Anda di halaman 1dari 8

Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

ISSN: xxxx-xxxx (online)


DOI: 10.17977/umXXXvXXXiXXX20XXXpXXX

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Contextual teaching


and Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X
SMAN 2 MOJOKERTO
Muhammad Rifai, Dr. Dwiyono Hari Utomo, M.Pd, M.Si1, I Komang Astina, M.S., Ph.D2
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
*Penulis korespondensi, Surel: pembimbing.fis@um.ac.id

Abstract
This study aims to determine the effect of Contextual Teaching and Learning (CTL) learning
approaches on high school students' learning outcomes. This research is a quasi-experimental
research using Control Group Pre-test and Post-test Design. The population of this research is high
school students. The research sample was taken using a total sampling technique, all of the
population was used as a sample. The research instrument was in the form of a learning outcome
test. Data analysis was taken from the results of the students' pretest and posttest. Furthermore,
data analysis was carried out for normality, homogeneity and continued with hypothesis testing
using t-test with a significant level of 5%.

Keywords: Contextual Teaching and Learning (CTL); Learning outcomes

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa SMA. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen semu dengan menggunakan Control Group Pre-test and Post-test Design. Populasi
penelitian ini adalah siswa SMA. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik total
sampling semua populasi dijadikan sebagai sampel. Instrumen penelitian berupa tes hasil belajar.
Analisis data diambil dari hasil pretest dan posttest siswa. Selanjutnya dilakukan analisis data uji
normalitas, homogenitas dan dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji-t dengan taraf
signifikan 5%.

Kata kunci: Contextual Teaching and Learning (CTL); Hasil Belajar

1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan kegiatan yang mengoptimalkan perkembangan potensi,
kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan terarahkan kepada
pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang disebut tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan
ini bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri (Sujana, 2019). Proses pendidikan
terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan,
pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan peserta
didik (Ali, 2016). Pendidikan memberi kontribusi penting terhadap kemajuan suatu bangsa.
Kemajuan suatu bangsa diperlihatkan dengan kualitas manusia dalam bangsa tersebut.
Melalui pendidikan yang tepat akan memperbaiki kualitas manusia menjadi lebih baik.
Pendidikan melalui sekolah diharapkan dapat membentuk siswa menjadi pribadi
berkompeten di masa depan(Ibrahim, 2013). Lingkungan sekolah sebagai lingkungan formal
memiliki beberapa jenjang yakni jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Tiap jenjang saling terkait dan berkesinambungan guna memberikan bekal
kepada siswa di masa depan. Ilmu pengetahuan yang diberikan tiap jenjang juga saling
mendukung. Tiap jenjang pendidikan memberikan ilmu yang berbeda namun saling terkait
satu sama lain (Rosita, 2018).

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian yang kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa
dan negara. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa
sebagai anak didik. Salah satu indikator keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar adalah
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa (Lazwardi, 2017). Hasil belajar merupakan tolak ukur
yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa, baik dalam perubahan tingkah laku
maupun kemampuan dalam pembelajaran. Hasil belajar juga bisa dikatakan sebagai
perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan(Nasution, 2017). Hasil belajar tersebut dilihat
dari kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran berdasarkan pengalaman atau
pelajaran setelah mengikuti pembelajaran secara periodik dalam kelas. Selesainya proses
belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar dan
penguasaan siswa terhadap materi Geografi yang diberikan oleh guru. Dari hasil evaluasi ini
akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau
angka(Nurrita, 2018). Tujuan instruksional, materi, metode dan evaluasi merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan, akan tetapi harus berjalan secara teratur, komplementer
dan berkesinambungan serta memiliki peranan yang sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran. Sebagai salah satu komponen kurikulum, metode menempati peranan yang
tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya. Oleh karena itu guru hendaknya mampu
memilih dan menggunakan metode mengajar secara tepat, efisien dan efektif dengan variasi
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi(Firmansyah, 2015).

Salah satu proses pendidikan yang bisa menunjang peserta didik di sekolah yaitu
belajar. Belajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan baik disekolah maupun diluar
sekolah dan belajar juga bisa dilaksanakan dimana saja dan kapan saja, misalnya belajar
Geografi. Pelajaran Geografi mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia
pendidikan. Hal ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk sikap,
kecerdasan, dan kepribadian siswa. Karena itu pelajaran Geografi yang diberikan terutama
pada jenjang Dalam kegiatan belajar dan mengajar akan terjadi berbagai peristiwa yang tidak
hanya tampak antara guru dan anak didik saja. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu
kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan
anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur
manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya.
Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan(Sidiq & Najuah, 2020).

Proses pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama dalam proses pendidikan
disekolah. Pembelajaran Geografi merupakan suatu proses belajar mengajar yang terdiri dari
kombinasi dua aspek, yaitu belajar yang dilakukan oleh siswa dan mengajar yang dilakukan
oleh guru. Belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek
yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan
oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu

2
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa
dengan siswa disaat pembelajaran Geografi sedang berlangsung(Nurfadilah & Hakim, 2019).
Proses pembelajaran Geografi bukan hanya sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa,
melainkan suatu proses yang dikondisikan atau diupayakan oleh guru sehingga siswa aktif
dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Aktif
disini adalah suatu proses belajar yang didalamnya terjadi interaksi dan negosiasi antara guru
dengan siswa serta antara siswa dengan siswa(Kumalawati et al., 2020).

Geografi sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas
memiliki peranan penting bagi kehidupan sehari-hari siswa. (Nurjannah et al., 2020)
mengemukakan Geografi merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran
yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Sejalan dengan pendapat tersebut maka
dibutuhkan pemahaman yang baik mengenai pembelajaran Geografi. Pemahaman tersebut
akan diperoleh apabila pembelajaran Geografi dapat bermakna bagi siswa. (Ayuni, 2016)
mengemukakan bahwa pembelajaran Geografi di sekolah akan jadi lebih bermakna bila guru
mengaitkannya dengan apa yang telah diketahui oleh siswa dan pengertian tentang ide
Geografi dapat dibangun melalui sekolah, jika siswa secara aktif mengaitkan pengetahuannya.
Namun kenyataan banyaknya keluhan dari siswa tentang pelajaran Geografi yang sulit, tidak
menarik, dan membosankan. Keluhan ini secara langsung maupun tidak langsung akan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa pada setiap jenjang pendidikan. Salah satu
faktor yang menyebabkan masalah disini adalah guru yang hanya selalu menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional, sehingga siswa-siswa merasakan kejenuhan. Dalam
hal ini siswa bersifat pasif, dan guru sangat aktif dalam pembelajaran. Padahal dalam proses
pembelajaran yang seharusnya lebih aktif adalah siswa. Siswa harus dibuat aktif menemukan
suatu konsep sehingga mereka dapat belajar dengan optimal (Krismawati, 2021). Hal ini
disebabkan oleh pendekatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan yang diterapkan oleh
guru di dalam proses pembelajaran Geografi. Sehingga siswa kesulitan untuk memahami
materi dan menyelesaikan soal. Selain itu guru juga lebih menekankan pada siswa untuk
menghapal konsep-konsep yang nantinya bisa digunakan oleh siswa dalam menjawab soal
ulangan harian, ulangan tengah semester atau pun ulangan semester tetapi jarang
mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan
sehari-hari.

Untuk mengatasi masalah di atas, guru perlu menerapkan berbagai pendekatan


pembelajaran yang sesuai agar siswa tidak hanya mengikuti pembelajaran secara monoton
dan menerima apa saja yang disampaikan oleh guru melainkan siswa juga terlibat aktif dalam
pembelajaran. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan diperlukan suatu
pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat memahami materi yang sedang
dipelajari dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Maka guru harus
menggunakan pendekatan yang tepat supaya dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa serta
mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, efektif, dan nyata adalah
dengan penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
(Shantia & Lufri, 2021). Pembelajaran Geografi yang dimulai dari hal yang bersifat konkret
dapat disajikan dengan mengaitkan materi Geografi dengan permasalahan nyata dalam
kehidupan seharihari siswa. Dengan diberikannya masalah Geografi yang berkaitan dengan
situasi nyata, siswa akan lebih mudah mengkontruksi dan memahami materi yang diberikan.
pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang

3
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

memungkinkan siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dan menjadikan pembelajaran lebih
bermakna. Hal itu karena selama pembelajaran berlangsung, siswa diberikan suatu masalah
nyata dalam kehidupan sehari-hari mereka dan siswa secara aktif berusaha memecahkan
masalah tersebut. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa
yang dipelajarinya (Adim et al., 2020). Pada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual,
siswa diharapkan belajar tidak sekedar menghafal tetapi juga mengalami. Pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual juga menekankan pada siswa untuk dapat mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Siswa dituntut
untuk aktif dan menjadi pusat dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual mampu menghadirkan kreativitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuan yang
akan diperolehnya. Untuk mencapai kondisi seperti itu guru atau pendidik harus mampu
merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan
secara teoritis maupun praktik. Dalam hal ini, guru harus pandai mencari dan menciptakan
kondisi belajar yang memudahkan siswa dalam memahami, memaknai, dan menghubungkan
materi pelajaran yang mereka pelajari (Harahap et al., 2021).

Pendekatan pembelajaran Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu


guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses
pembelajaran kontekstual berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual
menekankan pada tingkat berpikir yang tinggi, yaitu berpikir divergen (kreatif).
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang sifatnya
membantu guru dalam menghubungkan mata pelajaran dengan keadaan yang nyata, serta
siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam masalah yang diberikan oleh guru dalam
pembelajaran Geografi. Pembelajaran lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa
yang dipelajarinya (Sabroni, 2017). (Silaban & Simangunsong, 2015) mengungkapkan
kelebihan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.
Artinya, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antar pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dikehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi
secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa sehingga tidak akan mudah dilupakan. Selain itu (Soleha et al., 2021) menyatakan
bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada prospek keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Pembelajaran Teaching and Learning (CTL) juga merupakan sebuah pendekatan yang
membantu guru dan siswa menghubungkan isi mata pelajaran dengan dunia nyata.
Pendekatan tersebut mendorong para guru untuk tidak hanya fokus pada perkembangan
ilmu, pemahaman dan keterampilan siswa saja, melainkan juga pemahaman kontekstual
mereka. Belajar dan pembelajaran kontekstual adalah sebuah pendekatan yang sangat bagus
untuk pendidikan keterampilan kehidupan. Pendidikan keterampilan dalam kehidupan
berfokus pada memberikan siswa keterampilan berbeda yang mereka perlukan dalam hidup.
Pembelajaran kontekstual membantu siswa menghubungkan isi pelajaran yang sedang
mereka pelajari di kelas pada kehidupan nyata dan membantu mereka menemukan makna

4
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

dan relevansi pembelajaran. Pendekatan tersebut juga membantu mereka melihat hubungan
antara sekolah dan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, pembelajaran seumur hidup,
warga Negara dan pekerja keluarga (Oktaviansa & Yunus, 2013). Pembelajaran kontekstual
dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengetahuan
dan ketrampilan siswa diperoleh dari siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan baru ketika ia belajar (Alpian & Anwar, 2019).

Pembelajaran Teaching and Learning (CTL) terdiri dari beberapa komponen utama,
yaitu (1) Kontruktivisme (contrucvism) adalah pengetahuan yang dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat dan mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata; (2) Inkuiri (inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,
apapun materi yang diajarkannya; (3) Bertanya (questioning) merupakan strategi utama yang
berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Kegiatan bertanya
merupakan bagian paling penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry,
yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya; (4) Masyarakat belajar (learning community).
Dalam prosesnya, masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.
Seorang guru yang mengajari siwanya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi
hanya terjadi satu arah yaitu informasi hanya datang dari guru kearah siswa, tidak ada arus
informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa; (5) Pemodelan (modeling).
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat
dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu
berdasarkan pengalaman yang diketahuinya. Model dapat juga didatangkan dari luar yang
ahli bidangnya, misalnya mendatangkan seseorang perawat untuk memodelkan cara
menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh pasien; (6) Refleksi (reflection),
adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa-
apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Siswa mengendapakan apa yang baru
dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima; dan (7) Penilaian sebenarnya (authentic
assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa (Trianto, 2009). Gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performance) yang
diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.
Karakteristik penilaian autentik antara lain: dilaksanakan selama dan sesudah proses
pembelajaran berlangsung; bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; yang diukur
keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta; berkesinambungan; terintegrasi; dan
dapat digunakan sebagai feedback. Dalam penerapannya, pembelajaran dengan pendekatan
Teaching and Learning (CTL) harus menerapkan seluruh koponen tersebut (Rukajat, 2019).

