Anda di halaman 1dari 16

Implementasi Model Pembelajaran Galeri Belajar Dalam Upaya

peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris Materi "Fruits" Kelas


2 di SD 2 Terban Kec. Jekulo Kab. Kudus tahun pelajaran
2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seorang Guru memerlukan strategi untuk menyampaikan materi serta mendesain
kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif efisien agar siswa
lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Dalam kegiatan pembelajaran sering kali siswa sulit menangkap materi yang
disampaikan oleh guru karena kurangnya interaksi siswa terhadap materi tersebut. Hasil dari
observasi yang dilakukan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah hanya terpaku pada buku
ajar yang digunakan akibatnya siswa menjadi kurang aktif bergerak dan hanya mendengarkan
pembelajaran dari guru. Hal ini menyebabkan siswa mudah bosan dengan materi yang
disampaikan oleh guru.
Berdasarkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran, maka
perlu adanya perubahan dalam cara mengajar dan pembelajaran siswa. Perubahan dalam cara
mengajar dapat melalui penerapan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan
serta manyenangkan bagi siswa.
Galeri Belajar merupakan satu di antara banyaknya metode belajar yang dapat menarik
minat pembelajaran siswa. Penarapan metode ini memiliki efektifitas tersendiri dimana peserta
didik merefleksikan pada apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk galeri. Dalam penerapan
metode pembelajaran Gallery Of Learning peneliti mengharapkan pencapaian hasil belajar
sesuai dengan yang diharapkan oleh guru demi tercapainya ketuntasan belajar di kelas.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis termotivasi untuk
mengadakan penelitian dengan judul “ Implementasi Model Pembelajaran Galeri Belajar
Dalam Upaya peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris Materi "Fruits" Kelas 2 di SD 2 Terban
Kec. Jekulo Kab. Kudus tahun pelajaran 2022/2023 “

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Kurangnya motivasi belajar siswa di kelas sehingga menyebabkan siswa mengantuk,
cepat bosan,dan perilaku siswa di dalam kelas menunjukkan kurangnya minat terhadap
pembelajaran.
2. Guru masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah sehingga
pembelajaran bersifat monoton.
3. Sumber belajar yang digunakan guru masih kurang.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah penelitian diatas,rumusan masalah
dalam ini dinyatakan sebagai berikut: ” Apakah pembelajaran dengan metode Galeri Belajar
dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris Kelas 2 di SD 2 Terban Tahun 2023 ? ”.

1.4 Pemecahan Masalah


Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini,dilakukan dengan menerapkan metode
“Galeri Belajar”dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris
materi “Fruits”. Metode ini memiliki kelebihan yaitu :
1. Siswa dapat mengemukakan gagasan - gagasan atau ide serta konsep dari tugas
yang dikerjakan.
2. Siswa dapat mempelajari semua materi dengan baik.

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas,maka tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa inggris siswa kelas
2 di SD 2 TERBAN melalui metode Galeri Belajar.
1.6 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Dapat memberikan masukan bagi guru-guru pada umumnya dan guru Bahasa inggris
pada khususnya agar Galeri Belajar dijadikan salah satu alternatif yang dapat
meningkatkan hasil belajar Bahasa inggris.
2. Bagi penulis menambah wawasan dan pandangan di dunia pendidikan.
3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga prestasinya dapat meningkat.
BAB II

KAJIAN TEORI

2. 1. Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, sehingga
situasi tersebut merupakan peristiwa belajar (event of learning) yaitu usaha untuk terjadinya
perubahan tingkah laku dapat terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan
lingkungannya.

Istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, mulai populer


semenjak lahirnya Undang-undang sistem pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Menurut
Undang-undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan
mendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini,
pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan
ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan
keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Namun dalam implementasinya,
sering kali kata pembelajaran ini diidentifikasikan dengan kata mengajar.

2.2. Teori Belajar

Pembelajaran yang diidentifikasikan dengan kata "mengajar" berasal dari kata "ajar",
yang berati petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Kata pembelajaran
yang semula diambil dari kata "ajar" di tambah awalan "pe" dan akhiran "an" menjadi kata
"pembelajaran" di artikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar.

Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh faktor eksternal agar terjadi
proses belajar pada diri individu yang belajar. Hakikat pembelajaran secara umum
dilukiskan Gagne dan Briggs, adalah serangkaian kegiatan yang dirancang yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Pembelajaran mengandung makna setiap kegiatan
yang dirancang untuk membantu individu mempelajari sesuatu kecakapan tertentu. Oleh
sebab itu, dalam pembelajaran pemahaman karakteristik internal individu yang belajar
menjadi penting. Proses pembelajaran merupakan aspek yang terintegrasi dari proses
pendidikan.

Hampir semua orang setuju bahwa tujuan pembelajaran yaitu upaya mempengaruhi
peserta didik agar terjadi proses belajar. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu cara atau
metode membantu terjadinya proses belajar agar belajar menjadi efektif efisien dan terarah
pada tujuan yang di tetapkan. Belajar pada hakikatnya adalah penataan berbagai informasi
menjadi sesuatu yang bermakna ke dalam skema/struktur mental dalam bentuk reorganisasi
perpetual. Proses penataan informasi inti merupakan proses internal yang dapat diamati
secara langsung. Peristiwa pembelajaran terjadi apabila subjek peserta didik secara aktif
berinteraksi dengan sumber belajar yang diatur oleh guru. Dalam interaksi pembelajaran
tersebut, setiap peserta didik diperlakukan sebagai manusia yang bermartabat, yang minat
dan potensinya perlu diwujudkan secara optimal.

Gaggne mendefinisikan pembelajaran sebagai perangkat acara peristiwa eksternal


yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar, yang bersifat internal.
Dalam pembelajaran di kelas rancangan yang digunakan untuk keperluan pembelajaran agar
memperhatikan hal-hal sebagai berikut (1) ciri-ciri peserta didik, (2) perbedaan perorangan,
(3) kesiapan, (4) motivasi belajar, (5) proses kognitif dalam pembelajaran, (6) alih belajar,
(7) belajar ketrampilan, (8) konteks sosial untuk belajar.

Upaya pembelajaran pada dasarnya berfungsi sebagai perangsang (stimulus) eksternal


untuk membantu seseorang belajar, mengorganisasi dan mengintegrasikan sejumlah
pengalaman baru ke dalam skema secara bermakna, sehingga terbentuk struktur kognitif
yang dapat digunakan sebagai pengait informasi pada kegiatan belajar. Hal ini berarti
variabel internal yang berupa karakteristik peserta didik yang berupa locus of control dalam
belajar merupakan unsur penting yang berkaitan dengan hasil belajar.

2.3. Hasil Belajar

Belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha


(Soeparwoto dkk 2007: 34). Belajar dapat terjadi melalui dua cara yaitu imitasi dan
identifikasi. Imitasi artinya individu meniru yang dilakukan orang lain. Sedangkan
identifikasi artinya individu menerima sikap, nilai, motivasi, dan perilaku orang
yang dihormati atau dicintai. Gagne & Berliner dalam Anni dkk (2007:2)
mendefinisikan belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah
perilakunya karena hasil dari pengalaman.

Pengertian belajar menurut Slameto (2010:2) adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan beberapa pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku yang bersifat
permanen yang disebabkan karena adanya pengaruh pengalaman dan lingkungan.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah


mengalami aktivitas belajar (Anni dkk, 2007: 5). Hasil belajar adalah pola- pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Widayanti,
2014; Mukhlasin, 2017). Hasil belajar menurut Bloom

dalam Rifa’i dan Anni (2009: 86) digolongkan menjadi tiga domain, yaitu domain
kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif berkenaan dengan pengembangan
kemampuan otak dan penalaran siswa. Domain afektif berkenaan dengan sikap dan
nilai. Domain psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan siswa
dalam bertindak (Magdalena, 2021).

Menurut Gagne dan Briggs dalam Anni dkk (2007:12) mengklasifikasikan hasil
belajar dalam lima kategori, yaitu: (1) kemahiran intelektual; (2) strategi kognitif;
(3) informasi verbal ; (4) kemahiran motorik ; dan (5) sikap. Berdasarkan paparan
mengenai pengertian hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang setelah mengalami proses belajar,
baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung (dampak

pengiring). Hasil belajar akan lebih bermakna apabila proses pelaksanaannya


menyenangkan dan terjadi penguatan (Lestari & Hudaya, 2018; Susisusanti dkk,2021).

Metode Gallery of Learning

Metode Gallery of Learning (Tim merupakan bagian dari strategi pembelajaran yang
ada pada model pembelajaran berbasis PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan). Metode Gallery of Learning adalah metode pembelajaran
yang kegiatannya diikuti oleh beberapa kelompok untuk diskusi menyelesaikan tugas
bersama-sama kemudian dipamerkan sambil berjalan kepada kelompok lain.

Gallery of Learning merupakan bagian dari cooperative learning yang digunakan


untuk membangun kerja sama dan pembelajaran aktif (active learning) (Djoko,

2020). Secara etimologi, Gallery of Learning berasal dari bahasa Inggris, Gallery artinya
pameran, serambi. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan karya atau gagasan
pemikiran kepada semua orang. Misalnya pameran gambar, pameran tulisan dan pameran
buku (Andre Wicaksono, Kamus Bahasa Inggris)

Metode Gallery of Learning atau disebut juga galeri belajar adalah sebagai salah satu
metode dari pembelajaran aktif (active learning), yakni suatu metode pembelajaran efektif,
yang mudah dipersiapkan asalkan memahami langkah-langkah metode tersebut (Indah,
2021). Metode Gallery of Learning atau galeri belajar adalah metode pembelajaran yang
menuntut siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-
hal apa yang ditemukan ataudiperoleh pada saat diskusi yang dilakukan di setiap kelompok
belajar. Hasilnya untuk dipajang di dinding atau di depan kelas. Masing-masing
kelompok diskusi menyiapkan satu orang wakil, untuk mempresentasikan hasil diskusi
yang dibuat di kertas plano atau flip cart, yang kemudian di tempel di dinding atau depan
kelas. Sedangkan kelompok lain mendengarkan presentasi serta mengoreksi hasil karya,
secara bergantian dari kelompok satu ke kelompok yang lain sambil berjalan mengelilingi
karya-karya yang digalerikan. Setelah selesai pameran gallery, kemudian dipertanyakan
saat diskusi kelompok dan ditanggapi. Penggalerian hasil kerja dilakukan saat peserta didik
telah selesai mengerjakan tugasnya, sesuai waktu yang telah ditetapkan sebelumnya (Tim
Teaching, 2010; Marteja, 2020). Hal inilah yang menjadikan metode Gallery of Learning
merupakan salah satu metode pembelajaran active learning sekaligus cooperative learning
dan metode yang sangat efektif dalam pembelajaran. Karena Gallery of Learning atau galeri
belajar merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah peserta didik
pelajari selama proses pembelajaran.
2.4. Materi Pelajaran

Bahasa Inggris

a. Pengertian Bahasa Inggris

Bahasa Inggris termasuk bahasa internasional yang banyak dipergunakan untuk


berkomunikasi antar bangsa. Oleh karena itu, bahasa Inggris dianggap penting dalam
penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni budaya antar
bangsa. Jadi bahasa Inggris merupakan suatu kebutuhan bagi para peserta didik untuk
mampu berkomunikasi di berbagai situasi dalam berbahasa Inggris. Tujuan mengajar bahasa
adalah agar peserta didik mampu menggunakan bahasa itu sendiri dalam berkomunikasi.
Untuk dapat melakukan komunikasi, apabila ada dua orang atau lebih yang melakukannya
dengan cara membaca, mendengar, berbicara atau menulis. Dan untuk melakukan
komunikasi dibutuhkan komponen lain seperti penguasaan kosakata, struktur bahasa dan
pengucapan yang baik.

Berdasarkan keputusan Mendikbud nomor 06/U/1993, yang berwewenang


menentukan suatu mata pelajaran sebagai muatan lokal adalah kepala kantor Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) tingkat II (kota atau kabupaten) dengan
persetujuan Kanwil dengan ketentuan bahwa muatan lokal berupa bahasa Inggris
dimaksudkan untuk memberikan kompetensi memahami keterangan lisan dan tulisan serta
ungkapkan sederhana. Dalam surat keputusan ini juga disebutkan bahwa pelajaran bahasa
inggris di SD dapat mulai di ajarkan di kelas I.

Keputusan ini adalah keputusan yang tepat karena siswa SD berada pada usia di mana
alat wicara nya masih lentur dan motivasinya untuk belajar sangat tinggi. Dullay, Burt dan
Krashen (1998:78) meyakini pemerolehan bahasa kedua/asing anak-anak di bawah umur
sepuluh tahun jauh lebih baik dari anak-anak yang umur pubertas. Maka keputusan
Mendikbud ini dianggap cukup strategis dan merupakan langkah maju dalam pengajaran
bahasa Inggris di Indonesia. Karena selama ini bahasa Inggris mulai diajarkan dari tingkat
SMP dan hasil yang dicapai belum memuaskan.

Dalam belajar mengajar SD/MI sangatlah berbeda dengan belajar mengajar di


Universitas. Perbedaan Karakteristik dan Motivasi menjadi faktor utama. Di SD/MI identik
mengajar dengan bahasa ibu. Anak-anak SD/MI pun secara umum belum mengenal Bahasa
Inggris, sehingga berdampak pada pola pengajaran bahasa Inggris di SD/MI yaitu hanya
sebatas tingkat pengenalan. Bahasa asing ditetapkan sebagai bahasa asing yang pertama
sesuai surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 096/1967. Terpilihnya
bahasa Inggris sebagai bahasa asing pertama di Indonesia diantara bahasa asing lainnya
didasarkan pada beberapa pertimbangan bahwa bahasa Indonesia belum dapat dipakai
sebagai alat komunikasi dengan dunia luar. Kenyataan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa
komunikasi international, bahasa ilmu pengetahuan, teknologi moderen, perdagangan,
politik dan dipakai hampir di semua bidang, maka bahasa Inggris harus jelas diberi prioritas
pertama untuk dipelajari pada bahasa-bahasa asing yang lain. Peran bahasa Inggris akan
tercapai apabila sistem pendidikan dapat berlangsung dengan baik, sebab pendidikan
berperan penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang
mendukung kemampuan bangsa negara.

Bahasa Inggris di Indonesia secara umum di ajarkan sebagai bahasa asing. Istilah
bahasa asing dalam bidang pengajaran bahasa berbeda dengan bahasa kedua, bahasa asing
adalah bahasa yang tidak digunakan sebagai alat komunikasi di negara tertentu di ajarkan.
Sementara bahasa kedua adalah bahasa utama namun menjadi salah satu bahasa yang
digunakan secara umum di relevan dengan bidang pemerolehan dan pembelajaran bahasa
(kedua), yakni etnografi pendidikan dan etnografi komunikasi.

Bahasa pertama atau yang di sebut bahasa ibu ialah bahasa yang dipakai oleh anak-
anak saat berkomunikasi dengan ibunya ketika ia mulai belajar berbicara. Seorang anak
yang dibesarkan dilingkungan masyarakat yang berbahasa Inggris akan menjadikan bahasa
ibunya adalah bahasa Inggris. Jika anak itu dibesarkan dilingkungan masyarakat yang
berbahsa daerah tertentu, misalnya bahasa Jawa atau Sunda, anak tersebut menjadikan
bahasa daerah tersebut sebagai ―bahasa ibunya.

Bahasa kedua (second language). Bahasa Inggris dapat dikuasai sebagai bahasa kedua
setelah bahasa kedua setelah bahasa pertama atau bahasa ibu mereka. Setiap bahasa baru
yang dikuasai setelah seseorang memiliki atau menguasai bahasa pertama mereka, disebut
bahasa kedua atau second language meskipun bahasa tersebut adalah bahasa ketiga, atau
keempat atau bahkan bahasa kelima yang dikuasai setelah bahasa pertama (bahasa ibu).

Kurikulum pendidikan di Indonesia telah memberlakukan bahasa Inggris sebagai


salah satu mata pelajaran wajib yang mulai di berikan sejak bangku sekolah dasar sampai
dengan sekolah menengah atas, bahkan di perguruan tinggi. Kemampuan berbahasa Inggris
yang baik tentu akan menjadi modal kompetitif siswa, baik dalam bidang pendidikan
maupun pekerjaan. Tidak mengherankan berbagai upaya terus menerus di upayakan untuk
meningkatkan penguasaan siswa Indonesia terhadap bahasa asing tersebut. Kenyataan
bahwa bahasa Inggris telah akrab bagi sebagian besar siswa di Indonesia tidak seiring
dengan kemampuan peranan ditunjukkan.

2.4. Kerangka Belajar

Kegiatan belajar mengajar di sekolah dilakukan untuk meningkatkan prestasi siswa,


yang meliputi keaktifan dalam kelas, hasil belajar dan kompetensi siswa. Tujuan belajar
dapat tercapai apabila materi pembelajaran yang disampaikan dapat diterima dan dipahami
oleh siswanya. Diperlukan pembelajaran yang variatif agar siswa tidak merasa bosan dan
merasa termotivasi untuk belajar, guru harus menerapkan model pembelajaran yang
melibatkan peran aktif siswanya dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak
membosankan dan siswa merasa nyaman dalam belajar di sekolah. Penerapan model
pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran di SD Negeri 2 Terban
Jekulo Kudus belum bisa dikatakan sepenuhnya terlaksana, penggunaan model ceramah di
kelas masih menjadi model yang sering digunakan saat pembelajaran berlangsung.

Kerangka pikir penelitian ini digambarkan pada gambar di bawah ini :

PENYEBAB
pembelajaran kurang variatif siswa pasif
dalam pembelajaran waktu
pembelajaran teori kurang

MASALAH
Hasil belajar siswa kuran maksimal

TINDAKAN
Metode Pembelajarn Gallery of Learning
/ Galeri Belajar

HASIL
Meningkatkan hasil belajar siswa

Gambar 1. Kerangka Berfikir


2.5. Hipotesis

Pertanyaan Penelitian dan Hipotesis Tindakan

1. Pertanyaan penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir maka pertanyaan penelitian ini
sebagai berikut :

"Apakah model pembelajaran Gallery of Learning dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Inggris kelas 2 di SD 2 Terban Jekulo Kudus ?

2. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pembahasan Landasan teori dan kerangka berfikir dirumuskan hipotesis


tindakan sebagai berikut :

" Implementasi model Pembelajaran Gallery of Learning dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran bahasa inggris kelas 2 di SD 2 Terban Jekulo Kudus. "
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Subjek Penelitian


Penelitian ini akan mengkaji pengaruh Penerapan model pembelajan Gallery learning
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris materi “Fruits”
aturan di kelas 2 SD N 2 Terban Tahun pelajaran 2022/2023, dengan jumlah siswa 17 orang,
terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, Karakteristik kelas tersebut kurang
memahami dalam mata pelajaran Bahasa Inggris materi “Fruits”. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) tidak mengganggu jalannya proses KBM karena dilaksanakan pada jam jam pelajaran
yang berlaku dikelas penelitian. Pelaksanaan kegiatan penelitian dimulai pada pertengahan
bulan Mei 2023 sampai Akhir Juni 2023.

3.2. Prosedur Metode gallery learning


Metode gallery learning merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang
dipelajari peserta didik selama ini, prosedur dibawah ini menurut pendapat Melvin L.
Silberman, yaitu:
1. Bagilah peserta didik menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan dua hingga
empat orang.
2. Perintahkan tiap kelompok untuk mendiskusikan apa yang didapatkan oleh
anggotanya dari pelajaran yang peserta didik ikuti. Kemudian perintahkan mereka
untuk membuat sebuah daftar pada kertas lebar hasil pembelajaran ini.
3. Tempelkan daftar tersebut pada dinding
4. Perintahkan peserta didik untuk berjalan melewati tiap daftar, perintahkan agar tiap
peserta didik untuk memberikan tanda centang di dekat hasil belajar yang juga ia
dapatkan pada daftar selain daftarnya sendiri.
5. Surveilah hasilnya, cermati hasil pembelajaran yang paling umum didapatkan.
Jelaskan sebagian hasil pembelajaran yang tidak biasa.
Prosedur metode gallery learning memberikan kesempatan kepada peserta didik
mengembangkan kemampuan dengan mengamati segala peragaan/ benda yang sedang terlibat
dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sesuai. Lebih lanjut
penerapan metode gallery learning yaitu sebagai berikut.
1. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok.
2. Kelompok diberi kertas plano.
3. Tentukan topik /tema pelajaran.
4. Hasil kerja kelompok ditempel di dinding.
5. Masing-masing kelompok berputar mengamati hasil kerja kelompok lain.
6. Salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh
kelompok lain.
7. Koreksi bersama-sama.
8. Klarifikasi dan penyimpulan.
Prosedur atau langkah-langkah metode gallery learning yang dikemukakan diatas,
bukanlah bersifat mutlak melainkan bisa diberikan variasi sesuai dengan tujuan belajar yang
akan dilaksanakan, berikut ini adalah variasi langkah-langkah metode gallery learning:
1. Bagilah peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan banyaknya tema yang
akan dipelajari;
2. Masing-masing kelompok mendapatkan tema yang akan di diskusikan.
3. Setiap kelompok mendapatkan kertas karton/kertas HVS.
4. Masing-masing kelompok mencatat hasil diskusinya pada selembar kertas dan
diletakkan atau ditempelkan pada meja atau dinding.
5. Apabila tidak memahami materi boleh membuka buku
6. Setiap kelompok menugaskan salah seorang anggota kelompok untuk tinggal
(penjaga).
7. Anggota kelompok menyebar mempelajari pekerjaan kelompok lain dan
bertanya pada anggota kelompok yang menjaga.
8. Anggota kelompok bergabung kembali untuk berdiskusi dan menambah informasi
dalam kelompok mereka dan dapat di akhiri dengan tepuk tangan yang meriah.
9. Guru memberi penguatan.
Berdasarkan prosedur metode gallery learning di atas, dapat menghemat waktu pelajaran
karena peserta didik langsung praktek tanpa guru harus berbicara panjang lebar dan mereka
juga akan lebih mudah memahami pelajaran. Penggunaan strategi ini juga dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membuat suatu karya dan melihat hasil karya
kelompok lain sehingga mereka dapat saling melihat dan memperbaiki kekurangan satu sama
lain.
3.3. Langkah-langkah dalam penelitian (perencanaan, tindakan, observasi,
refleksi)
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action
research. Rancangan penelitian tindakan kelas dipilih karena masalah yang akan dipecahkan
berasal dari praktik pembelajaran di kelas sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran dan
meningkatkan kemampuan peserta di didik. Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian
tindakan kelas yang dilakukan adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas
2 SD N 2 Terban melalui metode gallery learning.
PTK ini menggunakan pendekatan model Kemmis dan Mc.Taggart. Atas dasar
pertimbangan model ini memiiliki langkah-langkah penelitian cukup sederhana, sehingga
mudah dipahami dan dilaksanakan oleh peneliti. Dengan kata lain, model dan teknik PTK ini
tidak bersifat kaku, sehingga sesuai dengan kemampuan peneliti dan alokasi waktu yang
tersedia. Dikatakan demikian karena di dalam satu siklus atau putaran terdiri atas empat
komponen yaitu: perencanaan; (planning), tindakan (acting); observasi (observation), dan
refleksi (reflection). Sesudah satu siklus tindakan selesai diimplementasikan, khususnya
sesudah ada refleksi, diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam
bentuk siklus tersendiri.
Desain penelitian dengan model dari Kemmis dan Taggart berupa suatu siklus spiral.
Pengertian siklus disini adalah suatu putaran kegiatan yang meliputi tahapan-tahapan
rancangan pada setiap putarannya, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3)
observasi (observation), (4) refleksi (reflection).

3.4. Pengolahan Data Pengamatan


Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui
teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1) Observasi adalah cara pengumpulan data melalui
pengamatan langsung terhadap sikap, perilaku dan berbagai kemampuan yang ditunjukkan
peserta didik. 2) Penugasan adalah cara pengumpulan data berupa pemberian tugas yang
harus dikerjakan peserta didik dalam waktu tertentu baik secara perorangan maupun kelompok.
3) Tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah diterapkan metode gallery learning.
Teknik analisis data dilakukan dengan memaknai data dari setiap tindakan yang
dilakukan, pengorganisasian dilakukan melalui seleksi, mengfokuskan dan peserta didik data,
serta disajikan dalam bentuk naratif berupa penjelasan-penjelasan, penyimpulan data
dilakukan melalui tafsiran secara objektif, sahih dan handal terhadap data yang diperoleh.
Hasil belajar dianalisis dengan teknik analisis hasil evaluasi untuk mengetahui
ketuntasan belajar dengan cara menganalisis data hasil non tes melalui hasil pengamatan
dengan kriteria ketuntasan belajar yang dicapai melalui metode gallery learning kemudian
dibandingkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan. Seorang
peserta didik disebut tuntas belajar jika telah mencapai 75%.
Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar peserta didik melalui metode gallery learning pada penelitian ini yakni dengan
membandingkan persentase ketuntasan belajar setiap siklus. Sedangkan persentase ketuntasan
belajar dihitung dengan cara membandingkan jumlah peserta didik yang tuntas belajar dengan
jumlah peserta didik secara keseluruhan kemudian dikalikan 100%.

3.5. Indikator Keberhasilan


Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan
secara umum untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran. Penelitian ini pertama kali
diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946.
Anda dapat membacanya pada artikel saya tentang Sejarah Lahirnya Penelitian Tindakan
Kelas.
Indikator keberhasilan PTK merupakan ukuran atau patokan dalam menentukan apakah
penelitian yang dilaksanakan berhasil tidaknya. Bagaimana suatu proses belajar mengajar
dapat dikatakan berhasil?. Pertanyaan tersebut tergantung setiap guru, karena guru memiliki
pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi
sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan,
antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan
berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK) dapat tercapai.
Indikator keberhasilan belajar siswa menurut Djamarah dan Zain (2010: 105) adalah
“Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus (TIK), guru perlu
mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa”. Fungsi
penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki
proses belajar mengajar dan melaksanakan perbaikan atau refleksi bagi siswa yang belum
berhasil.

Adapun indikator keberhasilan belajar siswa menurut Djamarah dan Zain (2010: 106) adalah:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik
secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah
tercapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar yang baru dilaksanakan secara
keseluruhan seperti diungkapkan oleh Djamarah dan Zain (2010: 108) adalah:
1. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai
taraf keberhasilan minimal, optimal, atau bahkan maksimal, maka proses belajar
mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru.
2. Apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa mengikuti proses belajar mengajar mencapai
taraf keberhasilan kurang (dibawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar
berikutnya hendaknya bersipat perbaikan (remedial).
Pendapat Djamarah dan Zain di atas dapat kita contohkan dalam menilai keberhasilan
peneltian tindakan kelas yang anda lakukan. Misalnya dalam penelitian, anda memperbaiki
atau meningkatkan hasil belajar siswa dan proses pembelajaran, anda dapat membaginya
menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut:
Proses Pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil jika apa yang telah
direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlaksana 75% - 100% di setiap
siklus.
Hasil Belajar. Pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil jika rata-rata hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dan kriteria ketuntasan belajar siswa memenuhi target yang telah
ditentukan secara klasikal yaitu 75% serta memperoleh nilai ≥ 70.
Pada poin pertama, anda dapat memberikan skor di setiap langkah-langkah dalam RPP dan
menghitung jumlah skor yang diberikan tiap langkah tersebut dan menghitungnya dengan
rumus persentase (%) sebagai berikut:
rumus persentase

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Pada poin ke dua tentang hasil belajar siswa dapat anda lakukan pengukuran dengan melihat
rata-rata hasil belajar secara klasikal setiap siklus dan membandingkannya.
Kedua poin di atas juga dapat dijadikan indikator untuk melihat sampai pada siklus
berapa penelitian dilaksanakan. Misalnya pada siklus pertama proses pembelajaran siswa tidak
terlaksana dengan baik, hanya mencapai persentase 70% dan rata-rata hasil belajar siswa secara
klasikal mencapai 70. Maka, guru/peneliti dapat melanjutkan siklus penelitiannya. Siklus
penelitian ini akan berhenti ketika proses pembelajaran dan hasil belajar telah mencapai target
yang ditetapkan tersebut.

3.6. Siklus 1
Berdasarkan hasil belajar dari 17 orang peserta didik Kelas 2 SD N 2 Terban yang
dilakukan pada siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas mencapai 69. Nilai tersebut
tetap belum mencapai standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran
Bahasa inggris tahun pelajaran 2022/2023 adalah 70, sehingga setiap individu dituntut harus
mencapai nilai minimal 70 atau secara klasikal minimal harus mencapai rata-rata ≥ 75%.
Hasil siklus 1 menunjukkan peserta didik yang tuntas sudah berjumlah berjumlah 11 orang
peserta didik atau 65%. Sedangkan peserta didik yang tidak tuntas masih sejumlah 6 peserta
didik atau 35%.

3.7. Siklus 2
Berdasarkan hasil penilaian kemampuan membaca permulaan dari 17 orang peserta
didik Kelas 2 SD N 2 Terban yang dilakukan pada siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata
kelas mencapai 79. Nilai tersebut telahm mencapai standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris tahun pelajaran 2022/2023 adalah 70, dimana
setiap peserta didik telah mencapai nilai minimal > 70 atau secara klasikal minimal harus
mencapai rata-rata ≥ 75%. Hasil siklus II menunjukkan peserta didik yang tuntas sudah
berjumlah berjumlah 15 orang peserta didik atau 82,5 %. Sedangkan peserta didik yang tidak
tuntas masih sejumlah 2 peserta didik atau 17,5%.

Anda mungkin juga menyukai