Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V PADA

MATERI BANGUN RUANG SDN GEMARANG 5

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

ISNATUL AUDIA

NIM: 20011039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) MODERN NGAWI

2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peranan pendidikan sangat penting dalam proses peningkatan

kemampuan dan daya saing suatu bangsa dimata dunia. Pendidikan dapat

dikatakan sebagai kunci keberhasilan dari suatu negara, kemajuan suatu

bangsa ditentukan oleh kemajuan pendidikannya. Pendidikan merupakan

usaha sadar untuk menumbuhkan kegiatan pembelajaran. Belajar

berlangsung sepanjang hayat, berlangsung dirumah, di sekolah, di unit-

unit pekerjaan dan di masyarakat, baik anak maupun orang dewasa. Hal

tersebut sejalan dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2023 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (ayat 1), yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (Sisdiknas, 2014:3).
Indonesia harus menyelenggarakan sebuah sistem pendidikan yang

berkualitas, efektif, dan menyeluruh guna mencapai tujuan pendidikan

nasional tersebut, sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia

yang juga berkualitas, berdaya saing tinggi dan sesuai dengan kebutuhan

bangsa ini.

Pendidikan adalah salah satu unsur yang diperlukan untuk

meningkatkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dilaksanakan

melalui prose belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu


proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan belajar. Hasil belajar yang baik sangat diharapkan oleh

peserta didik, guru maupun orang tua, karena dengan hasil belajar yang

baik dapat dijadikan tolak ukur dalam keberhasilan proses belajar

mengajar, serta tercapainya tujuan pembelajaran.

Hasil belajar adalah suatu perubahan seseorang yang mengikuti

tiga kompetensi. Perubahan itu dapat berupa tidak tahu menjadi tahu

(kognitif), dari tidak paham menjadi paha (afektif), dan dari tidak bisa

menjadi bisa (psikomotor). Pengertian hasil belajar tidak bisa dipisahkan

dari apa yang terjadi dari kegiatan belajar baik dikelas, disekolah, maupun

diluar sekolah. Untuk dapat mengetahui apakah pembelajaran yang

dikatakan berhasil atau tidak dapat ditinjau dari proses pembelajaran itu

sendiri dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pembelajaran dikatakan

berhasil jika perubahan pada diri siswa yang terjadi akibat belajar. Hasil

belajar dapat di ketahui dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.

Menurut Sudjana (dalam Sutrisno, 2021:22) menyatakan bahwa

hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan

alat pengukuran berupa tes yang disusun secara terencana seperti tes

tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Sedangkan menurut suprijono (dalam

Thobroni & Mustofa, 2011:22) hasil belajar merupakan pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan

keterampilan. Sejalan dengan itu hasil belajar adalah sejumlah pengalaman


yang diperoleh peserta didik meliputi ranah kognitif, afektif, dan

pssikomotorik (Rusman, 2017:129).

Agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang aktif sebaiknya

guru memperhatikan yang salah satunya yaitu pembelajaran matematika

karena pada pembelajaran matematika dijenjang SD, pendidikan

matematika masih memperihatikan karena dianggap sebagai muatan

pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan dipahami. Kondisi yang

diharapkan dalam pembelajaran matematika adalah tidak mengutamakan

pada penyerapan melalui informasi saja tetapi lebih mengutamakan

perkembangan kemampuan berproses siswa, untuk itu aktivitas siswa

perlu ditingkatkan melalui latihan soal dengan memberikan tugas melalui

kerja kelompok kecil dan dapat menjelaskan ide atau pendapat kepada

orang lain, (Hartono dalam Basori, 2018).

Sedangkan menurut Marlin (2019:149) matematika adalah mata

pelajaran yang sangat hirarki, pengetahuan yang sudah dimiliki

mempengaruhi pemerolehan pengetahuan yang baru. Soedjadi dalam

Heruman (2014:1) menyatakan bahwa matematika adalah objek tujuan

abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Menurut paling dalam Mulyono (2018:203) menyatakan bahwa

“matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap

masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,

menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting

adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan

menggunakan hubungan-hubungan.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran matematika SD

menghasilkan hasil yang lebih baik, maka perlu diterapkan metode

pembelajaran yang efektif, sehingga pembelajaran yang dilakukan

memberikan kesan yang berbeda untuk siswa yang melibatkan mental dan

fisik siswa melalui interaksi antar siswa satu dengan yang lain, guru

dengan siswa, lingkungan dan sumber-sumber belajar lainnya (Riegeluth

dalam Basori, 2018).

