Anda di halaman 1dari 26

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM PELAJARAN

SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN FUN


LEARNING PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 182/V TELUK KULBI
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Iskandar ,S.Pd.SD dan Waluyo,Spd Sd


ABSTRAK :Pembelajaran Sains sudah diperkenalkan pada jenjang pendidikan
dasar (SD). Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan pengetahuan mengenai
alam (lingkungan sekitar) kepada anak-anak. Pada kenyataannya, nilai
pembelajaran Sains di SD masih rendah. Hal ini dikarenakan guru masih belum
dapat menggunakan media/ teknik pengajaran yang menarik minat siswa untuk
belajar Sains.

Selain itu pelajaran Sains pada anak kelas I Sekolah Dasar dapat dikategorikan
sebagai materi yang cukup sukar, sebab membutuhkan pemahaman, daya ingat
dan konsentrasi yang baik. Diketahui bersama bahwa anak usia Sekolah Dasar
kelas I relatif berada pada pemikiran konkret dengan kemampuan yang
bervariasi, sehingga memerlukan metode khusus dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Seorang Guru dalam mengajar pelajaran Sains harus menggunakan
bahan ajar yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa dapat
memahami materi dengan mudah.

Dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak


usia Sekolah Dasar maka dalam pembelajaran harus dikaitkan dengan hal-hal
yang bersifat nyata. Untuk memudahkan siswa dalam memahami materi, dalam
pembelajarannya perlu dikemas menjadi proses kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan (Fun Learning), sebab keahlian guru dalam mengelola kelas
juga sangat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.

Agar mengatasi kesulitan yang dialami siswa kelas I SD Negeri 182 Teluk
Kulbi dalam mempelajari pelajaran sains makan akan dilaksanakan tindakan
kelas yang terdiri dari siklus yang menggunakan pendekatan yang berbeda
pada setiap pembelajaran. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan
yang ingin dicapai. Tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas (1) persiapan
program (planning), (2) pelaksanakan tindakan (action), (3) pengamatan
kegiatan pembelajaran (observation), (4) evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran (evaluation), dan (5) refleksi (reflection) dalam setiap siklus
dengan berpatokan pada refleksi awal. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai upaya meningkatkan prestasi siswa kelas I SD Negeri SD
Negeri 182 Teluk Kulbi tahun ajaran 2015/2016 dalam pelajaran sains dengan
menggunakan metode pembelajaran Fun Learning.

KATA KUNCI :Pembelajaran menyenangkan,


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
Apakah penerapan metode Fun Learning pada mata pelajaran Sains dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SD Negeri182 Teluk Kulbi?

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas I Sekolah


Dasar pada pelanjaran Sains.
Secara khusus penelitian ini berupaya untuk :
1. Membantu siswa Kelas I Sekolah Dasar dalam memahami materi ajar
dengan menghubungkan pada kehidupan sehari-hari.
2. Membantu siswa Kelas I Sekolah Dasar dalam mengaplikasikan
pemahaman Sains dalam kehidupan sehari-hari.
3. Meningkatkan faktor keberhasilan siswa dalam pembelajaran Sains.

Manfaat Hasil  Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian bagi siswa yaitu :


1. Sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan siswa.
2. Dapat membuka cakrawala berpikir siswa dalam memahami pristiwa yang
terjadi di sekitar mereka.
Dari hasil penelitian ini bermanfaat juga bagi Peneliti dan teman sejawat yaitu,
mereka menjadi tahu tehnik-tehnik yang dapat dilaksanakan dalam
pembelajaran supaya pembelajaran dapat berhasil dengan baik. Sedangkan
manfaat bagi Sekolah dari hasil penelitian tersebut yaitu tercapainya
standarisasi pembelajaran khususnya kelas yang dijadikan subjek penelitian

Hakikat Belajar

Usman dan Setiawati (1993:5) menyatakan bahwa belajar adalah suatu


proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah
laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologi
atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa
perubahan-perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakaapan
(skills) atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikotomotorik). Kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini
mengandung arti, bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh
peserta didik atau siswa.

Lebih lanjut Usman dan Setiawati (1993:5) pandangan seorang guru


terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi tindakannya dalam
membimbing siswa untuk belajar. Seorang yang mengartikan belajar sebagi
menghafal fakta tentunya akan lain cara mengajarnya dibandingkan dengan
guru lain yang mengartian bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku.

