Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan
sehari-hari, karena pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan manusia
agar mempunyai pemikiran yang matang yang diimbangi dengan berbudi pekerti
luhur. Menurut Afandi, M (2013: 58) fungsi dari pendidikan yaitu untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
masyarakat Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional. Berdasarkan
tujuan tersebut diharapkan dengan adanya pendidikan mampu menjadi sarana
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki agar dapat menjadi masyarakat
yang unggul dan berbudi pekerti luhur dan mampu bersaing sesuai dengan
potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik serta
agar tujuan nasional dapat tercapai dengan baik.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, tidak terlepas dari proses
pembelajaran. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan antara siswa
dengan guru, peserta didik dengan temannya ataupun peserta didik dengan
lingkungannya. Menurut Hamalik (Susanto: 2013: 4) menegaskan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui
interaksi dengan lingkungannya. Sehingga dapat berpengaruh pada perilaku
dalam kehidupan nyata dalam proses pembelajaran peserta didik harus bisa
menemukan sendiri dalam lingkungannya sehingga peserta didik di beri
kesempatan untuk mengeksplor pemahamannya. Sepertihalnya teori yang
dikemukakan oleh Ausubel yang dikenal sebagai teori belajar bermakna dimana
pelajaran yang diajarkan harus cocok dengan kemempuan peserta didik dan
harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa.
Teori Ausubel seperti halnya teori yang di kemukakan oleh Bruner bahwa
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu aturan dan menilai
contoh- contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Seperti

1
2

halnya teori yang di kemukakan oleh Piaget bahwa tingkat belajar seorang anak
juga bertingkat sesuai dengan usianya, usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun
hingga 12- 13 tahun) menurut Piaget termasuk ke dalam tahap operasional
konkret. Dalam teori ini belajar dipengaruhi oleh lingkungan, yang artinya
belajar juga memerlukan lingkungan untuk menemukan informasi.
Pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peran
yang sangat penting, sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat
menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan dan kepribadian anak.
Matematika adalah pelajaran yang harus dipelajari dari SD sampai dengan
perguruan tinggi. Matematika adalah suatu ilmu yang timbul karena adanya
pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan pelajaran.
Agar peserta didik dapat memahaminya dengan baik, diperlukan konsep
matematika dasar yang diajarkan di SD. Untuk mewujudkan hal tersebut maka
diperlukan alat peraga matematika karena cara berfikir siswa SD masih
berpikir konkret.
Pemahaman konsep dalam suatu pembelajaran tentu sangat penting, juga
sangat berpengaruh pada hasil belajar. Maka dari itu pemahaman konsep adalah
merupakan langkah awal yang harus dicapai dalam pembelajaran, jika peserta
didik sudah paham terhadap suatu materi maka akan memperoleh hasil yang baik.
Menurut Permendikbud No. 21 Tahun 2016 dalam lampiran Permendikbud No.21
Tahun 2016 dinyatakan bahwa Standar Isi dikembangkan untuk menentukan
kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi
lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik, kesesuaian, kecukupan, keluasan,
dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan karakteristik kompetensi beserta
proses pemerolehan kompetensi tersebut.
Dilihat dari kompetensi ketrampilan dan sikap yang ditekankan dari standar isi
ini, maka dapat dilihat bahwa kemapuan pemahaman konsep, berpikir,
berkomunikasi, kreativitas menjadi penekanan utama. Standar isi untuk mata
pelajaran matematika di SD ini merujuk pada pembelajaran matematika Abad
21. Peran guru juga bukan lagi sebagai pengajar tetapi menjadi guru pembelajar
matematika. Dengan ditetapkannya standar isi tersebut tentu saja turut
3

mempengaruhi pembelajaran matematika di kelas. 


Menurut Heruman (2013:1-2) seorang guru hendaknya mempunyai
kemampuan untuk menghubungkan antara dunia anak yang belum dapat berpikir
secara deduktif agar dapat mengerti matematika yang bersifat deduktif. Untuk itu,
konsep-konsep matematika dapat dipahami dengan mudah oleh siswa apabila
bersifat konkret. Pengajaran matematika harus dilakukan secara bertahap.
Pembelajaran matematika harus dimulai dari tahapan konkret. Lalu diarahkan
pada tahapan semi konkret, semi abstrak dan pada akhirnya siswa dapat berpikir
dan memahami matematika secara abstrak.
Menurut Pitadjeng (2016:14) pada saat ini banyak orang yang tidak menyukai
matematika, termasuk anak-anak yang masih duduk dibangku SD-MI. Mereka
menganggap bahwa matematika sulit dipelajari, serta guru kebanyakan tidak
menyenangkan, membosankan, menakutkan, killer, angker dan sebagainya.
Anggapan ini menyebabkan mereka semakin takut untuk belajar matematika.
Sikap ini tentu saja mengakibatkan prestasi belajar matematika mereka menjadi
rendah. Akibat lebih lanjut lagi mereka menjadi semakin tidak suka terhadap
matematika. Karena takut dan tidak suka belajar matematika, maka prestasi
belajar matematika mereka menjadi semakin merosot.
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti bersama kolaborator
ditemukan masalah mengenai pelaksanaan pembelajaran matematika pada peserta
didik kelas V SDN 6 Cibunar Kec. Cibatu Kab. Garut. Hal ini terbukti dengan
ditemukannya beberapa masalah di lapangan, diantaranya adalah 1) rendahnya
hasil belajar matematika yang diperoleh peserta didik pada setiap kelas yang
sebagian besar peserta didiknya belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM); 2) selama ini ada guru dalam menggunakan model pembelajaran yang
mirip dengan sintaks model Think Pair Share (TPS), namun dalam pelaksanaan
diskusi yang dilakukan belum optimal; 3) pembentukan kelompok belajar oleh
guru berdasarkan tempat duduk peserta didik sehingga dalam menciptakan
kelompok belajar kurang heterogen; 4) guru belum menggunakan media belajar
yang dapat menarik peserta didik untuk belajar; 5) peserta didik kurang
mendapatkan penguatan maupun reward dari guru.
Permasalahan tersebut berdampak pada pemahaman konsep peserta didik
4

kelas V SDN 6 Cibunar Kec. Cibatu Kab. Garut pada Ulangan Akhir Semester
(UAS) I pada Tahun Pelajaran 2021/2022 terdapat beberapa masalah terkait
dengan pembelajaran matematika seperti peserta didik hanya hafal rumusnya saja
tanpa memahami konsep sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal matematika yang diberikan guru. Diperkirakan ketuntasan
belajar peserta didik kelas V yang mencapai KKM adalah 60% dan yang belum
mencapai KKM adalah 40% dari jumlah peserta didik 22 peserta didik.

Menurut Djamarah (2010:108) pembelajaran dapat dinyatakan berhasil


apabila 75% atau lebih dari banyaknya peserta didik yang mengikuti proses
belajar mengajar dapat mencapai taraf keberhasilan minimal atau mencapai
KKM yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan, apabila kurang dari 75%
maka harus diadakan remidial. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran yang dilakukan guru kelas V SDN 6 Cibunar Kecamatan
Cibatu Kab. Garut belum berhasil.
Berdasarkan uraian tersebut perlu adanya model pembelajaran yang dapat
memberikan solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih efektif
terhadap hasil belajar pendidikan matematika materi volume bangun ruang kubus
dan balok yaitu model pembelajaran Course Review Horay. Berdasarkan
permasalahan tersebut maka peneliti ingin melihat pengaruh model Course
Review Horay bila dibandingkan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Model
pembelajaran Course Review Horay memungkinkan siswa untuk aktif selama
pembelajaran. karena model pembelajaran Course Review Horay, merupakan
model pembelajaran yang dapat menciptakan kegiatan diskusi siswa akan menjadi
lebih aktif. Model pembelajaran Course Review Horay merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain
itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, serta
membantu peserta didik untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah.
Menurut Shoimin (2014:54) Pembelajaran Course Review Horay merupakan
salah satu pembelajaran kooperatif, yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara
pengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran
ini merupakan suatu pengujian terhadap pemahaman konsep peserta didik
5

menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan
jawabannya.
Menurut Huda (2013:231) Model pembelajaran Course Review Horay
memiliki beberapa kelebihan, antara lain: (1) Strukturnya yang menarik dan
dapat mendorong peserta didik untuk dapat terjun kedalamnya; (2) metode
yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehingga suasana tidak
menegangkan; (3) semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran
berlangsung menyenangkan; (4) skill kerja antar peserta didik yang semakin
terlatih.
Penggunaan model pembelajaran Course Review Horay dapat mendorong
peserta didik untuk ikut aktif dalam belajar matematika. Model pembelajaran ini
merupakan cara belajar mengajar yang lebih menekankan pada pemahaman
materi yang diajarkan guru. Dalam aplikasinya model pembelajaran Course
Review Horay tidak hanya menginginkan siswa untuk belajar di bidang akademik
saja. Pembelajaran dengan model Course Review Horay juga melatih peserta
didik untuk mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya
mempengaruhi prestasi akademik peserta didik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengkaji masalah tersebut
dengan melakukan penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Course Review Horay Terhadap Pemahaman Konsep
Matematika Peserta Didik Kelas V SDN 6 Cibunar Kec. Cibatu Kab. Garut
Tahun Pelajaran 2021/2022.”

B. BATASAN MASALAH
Setelah mengetahui latar belakang masalah, agar masalahnya dapat terkaji dan
terjawab secara mendalam, permasalahanya tidak semuanya diangkat sebagai
variabel penelitian. Adapun batasan masalah yang diteliti adalah :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Course Review Horay.
2. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep matematika
tentang volume bangun ruang kubus dan balok.
3. Penelitian dilakukan pada peserta didik kelas V SDN 6 Cibunar Tahun
Pelajaran 2021/2022.
6

C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang
menggambarkan sesuatu yang ingin dipecahkan atau dicari jawabanya melalui
penelitian (Mu’alimin, 2014:25).Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah,
maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah pengaruh pembelajaran matematika dengan model Course
Review Horay terhadap pemahaman konsep peserta didik di Kelas V SDN 6
Cibunar Kec. Cibatu Kab. Garut Tahun Pelajaran 2021/2022?

D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasar rumusan masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan model Course
Review Horay terhadap pemahaman konsep peserta didik di Kelas V SDN 6
Cibunar Kec. Cibatu Kab. Garut Tahun Pelajaran 2021/2022.

E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun
manfaat praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat
teoritis dan praktis. Secara teoritis, dengan menggunakan model Course
Review Horay terhadap pemahaman peserta didik dapat meningkat, sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau pendukung penelitan
selanjutnya, selain itu dapat menambah kajian tentang hasil penelitian
pembelajaran matematika, kemudian dapat mengembangkan praktik
pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Penerapan model pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat
7

memberikan wawasan dan pengetahuan bagi guru tentang model Course


Review Horay, dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam
mengajar, sehingga dapat meningkatkan profesionalisme dalam proses
pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
b. Bagi Peserta Didik
Penerapan model pembelajaran Course Review Horay diharapkan peserta
didik dapat lebih termotivasi untuk belajar mata pelajaran matematika,
meningkatkan pemahaman konsep peserta didik dan menggali potensi-potensi
peserta didik dalam pembelajaran matematika.
c. Bagi Sekolah
Penerapan model pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan proses pembelajaran
dan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran
matematika pada khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya.
d. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu dapat dijadikan landasan untuk menulis
penelitian selanjutnya. Mengembangkan wawasan mengenai penggunaan
pendekatan atau strategi yang tepat dalam proes pembelajaran. Untuk
mengukur prestasi yang dicapai peserta didik pada pembelajaran matematika
dengan menggunakan model Course Review Horay. Mengetahui pengaruh
model Course Review Horay terhadap pemahaman konsep pembelajaran
matematika pada peserta didik kelas V SDN 6 Cibunar Kec. Cibatu Kab.
Garut Tahun Pelajaran 2021/2022.

F. ANGGAPAN DASAR
Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraiakan di atas, maka anggapan
dasar dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Banyak peserta didik Kelas V SDN 6 Cibunar pada mata pelajaran matematika
yang mendapatkan hasil belajar di bawah KKM.
2. Peserta didik tampak kurang nyaman dalam pembelajaran hal tersebut tampak
dari sikap peserta didik yang ditunjukan sikap jenuh saat pembelajaran,
sehingga mengobrol dan menguap.
8

3. Pembelajaran yang monoton, pembelajaran matematika berpusat pada guru


sebagai pemberi pengetahuan bagi peserta didik, penyampaian materi
pelajaranya dengan metode ceramah dan berorientasi pada buku pelajaran.
G. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan latar belakang, dan rumusan masalah serta cara pemecahan
masalah, sebagaimana diuraiakan di atas, maka hipotesis secara umum
dirumuskan sebagai berikut : ”Model pemebelajaran Course Review Horay dapat
berpengaruh terhadap pemahaman konsep Matematika peserta didik kelas V SDN
6 Cibunar Kec. Cibatu Kab. Garut” Tahun Pelajaran 2021/2022.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY


1. Model Pembelajaran Course Review Horay
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran,
metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam suatu model pembelajaran
ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan oleh guru dan peserta didik,
serta system penunjang yang disyaratkan.Helmiati (2012: 19) menyatakan model
Pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkusan atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, strategi dan tehnik pembelajaran. Berdasarkan beberapa
pendapat di atas, dapat dijelaskan kembali bahwa model pembelajaran adalah
suatu pedoman dan acuan yang dirancang oleh guru untuk menggambarkan
kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

a. Pengertian Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)

Munculnya berbagai masalah dalam setiap proses pembelajaran, telah


mendorong beberapa praktisi pendidikan untuk menciptakan berbagai model
pembelajaran dengan berbagai tipe, salah satu tipe tersebut yaitu Course Review
Horay. Course Review Horay berasal dari bahasa inggris terdiri dari 3 kata
yaitu Course yang berarti arah, tujuan mata kuliah, sajian, kuliah, rangkaian
pelajaran, mata pelajaran. Review berarti tinjauan, resensi, meninjau, ulasan
ulang, sedangkan Horay yaitu berarti hore, kata seru untuk menyatakan rasa
gembira. Jadi Course Review Horay adalah sebuah pembelajaran dengan
memberikan sajian/rangkaian pelajaran lalu memberikan ulasan dengan tinjauan
kembali dan merayakannya dengan berteriak hore.

65
10

Ambarwati (2015:9) menyatakan bahwa metode Course Review Horay juga


merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bersifat
menyenangkan dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkompetisi
secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan
kemampuan berfikir kritis peserta didik, serta membantu peserta didik untuk
mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Motode pembelajaran Course
Review Horay ini juga merupakan suatu metode pembelajaran yang dapat
digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam kelas dengan
lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam metode
pembelajaran Course Review Horay ini, apabila peserta didik dapat menjawab
secara benar maka peserta didik tersebut diwajibkan meneriakkan kata “hore”
ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu
siswa itu sendiri. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Course
Review Horay dinilai memiliki berbagai keunggulan.

Hal ini dikarenakan dengan model pembelajaran Course Review Horay


diharapkan peserta didik lebih semangat dalam belajar karena pembelajarannya
tidak monoton diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan.
Selain itu pembelajarannya menarik dan mendorong peserta didik untuk dapat
terjun langsung ke dalamnya serta melatih kerjasama peserta didik dengan begitu
penyampaian teori tidak akan monoton, sehingga dapat menarik perhatian peserta
didik dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk fokus pada pelajaran
tersebut. Hal ini menyebabkan pemahaman peserta didik menjadi lebih optimal
dan akan berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar peserta didik sehingga
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan.

Ni Wayan Arsani, D.B. K. N. S. Putra, I K, Ardana (2018: 182) menyatakan


model pembelajaran Course Review Horay digunakan untuk memberikan konsep
pemahaman materi yang sulit kepada pesera didik serta dapat digunakan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan peserta didik dalam
memahami materi tersebut. Meiza Nanda Faradita (2017: 190) menyatakan model
pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay juga merupakan suatu model
pembelajaran dengan pengujian pemahaman peserta didik menggunakan soal
dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi
11

nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari
jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “Hore!” atau
menyanyikan yel-yel kelompoknya. Pembelajaran kooperatif tipe Course Review
Horay, merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar
mengajar dengan cara pengelompokan peserta didik ke dalam kelompok-
kelompok kecil.

Dari beberapa pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa model


pembelajaran Course Review Horay adalah suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan pemahaman konsep dari materi yang telah diajarkan oleh guru
dengan mengkombinasikan pembelajaran dengan permainan yaitu berkompetensi
untuk menjawab soal yang diberikan oleh guru dengan jawaban harus benar maka
jika benar harus meriakkan kata “hore” atau yel-yel lainnya.

b. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Course Review Horay

Pelaksanaan model pembelajaran Course Review Horay yang diterapkan


sesuai dengan langkah pembelajaran menurut Uno dan Nurdin (2012: 89) yaitu:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.


2. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi.
3. Memberikan kesempatan peserta didik tanya jawab.
4. Untuk menguji pemahaman, peserta didik disuruh membuat kotak 9/16/25
sesuai kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-
masing peserta didik.

5. Guru membacakan soal secara acak dan peserta didik menulis jawaban di
dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan,
kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda salah (×).

6. Peserta didik yang sudah mendapatkan tanda (√) vertikal, horizontal atau
diagonal harus berteriak Horay! atau yel-yel lainnya.

7. Nilai peserta didik dihitung dari jawaban benar jumlah Horay! yang diperoleh
dan terakhir adalah.

8. Penutup
12

Suprijono (2017: 148) mengemukakan langkah-langkah dalam model


pembelajaran Course Review Horay yaitu:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.


2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
3. Memberikan kesempatan siswa Tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai
dengan kebutuhan dan setiap kotak diisi angka dengan selera masing-masing
siswa.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban didalam kotak
yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi
tanda benar ( ) dan salah diisi tanda silang (𝑋)

6. Siswa yang sudah mendapatkan tanda benar harus berteriak hore…atau yel-yel
lainnya.

7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah hore yang diperoleh.
8. Penutup.
Langkah-langkah model Course Review Horay menurut Miftahul Huda
(2013:230) adalah sebagai berikut.

a. Guru menampilkan kompetensi yang ingin dicapai.


b. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya
jawab.
c. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
d. Untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat kartu atau kotak sesuai
dengan kebutuhan. Kartu atau kotak tersebut kemudian diisi dengan nomor
yang ditentukan guru.

e. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya di dalam
kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.

f. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis di dalam kartu atau kotak,
guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.

g. Bagi pertanyaan yang dijawab dengan benar, siswa memberi tanda check
13

list (√) dan langsung berteriak ‘horee!!’ atau menyanyikan yel-yelnya.

h. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak
‘horee!!’.

i. Guru memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi


atau yang paling sering memperoleh ‘horee!!’

Dari beberapa pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa langkah-


langkah model pembelajaran Course Review Horay ialah sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.


2. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi.
3. Memberikan kesempatan peserta didik tanya jawab.
4. Untuk menguji pemahaman, peserta didik disuruh membuat kotak 9/16/25
sesuai kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-
masing peserta didik.

5. Guru membacakan soal secara acak dan peserta didik menulis jawaban di
dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan,
kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda salah (×).

6. Peserta didik yang sudah mendapatkan tanda (√) vertikal, horizontal atau
diagonal harus berteriak Horay! atau yel-yel lainnya.

7. Nilai peserta didik dihitung dari jawaban benar jumlah Horay! yang diperoleh.
8. Guru memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi
atau yang paling sering memperoleh ‘horee!!’

9. Penutup

c. Kelebihan Model Pembelajaran Course Review Horay

Dalam setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan masing-masing.


Dalam penelitian sebelumnya, Ambarwati (2015:10) menjelaskan bahwa
kelebihan dari model pembelajaran Course Review Horay yaitu:

1. Pembelajaran lebih menarik, dengan menggunakan metode Course Review


Horay peserta didik lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan
14

disampaikan oleh guru karena banyak diselingi dengan games maupun


simulasi lainnya.

2. Mendorong peserta didik untuk dapat terjun ke dalam situasi pembelajaran.


Peserta didik diajak ikut serta dalam melakukan suatu games atau simulasi
yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang berkaitan dengan materi
yang akan disampaikan guru.

3. Pembelajaran tidak menoton karena diselingi dengan hiburan atau games,


dengan begitu peserta didik tidak akan merasa januh yang bisa menjadikan
tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.

4. Peserta didik lebih bersemangat belajar karena suasana belajar lebih


menyenangkan. Kebanyakan dari peserta didik mudah merasakan jenuh
apabila metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh
karena itu, dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran Course
Review Horay mampu membangkitkan semangat belajar tetutama anak
sekolah dasar yang notabene masih ingin bermain-main.

5. Adanya komunikasi dua arah, peserta didik dengan guru akan mampu
berkomunikasi dengan baik, dapat melatih peserta didik agar dapat berbicara
secara kritis, kreatif dan inovatis. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan
bahwa akan semakin banyak terjadi interksi diantara guru dan peserta didik.

Menurut Huda, (2013:231) Model Course Review Horay memiliki beberapa


kelebihan ialah sebagai berikut.

1. Strukturnya yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat terjun ke
dalamnya.

2. Model yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehingga suasana
tidak menegangkan

3. Semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran berlangsung


menyenangkan

4. Skill kerjasama antarsiswa yang semakin terlatih.


15

Kelebihan model pembelajaran Course Review Horay menurut Shoimin


(2014:55) ialah sebagai berikut.

1. Menarik sehingga mendorong siswa terlibat di dalamnya


2. Tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak
menegangkan
3. Siswa lebih semangat belajar
4. Melatih kerja sama.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang menyenangkan.
Model pembelajaran Course Review Horay dapat menumbuhkan minat belajar
siswa karena strukturnya yang menarik sehingga mendorong siswa untuk dapat
terjun di dalamnya. Meningkatkan semangat belajar siswa, karena pembelajaran
berlangsung menyenangkan. Membantu pemahaman siswa melalui diskusi
kelompok, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, dengan
penerapan model pembelajaran Course Review Horay dapat melatih skill
kerjasama antar siswa dalam kelompok.

d. Kekurangan Model Course Review Horey


Setiap model pembelajaran mempunyai kekurangan masing-masing, Menurut
Supijono (2010), kekurangan atau kelemahan model Course Review Horay (CRH)
dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan. Artinya, guru hanya
akan menilai kelompok yang banyak mengatakan horey. Oleh karena itu, nilai
yang diberikan guru dalam satu kelompok tersebut sama tanpa bisa
membedakan mana siswa yang aktif dan yang tidak aktif.
2. Adanya peluang untuk berlaku curang. Artinya, guru tidak akan dapat
mengontrol siswanya dengan baik apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru
akan memperhatikan per-kelompok yang menjawab horey, sehingga peluang
adanya kecurangan sangat besar.
Menurut shoimin (2014:54) kekurang model pembelajaran Course Review
Horay yaitu:

1. Adanya peluang untuk curang


16

2. Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan.

Sedangkan menurut Huda, (2014:231) kekurang model pembelajaran Course


Review Horay yaitu:

1. Penyamarataan nilai antara siswa pasif dan aktif


2. Adanya peluang untuk curang
3. Beresiko mengganggu suasana kelas lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekurangan model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah guru tidak akan dapat
mengontrol siswanya dengan baik sehingga peluang siswa untuk melakukan
kecurangan atau karena guru hanya melihat perkelompok. Cara mengatasi
kekurangan dalam model Course Review Horay yaitu dengan menetapkan aturan
dalam mengerjakan soal kelompok yaitu dengan memberikan tugas kepada setiap
anggota kelompok sehingga semua anggota kelompok mendapatkan tugas yang
sama rata yaitu masing-masing anak menjawab satu soal dalam mengerjakan
tugas kelompok tersebut, sehingga tidak ada siswa yang pasif.

B. HAKIKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA


1. Hakikat Matematika
Penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan untuk menguasai dan
mencipta teknologi di masa depan. Menurut Depdiknas (dalam Hamzah dan
Muhlisrarini 2014:48) matematika berasal dari akar kata mathema artinya
pengetahuan, mathanein artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus Bahasa
Indonesia diartikan matematika adalah ilmu tentang bilangan hubungan antara
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan.
Menurut Depdiknas (20016:147) standar isi matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Selanjutnya,
Ruseffendi (dalam Heruman 2013:1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu
deduktif yang tidak menerima pembuktian secara deduktif, ilmu tentang pola
17

keteraturan, dan truktur yang terorgansasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya
ke dalil.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa matematika merupakan ilmu universal
yang berperan penting bagi manusia karena matematika dapat meningkatkaan
kemampuan berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, dan sistematis.