Berdasarkan hasil obsevasi di SDN Gemarang 5 bahwa pada

proses pembelajaran guru belum menerapkan metode atau model

pembelajaran yang bervariasi sehingga pada saat guru menjelaskan tentang

materi bangun ruang siswa merasa jenuh dan bosan saat belajar, guru juga

belum menciptakan suasana belajar yang menyenangkan pada proses

pembelajaran, guru lebih banyak melakukan presentasi dibandingkan

dengan keaktifan belajar dan siswa juga belum bekerja sama saat prose

pembelajaran.

Permasalahan pembelajaran matematika disekolah masih

ditunjukan kurang optimalnya hasil belajar siswa dalam pelajaran

matematika pada materi bangun ruang, walaupun guru telah memberikan

penjelasan yang baik namun masih ada beberapa siswa yang kurang

paham. Kondisi yang demikian tentu saja sangat berpengaruh pada

keberhasilan pembelajaran matematika. Oleh karena itu guru harus

memiliki metode mengajar agar siswa mendapatkan suasana belajar yang

menyenangkan. Dengan mengubah paradigma berfikir siswa bahwa

matematika itu menyenangkan, maka perlu guru memberikan inovasi


dalam perencanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang di harapkan. Cara untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika

dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik dan siswa aktif

dalam belajar yaitu dengan model pembelajaran kooperatif.

Interaksi antar siswa didalam pembelajaran salah satu penerapan

pembelajaran bebasis kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik, dapat membantu siswa

dalam memahami konsep yang tidak dimengerti, dan membantu siswa

untuk menumbuhkan kemampuan berfikir secara kritis dan aktif (Trianto,

2014).

Model pembelajaran kooperatif learning merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri empat sampai

enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut

kelough & Kelough dalam Kasihani (2009:16) menyatakan bahwa model

pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran secara

berkelompok, siswa belajar bersama dan saling membantu dalam

menyelesaikan tugas dengan penekanan dan saling support antara anggota

kelompok, karena keberhasilan belajar siswa tergantung pada keberhasilan

kelompoknya.

Menurut Abdulhak dalam Rusman (2010: 203) menyatakan bahwa

model pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara

peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara


peserta didik itu sendiri dan mereka juga dapat menjalin interaksi yang

lebih luas, yaitu interaksi antar siswa dan siswa dengan guru atau dikenal

dengan istilah multiple way traffic comunication.

Bangun ruang adalah salah satu materi pelajaran matematika.

Bangun ruang menurut Tiyani dalam (Arina et al., 2020) yaitu suatu

bangun ruang yang mengambil daerah yang melingkupi sisi dalam dan

luar serta mempunyai ruang didalamnya. Sedangkan (Mu’adz, 2016)

bangun ruang yaitu bangun matematika terdapat isi atau volume. Contoh

dikehidupan sehari-hari seperti kardus, bola dan lain-lain. Menurut

(Mulyadi & Amalia, 2019) bangun ruang dibedakan menjadi bangun ruang

sisi datar serta sisi lengkung. Bangun ruang sisi datar yaitu bangun ruang

yang memiliki sisi berbentuk datar (bukan sisi lengkung) misalnya balok,

kubus, prisma, dan limas. Sementara bangun ruang sisi lengkung yaitu

bangun ruang dengan memiliki sisi berbentuk lengkung misalnya tabung,

kerucut, dan bola.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui

Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning, oleh sebab itu perlu

melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran

Cooperative Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5

Maateri Bangun Ruang Di SDN Gemarang 5”.

B. Batasan masalah

Berdasarkan urain latar belakang diatas dapat, batasan masalah

agar tidak menyimpang dari pokok masalah peneliti hanya membahas


tentang Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 Maateri Bangun Ruang Di SDN

Gemarang 5.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah

Model Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas 5 Maateri Bangun Ruang Di SDN Gemarang 5.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui Pengaruh Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 Maateri Bangun Ruang Di SDN

Gemarang 5.

E. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat teoritis

Anda mungkin juga menyukai