Hakikat Mengajar
Ali (2004:11), menyatakan bahwa mengajar merupakan suatu proses yang
kompleks.

Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa.


Banyak kegiatan ataupun tindakan yang harus dilakukuan, terutama bila
diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa. Oleh karena itu
rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana.

Lebih lanjut Ali (2004:11), terdapat beraneka ragam rumusan penting


tentang mengajar. Setiap rumusan mempunyai kaitan arti dalam praktek
pelaksanaannya. Seseorang yang berpandangan bahwa mengajar hanya
sekedar menyampaikan pelajaran, tentu akan merumuskan pengertian yang
sederhana. Rumusan yang dibuat tentang mengajar adalah “upaya
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa” jadi disimpulkan bahwa
mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan.

Usman dan Setiawati (1993:5), menyatakan bahwa mengajar adalah


menyajikan ide, problem, atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana
sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa.

Lebih lanjut Sukadi, Arief. (1984), mengajar pada prinsipnya adalah


membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Atau dapat pula
dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran
bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada
siswa. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat
berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa yang mampu
memanfaatkan lingkungan, baik yang terdapat didalam kelas maupun diluar
kelas.

Dari uraian diatas, berarti mengajar bukan sekedar proses penyampaian ilmu
pengetahuan, melainkan mengandung makna yang lebih luas daln
kompleks, yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi manusiwi dengan
berbagai aspeknya.

Hakikat Proses Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan disengaja


diciptakan, gurulah yang menciptakannya, guru membelajarkan anak didik,
guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur
manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan
sebagai mediumnya. Semua komponen pengajaran diperankan secara
optimal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pengajaran
dilaksanakan (Djamarah dan Zain, 2002:43).

Berdasarkan pengertian belajar mengajar dapat diketahui bahwa proses


belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan. Dalam proses terdapat adanya
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara guru dan siswa yang
belajar, antara kedua kegiatan ini terdapat interaksi yang saling menunjang
(Usman, 1995:4).

Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pengajaran
adalah proses pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan yang baik sangat
dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Pengajaran berintikan
interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Proses
belajar mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu
kesatuan, ibarat dua mata uang bersisi dua. Belajar merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh siswa sedangkan mengajar adalah kegiatan yang dilakukan
oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Agar pelaksanaan
pengajaran berjalan efisien dan efektif, maka diperlukan perencanaan yang
tersusun secara sistematis dengan proses belajar mengajar yang lebih
bermakna dan mengaktifkan siswa serta dirancang dalam satu skenario yang
jelas (Ibrahim, 2003:30).

Keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, ditunjukkan oleh beberapa


hal, salah satunya adalah terlihat dari prestasi atau hasil belajar yang dicapai
oleh siswa, sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat senantiasa
diperbaiki dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa itu sendiri.

camera, foto, gambar, grafik, telvisi dan komputer”. Dari kutipan ini dapat
dimaknai bahwa media adalah komponen sumber belajar atau wahan fisik
yang mengandung.

Dari beberapa kutipan di atas mengenai pengertian media pembelajaran


dapatlah dipahami bahwa media pembelajaran merupakan sarana atau alat
yang digunakan (guru) dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai, efektif,
efisien dan memiliki daya tarik bagi peserta didik.

Metode Fun Learning


Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Methodos” yang berarti cara
berani atau cara berjalan yang di tempuh. Menurut Winarno Surakhmad,
metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
suatu tujuan ( 1976 : 74 ). Sedangkan pengertian pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Menurut Nursid Suaatmadja, metode pembelajaran adalah
suatu cara yang fungsinya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan
( 1984 : 95 ). Menurut S Hamid Hasan, metode pengajaran adalah suatu cara
yang digunakan untuk memberikan kesempatan seluas – luasnya kepada
siswa dalam belajar ( 1992 : 4).

Didalam proses belajar mengajar di perlukan suatu metode yang sesuai


dengan situasi dan kondisi yang ada. Metode pembelajaran seharusnya tepat
guna yaitu mampu memfunfsikan si anak didik untuk belajar sendiri sesuai
dengan Student Active Learning (SAL).

Metode Fun Learning adalah suatu metode pembelajaran dimana seorang


guru di tuntut menciptakan suasan belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, baik siswa dan guru saling berinteraksi dan
melakukan hubungan timbal balik yang positif. Guru sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran, bertanggung jawab meyediakan media pembelajaran
yang sesuai dengan materi ajar.
METODOLOGI PENELITIAN

Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan terhadap siswa kelas I Semester II tahun pelajaran


2015/2016 di SD Negeri 182/V teluk kulbi kec,Betara Kab,Tanjab Barat
sebanyak 40 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 23 siswa
perempuan, pada pukul 10.00 WIB selama 3 hari per siklusnya.

Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan pola tindakan


kelas. Pada pelaksanaan tindakan penelitian ini direncanakan terdiri dari dua
siklus. Siklus pertama dilaksanakan pembelajaran dengan media Audio-
Visual, Siklus kedua dilaksanakan dengan media Lingkungan Alam.
Dilaksanakan dalam 2 tahap dalam rangkaian kegiatan pembelajaran, yaitu :

a. Pembelajaran siklus I tanggal 5-7 Maret 2015


b. Pembelajaran siklus II tanggal 12-13 Maret 2015

3.3 Langkah – langkah Penelitian Tindakan Kelas

1. Siklus I
a.   Perencanaan

Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian


tindakan kelas. Dalam tahap perencanaan peneliti membuat perencanaan
sebagai berikut:
1) Menelaah materi pembelajaran Sains kelas I semester II yang akan
dilakukan tindakan penelitian.
2) Menyiapkan lembar soal latihan awal (pre test).
3) Merancang pembelajaran melalui media Audio-Visual.
4) Evaluasi akhir (post test).

b. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini melalui penerapan metode pembelajaran Fun Learning.


Pada siklus I, siswa akan difasilitasi media gambar dan vidio tentang
materi ajar. Siswa dapat melihat contoh nyata dari materi yang mereka
pelajari hal ini sesuai dengan pola pikir mereka yang masih kongkrit
sehingga materi ajar lebih mudah dimengerti siswa.

Pada hari pertama siklus I, siswa akan diberikan pre test sebagai evaluasi
awal untuk mengukur kemampuan siswa sebelum penerapan metode
pembelajaran Fun Learning. Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan
metode pembelajaran Fun Learning. Pada hari kedua siklus pertama,
mayoritas siswa mulai mampu beradaptasi dengan metode Fun Learning.
Pada hari ketiga siklus pertama diadakan evaluasi akhir siklus I dengan
post test.

c. Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilaksanakan secara intensif dan komunikatif untuk


mengamati aktivitas siswa ketika pelaksanaan pembelajaran Sains
dengan pendekatan Fun Learning.

d. Refleksi
Pada akhirnya setelah mengkaji hasil belajar Sains dan hasil pengamatan
aktivitas siswa, maka peneliti melakukan perbaikan pada siklus dua agar
pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan hasil pembelajaran menjadi
lebih baik.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan peneliti siklus II membuat perencanaan


sebagai berikut:
1) Identifikasi masalah siklus I dan penetapan alternative pemecahan
masalah.
2) Menyiapkan lembar soal latihan awal (pre test).
3) Menyiapkan media lingkungan alam yang akan digunakan dalam
siklus II sebagai Follow up dari siklus sebelumnya.
4) Evaluasi Siklus II (post test).

b. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini masih melalui penerapan pendekatan Fun Learning. Pada


pelaksanaan tindakan penelitian siklus II dilaksanakan dengan
menggunakan media lingkungan alam. Pembelajaran dilaksanakan di
alam (di luar ruangan tetapi masih dalam kawasan sekolah). Siswa
mengaplikasikan dan membandingkan informasi-informasi yang siswa
peroleh pada siklus I dari Vidio dan Gambar yang telah mereka pelajari
dengan ligkungan nyata di sekitar mereka.
Pada materi menjaga lingkungan, Pada siklus I siswa telah diajarkan
cara-cara menjaga lingkungan melalu gambar dan vidio, seperti tidak
membuang samapah sembarangan dan menjaga lingkungan alam agar
tetap asri, selanjutkan pada Siklus II, siswa diajarkan bagaimana menjaga
lingkungan tersebut dalam bentuk praktik, seperti membuang sampah
pada tempatnya dan menanam bunga di sekitar kelas.

e. Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilaksanakan secara intensif dan komunikatif untuk


mengamati aktivitas siswa ketika pelaksanaan pembelajaran Sains
dengan metode Fun Learning siklus II.

f. Refleksi

Pada akhirnya setelah mengkaji hasil belajar Sains dan hasil pengamatan
aktivitas siswa, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode Fun
Learning lebih efektif dan hasil pembelajaran menjadi lebih baik jika
diterapkan pada siswa kelas I Sekolah Dasar.

3.4 Indikator Keberhasilan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung siklus I


akan dilaksanakan penilaian. Hasil penilaian akan di analisis dan direfleksi.
Hasil refleksi siklus I akan dijadikan perbaikan pada siklus II, selama
pembelajaran berlangsung siklus II akan dilaksanakan penilaian. Hasil
penilaian akan di analisis dan direfleksi lalu diambil kesimpulan.

3.5 Data dan Cara Pengumpulan Data

Dalam upaya pengumpulan data, maka data yang diperlukan peneliti


menggunakan cara observasi, pre test (tes awal) dan post test (evaluasi akhir).
Observasi digunakan untuk mengetahui penilaian selama pembelajaran
berlangsung. Pre test bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Post test bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses kegiatan
belajar mengajar siswa Sekolah Dasar menggunakan metode Fun Learning
pada mata pelajaran Sains.
Deskripsi Hasil Penelitian per Siklus

Deskripsi hasil identifikasi dan perumusan masalah, akan pneliti uraikan secara
singkat tentang langkah – langkah perbaikan yang telah direncanakan dalam 2
siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.

Siklus I

Data tentang perencanaan

Data tentang rencana pembelajaran pada siklus I, peneliti melakukan


identifikasi masalah dan perumusan masalah untuk acuannya.
Peneliti juga menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan.

2. Data tentang pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I, dilaksanakan pada tanggal 5-7


Maret 2015. Materi yang diajarkan adalah Memelihara Lingkungan.
Proses pembelajaran dilakukan secara bertahap yaitu akan diawali
dengan pre test, kegiatan belajar mengajar menggunakan media idio
dan gambar lalu diakhiri dengan post test. Keduanya akan dianalisa
hasilnya untuk menentukan apakah metode Fun Learning siklus I
sudah berhasil atau belum yang menjadi tolak ukur keberhasilan
perbelajaran.

Setelah dilakukan analisis data prestasi belajar yang dicapai oleh


siswa pada pembelajaran siklus I, diperoleh hasil nilai yang dicapai
siswa adalah nilai terendah saat pre test adalah 40 nilai tertinggi 80,
dengan nilai ketuntasan mencapai 40 %. Setelah proses pembelajaran
dengan penerapan metode Fun Learning berakhir dan dilakukan
evaluasi berupa post test, hasilnya yaitu nilai terendah 60, nilai
tertinggi 90 dan nilai ketuntasan 70 %, bahwa hasil pembelajaran
pada siklus I mengalami peningkatan 30 %. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran siklus I yang menitikberatkan pada
penggunaan media pembelajaran gambar dan vidio, sudah ada
peningkatan dan kemajuan jika dibanding dengan hasil tes tertulis
sebelum diadakan perbaikan pembelajaran menggunakan metode
Fun Learning. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbaikan
pembelajaran siklus I hasilnya ada peningkatan walaupun belum
memuaskan karena masih ada 12 siswa yang belum mencapai
ketuntasan atau 30 % yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Nilai Ketuntasan Minimum adalah 70.

Berikut ini akan peneliti sajikan gambaran dalam bentuk tabel dari
hasil perolehan nilai siswa saat pre tes, sebagai berikut :

Hasil Tentamen Tally Banyak Siswa F (x)


40 ||||| || 7 280
50 |||| 4 200
60 ||||| ||||| ||| 13 780
70 ||||| ||||| || 12 840

80 |||| 4 320
90 - - -
Jumlah 40 40 2420

Tabel TTabel 1. Hasil Distribusi Frekuensi Evaluasi Pengetahuan


Awal Siswa
Dari tabel distribusi frekuensi di atas diperoleh data :
a. Siswa yang mendapat nilai 40 ada 7 siswa (7/40 X 100 %) =
17,5% ).
b. Siswa yang mendapat nilai 50 ada 4 siswa ( 4/40 X 100 %) =
10 % ).
c. Siswa yang mendapat nilai 60 ada 13 siswa ( 13/40 X 100 %) =
32,5 % ).
d. Siswa yang mendapat nilai 70 ada 12 siswa ( 12/40 X 100 %) =
30 % ).
e. Siswa yang mendapat nilai 80 ada 4 siswa ( 4/40 X 100 %) =
10% ).
No Indikator Keterangan
1. Nilai Terendah 40
2. Nilai Tertinggi 80
3. Jumlah Nilai 2420
4. Nilai Rata – rata 60,5
5. Banyak siswa nilai > 70 16
6. Banyak siswa nilai < 70 24
7. Prosentase siswa nilai > 70 40 %
8. Prosentase siswa nilai < 70 60 %
Tabel 2.Data Nilai Sains Sebelum Penerapan Metode Fun Learning

Berikut ini gambaran dalam bentuk tabel dari hasil perolehan nilai
siswa evaluasi akhir (post test) pada pembelajaran siklus I, sebagai
berikut :

Hasil Tentamen Tally Banyak Siswa F (x)


50 - - -
60 ||||| ||||| || 12 720
70 ||||| ||||| ||| 13 910
80 ||||| ||||| 10 800
90 ||||| 5 450
Jumlah 40 40 2880
Tabel 3.Hasil Distribusi Frekuensi Evaluasi Pengetahuan Akhir Siswa

Dari tabel 3. Distribusi frekuensi di atas diperoleh data :

a. Siswa yang mendapat nilai 60 ada 12 siswa ( 12/40 X 100 %)


= 30 % ).

c. Siswa yang mendapat nilai 70 ada 13 siswa ( 13/40 X 100 %)


= 32,5 % ).

d. Siswa yang mendapat nilai 80 ada 10 siswa ( 10/40 X 100 %)


= 25 % ).

e. Siswa yang mendapat nilai 90 ada 5 siswa ( 5/40 X 100 %) =


12,5 % ).

No Indikator Keterangan
1. Nilai Terendah 60
2. Nilai Tertinggi 90
3. Jumlah Nilai 2880
4. Nilai Rata – rata 72
5. Banyak siswa nilai > 70 28
6. Banyak siswa nilai < 70 12
7. Prosentase siswa nilai > 70 70 %
8. Prosentase siswa nilai < 70 30 %
Tabel 2. Data Perkembangan Nilai Sains Siklus I
Data pengumpulan data / pengamatan

Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui


bahwa guru sudah menyampaikan materi pembelajaran dengan baik,
menerapkan metode pembelajaran Fun Learning untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, media yang digunakan berupa
gambar dan video yang berhubungan dengan materi. Namun pada
saat pembelajaran ada beberapa anak yang lemah dalam pelajaran
sains cenderung pasif. Pada saat evaluasi waktu mengerjakan soal
masih dirasakan kurang oleh siswa sehingga pada akhirnya hasil
evaluasi akhir ada 12 siswa yang pasif mendapatkan nilai belum
mencapai ketuntasan meski peningkatan hasil pembelajaran telah
mencapai 30%.

Data tentang refleksi

Proses perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran Sains


dengan materi mengenal lingkungan diperoleh suatu refleksi bahwa
penerapan metode Fun Learning cukup berhasil meski belum
memuaskan. Ketidakmaksimalan siklus I disebabkan oleh:

a. Guru dalam menyampaikan pembelajaran terlalu cepat.


b. Guru belum secara penuh menguasai metode pembelajaran.
c. Waktu penyelesaian soal pada evaluasi kurang.
d. Siswa yang pasif masih belum bisa mengikuti pembelajaran
secara maksimal.

Deskripsi Siklus I
Berdasarkan data diatas dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa
penerapan metode pembelajaran Fun Learning pada siklus I belum
berhasil secara memuaskan, hal ini dapat diketahui dari hasil evaluasi
siklus I, dari 40 siswa, ada 12 siswa atau masih 30 % siswa yang belum
mencapai ketuntasan. Namun penerapan metode ini harus di pertahankan
dan di tindak lanjuti mengingat keberhasilan bahwa peningkatan hasil
belajar siswa juga cukup tinggi yaitu 30%.

Siklus II

Data tentang perencanaan

Pada rencana pembelajaran pada siklus II, peneliti melakukan identifikasi


masalah dan perumusan masalah untuk acuannya. Peneliti juga
menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan. Media yang akan
digunakan adalah lingkungan sekolah.

Data tentang pelaksanaan

Pembelajaran siklus II dilaksanakan pada 12-15 Maret 2015. Materi yang


diajarkan adalah Mengenal lingkungan dengan sub materi merawat
lingkungan di sekolah. Metode yang digunakan dalam Siklus II adalah
wisata alam dimana siswa di tuntut mengaplikasikan langsung ilmunya
pada lingkungan sekitar. Proses pembelajaran dilakukan secara bertahap
yang diawali dengan praktik langsung di lapangan pada hari pertama dan
kedua siklus II, dan diakhiri dengan evaluasi akhir (post test) pada hari
ketiga. Nilai post test akan dianalisa hasilnya untuk menentukan apakah
upaya peningkatan nilai hasil pembelajaran Sains sudah berhasil atau
belum.
Analisis data prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pembelajaran
siklus II, diperoleh hasil nilai yang dicapai siswa adalah nilai terendah 80
nilai tertinggi 100, dengan nilai ketuntasan mencapai 100 %. Jika
dibandingkan dengan hasil tes formatif (post test) pembelajaran siklus I
yaitu nilai terendah 60, nilai tertinggi 90, bahwa hasil tes formatif
perbaikan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan 30 % . Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran siklus II yang
menitikberatkan pada penerapan materi secara langsung. Sudah ada
peningkatan dan kemajuan jika dibanding dengan hasil tes formatif
pembelajaran siklus I. Pembelajaran siklus II hasilnya ada peningkatan
tidak ada siswa yang tidak tuntas, dan dinilai sudah cukup sukses dan
berhasil dalam pembelajaran.

Berikut ini peneliti sajikan gambaran dalam bentuk tabel dan gambar dari
hasil perolehan nilai siswa sebelum perbaikan pembelajaran , sebagai
berikut:
Hasil Tentamen Tally Banyak Siswa F (x)
80 ||||| ||||| |||| 16 1280
90 ||||| ||||| |||| 14 1260
100 ||||| ||||| 10 1000
Jumlah 40 40 3540
Tabel 5. Hasil Distribusi Frekuensi Evaluasi Pengetahuan Akhir Siswa

Dari tabel distribusi frekwensi di atas diperoleh data :

a. Siswa yang mendapat nilai 80 ada 16 siswa ( 16/40 X 100 % = 40


%).

b. Siswa yang mendapat nilai 90 ada 14 siswa ( 14/40 X 100 % =


23,33 % ).
c. Siswa yang mendapat nilai 100 ada 10 siswa ( 10/40 X 100 % =
25%).

No Indikator Keterangan
1. Nilai Terendah 80
2. Nilai Tertinggi 100
3. Jumlah Nilai 3540
4. Nilai Rata – rata 88,5
5. Banyak siswa nilai > 75 40
6. Banyak siswa nilai < 75 -
7. Prosentase siswa nilai > 75 100 %
8. Prosentase siswa nilai < 75 0 %

TTabel 6. Data Perkembangan Nilai Sains Siklus II

2. Data pengumpulan data / pengamatan

Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa guru
sudah menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, tidak terlalu cepat
sehingga siswa mengerti, menerapkan pendekatan kontekstual
menggunakan media pembelajaran konkret dengan volume yang cukup serta
telah memberikan latihan dan evaluasi yang cukup dengan memperhatikan
alokasi waktu yang cukup. Siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan
dirasakan sebagai suatu keberhasilan pembelajaran, sehingga pada akhirnya
hasil tes formatif tidak ada siswa yang mendapatkan nilai belum mencapai
ketuntasan.
Data tentang refleksi

Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus II pada mata


pelajaran Sains dengan materi mengenal lingkungan, diperoleh refleksi
sebagai berikut :

a.     Guru dalam menyampaikan pembelajaran sudah baik.

b.      Volume media pembelajaran sudah memadai.

c.      Waktu penyelesaian soal pada evaluasi sudah cukup.

d.      Metodepembelajaran yang digunakan sudah kontekstual dan


menyenangkan.

Deskripsi Siklus II

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa perbaikan pembelajaran siklus II


sudah berhasil, hal ini dapat diketahui dari hasil tes formatif siklus II, dari 40
siswa, ada 40 siswa yang mencapai ketuntasan atau 100 % sudah ketuntasan.
Keberhasilan perbaikan pembelajaran siklus II disebabkan oleh :
a.       Guru dalam penyampaian pembelajaran sudah baik.
b.      Volume media pembelajaran sudah memadai.
c.       Waktu penyelesaian soal pada evaluasi sudah cukup.
d.      Metodel pembelajaran yang digunakan sudah kooperatif dan menyenangkan.

    Pembahasan Hasil Penelitian


Keberhasilan pada proses belajar mengajar tidaklah mudah, sebab kenyataan di
lapangan banyak faktor yang menjadi penyebab ketidakberhasilan proses
pembelajaran. Dari berbagai kajian teori, faktor yang menentukan keberhasilan
proses belajar mengajar adalah kemampuan guru, terutama kemampuan
merancang pembelajaran, memilih metode, dan penggunaan media
pembelajaran.

Siklus I

Program pembelajaran sebelum dilaksanakan, siswa kurang memahami materi.


Hal ini disebabkan karena peneliti tidak menggunakan media pembelajaran,
kurang tepat dalam menentukan metode.

Hasil diskusi dengan teman sejawat serta konsultasi dengan supervisor peneliti
perlu mengadakan perbaikan siklus I. Pada siklus I, peneliti merancang
pembelajaran yang memfokuskan penerapan metode Fun Learning, dengan
penggunaan media pembelajaran gambar dan video pada siklus I.

Pada siklus I ini dari 40 siswa, ada 28 siswa yang mendapat nilai tuntas yaitu
70% atau ada 12 siswa yang belum mencapai ketuntasan yaitu 30%, walaupun
ada peningkatan nilai hasil pembelajaran, hasilnya masih kurang memuaskan,
kegagalan itu disebabkan :

a. Guru dalam menyampaikan pembelajaran terlalu cepat.


b. Guru belum secara penuh menguasai metode pembelajaran.
c. Waktu penyelesaian soal pada evaluasi kurang.
d. Siswa yang pasif masih belum bisa mengikuti pembelajaran secara
maksimal.

Hal inilah yang menyebabkan peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran


pada siklus II.
Siklus II

Dari hasil diskusi dengan teman sejawat serta konsultasi dengan pembimbing,
peneliti perlu mengadakan perbaikan pembelajaran siklus II. Pada siklus II ini
peneliti merancang pembelajaran dengan menitik beratkan pada penerapan
pendekatan kontekstual, media pembelajaran konkret dengan volume yang
sesuai dan pemberian waktu penyelesaian soal yang cukup.

Setelah diadakan suatu perbaikan pembelajaran siklus II, siswa yang


memperoleh nilai ketuntasan 40 siswa dari 40 siswa atau 100 %, sedangkan
siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran tidak ada. Dengan demikian pada
perbaikan pembelajaran siklus II ini dapat disimpulkan bahwa perbaikan
pembelajaran sudah berhasil dan cukup sampai pada siklus II.

Setelah perbaikan pembelajaran siklus II, peniliti menghentikan kegiatan


perbaikan karena dirasakan hasil sudah memuaskan dan pembelajaran sudah
berhasil.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Didasari dari hasil penelitian pembelajaran yang telah dilaksanakan selama


dua siklus, dapat disimpulkan bahwa :
1. Seorang Guru dalam mengajar pelajaran Sains harus mengaitkan
dengan kehidupan sehari-hari dengan penyampaian yang
menyenangkan sehingga siswa dapat memahami materi dengan mudah.
2. Penggunaan suatu media konkret pada proses pembelajaran dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, perasaan, dan kenyamanan
siswa untuk lebih tertarik dan tertantang dalam belajar lebih aktif.
3. Peneliti telah melakukan perbaikan pembelajaran dengan penerapan
metode Fun Learning yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
sesuai tujuan dan harapan yang ingin dicapai.

Saran

Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan yaitu:


1. Diharapkan guru selalu meningkatkan profesionalitas pembelajarannya
melalui penelitian tindakan kelas.
2. Diharapkan pada setiap guru dalam menyajikan materi pelajaran apapun
hendaknya mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa
lebih mudah memahami.
3. Sekolah hendaknya menerapkan hasil-hasil penelitian pendidikan yang
akan meningkatkan kinerja guru dan personil pendidikan lainnya,
sehingga membantu dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Ali.2004. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV. Haji Masagung

Azhar, Arsad , 2008, Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Djamarah, Bahri dan Aswan Zain, 2006, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta

Ibrahim, 2003. MetodeBelajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsit

Sadiman, Arief S, M.Sc., dkk. Media Pendidikan. : Pengertian dan


Pemanfatannya. Jakarta : Pustekom Dikbud dan PT. Rajagrafindo Persada

Sukadi, Arief. 1984. Stategi Belajar Mengajar. Malang: IKIP Malang

Usman, A dan L, Setiawati. 1993. Hakikat Belajar Mengajar. Jakarta : Puspa


Selaksa

Anda mungkin juga menyukai