2. Pembelajaran Matematika SD
Pembelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari SD untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Pembelajaran
matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir peserta didik yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkotruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik
terhadap materi matematika. Dalam pembelajaran matematika, baik guru maupun
peserta didik bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila
pembelajaran berjalan secara efektif (Susanto 2015:186-187).
Menurut Depdiknas (2006:148) mata pelajaran matematika memiliki tujuan
sebagai berikut.
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan Matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
d. Mengkomunikasi gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk keadaan atau memperjelas masalah.
18

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu


memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika, seorang
guru hendaknya memahami konsep, menggunakan penalaran, memecahkan
masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan ruang lingkup mata pelajaran matematika pada
tingkat satuan SD/MI yaitu: 1) bilangan; 2) geometri dan pengukuran; 3)
pengolahan data. Ketiga aspek tersebut menjadi materi pokok pembelajaran
Matematika di SD/MI yang diwujudkan dalam standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) mata pelajaran Matematika. Standar kompetensi adalah
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat
dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar
sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional (Depdiknas
2006:47).
Materi pelajaran matematika kelas V Semester 2 yang tercantum dalam
Kurikulum tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Materi pelajaran Matematika kelas 5 Semester 2 yang tercantum
dalam Kurikulum tahun 2013
KD Pengetahuan KD Keterampilan
3.5 Menjelaskan, dan menentukan 4.5 Menyelesaikan masalah yang
volume bangun ruang dengan berkaitan dengan volume bangun
menggunakan satuan volume ruang dengan menggunakan satuan
(seperti kubus satuan) serta volume (seperti kubus satuan)
hubungan pangkat tiga dengan melibatkan pangkat tiga dan akar
akar pangkat tiga. Menjelaskan pangkat tiga
dan menemukan jaring-jaring
bangun ruang sederhana (kubus
dan balok)
3.6 Menjelaskan dan menemukan 4.6 Membuat jaring-jaring bangun
jaring-jaring bangun ruang ruang sederhana (kubus dan balok)
19

sederhana (kubus dan balok)


3.7 Menjelaskan data yang 4.7 Menganalisis data yang berkaitan
berkaitan dengan diri peserta dengan diri peserta didik atau
didik atau lingkungan sekitar serta lingkungan sekitar serta cara
cara pengumpulannya  pengumpulannya
3.8 Menjelaskan penyajian data 4.8 Mengorganisasikan dan
yang berkaitan dengan diri peserta menyajikan data yang berkaitan
didik dan membandingkan dengan dengan diri peserta didik dan
data dari lingkungan sekitar membandingkan dengan data dari
dalam bentuk daftar, tabel, lingkungan sekitar dalam bentuk
diagram gambar (piktogram), daftar, tabel, diagram gambar
diagram batang, atau diagram (piktogram), diagram batang, atau
garis diagram garis

Menurut Heruman (2013:2-3) langkah pembelajaran matematika di SD yang


menekankan pada konsep-konsep matematika adalah sebagai berikut.
a. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep) yaitu pembelajaran yang
menggunakan media atau alat peraga untuk menghubungkan kemampuan
kognitif peserta didik yang konkret dengan konsep baru matematika yang
abstrak.
b. Pemahaman konsep yaitu lanjutan pembelajaran dari penanaman konsep.
Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, kelanjutan dari
pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran
pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih
merupakan lanjutan dari pemahaman konsep.
c. Pembinaan keterampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari pemahaman konsep
dan penanaman konsep dengan tujuan agar siswa lebih terampil dalam
menggunakan berbagai konsep matematika.
Dapat disimpulkan bahwa langkah pembelajatan matematika di sekolah dasar
dimulai dengan menanamkan konsep dasar dilanjutkan pemahanan konsep agar
siswa lebih memahami konsep matematika kemudian pembinaan keterampilan
agar peserta didik lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep
20

matematika.

3. Ruang Lingkup Matematika


Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar
kompetensi dasar oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak
berorientasi pada penguasaan materi matematika semata, tetapi materi matematika
diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh
karena itu, Karakteristik dan Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di
Sekolah 68 pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan
kompetensi yang harus dicapai siswa standar kompetensi matematika merupakan
seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh
siswa sebagai hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini
dirinci dalam kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok, untuk setiap
aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut
didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin di capai.

Ruang lingkup materi matematika di SD berdasarkan peraturan


Mendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022, yaitu sebagai berikut:

1. Konsep bilangan, hubungan antara bilangan serta sifat-sifat bilangan untuk


menyatakan kuantitas dalam berbagai konteks yang sesuai. 
2. Operasi aritmetika (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian)
pada bilangan cacah, pecahan, dan desimal dilakukan secara efisien untuk
menyelesaikan masalah kontekstual. 
3. Identifikasi pola baik numerik maupun nonnumerik untuk menjelaskan hal
yang berulang. 
4. Spasial mengenai bangun datar dan bangun ruang serta sifatsifatnya untuk
menjelaskan lingkungan di sekitar. 
5. Pengukuran dan estimasi atribut benda yang dapat diukur menggunakan
berbagai satuan (baik baku maupun yang tidak baku) serta membandingkan
hasilnya. 
6. Interpretasi data yang menunjukkan keberagaman berdasarkan tampilan data
untuk mengambil kesimpulan.
21

4. Materi Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok


Materi yang dipelajari peserta didik kelas V Semester 2 untuk penelitian ini
yaitu volum bangun ruang kubus dan balok. Balok dan kubus adalah bangun
ruang pertama yang diajarkan kepada peserta didik, dikarenakan bangun ruang
tersebut banyak ditemui peserta didik pada kehidupan sehari-hari.
Materi yang diajarkan kepada peserta didik kelas V SD berdasarkan 25
kompetensi dasar 3.5 dan 3.6 adalah mencari ukuran bangun ruang dengan
sebutan lain yaitu mencari volume atau isi pada kubus dan balok. Menurut
pendapat Haryono, dkk (2014:346), volume adalah ruangan yang terdapat di
dalam sebuah benda 3 dimensi. Berikut ini adalah penjelasan dari materi volume
balok dan kubus:
a. Volume Balok
Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 3 pasang persegi panjang yang
kongruen, kongruen yang dimaksud adalah bentuk dan ukurannya sama (Agus,
2008:200). Haryono, dkk (2014:347) berpendapat bahwa, mengisi balok tanpa
tutup dengan kubus satuan merupakan proses pengenalan volum balok kepada
peserta didik SD yang dilakukan secara induktif. Berdasarkan pendapat Haryono,
dkk. tersebut dapat dilakukan dengan balok tanpa tutup dan usahakan memiliki
sisi transparan serta menggunakan kubus satuan seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.1: Volum balok menggunakan kubus satuan(Sumber: Haryono,dkk;


2014)
Kubus satuan pada balok transparan diisi hingga penuh dan peserta didik
membilang satu demi satu hingga hitungan terakhir kubus satuan yang dimasukan.
Misalkan saja pada hitungan terakhir membilang sebanyak 30, maka volum balok
adalah 30 kubus satuan. Selanjutnya Heruman (2014:167) berpendapat bahwa,
dalam perhitungan volum balok sebaiknya peserta didik diikut sertakan dalam
22

proses pencarian rumus melalui media pembelajaran. Berdasarkan pendapat


Heruman tersebut, maka peserta didik harus mengetahui secara langsung atau
peserta didik dapat menurunkan sendiri rumus volume. Proses penurunan rumus
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan media atau proses belajar
yang sama seperti pendapat Haryanto,dkk. yaitu dengan menggunakan kubus
satuan. Setelah peserta didik menemukan hitungan banyaknya kubus satuan
yang dimasukan, peserta didik diberi lembar kerja yang menyatakan bahwa p x l
adalah luas alas balok maka volum balok = p x l x t. Dalam perhitungan p,l dan t
pada balok dapat menggunakan banyaknya kubus satuan pada p,l dan t.
b. Volume Kubus
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam persegi yang kongruen,
kongruen yang dimaksud adalah bentuk dan ukurannya sama (Agus, 2008:200).
Sedangkan Haryono,dkk (2014: 349) berpendapat bahwa, pada hakikatnya sebuah
kubus adalah sebuah balok yang semua rusuknya sama panjang. Berdasarkan
pendapat ke dua ahli tersebut maka dapat disimpulkan dalam mencari atau
menjelaskan volum kubus kepada peserta didik dapat diturunkan dari rumus
volume balok yaitu p x l x t dengan p = l = t = s (rusuk kubus), maka volume
kubus = s x s x s atau s3.

5. Materi Jaring-Jaring Kubus dan Balok


Jaring-jaring bangun ruang merupakan gabungan dari beberapa bangun datar
yang dirangkai dan setiap bangun ruang memiliki pola jaring-jaringnya sendiri
(Choeron:2016). Pada bangun ruang balok dan kubus merupakan gabungan dari 3
pasang persegi panjang dengan ukuran yang berbeda pada balok sedangkan pada
kubus gabungan dari 6 persegi yang mempunyai panjang sisi yang sama.
Berikut merupakan contoh berbagai pola dari kubus dan balok:
a. Jaring-jaring Kubus
23

Gambar 2.2: Jaring-jaring Kubus (Sumber: Choeron,2016)

b. Jaring- jaring Balok

Gambar 2.3: Jaring-jaring balok (Sumber: Choeron,2016)


Berdasarkan beberapa contoh pola jaring-jaring balok dan kubus diatas maka
dapat disimpulkan bahwa balok dan kubus memiliki lebih dari satu jenis bentuk
jarring-jaring.

C. KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PESERTA


DIDIK
1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika
Arief Aulia Rahman & Hasmanidar (2019: 4) menyatakan pemahaman konsep
merupakan landasan yang sangat penting untuk berpikir dalam menyelesaikan
masalah Matematika maupun permasalahan sehari-hari. Aningsih & Risa Puspita
Sari (2018: 128-129) menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan
pemahaman dasar siswa dalam memahami konsep, kemudian mampu
mengungkapkan kembali dalam bentuk lain dengan mudah dimengerti dan dapat
mengaplikasikan konsep tersebut secara luwes, akurat, efisien dan tepat.
Siti Mawaddah & Ratih Maryanti (2016: 79) menyatakan pemahaman konsep
matematika peserta didik adalah pemikiran peserta didik dalam memahami konsep
matematika sehingga dia dapat menyatakan ulang konsep tersebut,
mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu, memberikan contoh dan bukan
contoh konsep, menyajikan konsep dalam representasi matematika, menggunakan
24

prosedur tertentu dan mengaplikasikan konsepnya pada pemecahan masalah


dalam proses pembelajaran matematika.

2. Indikator Pemahaman Konsep Matematika


Salah satu kecakapan dalam matematika yang penting dimiliki oleh siswa
adalah pemahaman konsep. Untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep
diperlukan alat ukur (indikator), hal tersebut sangat penting dan dapat dijadikan
pedoman pengukuran yang tepat.

Kemampuan pemahaman konsep matematika menurut Permendikbud No 58


tahun 2014 adalah :

1. menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.


2. mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep tersebut.
3. Mengidentifikasikan sifat-sifat operasi atau konsep.
4. Menerapkan konsep secara logis.
5. Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang
dipelajari.
6. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika
(tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara lainnya).
7. Mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun luar matematika.
8. Mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup konsep.
Menurut Badan Standar Nasional (2015, hlm. 59) indikator pemahaman
konsep, ialah sebagai berikut.

1. Menyatakan ulang setiap konsep


2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya)
3. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk refresentasi matematis
5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep
6. Menggunakan, memanfaatkan dan memillih dan memilah prosedur operasi
tertentu.
25

Adapun indikator pemahaman konsep dalam penelitian ini dapat


disederhanakan sebagai berikut.

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.


2. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya.
3. Memberikan contoh dari suatu konsep.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.
6. Menggunakan atau memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu.
Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah Indikator.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman


konsep matematika adalah tingkat kemampuan peserta didik dimana siswa dapat
memahami defenisi, pengertian, ciri khusus dan isi dari materi matematika dan
dapat mengaplikasikan konsep tersebut dalam menyelesaikan soal dalam
pembelajaran matematika. Dalam penggunaan model pembelajaran Course
Review Horay dapat mendorong peserta didik untuk ikut aktif dalam belajar
matematika. Model pembelajaran ini merupakan cara belajar mengajar yang lebih
menekankan pada pemahaman materi yang diajarkan guru dengan menjawab soal-
soal. Dalam aplikasinya model pembelajaran Course Review Horay tidak hanya
menginginkan peserta didik untuk belajar di bidang akademik saja. Pembelajaran
dengan model Course Review Horay juga melatih peserta didik untuk mencapai
tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi
akademik peserta didik.

D. KERANGKA BERFIKIR
Pemahaman konsep merupakan suatu hal yang penting dalam pembelajaran
matematika, karena dengan memahami konsep peserta didik dapat
mengembangkan kemampuannya dalam setiap materi pembelajaran. Namun
banyak peserta didik yang masih mengahafal rumus saja tanpa memahami konsep
sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.
26

Upaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis


peserta didik dalam proses pembelajaran diperlukan suatu model pembelajaran
yang tepat sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematis peserta didik karena kemampuan peserta didik yang masih
rendah. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model
pembelajaran Course Review Horay. Model pembelajaran ini diharapkan mampu
menciptakan kondisi siswa agar dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematika peserta didik SDN 6 Cibunar.

E. PENELITIAN YANG RELEVAN


Penelitian lebih lanjut mengenai deskripsi teoritik di atas akan dijabarkan pada
pembahasan berikut ini, yang akan menjabarkan mengenai penelitian yang relevan
dengan penelitian yang relevan dengan penelitian ini, guna memberikan
penguatan terkait deskripsi teoritik di atas. Beberapa penelitian yang relevan
dengan topik penelitian ini yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Niken Dwi Ambarwati pada tahun 2014 yang
berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review
Horay (CRH) terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pecahan Pada
Siswa Kelas V SDN Jambon). Prestasi siswa kelas V SDN Jambon masi
sangat rendah. Hal ini disebabkan karena penggunaan metode pembelajaran
yang kurang tepat. Untuk mengatasinya peneliti akan menerapkan model
pembelajaran Course Review Horay agar pembelajaran lebih efektif dan
prestasi belajar siswa meningkat. Dengan begitu siswa akan lebih semangat
dalam proses pembelajaran dan diharapkan prestasi belajar siswa kelas V SDN
Jambon Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat meningkat melalui model
pembelajaran Course Review Horay (CRH). Jenis penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan pada kelas V yang berjumlah 19
siswa. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan prestasi,
variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe course review
horay. Teknik pengumpulan data, tes dan dokumentasi. Dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran Course Review Horay berpengaruh terhadap prestadi
belajar siswa.
27

Adapun yang menjadi persamaan penelitian ini dengan penelitian yang


dilakukan peneliti adalah variabel bebasnya yaitu Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Course Review Horay (CRH). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
peneliti yaitu variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa, sedangkan variabel
terikat penelitian adalah kemampuan pemahamana konsep matematis siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rismayanti pada tahun 2013 dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay
terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII Mts Darul Hikmah
Pekanbaru. Penelitian ini Quasi Eksperimen dan desain yang digunakan
adalah Posttest-only Design with Nonequivalent Group. Teknik sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Pengambilan
data dalam penelitian ini menggnakan dokumentasi, lembar observasi, dan tes.
Dalam penelitian ini. Pertemuan dilaksanakan selama tujuh kali yaitu enam
kali pertemuan dengan menngunakan model pembelajaran kooperatif tipe
course review horay dan satu pertemuan lagi dilaksanakan posttest. Untuk
melihat hasil peneliti tersebut, digunakan uji Liliefors untuk menguji
normalitas data, uji varians untuk mengetahui homogenitas data, kemudian
digunakan rumus tes-t untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang berari bahwa ada pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe course review horay terhadap pemahaman
konsep matematika siswa.
Pada penelitian ini sama-sama menggunakan variabel bebasnya yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe courese review horay serta variabel terikatnya yaitu
kemampuan pemhaman konsep.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Fathin Marua pada tahun 2016, dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay (CRH)
terhadap Hasil Belajar Matematika Siawa pada Materi Relasi dan Fungsi kelas
VIII SMPN 2 Sumbergempol Tulungangung Tahun Ajaran 2015/2016”.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan jenis
penelitian eksperimen semu, teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling dan sampelnya bersal dari kelas VIII D dan VIII H.
Dalam penelitian ini juga digunakan motode observasi, tea dan dekumentasi.
28

Metode dekumentasi digunakan untuk memperoleh daftar nama siswa, data


nilai ulangan harian siswa, hasil pekerjaan siswa selama pembelajaran, dan
foto pelaksanaan selama penelitian. Metode observasi digunakan untuk
mengamati selama pembelajaran berlangsung, dan keterlaksanaan
pembelajaran. Sedangkan metode tes digunakan untuk mengetahui hasil
belajar matematika siswa. Analisis data menggunakan rumus t-tes.
Adapun yang menjadi persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan penulis adalah variabel bebasnya yaitu Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Course Review Horay (CRH). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
penulis yaitu variabel terikatnya adalah hasil belajar, sedangkan variabel terikat
peneliti adalah kemampuan pemahaman konsep matematis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental. Metode
eksperimen diartikan sebagai metode dengan bentuk yang sistematis dengan
tujuan untuk mencari pengaruh variabel satu dengan variabel yang lain dengan
memberikan perlakuan khusus dan pengendalian yang ketat dalam suatu kondisi.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain pre-eksperiment one group pre-
test-posttest. Desain ini melibatkan satu kelompok yang diberi pre-test (O), diberi
treatment (X) dan diberi post-test. Keberhasilan treatment ditentukan dengan
membandingkan nilai pre-test dan nilai post-test.
Pada desain ini mengggunakan pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan
demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum perlakuan. Secara umum desain ini
disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain one group pre-test post-test

Pretest Treatmen Posttest

O₁ X O₂

Sumber : Donald T. Campell and Julian C. Stanley, 1963: 7)

Keterangan :
O1 : Pre- test
O2 : Post- test
X : treatment
Prosedur:
1. Berikan O1, untuk mengukur mean prestasi belajar sebelum subjek diajar
dengan menggunakan model CRH.
2. Berikan subjek dengan X, yaitu Model CRH untuk jangka waktu tertentu.
3. Berikan O2, untuk mengukur mean prestasi belajar setelah subjek dikenakan
variabel ekxperimental X.

65
30

4. Bandingkan O1 dan O2 untuk menentukan seberapakah perbedaan yang


timbul, jika sekiranya ada, sebagai akibat digunakanya variabel eksperimental
X.

B. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian bertempat di SDN 6 Cibunar desa Cibunar kecamatan
Cibatu kabupaten Garut. Adapun alasan peneliti memilih SDN 6 Cibunar sebagai
tempat penelitian dikarenakan peneliti berharap dapat berkontribusi dalam
memajukan pendidikan di wilayah kelahiran peneliti. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas V (lima) SDN 6 Cibunar desa Cibunar kecamatan Cibatu kabupaten
Garut. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester genap tahun ajaran
2021/2022.

C. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Pengertian populasi berdasarkan Arikunto (2006: 130) adalah keseluruhan
subjek penelitian. Populasi mencakup keseluruhan subjek yang akan diteliti.
Menurut Sugiyono (2010;17) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas 1 sampai kelas
VI di SDN 6 Cibunar dengan jumlah 105 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul- betul
representative (mewakili) (Sugiyono, 2010;118) Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2006: 131). Sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah satu kelas, yaitu kelas V (lima) SDN 6 Cibunar
31

desa Cibunar kecamatan Cibatu kabupaten Garut dengan jumlah 23 peserta


didik yang diantaranya 14 laki-laki dan 9 perempuan. Sebagai pedoman umum
dalam pengambilan sampel jika populasi dibawah seratus maka dapat diambil
50% dan di atas seratus maka sampel dapat diambil 15% (Winarno,
1994;100). Sampel yang peneliti gunakan yaitu sampel jenuh, yaitu teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

D. METODE PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN


1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, maka peneliti menggunakan
beberapa metode pengumpulan data yaitu observasi dan tes.
a. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dalam istilah sederhana
adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat
relevan digunakan penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi
interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dengan
kelompoknya.
b. Tes
Tes adalah merupakan seperangkat rangsangan yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban- jawaban yang
menjadi dasar bagi penetapan skor angka. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes esai (uraian). Tes yang digunakan dalam penelitian
perlu dilakukan uji validitas agar ketepatan alat penilaian terhadap konsep
yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Setelah dilakukan uji coba perangkat tes, langkah selanjutnya adalah
menganalisis perangkat tes. Hal ini dilakukan untuk menjadikan perangkat tes
sebagai instrumen yang baik sehingga harus memenuhi persyaratan penting
yaitu valid, reliabel, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

2. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian


32

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


lembar pengamatan dan lembar tes. Lembar pengamatan dilaksanakan ketika
proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan untuk lembar tes dilaksanakan
setelah proses pembelajaran selesai.
a. Kisi-kisi Observasi Model Pembelajaran Course Review Horay
Tabel 3.2 kisi-kisi observasi Model Pembelajaran Course Review Horay
Variable X Kegiatan Indikator No-
Item
Model Awal  Guru menyampaikan kompetensi 1
Pembelajaran yang ingin dicapai
Course Inti  Guru meminta siswa untuk 2
Review memperhatiakan materi yang
Horay Dijelaskan
 Guru melakukan tanyajawab dengan 3
siswa sesuai dengan materi.
 Guru membagi siswa dalam beberapa 4
kelompok.
 Guru memberikan tugas yang harus 5
diselesaikan pada setiap kelompok.
 Guru mempersilahkan salah seorang 6
perwakilan kelompok membacakan
hasil diskusinya.
 Guru menjelaskan aturan permainan 7
kuis kelompok yang akan
dilaksanakan.
 Guru membacakan soal secara acak dan 8
siswa secara berkelompok berdiskusi
menjawab soal.
Akhir  Guru bersama siswa mendiskusikan 9
jawaban yang benar dari soal-soal
yang ada.
 Kelompok yang sudah mendapat 10
tanda (√) secara vertikal, horisontal
atau diagonal berteriak “hore”

Penyusunan instrumen observasi disusun berdasarkan sintak model


pembelajaran Course Review Horay. Analisis datanya menggunakan statistik
kuantitatif. Data yang bersifat kuantitatif harus diubah menjadi sesuatu yang dapat
dihitung, oleh karena itu peneliti menggunakan Skala Likert sebagai
penghitungannya. Skala Likert adalah skala untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,
33

2009: 93). Skala Likert yang digunakan dalam penelitiannya berbentuk


Checklist dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Untuk “ya” diberikan nilai
2 dan jika “tidak” maendapatkan nilai 1. Terdapat 3 kriteria yaitu baik, cukup dan
kurang

Format penelitian: ∑skor

Skor maksimum = 2 x 10 = 20
Skor minimum = 1 x 10 = 10
Rentang (R) = nilai tertinggi – nilai terendah
= 20 – 10 = 10

(Arikunto, 2010)

Tabel 3.3 Kriteria Metode Pembelajaran CRH


Nilai Kriteria
17 – 20 Baik
14 – 16 Cukup
10 – 13 Kurang

b. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa


Tabel 3.4 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa
No Indikator Deskriptor
1 Mempersiapkan diri Datang 5 menit sebelum pembelajaran di mulai
dalam pembelajaran
Menempati tempat duduk dengan rapi
(mental activities)
Membawa buku dan alat tulis
Memperhatikan guru
2 Menanggapi Apersepsi Memberikan tanggapan terhadap apersepsi
(emosional activities)
Tanggapan sesuai dengan materi.
Menjawab dengan bahasa yang sopan
Bertanya atau mengeluarkan pendapat
3 Siswa memperhatikan Duduk dengan baik dan rapi
penjelasan guru
Tidak bicara sendiri dengan teman
Mendengarkan penjelasan guru
34

Mengerjakan tugas dari guru


4 Melakukan kegiatan Mengangkat tangan untuk bertanya dan menjawab
bertanya dan
Mengajukan pertanyaan
menjawab. (Oral,
emotional) Menjawab pertanyaan
Pertanyaan dan jawaban sesuai dengan materi
5 Ketertiban dalam Memperhatikan instruksi pembentukan kelompok
pembentukan
Siswa segera menempatkan diri pada kelompoknya
kelompok
Menerima anggota kelompok dengan baik
Membagi tugas secara rata kepada anggota kelompok
6 Mengerjakan soal Mendiskusikan masalah dalam kelompok
dengan kelompoknya
Tertib ketika berkelompok
(mental activities)
Memberikan pendapat
Membantu kesulitan anggota dalam kelompok
7 Membuat kesimpulan Menyampaikan kesimpulan dengan bahasanya sendiri
pembelajaran (writing,
Menyimpulkan sesuai materi
mental activities)
Menyimpulkan materi secara keseluruhan
Mencatat kesimpulan yang telah dibuat Bersama
8 Menjawab kuis Ketepatan menjawab pertanyaan
Kelompok (oral,
listening, moral Ketepatan waktu menjawab yang di sediakan
activities) Menjawab sesuai kesepakatan kelompok
Tidak membuka buku
9 Melakukan refleksi Menanyakan materi yang belum dipahami
pembelajaran (oral and
Mengungkapkan pendapat sesuai materi
emotional activities)
Menjawab pertanyaan guru mengenai materi
Menanggapi pernyataan dan pertanyaan
10 Respon siswa Bersorak ketika mendapatkan penghargaan dari guru
menanggapi
Mengucapkan terimakasih
penghargaan yang
Menerima penghargaan dengan rasa bangga
35

diberikan guru
Menyimpan penghargaan yang diberikan guru
Diadaptasi dari Dierich (dalam Hamalik, 2012: 172)
c. Instrumen penelitian dikatakan baik, jika instrumen terlebih dahulu
diujicobakan dan hasilnya dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda (Arikunto, 2002: 57). Banyaknya
soal yang diujicobakan pada penelitian ini sebanyak 20 soal dengan bentuk
soal tes pilihan ganda 10 soal, tes menjodohkan 5 soal dan tes esai 5 soal
dengan alokasi waktu 35 menit, uji coba soal dilakukan di kelas V (lima) yang
telah diberi pokok bahasan Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok dengan
model pembelajaran Course Review Horay. Kisi-kisi Kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa merupakan pedoman peneliti dalam
membuat butir-butir soal uraian yang akan diberikan kepada subyek
penelitian. Untuk melihat dan mengukur kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa dari soal yang berbentuk uraian dapat dilakukan dengan
melihat rubrik penilaian.
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
No Indikator Soal No Bentuk Soal
Soal
1 Menyatakan ulang Menjelaskan, volume 1,3 PG
konsep bangun ruang dengan
menggunakan satuan
volume (seperti kubus
satuan) serta hubungan
pangkat tiga dengan
akar pangkat tiga
2. Mengklasifikasikan Menyebutkan dan 2 PG
objek menurut sifat- menemukan jaring-
sifat tertentu sesuai jaring bangun ruang
dengan konsepnya sederhana (kubus dan
balok)
3. Memberikan contoh Mengidentifikasi 4,5, PG,
36

dari suatu konsep. jaring-jaring bangun 11, 16, Menjodohkan,


ruang sederhana (kubus 17 Esai.
dan balok)
4. Menyajikan konsep Menyelesaikan masalah 6,7 ,12 PG,
dalam berbagai
yang berkaitan dengan , 19 Menjodohkan
bentuk representasi
matematis. volume bangun ruang dan Esai
dengan menggunakan
satuan volume (seperti
kubus satuan
melibatkan pangkat tiga
dan akar pangkat tiga
5. Mengembangkan Mengidentifikasi 8,9,10, PG,
syarat perlu atau
permasalahan agar ,13, 18 Menjodohkan,
syarat cukup dari
suatu konsep. terbentuk sebuah dan Esai
jawaban yang tepat.
6. Menggunakan atau Menggunakan konsep 14, 15, Menjodohkan
memanfaatkan serta
perkalian,pengurangan 20 dan Esai
memilih prosedur atau
operasi tertentu serta penjumalahan
pada bangun ruang
Jumlah 20

3. Uji Coba Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian di sini adalah instrumen tes yang berfungsi sebagai alat
pengumpul data penelitian. Uji coba disini adalah untuk menguji validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Hal ini dilakukan untuk
menentukan butir soal yang dapat digunakan sebagai instrumen tes hasil belajar.
Uji coba soal ini dilakukan di SDN 6 Cibunar kelas V yang jumlah siswanya 23
siswa. Setelah melakukan analisi terhadap uji coba soal yang telah dilaksanakan
maka tahap selanjutnya adalah menentukan butir soal yang akan digunakan
sebagai instrumen tes hasil belajar.
37

a. Uji Validitas Tes


Sugiyono (2009: 121) valid bearti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti instrumen
tersebut dapat mengukur apa yang hendak di ukur. Jadi validitas merupakan
ukuran seberapa cermat suatu instrumen (tes) dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur dalam hal ini dalah hasil belajar siswa. Untuk mengetahui
validitas tes yang akan dilakukan maka akan diuji dengan korelasi point biserial,
dengan rumus sebagai berikut:

= 𝑀𝑝−𝑀𝑡 𝑝

𝑆𝐷𝑡 𝑞

Keterangan:
rpbi = Angka Indeks Korelasi Poin Biserial

Mp = Mean skor yang dicapai peserta tes yang menjawab benar, yang dicari
korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

Mt = Mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes
SDt = Deviasi standar total
P = Proporsi tes yang menjawab benar
p = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒l𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

q = Proposisi siswa yang menjawab salah (1-p)

(Awalluddin, 2008: 4.9)

Selanjutnya, nilai r pbi diinterpretasikan menggunakan tabel nilai “r” Product


Moment dengan taraf signifikan adalah 5%. Jika rpbi ≥ rtabel maka alat ukur
dikatakan valid. Begitu juga sebaliknya, jika rtabel lebih kecil dari pada rpbi maka
alat ukur dinyatakan tidak valid. Pengambilan keputusan pada uji validitas
dilakukan dengan batasan r dan taraf signifikansi 0,05 dan uji dua sisi. Testee
yang di kenai soal uji coba sebanyak 23 siswa (n=23). Jadi batasan rtabel dengan
n=23 adalah sebesar 0,388. Jika nilai korelasi setiap soal lebih dari batasan maka
soal dianggap valid dan jika nilai korelasi kurang dari nilai batasan maka soal
dianggap tidak valid. Sehingga soal dikatakan valid, jika rhitung > 0,388 (rtabel).
Berikut adalah hasil uji validitas soal uji coba.

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba

Kriteria Jumlah No Soal


Valid 22 2, 3, 5, 7, 9, 16, 18, 19, 22, 23, 25, 27,29,
32, 34, 37, 38, 41, 42, 44, 45, 47, 49

Tidak Valid 28 1, 4, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 20, 21,
24, 26, 28, 30, 31, 33, 35, 36, 39, 40, 43,
46, 48, 50.

Berdasarkan tabel 3.6 terdapat 22 soal yang valid dan 28 soal tidak valid. Soal
valid memiliki korelasi ≥0,388 dan soal yang tidak valid korelasinya < 0,388.
Dengan ini, soal yang tidak valid tereliminasi sebagai instrumen tes. Untuk
perhitungan uji validitas intrumen tersebut dapat dilihat pada lampiran.

HASIL UJI VALIDITAS TES UJI COBA


50
45
40
35
28
30
Valid
25 22
Tidak Valid
20
15
10
5
0
Diagram 3.1 Hasil Uji Validitas Tes Uji Coba

b. Uji Reliabilitas Tes


Reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama
(sugiyono, 2012: 121). Jadi reliabilitas merupakan ketetapan hasil suatu
instrumen dalam mengukur suatu objek yang sama dan dalam waktu
yang berdekatan. Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan ketelitian
39

suatu instrumen yang dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data


penelitian. Penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda maka untuk
mencari reliabilitas soal pilihan ganda tersebut menggunakan rumus
Spearman-Brown yaitu sebagai berikut:

2 𝑟1/2 1/2
𝑟11 =
(1 + 𝑟1/2 1/2 )

Keterangan :

𝑟11 = Koefisien reliabilitas belah dua


𝑟1/2 ½ = Koefisien korelasi antar belahan tes
Konsultasikan harga 𝑟11 dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, jika harga 𝑟11 kurang dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan
taraf signifikan 5%, maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Tetapi
apabila harga 𝑟11lebih dari harga 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka instrumen dinyatakan reliabel.
Kriteria klasifikasi reliabilias sebagai berikut:

Jika 0,000  r11 < 0,200: reliabilitas sangat rendah

Jika 0,200  r11 < 0,400: reliabilitas rendah

Jika 0,400  r11 < 0,600: reliabilitas cukup

Jika 0,600  r11 < 0,800: reliabilitas tinggi

Jika 0,800  r11 1,000: reliabilitas sangat tinggi


(Arikunto, 2013: 89)
Uji reliabilitas soal pilihan ganda dilakukan dengan rumus Spearman-
Brown dengan bantuan microsoft excel dalam melakukan
perhitungannya (lampiran 9). Setelah dilakukan perhitungan didapat hasil
perhitungan sebesar 0,7813. Menurut kriteria klasifikasi reliabilitas,
angka tersebut termasuk kedalam kategori tinggi. Dengan ini instrumen
soal yang akan diujikan terbukti reliabel.
Kriteria Jumlah No Soal
40

Rendah 9 1,27,28,35,36,44,46,48,50.
Cukup 20 2,3,9,12,13,16,18,19,20,21,22,23,26,
37,38,39,42,43,47.
Tinggi 21 4, 5,6, 7, 8, 10, 11, 14, 15, 17, 24, 25, 29,
30,31,32, 34, 40, 41, 45, 49.

c. Uji Taraf Kesukaran


Taraf kesukaran soal adalah salah satu indikator apakah soal itu baik
atau tidak. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
sukar. Soal yang mudah tentu tidak akan membuat taraf berpikir siswa
mengembang dan jika soal terlalu sulit siswa akan menyerah. Sukar
mudahnya soal ditunjukkan dengan bilangan yang disebut indeks
kesukaran. Nilai indeks kesukaran berkisar antara 0,0 samapai dengan
1,0. Arikunto (2013: 207) menjelaskan bahwa indeks kesukaran 0,0
mengindikasikan bahwa soal terlalu sukar dan indeks kesukaran 1,0
mengindikasikan soal terlalu mudah.
0,0 1,0
Sukar Mudah

Semakin besar bilangan indeks maka semakin mudah soal itu.


Untuk menghitung taraf kesukaran dalam penelitian ini menggunakan rumus:
P=𝐵
𝐽𝑆
Keterangan:
P = Proporsi
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.
Arikunto (2013:210) mengungkapakan ada 3 indeks kesukaran yang sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
Soal dengan P 0,00 sampai 0.30 adalah sukar
Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah sedang
Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah
Tabel 3.7 Hasil Analisis Taraf Kesukaran

Kriteria Jumlah No Soal


41

Sukar 6 1, 3, 16, 30, 48, 50.


Sedang 23 2, 5, 9, 12, 13, 20,21, 22, 23, 24, 25, 26,
29, 33,35, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47.
Mudah 21 4, 6, 7, 8, 10, 11, 14, 15, 17, 18, 19, 27,
28, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 38, 45, 48, 49,
50.
HASIL TARAF KESUKARAN
50
45
40
35
30 Mudah
23
25 21 Sedang
20 Sukar
15
10 6
5
0
Diagram 3.2 Hasil Taraf Kesukaran

Hasil analisis taraf kesukaran menunjukkan bahwa terdapat 21 soal


berkategori mudah, 23 soal berkategori sedang dan 6 soal berkategori
sukar. Untuk perhitungan taraf kesukaran dapat dilihat dalam lampiran.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda mengukur kemampuan suatu soal dalam membedakan peserta
didik yang berkemampuan tinggi dan rendah. Indeks diskriminasi (D) adalah
angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda dengan kisaran 0,00 sampai
1,00. Dalam indeks diskriminasi terdapat tanda negatif yang menunjukkan jika
suatu soal mengartikan sesuatu secara terbalik bagi peserta tes (peserta didik
pandai sebagai peserta didik bodoh dan peserta didik bodoh sebagai peserta didik
pandai)
Rumus untuk mencari Indeks diskriminasi (D) adalah:
D = 𝐵𝐴 - 𝐵𝐵 = PA -PB
𝐽𝐴 𝐽𝐵
Keterangan:
42

D = indeks diskriminasi
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang mejawab benar (p adalah indeks
kesukaran
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda:
D = 0,00 – 0,20 = Lemah
D = 0,21 – 0, 40 = Sedang
D = 0,41 - 0,70 = Baik
D = 0.71 – 1,00 = Baik sekali
D= negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D
negatif sebaiknya di buang.
Penghitungan daya pembeda ini dilakukan dengan bantuan microsoft excel.
Hasil penghitungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal
Kriteria Jumlah No Soal
Baik 2 2, 44
Sedang 21 3,5, 12, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 27, 28,
29, 35, 38, 39, 41, 42, 43, 46, 47
Lemah 27 1, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 20,
24, 26, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 40, 45,
48, 49, 50

Hasil analisis daya pembeda soal pada tabel 3.8 terdapat 2 soal yang berdaya
beda baik, 21 soal berdaya beda cukup dan 27 soal berdaya beda jelek.
Perhitungan daya beda soal terdapat pada lampiran.
Instrumen penelitian yang digunakan ada sebanyak 20 soal, soal
tersebut nantinya akan digunakan sebagai soal pretest dan posttest. Ke 20
butir soal tersebut yaitu 2, 3, 5, 7, 9, 12, 16, 19, 22, 25, 27, 29, 32, 34, 38,
41, 44, 45, 47, 49.
No Soal Valid Reliabel Sukar Daya Pembeda
43

2 √ √
3 √ √
5 √ √
7 √ √
9 √
12 √
16 √ √
19 √
22 √
25 √ √
27 √
29 √ √
32 √ √
34 √ √
38 √
41 √ √
44 √ √
45 √ √
47 √
49 √ √

B. METODE ANALISIS DATA


1. Uji normalitas data
Untuk data berkelompok untuk menguji normalitas dapat
menggunakan uji Chi-Kuadrat (Nurgana, 1993;13-14). Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
a. Menentukan nilai rata-rata dan simpangan bakunya.
b. Menentukan skor tertinggi, skor terendah dan rentang.
c. Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspetasi.
d. Menentukan nilai (χ²) Chi-Kuadrat hitung.
(Oi−Ei )
χ ²=∑
Ei
44

e. Menentukan derajat kebebasan.


f. Menentukan Chi-Kuadrat tabel χ² tabel = χ² (1-a) (k-3)
g. Kriteria pengujian, jika χ² hitung < χ² tabel maka data berdistribusi normal.

