran sederhana, membentuk keterampilan dasar,
meringkas dan membuat penjelasan secara efektif, efisien, kreatif, menarik, dan mudah. Untuk
menyelesaikannya, pikirkan atau petakan.

Berdasarkan data yang sudah disajikan, ada peningkatan nilai rata-rata pada siklus 1
dan siklus 2. Keberhasilan meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas V SDN
Kalitengah II Tanggulangin Sidoarjo tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran mind
mapping. Dalam melakukan penerapan model pembelajaran mind mapping, sudah disebutkan
diatas bahwa ada 4 tahapan yang dilakukan. Dikarenakan pada siklus 1 belum mencapai
indicator keberhasilan, maka penerapan model pembelajaran mind mapping dilanjutkan pada
siklus 2. Setelahnya, terlihat peningkatan nilai rata-rata pada siklus 1 dan 2. Model
Pembelajaran Mind Mapping dapat dikatakan efisien karena dapat mempersingkat waktu untuk
mempelajari informasi. Hal ini disebabkan kemampuan model untuk menyajikan gambaran
lengkap peristiwa dalam waktu singkat sehingga dapat membantu belajar lebih cepat dengan
beralih ke mode pencatatan yang lebih efisien dan mudah dipahami. Siswa dapat
menggunakan dalam membantu mereka memahami suatu konsep atau materi siswa secara
umum. Ketika mereka membuat Mind Mapping, mereka "dipaksa" untuk mengasosiasikan
konsep baru dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki.

Model pembelajaran Mind Mapping, menurut Michalko dalam bukunya (Tony Buzan,
2004), dapat digunakan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, Setiap model
pembelajaran atau teknologi memiliki manfaat tersendiri. Menggunakan model mind map
memberi peningkatan daya ingat, serta lebih kreatif. Kekurangan model pembelajaran mind
mapping menurut (agustina & vina, 2013) adalah sebagai berikut: Hanya siswa aktif yang
terlibat dan Siswa tidak sepenuhnya belajar. Berdasarkan argumentasi di atas, dapat
disimpulkan bahwa kurangnya model pembelajaran mind mapping disebabkan hanya siswa
yang semangat belajar saja yang mengikuti, dan tidak semua siswa antusias. Akibatnya,
beberapa siswa merasa sulit untuk mengikuti model pembelajaran mind mapping di kelas.

KESIMPULAN

Meski penerapan model pembelajaran mind mapping memberi dampak positif


terhadap peningkatan kemampuan berfikir siswa, namun penelitian ini memiliki keterbatasan.
Penelitian ini dilakukan hanya kepada responden terbatas yakni siswa Sekolah Dasar dalam
satu sekolah dan satu kelas dengan penerapan kurikulum 2013. Kedepannya, penulis berharap
penelitian selanjutnya dapay dimodifikasi dalam penerepan model mind mapping untuk
peningkatan berpikir kritis siswa dengan cara yang modern sesuai dengan kurikulum yang ada
selanjutnya.

Penerapan model pembelajaran mind mapping untuk meningkatkan kemampuan


berpikir kritis siswa kelas V di SDN Kalitengah II Tanggulangin dilakukan dengan 4 tahap

9
dengan Menyusun rancangan Tindakan, penerapan model pembelajaran mind mapping,
pengamatan terhadap hasil yang diperoleh dari penerapan model mind maping dan evaluasi.

Hasil dari penerapan model pembelajaran mind mapping menunjukkan rata-rata


kemampuan berpikir kritis siswa meningkat. Peningkatan presentase kemampuan berpikir
kritis siswa dengan media mind mapping mengalami peningkatan siklus 1 ke siklus 2 sejumlah
24,15 %. Meski dapat dikatakan efektif karena banyak manfaat yang didapat dari model
pembelajaran tersebut, penerapan model pembelajaran mind maping masih terdapat
kekurangan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, & Vina. (2013). Penerapan Mind Mapping Dalam Pembelajaran IPA Pada Materi Daur
Daur Air Untuk Meningkatkan Kemampuan Kreatif Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa
kelas V SDN Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012/2013.
UPI.
Angelo, T. A. & C. P. (1995). Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College Teachers
(2nd ed.).
Dewi Tri Windia. (2020). Analisis Penerapan Model mind mapping dalam Pembelajaran Tematik
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri 02 Petungsewu Wagir Malang.
https://conference.unikama.ac.id/artikel/
Fatmawati, H., & Magister Pendidikan Matematika, P. (2014). ANALISIS BERPIKIR KRITIS
SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN POLYA
PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN KUADRAT (Penelitian pada Siswa Kelas X SMK
Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014). 2(9), 899–910.
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Halik, A. (2019). Penerapan Metode Pembelajaran Tematik pada Peserta Didik Tuna Grahita di Sekolah
Luar Biasa (SlB)-ABCD Muhammadiyah Palu Kelurahan Lere Kecamatan Palu Barat Application
of Thematic Learning Methods for Mentally Impaired Students in Special Schools (SLB)-ABCD
Muhammadiyah Palu, Lere Village, West Palu District.
https://doi.org/https://doi.org/10.31934/jurnal%20iqra.v14i1.1555
Khasanah, A. (2015). PEMASARAN JASA PENDIDIKAN SEBAGAI STRATEGI
PENINGKATAN MUTU DI SD ALAM BATURRADEN. El-Tarbawi, 8(2), 161–176.
https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol8.iss2.art4
Kurniawan, M. I. (2015). Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak
Sekolah Dasar. Pedagogia : Jurnal Pendidikan, 4(1), 41–49.
https://doi.org/10.21070/pedagogia.v4i1.71
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui Pendidikan sains
(Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA).
Nuri, A. R. U., Sajidan, S., Oetomo, D., Prasetyanti, N. M., & Parmin, P. (2019). Improving
Indonesian Senior High School Students’ Critical Thinking Skill through Science
Integrated Learning (SIL) Model. Tadris: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah, 4(2), 145–158.
https://doi.org/10.24042/tadris.v4i2.3144
Rachmadtullah, R. (2015). KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KONSEP DIRI DENGAN
HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS V SEKOLAH
DASAR. Jurnal Pendidikan Dasar, 6(2), 287. https://doi.org/10.21009/JPD.062.10
Sholahudin, M. S., Putra, D. A., Setiawan, F., Universitas, ), & Surabaya, M. (2021). Inventa :
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar META ANALISIS MENGGUNAKAN METODE MIND
MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Issue 1).
http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jurnal_inventa

10
Suci, D. W., Firman, F., & Neviyarni, N. (2019). Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Melalui Pendekatan Realistik di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 3(4), 2042–2049.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v3i4.229
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, & Supardi. (2006). Penelitian tindakan kelas. Bumi Aksara.
Syafrial Davi, F., & Susilo, H. (2017). PENERAPAN MODEL BRAIN BASED LEARNING
DENGAN MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DI SDN PENANGGUNGAN MALANG.
http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/sntepnpdas/article/view/872
Thamrin Tayeb. (2017). ANALISIS DAN MANFAAT MODEL PEMBELAJARAN ANALYSIS
AND BENEFITS OF LEARNING MODELS. 4(2), 2407–2451.
https://doi.org/10.24252/auladuna.v4i2a5.2017
Tony Buzan. (2004). Mind map untuk meningkatkan kreativitas. Gramedia Pustaka Utama.
Wyn Listyawati, N., Suarjana, M., Nym Sudana, D., & Pendidikan Guru Sekolah Dasar, J. (n.d.).
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM BERBANTUAN PETA PIKIRAN
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
KELAS V SD.

11

Anda mungkin juga menyukai