5
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Berdasarkan pernyataan di atas, pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)


merupakan pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan pada pembelajaran
Geografi. Karena dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dikenal
dengan pembelajaran kontekstual yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang memiliki
prinsip bahwa dalam proses pembelajaran harus dimulai dari hal yang bersifat kontekstual,
siswa akan lebih mudah memahami materi, sehingga siswa tidak akan mengalami kesulitan
memahami materi yang bersifat abstrak. Selain itu pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) menerapkan prinsip belajar bermakna yang mengutamakan proses berlajar,
sehingga siswa dimotivasi untuk menemukan pengetahuan sendiri dan bukan hanya transfer
pengetahuan dari guru. Hal ini akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif, dan hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan.

2. Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, dengan data kuantitatif.
Penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang paling produktif, karena jika
penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang utamanya
berkaitan dengan sebab akibat. Menurut (Zein et al., 2019) metode eksperimen merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu yang
dikenakan pada subjek yang diselidiki, dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba
meneliti ada tidaknya hubungan sebab-akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu
atau lebih kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan satu atau lebih kelompok
pembanding yang tidak menerima perlakuan.

Penelitian ini di lakukan di SMAN 2 Mojokerto. Berdasarkan kurikulum yang telah di


tetapkan, penelitian ini menggunakan materi hidrosfer dan di ajarkan kepada peserta didik
kelas X semester genap. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 2 Mojokerto. Dalam
penelitian ini menggunakan total sampling yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel.
Maka sampel yaitu kelas X IPS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IPS 2 sebagai kelas
kontrol. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain Pretest-Posttest Control
Grup. Desain dengan rancangan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Desain Penelitian

Kelas Pre-Test Perlakuan Post-Test

Eksperimen T1 X1 O1

Kontrol T2 X2 O2

Keterangan :
T1 : Tes awal (pre-test) kelas eksperimen
T2 : Tes awal (pre-test) kelas kontrol
X1 : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
X2 : Perlakuan terhadap kelompok kontrol yaitu dengan pendekatan konvensional
O1 : Tes akhir (posttest) setelah proses pembelajaran diberikan terhadap kelompok
Eksperimen
O2 : Tes akhir (posttest) setelah proses pembelajaran diberikan terhadap kelompok
kontrol

6
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Untuk mengetahui kesetaraan kemampuan akademik pada populasi penelitian maka


dilakukan uji-t terhadap data hasil belajar siswa pada nilai Post-test. Dari hasil uji-t yang
dilakukan dari sampel kelas eksperimen yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan kelas kontrol diberikan perlakuan
pembelajaran dengan pendekatan konvensional (Mekarisce, 2020). Desain Penelitian yang
digunakan adalah Control Group Pre-test and Post-test Design. Pemilihan desain ini karena
peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil belajar Geografi
ranah kognitif yang dikumpulkan melalui tes uraian. Tes tersebut telah di uji coba lapangan,
sehingga teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil tes uji lapangan tersebut selanjutnya
diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol sebagai post-test. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan data dianalisis dengan
menghitung nilai mean, median, modus, standar deviasi, varian. skor maksimum, dan skor
minimum (Yusup, 2018). Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna
menguji hipotesis penelitian adalah uji-t. Untuk bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1)
data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus bersifat
homogen. Untuk dapat membuktikan dan mememenuhi persyaratan tersebut, maka
dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas, dan uji homogenitas
(Zein et al., 2019).

Daftar Rujukan
Adim, M., Herawati, E. S. B., & Nuraya, N. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And
Learning (CTL) Menggunakan Media Kartu Terhadap Minat Belajar IPA Kelas IV SD. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Sains (JPFS), 3(1), 6–12.

Ali, M. (2016). Membedah Tujuan Pendidikan Muhammadiyah. Jurnal Studi Islam, 17(1), 14.

Alpian, Y., & Anwar, A. S. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Basicedu, 3(3), 894–900.

Ayuni, F. N. (2016). Pemahaman Guru terhadap Pendekatan Saintifik (Saintific Approach) dalam
Pembelajaran Geografi. Jurnal Geografi Gea, 15(2). https://doi.org/10.17509/gea.v15i2.3542

Firmansyah, D. (2015). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika. Jurnal Pendidikan Unsika, 3(1), 11.

Harahap, T. D., Husein, R., & Suroyo, S. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Berpikir Kritis. Journal of Education,
Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 3(3), 972–978. https://doi.org/10.34007/jehss.v3i3.462

Ibrahim, R. (2013). Pendidikan Multikultural: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya dengan Tujuan
Pendidikan Islam. ADDIN, 7(1), 26.

Krismawati, E. M. (2021). Optimalisasi Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif untuk Meningkatkan


Aktivitas Belajar Geografi Siswa SMAN 2 Denpasar. IndIndonesian Journal of Educational
Development, 2(1), 60–68. https://doi.org/10.5281/ZENODO.4781853

Kumalawati, R., Riadi, S., & Febriyan, G. M. S. (2020). Pemanfaatan Data Geospasial dalam Proses
Pembelajaran Geografi Pada Kondisi Bencana Covid-19. Jurnal Geografika, 1(1), 10.

Lazwardi, D. (2017). Manajemen Kurikulum Sebagai Pengembangan Tujuan Pendidikan. Jurnal Kependidikan
Islam, 7(1), 14.

7
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Mekarisce, A. A. (2020). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Masyarakat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 12(3), 145–151.
https://doi.org/10.52022/jikm.v12i3.102

Nasution, M. K. (2017). Penggunaan Metode Pembelajaran dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa. STUDIA
DIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Bidang Pendidikan, 11(1), 8.

Nurfadilah, S., & Hakim, D. L. (2019). Kemandirian Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Matematika.
Prosiding Sesiomadika, 2(1), 10.

Nurjannah, H., Saputro, A., Maddatuang, & Nasiah. (2020). The Application of the Treffinger Learning Model
in Learning Geography. LaGeografia, 19(1), 15.

Nurrita, T. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. MISYKAT:
Jurnal Ilmu-ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah dan Tarbiyah, 3(1), 171.
https://doi.org/10.33511/misykat.v3n1.171

Oktaviansa, W. A., & Yunus. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMKN 1 Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, 2(1), 34–
43.

Rosita, L. (2018). Peran Pendidikan Berbasis Karakter dalam Pencapaian Tujuan Pembelajaran di Sekolah.
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi, 8(1). https://doi.org/10.34010/jipsi.v8i1.879

Rukajat, A. (2019). Pembelajaran contextual teaching and learning untuk meningkatkan mutu hasil
pembelajaran. Pionir: Jurnal Pendidikan., 8(1), 85–111.

Sabroni, D. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. In: Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, 55–68.

Shantia, E., & Lufri. (2021). The Influence of Contextual Teaching and Learning (CTL) Learning Model on 21st
Century Skills of Students in Class X Biology Learning. Jurnal Pendidikan, 6(11), 1792–1797.

Sidiq, R., & Najuah. (2020). Pengembangan E-Modul Interaktif Berbasis Android pada Mata Kuliah Strategi
Belajar Mengajar. Jurnal Pendidikan Sejarah, 9(1), 1–14. https://doi.org/10.21009/JPS.091.01

Silaban, S., & Simangunsong, N. S. D. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And
Learning (CTL) terhadah Hasil belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Koloid. Jurnal Title, 7(1), 9.

Soleha, F., Akhwani, A., Nafiah, N., & Rahayu, D. W. (2021). Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(5), 3117–3124.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1285

Sujana, I. W. C. (2019). FungsiI dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan Dasar, 4(1), 29.
https://doi.org/10.25078/aw.v4i1.927

Trianto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Prestasi. Jakarta: Pustaka
Publisher.

Yusup, F. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif. Jurnal Tarbiyah : Jurnal
Ilmiah Kependidikan, 7(1), 17–23. https://doi.org/10.18592/tarbiyah.v7i1.2100

Zein, S., Yasyifa, L., Ghozi, R., Harahap, E., Badruzzaman, F., & Darmawan, D. (2019). Pengolahan dan Analisis
Data Kuantitatif Menggunakan SPSS. Jurnal Penelitian Pendidikan Khusus, 4(1), 1–7.

Anda mungkin juga menyukai