2. Uji Hipotesis
Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal maka untuk
menguji hipotesis digunakan uji paired sampel t test. Adapun
pengujiannya sebagai berikut:
a. Mencari nilai rata-rata dan simpangan baku dari kedua kelompok data
b. Merumuskan hipotesis nol dan alternatifnya
c. Mengetes normalitas sebaran data kedua kelompok sampel
d. Mencari perbedaan nilai/skor dari masing-masing subjek (d)
e. Menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku dari (d)
f. Menentukan nilai t hiitung dengan rumus
X sd
t=
Sd / √ n
i

keterangan:
X sd : rata-rata dari selisih data
Sd : simpangan baku dari selisih data
i

n : banyaknya sampel
g. Menentukan nilai t tabel dengan t tabel = t α = (dk = n - 1)
h. Kriteria pengujian hipotesis
Jika −t tabel ≤t hitung ≤t tabel maka Ho diterima.
Apabila data tersebut berdistribusi tidak normal maka harus menggunakan uji
statistika non parametik dalam hal ini menggunakan uji Wicoxon. Adapun
langkahnya adalaha sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis penelititan
b. Menentukan nilai perubahan data setiap pengamatan (positif, negative, nol)
c. Menghitung nilai selisih dari setiap data pengamatan
d. Menentukan rank/peringkat pada hasil langkah ke-3 mulai dari data terkecil
sampai data terbesar
45

e. Memisahkan nilai rank yang bertanda positif dengan data yang negative,
kemudian dijumlahkan
f. Menentukan nilai statistic Wilcoxon dengan memilih jumlah rank terkecil
g. Jika sampel >25 maka distribusinya akan mendekati distribusi normal untuk
itu digunakan rumus Z.
n(n+ 1)
T−
4
Z=

√ n(n+ 1)(2 n+1)


24

C. PROSEDUR PENELITIAN
Secara garis besar penelitian yang dilaksanakan ini dapat dibedakan
menjadi tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penarikan
kesimpulan. Ketiga tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Melakukan studi literatur dengan menelaah kurikulum
b. Menentukan permasalahan dalam Pendidikan yang akan dijadikan bahan
penelitian
c. Menentukan tempat atau subjek penelitian
d. Menyusun proposal
e. Melaksanakan seminar proposal
f. Penyempurnaan proposal
g. Mengurus surat izin untuk penelitian
h. Menyusun instrumen penelitian berupa soal yang telah dijugment oleh dosen
pembingbing dan selanjutnya instrument tersebut direvisi kembali
i. Melakukan uji coba instrumen berupa tes objektif dalam bentuk pilihan
j. Pengolahan data hasil uji coba instrumen
k. Perbaikan instrumen berdasarkan analitis butir soal

2. Pelaksanaan
a. Melakukan observasi SDN 6 Cibunar yang berdomisili di desa Cibunar
kecamatan Cibatu kabupaten Garut.
46

b. Menentukan objek penelitian, yaitu siswa kelas V (lima) pada semester 2


(dua) tahun ajaran 2021-2022.
c. Memberikan kesempatan kepada guru atau wali kelas untuk menjelaskan
kepada siswa bahwa akan diterapkan suatu pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Course Review Horay dan supaya
mengikuti rangkaian proses pembelajaran dengan serius.
d. Melaksanakan free-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Course
Review Horay.
e. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Course Review Horay pada mata pelajara matematika.
a. Melaksanakan post-test untuk mengetahui kemampuan akhir yang dicapai
siswa setelah mendapat pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Course Review Horay pada mata pelajara matematika.

3. Penarikan kesimpulan
a. Pengolahan data
b. Menganalisis data hasil free-test dan post-test
c. Membahas analisis data dan membuat kesimpulan dari masalah serta tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian
d. Penarikan kesimpulan secara keseluruhan tahapan-tahapan tersebut
dikemukakan dalam bentuk alur penelitian yang terdapat pada bagan alur
penelitian.

4. ALUR PENELITIAN
47

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Subjek dan Lokasi Penelitian
a. Subjek Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di SDN 6 Cibunar desa Cibunar kecamatan
Cibatu kabupaten Garut. Adapun alasan peneliti memilih SDN 6 Cibunar sebagai
tempat penelitian dikarenakan peneliti berharap dapat berkontribusi dalam
memajukan pendidikan di wilayah kelahiran peneliti. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas V (lima) SDN 6 Cibunar desa Cibunar kecamatan Cibatu kabupaten
Garut.
b. Lokasi Penelitian
1) Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDN 6 Cibunar
NPSN : 20225770
Jenjang Pendidikan : SD
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Kp. Sayang
48

RT / RW : 01 / 02
Kode Pos : 44185
Kelurahan : Cibunar
Kecamatan : Kec Cibatu
Kabupaten/Kota : Kab. Garut
Provinsi : Prov. Jawa Barat
Negara : Indonesia
2) Kontak Sekolah
Nomor Telepon : 085222332926
Nomor Fax :  -
Email : Sdn6cibunar@gmail.com
Website :

c. Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Tabel 4.1 Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

No Nama JK Status Kepegawaian Jenis PTK

Kepala
1 Wawat Setiawati, M.Pd P PNS
Sekolah
Guru Kelas I
2 Jubaedah, S.Pd. P PNS
& II

3 Ade Sempena, S.Pd. L P3K Guru Kelas VI

4 Ine Mirasanti, S.Pd. P Guru Honor Sekolah Guru Kelas IV

5 Novi Damayanti, S.Pd. P Guru Honor Sekolah Guru Kelas V

6 Mamat S., S.Pd.I. P Guru Honor Sekolah Guru Kelas III

7 Tedi Saepuloh P Guru Honor Sekolah Pramu Kelas

d. Daftar Peserta Didik


1) Jumlah peserta Didik Berdasarkan Usia
49

Tabel 4.2 Jumlah peserta Didik Berdasarkan Usia


Usia L P Total
< 6 tahun 0 0 0
6 - 12 tahun 44 61 105
13 - 15 tahun 0 0 0
16 - 20 tahun 0 0 0
> 20 tahun 0 0 0
Total 44 61 105

e. Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tabel 4.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan L P Total

Tingkat 1 2 7 9

Tingkat 2 6 12 18

Tingkat 3 11 10 21

Tingkat 4 5 15 20

Tingkat 5 14 9 23

Tingkat 6 5 10 15

Total 44 61 105

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian


a. Gambaran Pelaksanaan Penelitian

Tujuan utama pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui


pengaruh dari penerapan model pembelajaran Course Review Horay
50

terhadap aktivitas dan pengetahuan konsep matematika peserta didik di


SDN 6 Cibunar kelas V. Untuk mengetahui pengaruh tersebut, maka
waktu pelaksanaan penelitian di kelas dilakukan pada Jam setelah
istirahat dan dilaksanakan secara bergantian dengan jeda waktu jam
istirahat. Berikut jadwal pelaksanaan penelitian yang telah terlaksana.

Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Tanggal Penelitian Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1 09 Mei 2022 Pretest Pukul 10.00-10.30


2 09 Mei 2022 Pertemuan 1 Pukul 10.30-12.00
4 10 Mei 2022 Posttest Pukul 10.30-12.00
Berdasarkan jadwal tersebut, Pretest dilaksanakan sebelum
pembelajaran berlangsung dan dan Posttest dilaksanakan sehari setelah
pembelajaran dilaksanakan.

Pada pertemuan pertama, pelaksanaan kegiatan dimulai di kelas yaitu


pada pukul 10.30-12.00. Pada perlakuan pertama menunjukkan adanya
perbedaan. Peserta didik lebih memahami langkah-langkah model
pembelajaran Course Review Horay yang akan peserta didik lakukan.
Peserta didik lebih bersemangat ketika menjawab pertanyaan maupun
bersorak hore ketika mereka berhasil menjawab benar soal kuis
kelompok dan membentuk sebuah garis. Sehingga peserta lebih paham
terhadap langkah- langkah model Course Review Horay, guru hanya
memberikan penjelasan singkat untuk mengingatkan peserta didik.
Peserta didik lebih bersemangat ketika berdiskusi maupun menjawab
soal kuis kelompok. Peserta didik tidak lagi ragu-ragu ketika akan
berteriak hore ketika jawaban benar dan membentuk sebuah garis.

b. Data Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah


disepakati oleh peneliti dan guru kelas seperti yang terlihat pada tabel
4.3. Kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini diaksanakan oleh
peneliti sendiri yang jauh-jauh hari telah membuat RPP oleh peneliti
51

untuk dilaksanakan. Peneliti selama pelaksanaan pembelajaran bertugas


sebagai pengajar dan mengobservasi sesuai

1) Penerapan Model Pembalajaran Course Review Horay

Berikut ini adalah gambaran dari penerapan model pembelajaran


Course Review Horay dari pertemuan yang dilaksanakan oleh peneliti
berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti.

Tabel 4.4 Hasil Observasi Pembelajaran Matematika dengan Model


Pembelajaran Course Review Horay

Variable X Kegiatan Indikator No- pertemuan


Item
1
Model Awal Guru menyampaikan 1 √
Pembelajar kompetensi yang ingin
an Course dicapai
Review Inti Guru meminta peserta didik 2 √
Horay untuk memperhatiakan
materi yang dijelaskan
Guru melakukan tanyajawab 3 √
dengan siswa sesuai
dengan materi.
Guru membagi siswa dalam 4 √
beberapa kelompok.
Guru memberikan tugas 5 √
yang harus diselesaikan
pada setiap kelompok.
Guru mempersilahkan salah 6 √
seorang perwakilan
kelompok membacakan
hasil diskusinya.
Guru menjelaskan aturan 7 √
permainan kuis kelompok
yang akan dilaksanakan.
Guru membacakan soal 8 √
secara acak dan siswa
secara berkelompok
berdiskusi menjawab soal.
Akhir Guru bersama peserta didik 9 √
mendiskusikan jawaban
yang benar dari soal-soal
yang ada.
Kelompok yang sudah 10 √
mendapat tanda (√)
52

secara vertikal, horisontal


atau diagonal berteriak
“hore”

Menurut perhitungan Skala Likert dalam bentuk Checklist pilihan


jawaban “ya” dan “tidak”, jika “ya” nilai yang diberikan adalah 2 dan
jika “tidak” nilai yang diberikan adalah 1.

Format penilaian : ∑skor

Nilai Kriteria
17 – 20 Baik
14 – 16 Cukup
10 – 13 Kurang
Berdasarkan tabel 4.4 semua sintak pembelajaran telah dilaksanakan. Jadi
perhitungannya adalah sebagai berikut.

Format penilaian : ∑skor


= 2 x 10
= 20 (baik)

Berdasarkan perhitungan tersebut, keterlaksanaan seluruh sintaks


model pembelajaran Course Review Horay termasuk kedalam kategori
baik. Dalam pelaksanaan perlakuan, peneliti melakukan observasi
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan langsung oleh
peneliti sendiri. Observasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui
bagaimana jalannya proses pembelajaran dengan cara memberikan
Checklist pada lembar observasi yang ada. Setelah selesai perlakuan,
peneliti sebagai observer mmengoreksi mengenai apa saja yang sudah
terlaksana dengan baik dan apa saja yang perlu di perbaiki.

Dengan ini, peneliti sebagai observer menegaskan bahwa langkah-


langkah yang ada telah terlaksana secara keseluruhan. Lembar observasi
model pembelajaran Course Review Horay dapat dilihat pada lampiran.

2) Data Hasil Aktivitas Belajar peserta didik dengan Metode Course Review
Horay

Aktivitas belajar peserta didik yang diamati adalah sesuai dengan


lembar observasi aktivitas belajar siswa yang telah ditetapkan peneliti.
53

Observasi dilaksanakan mulai dari awal pembelajaran dimulai sampai


dengan akhir kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan oleh
peneliti dengan cara memberikan tanda Checklist (√) pada lembar
observasi sesuai dengan apa yang terjadi di dalam kelas. Terdapat 10
indikator di dalam lembar observasi yang perlu diamati, setiap indikator
terdapat 4 deskriptor, sehingga nilai maksimal adalah 40 dan skor
minimal adalah 10 karena setiap indikator jika semua deskriptor tidak
terlihat tetap mendapatkan nilai 1. Terdapat empat kriteria skor aktivitas
siswa yang digunakan yaitu “ sangat baik, baik, cukup dan kurang”.
Berikut adalah tabel kriteria nilai aktivitas siswa .

Tabel 4.5 Kriteria Nilai Aktivitas Peserta Didik

Nilai Kriteria
34≤ Skor 40 Sangat Baik
26 ≤ Skor <34 Baik
18 ≤ Skor < 26 Cukup
10 ≤ Skor <18 Kurang
*Diadaptasi dari Sukmadinata, 2010:230 Hasil dari pengamatan observasi
aktivitas belajar peserta didik dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No Indikator Aktivitas Belajar


Peserta Didik
Kelas V ( Lima)
P
1 Mempersiapkan diri dalam menerima 4
pembelajaran (mental activities)

2 Menanggapi Apersepsi (emosional activities) 4

3 Peserta didik memperhatikan penjelasan guru 3


(listening activities)
54

4 Melakukan Kegiatan bertanya da 2


menjawab (Oral and emotional activities)

5 Ketertiban dalam pembentukan kelompok 4


(emotional activities)
6 Mengerjakan soal dengan bekerjasama dengan 3
kelompoknya (mental activities)

7 Menjawab kuis kelompok (oral activities, 3 4


listening activities, moral activities)

8 Melakukan refleksi pembelajaran (oral and 2 2


emotional activities)
9 Membuat kesimpulan pembelajaran (writing 3 3
activities, mental activities)

10 Respon peserta didik menanggapi penghargaan 4 4


yang diberikan guru (emotional activities)

JUMLAH 33
KRITERIA B

Pada tabel hasil observasi aktivitas belajar peserta didik tersebut dapat
diketahui bahwa pada pertemuan 1 sebanyak sebanyak 33 deskriptor. Sehingga
penelitian ini secara berturut-turut memiliki kriteria cukup, baik, dan sangat baik.
Pada Indikator pengamatan pertama yaitu kesiapan peserta didik dalam
mengikuti pelajaran dengan deskriptor datang 5 menit sebelum pembelajaran
dimulai, peserta didik duduk ditempat duduknya masing-masing dengan rapi dan
membawa buku adalah hal mutlak yang harus dilakukan peserta. Pertemuan
pertama di kelas respon peserta didik dalam mempersiapkan diri dalam menerima
pembelajaran cukup baik, 2 deskriptor telah terpenuhi yaitu siswa datang sebelum
pembelajaran dimulai dan duduk dengan rapi. Apersepsi yang dilakukan pada
pertemuan ini adalah dengan menyanyikan lagu “halo-halo Bandung”, dimana
lagu ini menceritakan sedikit peristiwa-peristiwa yang terjadi selama
mempertahankan kemerdekaan. Untuk indikator kedua yaitu memperhatikan
penjelasan guru, pada pertemuan pertama sikap peserta didik berubah menjadi
lebih memperhatikan penjelasan dari peneliti dan mengerjakan tugas dari peneliti
dengan baik. Pada pertemuan pertama peserta didik sudah berani berinisiatif untuk
55

memberikan jawaban terlebih dahulu.


Pembentukan kelompok di awal pertemuan pertama peserta didik segara
menempatkan diri dengan kelompoknya sesuai dengan tempat yang telah di bagi
oleh guru dan peserta didik sudah dapat menerima anggota kelompoknya dan
dapat melakukan pembagian tugas dengan baik. Indikator keenam yaitu
mengerjakan soal dengan bekerja sama dengan kelompok pada pertemuan kedua.
Setelah kegiatan berdiskusi selesai maka dilanjutkan dengan kuis kelompok,
dalam indikator kuis kelompok peserta didik mulai percaya diri menjawab kuis
kelompok tanpa membuka buku bacaan.
Pada kegiatan penutup, indikator yang ada adalah melakukan refleksi,
membuat kesimpulan dan respon peserta didik dalam menanggapi penghargaan
yang diberikan oleh peneliti Pada indikator refleksi baik aktivitas peserta didik
masih kurang, hanya terlihat 2 deskriptor yang nampak yaitu peserta didik
mengungkapkan pendapatnya yang berhubungan dengan materi dan menjawab
pertanyaan peneliti mengenai materi yang ada. Sedangkan untuk indikartor
membuat kesimpulan dan respon peserta didik dalam menanggapi penghargaan
deskriptor yang ada pada masing-masing indikator banyak yang tercapai.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, maka terlihat bahwa aktivitas
peserta didik mengalami perubahan. Peserta didik dalam kelas lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran pada indikator menjawab kuis kelompok.
3) Data Hasil Belajar Peserta didik menggunakan Model Pembelajaran
Course Review Horay
Data hasil belajar dalam penelitian ini adalah data hasil belajar
pretest dan posttest. Pretest adalah tes yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum diberikan
perlakuan. Sedangkan posttest bertujuan untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar peserta didik setelah dilakukan atau diberi perlakuan
(treatment). Data hasil belajar di kelas dilakukan analisis uji normalitas
dan uji hipotesis.Untuk mengetahui hasil belajar siswa, berikut adalah
acuan penilaian di SDN 6 Cibunar.

0 ─ 39 = Sangat Kurang 81 ─ 90 = Tinggi

40 ─ 69 = Kurang 91 ─ 100 = Sangat Tinggi


56

70 80 = Cukup
a) Analisis Data Pretest
Tabel 4.7 Daftar Nilai Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelas
V Tahun Pelajaran 2021/2022
KODE NILAI KATEGORI
S-1 70 Cukup
S-2 65 Kurang
S-3 60 Kurang
S-4 55 Kurang
S-5 70 Cukup
S-6 60 Kurang
S-7 40 Kurang
S-8 55 Kurang
S-9 20 Sangat Kurang
S-10 55 Kurang
S-11 25 Sangat Kurang
S-12 75 Cukup
S-13 50 Kurang
S-14 30 Sangat Kurang
S-15 30 Sangat Kurang
S-16 50 Kurang
S-17 75 Cukup
S-18 45 Kurang
S-19 75 Cukup
S-20 70 Cukup

Data hasil belajar pretest di kelas menunjukkan hanya 6 Peserta didik yang
memenuhi standar KKM sekolah untuk mata pelajaran Matematika yaitu 70. Hal
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi peserta didik dalam mata pelajaran
Matematika materi “Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok” adalah belum
57

menguasai materi tersebut dalam pemahaman konsepnya. Adapun data rekap hasil
belajar pretest peserta didik dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.9 Rekap Hasil Belajar Pretest

Pretest
No. Interval F %
1 91 ─ 100 - -
2 81 ─ 90 - -
3 70 ─ 80 6 30%
4 40 ─ 69 10 50%
5 0 ─ 39 4 20%
Jumlah 20 100%
Tuntas ( ≥70 ) 6 30%
Tidak Tuntas ( ≤ 70) 14 70%
Tertinggi 75
Terendah 20
Rata-rata 54,15
Simpangan Baku 19,75

Berdasarkan tabel 4.9 tampak sebelum dilakukan pembelajaran dengan


menggunakan model pembelajaran Course Review Horay skor tertinggi hasil
belajar adalah 75 sedangkan skor terendah adalah 20 dan skor rata-rata hasil
pretest adalah 54,15.

HASIL PRETEST

0 ─ 39

40 ─ 69

70 ─ 80

0 2 4 6 8 10 12
%-- F--
58

Diagram 4.2 Hasil Pretest peserta didik

Selanjutnya untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal maka


dilakukan pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Chi-kuadrat (χ²),
yang secara ringkas langkah-langkah analisis pengujianya adalah sebagai berikut:
1) Menghitung nilai Chi Kuadrat
(O ¿ ¿ i−Ei )²
χ =∑
2
¿
Ei

2 ( 5−4,25) ² ( 4−1,50)² (4−3,35)² (3−4,14) ² (3−1,91) ² (1−2.92)²


χ= + + + + +
4,25 1,50 3,35 4,14 1,91 2,92

2 6,87 6,25 0,42 1,30 1,18 3,69


χ= + + + + +
4,25 1,50 3,35 4,14 1,91 2,92
2
χ =0,13+4,17+ 0,12+ 0,31+ 0,62+1,26
2
χ =6,62

2) Menentukan derajat kebebasan


db = k - 3
=6-3
=3
3) Menentukan nilai Chi Kuadrat tabel
2
Pada tabel χ 2 diperoleh χ 0.95 (3 ) = 7.81
4) Kriteria normalitas
Jika χ 2hitung < χ 2 tabel maka data berdistribusi normal.
Karena χ 2hitung (6,62) < χ 2tabel (7.81), maka data berdistribusi normal

b) Analisis Data Posttest


Tabel 4.10 Daftar Nilai Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Kelas V Tahun Pelajaran 2021/2022
KODE NILAI KATEGORI
S-1 95 Sangat Tinggi
S-2 95 Sangat Tinggi
S-3 88 Tinggi
59

S-4 87 Tinggi
S-5 95 Sangat Tinggi
S-6 74 Cukup
S-7 80 Cukup
S-8 88 Tinggi
S-9 68 Kurang
S-10 88 Tinggi
S-11 65 Kurang
S-12 95 Sangat Tinggi
S-13 84 Tinggi
S-14 60 Kurang
S-15 55 Kurang
S-16 72 Cukup
S-17 95 Sangat Tinggi
S-18 95 Sangat Tinggi
S-19 92 Sangat Tinggi
S-20 92 Sangat Tinggi

Data hasil belajar posttest menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.


Perlakuan selama 2 kali pertemuan menghasilkan hasil belajar yang memuaskan.
Hal ini terlihat dari hasil belajar peserta didik menggunakan model pembelajaran
Course Review Horay sudah mencapai ketuntasan >50 %. Dari hasil Posttest
terdapat 16 peserta didik yang tuntas dan 4 peserta didik yang di bawah KKM.
Adapun data rekap hasil belajar posttest peserta didik dapat dilihat dalam tabel
berikut.

Tabel 4.11 Rekap Hasil Belajar Posttest

Posttest
No. Interval F %
1 91 ─ 100 8 40%
2 81 ─ 90 5 25%
60

3 70 ─ 80 3 15%
4 40 ─ 69 4 20%
5 0 ─ 39
Jumlah 20 100%
Tuntas ( ≥70 ) 16 80%
Tidak Tuntas ( ≤ 70) 4 20%
Tertinggi 95
Terendah 55
Rata-rata 84,90
Simpangan Baku 15,38
Berdasarkan tabel 4.11 tampak sesudah dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Course Review Horay skor tertinggi hasil
belajar adalah 95 sedangkan skor terendah adalah 55 dan skor rata-rata hasil
posttest adalah 84,90.

HASIL POSTTEST
0 ─ 39
40 ─ 69
70 ─ 80
81 ─ 90
91 ─ 100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

% F

Diagram 4.3 Hasil Posttest peserta didik


Selanjutnya untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal maka
dilakukan pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Chi-kuadrat (χ²)
yang secara ringkas langkah-langkah analisis pengujianya adalah sebagai berikut:
1) Menghitung nilai Chi Kuadrat
(O ¿ ¿ i−Ei )²
χ =∑
2
¿
Ei
(6−3,85) ² (6−2,81) ² (2−0,96)² (2−2,03)² (2−4,05)²
+(2−3,27)²+ ¿
2
χ= + + + ¿
3,85 2,81 0,96 2,03 3,27 4,05
61

2 4,61 10,18 1,07 0,00 1,62 + 4,21


χ= + + + +
3,85 2,81 0,96 2,23 3,27 4,05
2
χ =1,20+ 3,62+ 1,11+ 0,00+0,49+1,04
χ =¿ 7,47
2

2) Menentukan derajat kebebasan


db = k - 3
=6-3
=3
3) Menentukan nilai Chi Kuadrat tabel
2
Pada tabel χ 2 diperoleh χ 0.95 (3 ) = 7.81
4) Kriteria normalitas
Jika χ 2hitung < χ 2 tabel maka data berdistribusi normal.
Karena χ 2hitung (7,47) < χ 2tabel (7.81), maka data berdistribusi normal
c. Uji Hipotesis
Setelah diperoleh normalitas data maka selanjutnya dilakukan uji
hipotesis. Dalam hal ini uji hipotesis yang digunakan adalah uji paired
sampel t test dengan langkah sebagai berikut:
Dari data hasil uji coba diketahui rata-rata dan simpangan baku sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil Uji Coba normalitas
2 2 Kriteria
Pengukuran χ hitung χ tabel Keterangan
χ hitung < χ 2tabel
2

Pre-Test 6,62 7,81 6,62 < 7,81 Normal


Post-Test 7,47 7,81 7,47 < 7,81 Normal

1) Hipotesis
H0 : Penggunaan Model Pembelajaran Course Review Horay pada
pembelajaran Matematika tidak memiliki pengaruh terhadap
pemahaman siswa.
H1 : Penggunaan Model Pembelajaran Course Review Horay pada
pembelajaran Matematika memiliki pengaruh terhadap pemahaman
62

siswa.
2) Dari hasil analisis data diketahui bahwa kedua data kelompok pengukuran
tersebut adalah berdistribusi normal.
3) Perbedaan nilai/skor dari masing-masing subyek lengkapnya dapat dilihat
pada tabel data hasil uji coba.
4) Dari data hasil analisis diperoleh rata-rata dari selisih data ( X ) = 30,75 dan
Simpangan baku dari selisih data (Sd) = 4,37
5) Menentukan nilai t hitung
Menentukan rata-rata dari selisih data

S=
√ ( n1 −1 ) S12+ ( n2−1 ) S 22
n1+ n2−2

S=
√ ( 20−1 ) 360,13+ ( 20−1 ) 236,63
20+20−2

S=
√ ( 20 x 360,13 ) +(20 x 236,63)
38

S=
√ 4496,00+ 6842,55
38

S=
√ 11.338,55
38
S= √298,38
S=17,27
6) Menentukan t hitung
X 1−X 2
t hitung =


S 1 1
+
n1 n 2
84,90−54,15
t hitung =


17,27 1 1
+
20 20
30,75
t hitung = 17,27
√ 0,1
30,75
t hitung =
5,46
t hitung =5,63
7) Menentukan nilai t tabel
63

t tabel = (1-1/2.α) (dk = n1 +n2 -2)


t tabel = (1-1/2.0,05) (dk = 20+20-2)
t tabel = (1-0,025) (dk = 38)
t tabel = (0,975) (38)
Karena tidak terdapat pada daftar maka di cari dengan interpolasi.
0,05 (30) = 2,042 = 2,042 – ½ (2,042 – 2,021)
= 2,042 – ½ (0,21)
0,05 (40) = 2,021 = 2,03
Di lihat dari t tabel maka diperoleh t tabel sebesar 2,03
8) Pengujian hipotesis
H 0 : μ1≤ μ2 melawan H 1 : μ1 > μ2
Dari hasil analisis perhitungan diperoleh nilai t hitung = 5,63 sedangkan
t tabel = 2.03. Karena nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabelmaka H 1
diterima. Artinya penggunaan model pembelajaran Course Review
Horay pada pembelajaran matematika memiliki memiliki pengaruh
terhadap pemahaman konsep peserta didik.

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis di atas dapat dijelaskan bahwa pemahaman
konsep peserta didik terhadap konsep Matematika di kelas V (lima) SDN
6 Cibunar dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Course Review Horay. Hal tersebut
diperkuat dengan peningkatan aktifitas peserta didik dalam proses
pebelajaran serta peningkatan hasil belajar melalui penilaian pre-test dan
post-test.
Analisis data awal dilakukan melalui uji normalitas yang bertujuan untuk
menunjukkan bahwa data yang dipakai berdistribusi normal. Hal ini terlihat dari
uji normalitas dengan chi-kuadrat dimana pada uji normalitas pretest diperoleh
nilai Chi-kuadrat hitung χ 2 = 6,62, derajat kebebasan dk = 3 dan Chi kuadrat
2
tabel χ 0.95 (3 ) = 7.81 maka untuk uji normalitas pretest dikarenakan χ 2 hitung
(4,17) < χ 2 tabel (7.81), maka data berdistribusi normal. Kemudian untuk uji
normalitas post-test diperoleh nilai Chi kuadrat hitung χ 2=¿ 7,47, derajat
64

2
kebebasan dk = 3 dan Chi kuadrat tabel χ 0.95 (3 ) = 7.81 sehingga untuk χ 2hitung
(7,47) < χ 2tabel (7,81), maka data juga berdistribusi normal.
Pengujian hipotesis yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian dengan
menggunakan uji paired sampel t test dan diperoleh rata-rata dari selisih data (X ̅)
= 30,75 dan simpangan baku dari selisih data (Sd) = 4,37. Selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk memperoleh nilai t hitung, dimana dari hasil perhitungan tersebut
diperoleh nilai t hitung sebesar 5,63 untuk di bandingkan dengan nilai t tabel yang
sebelumnya juga diperoleh dari hasil perhitungan dengan nilai t tabel sebesar 2,03.
Sebagaimana hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu H 0 : μ1≤ μ2
melawan H 1 : μ1 > μ2, untuk keperluan pengujian hipotesis tersebut digunakan uji
pihak kanan. Berdasarkan hasil analisis inferensial, diperoleh bahwa skor hasil
belajar matematika peserta didik baik pretest maupun posttest berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan pada pengujian hipotesis diperoleh
t hitung> t tabel yaitu 5,63 > 2,03 sehingga jatuh pada daerah penolakan H 0 dan berada
didaerah penerimaan H 1 dalam hal ini pengajuan hipotesis diterima. Hal tersebut
menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Course Review Horay
yang diterapkan dalam pembelajaran terhadap tingkat pemahaman konsep peserta
didik yang dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik serta
aktifitas peserta didik sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman konsep dan hasil
belajar peserta didik. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan pemahaman dan
hasil belajar peserta didik adalah model pembelajaran yang sesuai. Melalui
penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan maka
peserta didik akan merasa senang dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan, dapat dijelaskan bahwa proses belajar
mengajar pada mata pelajaran matematika di SDN 6 Cibunar dengan
menggunakan model pembelajaran Course Review Horay dapat merangsang siswa
untuk memperhatikan pelajaran dan dapat meningkatkan minat belajar.
Terbukti saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa selalu aktif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil observasi yang dilaksanakan selama
pembelajaran mendapatkan nilai yang sangat memuaskan, dimana dari hasil hasil
observasi aktivitas belajar peserta didik tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak
65

33 deskriptor atau 82 %. Sehingga penelitian ini secara berturut-turut memiliki


kriteria cukup, baik, dan sangat baik yang menunjukan bahwa kegiatan
pembelajaran masuk kedalam kriteria Aktif.
Kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif akan
memacu semangat peserta didik untuk selalu ingin tahu. Sehingga dengan
penjelasan yang telah diberikan peserta didik juga aktif bertanya. Dengan
mengaitkan pengalaman/kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar dapat
menambah pengetahuan peserta didik. Pada akhir pembelajaran guru membantu
peserta didik untuk mengulang/merefleksikan kembali materi yang telah
dipelajari. Pemberian evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman konsep yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti suatu
kegiatan pembelajaran.
Dalam penelitian ini pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep dapat
dilihat dari nilai hasil belajar. Hasil belajar peserta didik setelah penerapan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Course Review Horay sudah
memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal. Hasil uji t tersebut menunjukkan
bahwa thitung bernilai positif yang berarti nilai rata-rata dengan menggunakan
model pembelajaran Course Review Horay lebih tinggi dan lebih efektif dari pada
hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Course Review Horay
pada pembelajaran matematika materi Bangun Ruang sangat berpengaruh
terahadap pemahaman konsep matematika peserta didik kelas V SDN 6 Cibunar.
BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti serta hasil pengolahan dan
analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Course Review Horay berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep
matematika peserta didik pada materi volume bangun ruang kubus dan balok
kelas V SDN 6 Cibunar tahun pelajaran 2021/2022 berdasarkan hal berikut.
Skor hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik
sebelum menerapkan model pembelajaran Course Review Horay yaitu dengan
rata-rata sebesar 54,15 dan simpangan bakunya sebesar 19,75. Analisis data awal
dilakukan melalui uji normalitas yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa data
yang dipakai berdistribusi normal. Hal ini terlihat dari uji normalitas dengan chi-
kuadrat dimana pada uji normalitas pretest diperoleh nilai Chi-kuadrat hitung χ 2
2
= 6,62, derajat kebebasan dk = 3 dan Chi kuadrat tabel χ 0.95 (3 ) = 7.81 maka untuk
uji normalitas pretest dikarenakan χ 2 hitung (4,17) < χ 2 tabel (7.81), maka data
berdistribusi normal. Skor hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa setelah menerapkan model pembelajaran Course Review Horay yaitu
dengan rata-rata sebesar 84,90 dan sandar deviasinya 15,38. Untuk uji normalitas
post-test diperoleh nilai Chi kuadrat hitung χ 2=¿ 7,47 derajat kebebasan dk = 3
2
dan Chi kuadrat tabel χ 0.95 (3 ) = 7.81 sehingga untuk χ 2hitung (7,47) < χ 2tabel
(7,81), maka data juga berdistribusi normal.
Pengujian hipotesis yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian dengan
menggunakan uji paired sampel t test dan diperoleh rata-rata dari selisih data (X ̅)
= 30,75 dan simpangan baku dari selisih data (Sd) = 4,37. Selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk memperoleh nilai t hitung, dimana dari hasil perhitungan tersebut
diperoleh nilai t hitung sebesar 5,63 untuk di bandingkan dengan nilai t tabel yang
sebelumnya juga diperoleh dari hasil perhitungan dengan nilai t tabel sebesar 2,03.
Sebagaimana hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu H 0 : μ1 ≤ μ2
melawan H 1 : μ1 > μ2, untuk keperluan pengujian hipotesis tersebut digunakan uji
67

pihak kanan. Berdasarkan hasil analisis inferensial, diperoleh bahwa skor hasil
belajar matematika peserta didik baik pretest maupun posttest berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan pada pengujian hipotesis diperoleh
t hitung> t tabel yaitu 5,63 > 2,03 sehingga jatuh pada daerah penolakan H 0 dan berada
didaerah penerimaan H 1 dalam hal ini pengajuan hipotesis diterima. Hal tersebut
menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Course Review Horay
yang diterapkan dalam pembelajaran terhadap tingkat pemahaman konsep peserta
didik yang dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik serta
aktifitas peserta didik sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
Hasil observasi yang dilaksanakan selama pembelajaran mendapatkan nilai
yang sangat memuaskan, dimana dari hasil hasil observasi aktivitas belajar peserta
didik tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 33 deskriptor atau 82 %. Sehingga
penelitian ini secara berturut-turut memiliki kriteria cukup, baik, dan sangat baik
yang menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran masuk kedalam kriteria Aktif.
Dalam penelitian ini pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep dapat
dilihat dari nilai hasil belajar. Hasil belajar peserta didik setelah penerapan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Course Review Horay sudah
memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal. Hasil uji t tersebut menunjukkan
bahwa thitung bernilai positif yang berarti nilai rata-rata dengan menggunakan
model pembelajaran Course Review Horay lebih tinggi dan lebih efektif dari
pada hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Course
Review Horay pada pembelajaran matematika materi Bangun Ruang sangat
berpengaruh terahadap pemahaman konsep matematika peserta didik kelas V
SDN 6 Cibunar.

B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Guru matematika dapat menggunakan model Course Review Horay sebagai
salah satu alternatif pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematika peserta didik.
2. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan tentang pembelajaran model
68

Course Review Horay pada materi lain dan beberapa aspek lain seperti
kemampuan pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan lain sebagainya
agar peserta didik lebih memahami materi yang diajarkan.
3. Kepada pembaca diharapkan dapat melakukan penelitian lain tentang model
pembelajaran Course Review Horay atau faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Niken Dwi. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Course Review Horay (CRH) terhadap Prestasi
Belajar Siswa Pada Materi Pecahan Pada Siswa kelas V SDN Jambon.

Anitah, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.
Aningsih, dkk. (2018). Penerapan Model Pembelajaran IMPROVE dalam
Meningkatkan Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran
Matematika Siswa Kleas IV SD Negeri Pengasinan I Bekasi.
PEDAGOGIK Vol. VI, No 2, September 2018.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsani, Ni Wayan, dkk. (2018). Penagaruh Model Pembelajaran Course
Review Horay terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. International
Journal Of Elementary Education, hal: 183 – 191. P-ISSN: 2579–
7158 E-1SSN:2549-6050.
Awalludin, dkk. 2008.Statistika Pendidikan. Jakarta: DIKTI.
Faradita, Meirza Nanda. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Course Review Horay terhadap Motivasi Belajar
Siswa Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar. ELSE Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Sekolah Dasar, Volume 1 Nomor 2b, Desember
2017. P-ISSN:2581–1800 E-ISSN:2597- 4122
Kunandar. 2014. Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta
Didik Berdasarkan Kurikulum 2013 Suatu Pendekatan Praktis
Disertai dengan Contoh. Depok: Rajagrafindo Persada
Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Huda, Miftahul. 2015. Cooperatif Learning Metode, Teknik, Struktur
dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.
70

Yogyakarta : Pustaka Pelajar


Majid, Abdul. (2014). Penelitian Autentik Proses & Hasil Belajar.
Bandung: Rosdakarya.
Maryam, Siti, dkk. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Course Review Horay untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Pada Materi Keliling dan Luas Persegi Panjang di Kelas VII SMP
Negeri 2

Marawola. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Valome 04


Nomor 01 September 2016.
Mawaddah, Siti. (2016). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa SMP dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan
Terbimbing (Discovery Learning), EDU-MAT Jurnal Pendidikan
Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 76 – 85.
Nahar, Arifatun, dkk. (2016) . Keefektifan Model Pembelajaran Course
Review Horay dengan Pendekatan Kontekstual terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Materi Segitiga Kleas
VII. JKPM, Volume 3 Nomor 1, April 2016. ISSN:2339-2444 Hal: 48-
59.
Rahman, Arief Aulia. (2019). Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa
(LAS) Berbasis Realistic Mathematics Education) untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis siswa. MAJU Volume
6 No. 1, Maret 2019, p-ISSN:2355-3782 E-ISSN:2579-4647, Page
1- 10.
Sudijono, Anas. (2015). Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus.2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
71

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Suprijono, Agus. (2017). Cooperatif Learing Teori & Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tiro, M. A. 2010. Cara Efektif Belajar Matematika. Makassar: Andira
Publisher. Uno, H.B dan Nurdin M. (2012). Belajar dengan
pendekatan Pembelajaran Aktif
Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik: Strategi Pembelajaran
PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat Diterapkan
Untuk Mengoptimalkan Kegiatan Pembelajaran di Sekolah.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai