Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE - A MATCH PADA

SISWA KELAS V SD N 2 PENGADANG

Sulvia Yuliarti (1)


Mahsup, M.Pd(2)
Nisa Mawarda Rokhman, M.Pd (3)
Mahasiswa Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka
Email : yuliartisulvia@gmail.com, mahsup.math@gmail.com,
niss.mawarda@um.ac.id

ABSTRAK

Dari pengamatan Guru di kelas, Permasalahan yang terjadi di SD N 2


Pengadang kelas V dalam pelajaran matematika, terlihat gejala-gejala sebagai
berikut : Kurangnya minat dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran,
yang menyebabkan terjadinya pembelajaran yang kurang efektif dan rendahnya
nilai matematika. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar
matematika pada siswa kelas V SD N 2 Pengadang Desa Pengadang dalam
pembelajaran matematika , dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make – A Match. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Prosedur PTK dapat dilaksanakan melalui empat langkah utama yaitu perencanaan
(plan), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection).
Rangkaian empat langkah utama yang saling berkaitan itu dalam pelaksanaan
PTK disebut dengan satu siklus. Siklus penelitian inilah yang merupakan ciri khas
dari PTK. Siklus berikutnya merupakan refleksi siklus sebelumnya. Teknik
pengumpulan data dengan melakukan observasi, tes dan catatan lapangan yang di
sesuaikan dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik analisis
data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Nilai rata-rata pencapaian KKM
siswa melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match mengalami
peningkatan dengan perolehan nilai dari siklus I sebesar 74,1 dan siklus II sebesar
81,4. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 7,3 dari siklus I ke siklus
II. Sedangkan presentase ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan dengan
perolehan nilai pada siklus I sebesar 54,5% dan siklus II sebesar 90,9%. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan persentase sebesar 37,4% dari siklus I ke siklus
II.

Kata Kunci: minat, hasil belajar matematika, Model Pembelajran Kooperatif


Tyipe Make –A Match.

PENDAHULUAN
Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya
dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya adalah minat belajar. Minat adalah kecendrungan
yang meningkat untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Minat
belajar merupakan keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan
pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai
pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang diambilnya (The Liang Gie, Cara
Belajar Yang Efektif, Liberty, Yogyakarta,1994, hlm. 28).

Minat belajar peserta didik, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,


diantaranya faktor obyek belajar, metode, strategi, pendekatan pembelajaran oleh
guru, media pembelajaran, fasilitas pembelajaran, lingkungan belajar, suara guru,
dan lainnya4. Untuk membantu siswa menumbuhkembangkan minatnya dalam
belajar, faktor-faktor ini sangat perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh guru guna
membantu meningkatkan minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya
dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang
mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan
konsep diri. Dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas minat sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar. Hasil belajar adalah perubahan
perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.
Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu
dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik
(Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 46).
Hasil belajar diperoleh setelah adanya kegiatan belajar, menurut
Fudyartanto dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni , Belajar adalah sebuah
kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai
kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya
mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga
dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat
melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni,
Teori Belajar dan Pembelajaran, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, hlm. 13).

Keberhasilan belajar mengajar pada dasarnya merupakan perubahan positif


selama dan sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan. Keberhasilan belajar
mengajar ini antara lain dapat dilihat dari :

a. keterlibatan peserta didik secara aktif (fisik, intelektual dan emosional)


dalam proses pembelajaran.

b. Perubahan positif yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses belajar


mengajar.

c. Ketepatan guru dalam memilih bahan ajar, media dan alat pengajaran
serta penggunaannya dalam kegiatan belajar dalam suasana yang
menggairahkan, menyenangkan, dan menggembirakan, sehinggapeserta
didik dapat menikmati kegiatan belajar mengajar tersebut dengan
memuaskan.

d. Timbulnya keinginan yang kuat pada diri peserta didik untuk belajar
mandiri yang mengarah pada terjadinya peningkatan baik pada segi
kognitif, afektif maupun psikomotorik (Abuddin Nata, Op. Cit.,
hlm.311-312).

Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakam proses kegiatan


interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan
guru sebagai pihak yang mengajar. Menurut Edi Suardi dalam Sardiman A.M, ciri-
ciri interaksi belajar mengajar sebagai berikut :

a. Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam
suatu pekembangan tertentu

b. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk


mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan dibutuhkan prosedur
dan desain yang berbeda pula.

c. Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materiyang khusus.

d. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa

e. Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing

f. Dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin. Jadi langkah- langkah


yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan.

g. ada batas waktu untuk pencapaian tujuan.

h. ada kegiatan penilaian


Belajar yang tidak dilandasi dengan minat akan membuat beban berat dalam
belajar sehingga apa yang sedang dipelajari akan terasa semakin sulit. Menurut
Max A. Sobel dan Evan M. Maletsky, banyak sekali guru matematika yang
menggunakan waktu pelajaran 45 menit dengan struktur kegiatan sebagai berikut :
membahas tugas-tugas yang lalu (30 menit), memberi pelajaran baru (10 menit),
dan memberi tugas kepada siswa (5 menit). Pendekatan seperti ini yang rutin
dilakukan hampir setiap hari, hanya dapat dikategorikan sebagai kegiatan 3M, yaitu
membosankan, membahayakan, dan merusak seluruh minat siswa. Minat adalah
perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu. Di samping
itu, minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari kesadaran sampai pada
pilihan nilai. Gerungan menyebutkan minat merupakn pengerahan perasaan dan
menafsirkan untuk sesuatu hal (ada unsur seleksi).
Strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen pendidikan yang
mempengaruhi belajar siswa dan tercapainya tujuan pendidikan. Tercapainya
tujuan belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Alat yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa adalah dengan melakukan evaluasi. Evaluasi adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program pendidikan.
Kajian teoritik dalam penelitian ini adalah model pembelajaran, model
pembelajaran kooperatif, dengan tipe make a match, belajar, hasil belajar dan
Matematika. Menurut Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2017:244) model
pembelajaran merupakan perencanaan yang diterapkan untuk membuat kurikulum,
menyusun perangkat pembelajaran, dan melakukan kegiatan belajar dikelas.
Sedangkan menurut Rusman (2012: 133) model pembelajaran adalah gambaran
umum yang ada dalam pembelajaran guna tercapainya tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, pemilihan model
pembelajaran harus mempunyai berbagai alasan, diantaranya: materi belajar yang
akan diajar, kemampuan peserta didik, alokasi waktu pelajaran, sarana dan
prasarana yang tersedia, serta kondisi belajar siswa. Berdasarkan beberapa pendapat
diatas, penulis memberi kesimpulan model pembelajaran adalah seluruh kegiatan
pembelajaran yang diterapkan oleh guru yang berisi urutan dalam mengajar guna
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Model pembelajaran ini
merujuk pada pendekatan yang diterapkan, yang meliputi strategi pembelajran,
teknik pembelajaran, metode pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran.
Menurut Savage (dalam Rusman, 2017: 295)

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan yang lebih


mengutamakan bekerjasama pada kelompok. Pembelajaran kooperatif ini
menghendaki peserta didik untuk saling membantu dalam belajar dan saling
kerjasama dalam kelompok sesuai dengan metode pembelajaran yang dipilih guru
(Huda, 2015: 32).
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).


PTK berasal dari masalah yang ditemukan oleh guru selama melakukan kegiatan
pembelajaran dikelas. Menurut Arikunto (2010: 135). PTK merupakan penelitian
yang dilaksanakan oleh guru di kelasnya yang memiliki maksud untuk
meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya
penelitian ini, guru dapat mendeteksi kelemahan kelemahan yang dialami siswa
dan melakukan tindakan untuk menangani permasalahan siswa tersebut. Penelitian
ini dilakukan dengan harapan guru dapat merefleksi diri mengenai layanan
pendidikan yang telah diberikan kepada siswa sehingga dapat memperbaiki mutu
pembelajaran di lembaga sekolah. PTK ini akan menggunakan penelitian secara
bersiklus.

Pada penelitian ini, subjek yang diteliti ialah siswa kelas V SDN 2
Pengadang pada saat mata pelajaran Matematika. Jumlah keseluruhan siswa kelas
V ada 11 siswa yang terdiri dari 4 laki-laki dan 7 perempuan.

Peneliti merancang 2 siklus. Apabila hasil penelitian yang ada di siklus I


dan II belum mencapai hasil yang maksimal, maka akan diadakan penelitian di
siklus berikutnya. Penelitian ini akan menerapkan prosedur PTK yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Tahapan pada penelitian ini
meliputi 3 tahap, yakni (1) Perencanaan; (2) Perlakuan dan Pengamatan; serta (3)
Refleksi.. Tahapan penelitian PTK ini dapat digambarkan pada bagan berikut:
Gambar 1.Bagan Siklus PTK Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010:
132)

Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan observasi langsung ke


lokasi penelitian dan melakukan tanya jawab kepada guru kelas V SDN 2
Pengadang. Peneliti menanyakan kendala-kendala yang dialami selama mengajar
pelajaran Matematika. Dari hasil observasi tersebut, terdapat kendala yang
ditemukan yaitu masih ada siswa yang memeroleh nilai dibawah KKM. Kegiatan
lain yang dilakukan peneliti pada tahap ini yaitu sebagai berikut: menganalisis
kurikulum K-13 guna menentukan SK dan KD serta membuat indikator yang akan
digunakan, merancang dan membuat Perangkat Pembelajaran, membuat
instrumen penelitian yang berisi lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran,
lembar penilaian hasil belajar, dan lembar catatan lapangan. Tahap selanjutnya
ialah Perlakuan dan Pengamatan. Tahap perlakuan merupakan implementasi dari
isi rancangan yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap perlakuan, peneliti dan
guru berkolaboratif melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
Model Pembelajaran Make A Match. Sedangkan pada tahap pengamatan,
peneliti akan mengamati seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dan
siswa selama kegiatan pembelajaran yang menerapkan Model Pembelajaran Make
A Match. Adapun yang menjadi observer adalah peneliti sendiri dan teman
sejawat. Pengamatan dilakukan dengan maksud untuk mengetahui ketersesuaian
antara RPP dengan pelaksanaannya di kelas serta untuk mendeteksi kendala yang
dialami saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Tahap refleksi
dilakukan peneliti dan guru untuk berdiskusi bersama guna mengkaji secara
keseluruhan mengenai hasil pengamatan dan hasil tes yang sudah dilakukan. Hal
ini dimaksudkan untuk melakukan evaluasi bersama menemukan kekurangan-
kekurangan di siklus sebelumnya guna memperbaiki dan menyempurnakan
tindakan di siklus berikutnya. Dalam melaksanakan siklus II sebenarnya memiliki
kesamaan pada saat melaksanakan siklus I, yang membedakan yaitu siklus II
dilakukan penyempurnaan hal-hal yang kurang sesuai di siklus I. Apabila di siklus
II hasil yang diperoleh masih belum optimal dan dirasa masih kurang, maka perlu
dilakukan penelitian siklus III guna memperbaiki masalah tersebut.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes dan
catatan lapangan. Teknik observasi ini dipergunakan guna mengumpulkan data
mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan instrumen lembar
pengamatan yang diisi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk
mengumpulkan data hasil belajar siswa digunakan tes.
Teknik Analisis Data
Data aktivitas guru dan data minat belajar matematika dianalisis dengan
statistik deskriptif. Analisis statistik deskritif bertujuan untuk mendeskripsikan
data aktivitas guru dan data minat belajar matematika selama proses pembelajaran
matematika.
Analisis data minat belajar matematika selama proses pembelajaran
matematika dilakukan dengan mencari persentase peningkatan minat belajar
matematika dengan rumus sebagai berikut:
𝐹
P = x 100 %
𝑁

Keterangan :
F = frekuensi yang dicari persentasenya
N = jumlah frekuensi/banyaknya indvidu
P = angka persentase

Angka persentase minat belajar siswa yang diperoleh dapat diartikan sebagai
berikut :
90 % - 100 % = Sangat Tinggi

76 % - 89 % = Tinggi

65 % - 75 % = Sedang

< 65 % = Rendah
Data hasil belajar siswa berupa lembar evaluasi dianalisis dengan menggunakan
rumus dibawah ini:
∑𝑓𝑥
M = 𝑁

Keterangan :
M = Mean (nilai rata-rata kelas pencapai KKM)
x = Jumlah seluruh nilai siswa yang mencapai KKM
N = Jumlah siswa yang mencapai KKM
(Indarti, 2008: 26)
Untuk mengetahui ketuntasan belajar klasikal, dilakukan penghitungan
dengan menggunakan rumus berikut: Untuk menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa, kriteria penilaian yang digunakan yaitu:
∑𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
P (Indeks Ketuntasan) = x 100 %
∑𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

Indikator keberhasilan yang terdapat dalam penelitian ini meliputi: (1)


Pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasilnya mencapai tingkat
keberhasilan ≥ 75%. (2) Siswa dapat dikatakan tuntas belajar apabila memeroleh
nilai yang mencapai KKM yaitu ≥ 75. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal jika
semua siswa mencapai keberhasilan sebesar ≥ 75%.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi pelaksanaan

pembelajaran, hasil belajar dan kendala yang dihadapi selama kegiatan

pembelajaran. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Hasil penelitian ini akan

diuraikan berdasarkan tahap penelitian persiklus yang meliputi tahap perencanaan,

perlakuan dan pengamatan, serta refleksi.

Tabel 1. Data Temuan Awal Hasil Belajar Siswa

KETERANGAN
NO NAMA SIAWA NILAI TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
1 Siswa 1 74 √
2 Siswa 2 71 √
3 Siswa 3 70 √
4 Siswa 4 73 √
5 Siswa 5 72 √
6 Siswa 6 80 √
7 Siswa 7 82 √
8 Siswa 8 80 √
9 Siswa 9 82 √
10 Siswa 10 66 √
11 Siswa 11 77 √
Jumlah 735
rata-rata 66,8

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sisswa yang tuntas belajar

sebanyak 4 siswa, sedangkan 7 siswa yang lain masih belum tuntas belajar.

Ketuntasan belajar siswa pada temuan awal ini hanya mencapai 36,8% dan belum

mencapai ketuntasan minimal yang diharapkan yaitu sebesar 75%. Oleh karena

itu, peneliti mengadakan penelitian guna meningkatkan dan memperbaiki hasil

belajar siswa.
Siklus I

Tabel 2. Data Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

SKOR RATA2
NO AKTIVITAS GURU
O1 O2
1 Membuka Pelajaran 2 3 2,5
2 Menyampaikan Tujuan Pembelajaran 2 2 2
3 Menyampaikan Materi 3 2 2,5
4 Mengorganisasikan kelompok 2 3 2,5
Menggunakan model Pembelajaran Make A-
5 Match 3 3 3
6 Menjelaskan cara mengerjakan LKS 3 2 2,5
7 Memberikan Penghargaan/Reward 3 3 3
8 Melakukan evaluasi 2 2 2
9 Menutup Pembelajaran 3 3 3
Jumlah Skor total 24

Persentase pelaksanaan pembelajaran dari 9 poin kegiatan diukur dengan

menggunakan rumus :

𝐹
P = x 100 %
𝑁

24
P = x 100 %
36

= 66,7 %

Berdasarkan data tabel 2, hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang

menerapkan model pembelajaran Make A Match di kelas V SDN 2 Pengadang

pada siklus I sebesar 66,7%. Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran

belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan sebesar ≥ 75%. Maka dari itu,

kegiatan pembelajaran masih perlu perbaikan lagi untuk siklus berikutnya karena

masih terdapat beberapa deskriptor lain yang belum terlaksana dengan baik.
Tabel 3. Data Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Siklus I

KETERANGAN
NO NAMA SIAWA NILAI TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
1 Siswa 1 70 √
2 Siswa 2 71 √
3 Siswa 3 65 √
4 Siswa 4 68 √
5 Siswa 5 70 √
6 Siswa 6 76 √
7 Siswa 7 78 √
8 Siswa 8 79 √
9 Siswa 9 80 √
10 Siswa 10 78 √
11 Siswa 11 80 √
Jumlah 815
rata-rata 74,1
Rata-rata hasil belajar siswa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

∑𝑓𝑥
M = 𝑁

815
= = 74,1
11

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal, dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

∑𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟


P (Indeks Ketuntasan) = x 100 %
∑𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

6
P = 11 x 100 % = 54,5 %

Dari data tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada siklus I

menunjukkan 6 siswa yang tuntas belajar dan 5 siswa belum tuntas belajar.

Jumlah rata-rata hasil belajar siswa adalah 74,1. Persentase ketuntasan klasikal

pada siklus I sebesar 54,5 %. Hasil ini menunjukkan bahwa presentase ketuntasan

klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yaitu sebesar ≥ 75 %.


Berdasarkan catatan lapangan pelaksanaan pembelajaran siklus I, pengamat

menuliskan beberapa catatan, yaitu : (1) Guru perlu mempertimbangkan alokasi

waktu yang digunakan selama menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Make A Match agar tidak terjadi kekurangan waktu. (2) Terdapat beberapa

langkah pembelajaran yang dilewati oleh guru. (3) Guru kurang dapat

mengondisikan kelas sehingga pada saat menerapkan model Make A Match

suasana kelas menjadi gaduh.

Siklus II

Pelaksanaan prbaikan dilakukan dengan semaksimal mungkin, terbukti

dengan meningkatnya minat belajar siswa yang dibuktikan dengan meningkatnya

hasil belajar siswa. Adapun hasil belajar siswa pada siklus 2 di sajikan dalam tabel

dibawah ini.

Tabel 4. Data Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

SKOR RATA2
NO AKTIVITAS GURU
O1 O2
1 Membuka Pelajaran 4 3 3,5
2 Menyampaikan Tujuan Pembelajaran 3 4 3,5
3 Menyampaikan Materi 3 3 3
4 Mengorganisasikan kelompok 3 3 3
Menggunakan model Pembelajaran Make A-
5 Match 3 3 3
6 Menjelaskan cara mengerjakan LKS 4 3 3,5
7 Memberikan Penghargaan/Reward 4 4 4
8 Melakukan evaluasi 3 2 2,5
9 Menutup Pembelajaran 4 3 3,5
Jumlah Skor total 29,5

Berdasarkan data tabel 4, hasil observasi pelaksanaan pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match di kelas V SDN 2


Pengadang pada siklus II sebesar 81,9%. Hal ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah terlaksana dengan kategori sangat

baik dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu

≥75%.

Tabel 5. Data Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Siklus II

KETERANGAN
NO NAMA SIAWA NILAI TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
1 Siswa 1 80 √
2 Siswa 2 79 √
3 Siswa 3 78 √
4 Siswa 4 73 √
5 Siswa 5 81 √
6 Siswa 6 82 √
7 Siswa 7 90 √
8 Siswa 8 82 √
9 Siswa 9 84 √
10 Siswa 10 79 √
11 Siswa 11 87 √
Jumlah 895
rata-rata 81,36

Rata-rata hasil belajar siswa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

∑𝑓𝑥
M = 𝑁

895
= = 81,36
11

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal, dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

∑𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟


P (Indeks Ketuntasan) = x 100 %
∑𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

10
P = 11 x 100 % = 90,9 %
Dari data tabel 5 jumlah rata-rata hasil belajar siswa adalah 81,36. Dari

jumlah siswa keseluruhan, sebanyak 10 siswa yang tuntas belajar sedangkan 1

siswa yang belum tuntas belajar. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus II

sebesar 90,9 %. Hasil ini menunjukkan bahwa presentase ketuntasan klasikal

berada pada kategori sangat baik dan telah mencapai indikator keberhasilan yaitu

sebesar ≥ 75 %. Pada siklus II, pengamat mencatat beberapa hal sebagai berikut :

Semua kendala yang terdapat pada siklus I dapat teratasi dengan baik pada siklus

II, pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah terlaksana dengan sangat baik

tanpa ada kendala-kendala yang berarti. Pada siklus II diperoleh kesimpulan

bahwa secara garis besar kegiatan pembelajaran berjalan dengan sangat baik.

Dengan keberhasilan yang didapatkan pada siklus II, peneliti memutuskan untuk

menghentikan penelitian dikarenakan indikator keberhasilan telah terpenuhi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Make A Match untuk meningkatkan hasil belajar Matematika

Siswa kelas V SDN 2 Pengadang, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Make A Match mengalami peningkatan dengan perolehan

nilai dari siklus I sebesar 54,5% dan siklus II sebesar 90,9%. Hal ini

menunjukkan adanya peningkatan persentase sebesar 36,4% dari siklus I

ke siklus II.

2. Nilai rata-rata pencapai KKM siswa melalui model pembelajaran


Kooperatif Tipe Make A Match mengalami peningkatan dengan

perolehan nilai dari siklus I sebesar 74,1 dan siklus II sebesar 81,4. Hal ini

menunjukkan adanya peningkatan sebesar 7,3 dari siklus I ke siklus II.

Sedangkan presentase ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan

dengan perolehan nilai pada siklus I sebesar 54,5% dan siklus II sebesar

90,9%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan persentase sebesar

37,4% dari siklus I ke siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, dkk.2011. Penelitiam Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK.

Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta. Huda,

Miftahul. 2013. Model-Modeln Pengajaranddan Pembelajaran: Isu-isu Metodis

dan Paradigmatis. Yogyakarta: PustakanPelajar.

Huda, Miftahul. 2015. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan

Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Ilmiah :

Prinsip-prinsip Dasar, Langkah-langkah, dan Implementasinya.

Surabaya: FBS Unesa.

Kunandar. 2015. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praksis Disertai

dengan Contoh. Jakarta: Raja Grafindo Persada


Rusman. 2017. Belajar & Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai