Anda di halaman 1dari 20

HAKIKAT PEMBELAJARAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Dra. Sumilah, M.Pd.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 9

1. Titik Handayani (1401418171)


2. Dina Sri Puspitasari (1401418172)
3. Zahnara Fiky Permana (1401418187)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga penulisan makalah “Hakikat Pembelajaran” ini dapat terselesaikan
dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah dengan judul “Hakikat Pembelajaran” ini kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Pendidikan yang diberikan oleh dosen Ibu Dra. Sumilah, M.Pd.Untuk itu
kami menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami
lagi tentangmotivasi belajar bagi peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar untuk
memperlancar proses pembelajaran.

Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah kami ini masih terdapat
kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat.Dengan ini, kami memohon
maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan.Harapan kami semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Wonogiri 14 Mei 2020

Kelompok 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktifitas belajar pada setiap individu, tidak selalu dapat berlangsung secara wajar danlancar.
Terkadang dapat dengan cepat dan mudah mempelajari sesuatu, kadang terasaamat sulit, kadang
semangatnya tinggi, kadang juga sulit untuk konsentrasi. Demikianlahkenyataan yang sering
dijumpai pada anak didik dalam kehidupan sehari-hari kaitannyadengan aktivitas belajar. Setiap
individu memang tidak ada yang sama. Perbedaani ndividu inilah yang menyebabkan perbedaan
tingkah laku belajar dikalangan anak didik.

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah,
akantetapi disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian IQ yang tinggi
belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
bisa dikarenakan metode mengajar yang tidak sesuai, penekanan kurikulum yangtidak cocok atau
bahkan pembelajaran yang kompleks. Karena itu dalam rangkamemberikan bimbingan yang
tepat kepada setiap anak didik, maka para pendidik perlumemahami masalah-masalah yang
berhubungan dengan kesulitan belajar.

Terdapat berbagai macam definisi mengenai kesulitan belajar yang dikemukakan oleh para
ahli. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut kami mencoba untukmenyimpulkan apa
sebenarnya definisi dari kesulitan belajar, dan juga melalui makalahini kami akan memaparkan
mengenai seperti apa jenis-jenis kesulitan belajar, bagaimanamanifestarinya, kemudian ada
beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab kesulitan belajar dan diagnosa menganai
kesulitan belajar.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran?


2. Apa saja komponen-komponen dalam pembelajaran?
3. Bagaimanakah prinsip-prinsip pembelajaran?
C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran.


2. Mengetahui apa sajakah komponen-komponen dalam pembelajaran.
3. Mengetahui bagaimanakah prinsip-prinsip pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran

Proses tindakan belajar pada dasarnya adalah bersifat internal, namun proses itu dipengaruhi
oleh faktor-faktor eksternal. Perhatian peserta didik dalam pembelajaran, misalnya, dipengaruhi
oleh susunan rangsangan yang berasal dari luar. Ketika seorang peserta didik membaca buku,
perhatiannya acapkali terpusat pada kata-kata tercetak tebal, gambar-gambar, dan informasi
menarik lainnya. Oleh karena itu di dalam pembelajaran, pendidik harus benar-benar mampu
menarik perhatian peserta didik agar mampu mencurahkan seluruh energinya sehingga dapat
melakukan aktivitas belajar secara optimal dan memperoleh hasil belajar seperti yang
diharapkan. Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa mempengaruhi peserta didik sedemikian
rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan (Briggs, 1992). Seperangkat peristiwa
itu membangun suatu pembelajaran yang bersifat internal jika peserta didik melakukan self
instruction dan di sisi lain kemungkinan juga bersifat eksternal, yaitu jika bersumber antara lain
dari pendidik. Jadi teaching itu hanya merupakan sebagian dari instruction, sebagai salah satu
bentuk pembelajaran.

Unsur utama dari pebelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga
terjadi proses belajar. Dengan demikian pendidikan, pembelajaran dan pembelajaran mempunyai
hubungan konseptual yang tidak berbeda, kalau toh dicari perbedaannya. Gagne (1981)
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang
dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar
memungkinkan peserta didik memproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan Perolehan tujuan belajar sebetulnya juga dapat dilakukan secara alamiah dimana
peserta didik membaca buku-buku, majalah, surat kabar atau mengamati peristiwa di
lingkungannya Namun dalam aktivitas belajar yang dirancang disebut dengan pembelajaran,
maka perolehan tujuan belajar itu akan dapat dicapai secara efektif dan efisien jika aktivitas
belajar itu dirancang secara baik. Tujuan belajar tersebut memberikan arah terhadap proses
belajar. Setiap komponen pembelajaran hendaknya saling berhubungan dan berkaitan dengan
proses internal belajar peserta didik agar terjadi peristiwa belajar. Untuk mencapai tujuan belajar,
pendidik hendaknya benar-benar menguasai cara-cara merancang belajar agar peserta didik
mampu belajar optimal. Seperti telah dikemukakan bahwa pembelajaran terjemahan dari kata
instructio yang berarti self instruction (dari internal) dan external instruction (dari eksternal).
Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari pendidik yang disebut teaching atau
pembelajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan
sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Sesuatu yang dikatakan prinsip biasanya
berupa aturan atau ketentuan dasar yang bila dilakukan secara konsisten, sesuatu yang ditentukan
itu akan efektif atau sebaliknya. Prinsip pembelajaran merupakan aturan/ketentuan dasar dengan
sasaran utama adalah perilaku pendidik.

Pembelajaran yang berorientasi bagaimana perilaku pendidik yang efektif, beberapa teori
belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut :

1. Usaha pendidik membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan


lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku peserta
didik.

2. Cara pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir agar
memahami apa yang dipelajari.

3. Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara
mempelarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Pembelajaran berorientasi pada bagaimana peserta didik berperilaku, memberikan makna


bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah
stimuli dari lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat
menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil belajar itu
memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk melakukan berbagai penampilan (Gagne,
1985). Senada dengan arti pembelajaran tersebut Briggs (1992) menjelaskan bahwa
pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa
sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan
lingkungan.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antarapendidik dengan peserta didik,
atau antar peserta didik. Dalam komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal (lisan), dan dapat
pula sep nonverbal, seperti penggunaan media komputer dalam pembelajaran Namun demikian
apapun media yang digunakan dalam pembelajaran itu esensi pembelajaran adalah ditandai oleh
serangkaian kegiatan komunikasi Komunikasi dalam pembelajaran ditujukan untuk membantu
proses belajar. Aktivitas komunikasi itu dapat dilakukan secara mandiri, yakni ketika peserta
didik melakuan aktivitas belajar mandiri (self-instructing). seperti mengkaji buku, melakukan
kegiatan di laboratorium, atau menyelesaikan proyek inkuiri, dan dapat pula secara berkelompok
seperti halnya proses pembelajaran di kelas. Keuntungan dari pembelajaran mandiri adalah
bahwa peserta didik (self-learner) pada akhirnya mampu menggunakan keterampilan dan strategi
pengelolaan belajar mandiri.

B. Komponen-komponen Pembelajaran

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pembelajaran pada taraf organisasi mikro
mencakup pembelajaran bidang studi tertentu dalam satuan pendidikan, tahunan, semesteran atau
pembelajaran tersebut, ditinjau dari pendekatan sistem, maka dalam prosesnya akan melibatkan
berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut adalah: tujuan, peserta didik, materi
pelajaran, strategi, media, evaluasi dan penunjang.

1. Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran


adalah instructional effect dan biasanya diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, dan
ketrampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam tujuan pembelajaran
semakin spesifik dan operasional. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan akan
mempermudah dalam menentukan kegiatan pembelajaran yang tepat. Setelah peserta
didik melakukan proses belajar-mengajar, selain memperoleh hasil belajar seperti yang
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran, mereka akan memperoleh apa yang disebut
dampak pengiring (nurturant effect) Dampak pengiring dapat berupa kesadaran akan sifat
pengetahuan, tenggang rasa, kecermatan dalam berbahasa dan sebagainya. Dampak
pengiring merupakan tujuan vang pencapaiannya sebagai akibat mereka menghayati di
dalam system lingkungan pembelajaran yang kondusif, dan memerlukan waktu jangka
panjang. Maka tujuan pembelajaran ranah afektif akan lebih memungkinkan dicapai
melalui efek pengiring.
2. Peserta didik utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek
karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai
obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada
diri peserta didik. Untuk itu peserta didik harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran antara lain di
pengaruhi faktor kemampuan yang telah dimiliki hubungannya dengan materi yang akan
dipelajari, Oleh karena itu dalam merencanakan pembelajaran yang efektif pendidik
harus memiliki pemahaman tentang diagnosis kesulitan belajar dan analisis tugas.

3. Materi pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena


materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Materi
pembelajaran yang komprehensif, terorganisasi secara sistematis dan dideskripsikan
dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran. Materi
pembelajaran dalam sistem pembelajaran berada dalam Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan buku sumber. Pendidik hendaknya dapat memilih dan
mengorganisasikan materi pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung
intensif.

4. Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum untuk mewujudkan proses pembelajaran


yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan
strategi pembelajaran pendidik dituntut memiliki kemampuan dalam memilih, model-
model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik
mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar Untuk menentukan strategi
pembelajaran yang tepat pendidik harus mempertimbangkan tujuan pembelajaran,
karakteristik peserta didik, materi pembelajaran dan sebagainya agar strategi
pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.
5. Media pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan pendidit dalam proses


pembelajaran untuk membantu penyampaian materi pembelajaran. Media sebagai salah
satu komponen sistem pembelajaran berfungsi meningkatkan peranan strategi
pembelajaran. Sebab media pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung
strategi pembelajaran di sampimg komponen waktu dan metode pembelajaran. Media
digunakan dalam kegiatan instruksional antara lain karena media dapat:

a. memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi dapat
dilihat dengan jelas,

b. menyajikan benda yang jauh dari peserta didik,

c. menyajikan peristiwa yang komplek, rumit, dan berlangsung cepat menjadi sistematik
dan sederhana, sehingga mudah diikuti (Suparman, 1995).

Untuk meningkatkan fungsi media dalam pembelajaran pendidik perlu memilih media
yang sesuai. Mengenai bagaimana memilih media dan penggunaannya akan dikaji secara
khusus pada mata kuliah proses belajar mengajar.

6. Penunjang

Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar,
buku sumber, alat pembelajaran, materi pembeelajaran dan semacamnya. Komponen
penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses
pembelajaran. Sebagai salah satu komponen pembelajaran, pendidik harus
memperhatikan, memilih dan memanfaatkannya.

C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Apabila pembelajaran itu ditinjau dari segi internal dan eksternal maka teori pembelajaran
adalah penerapan prinsip-prinsip teori belajar, teori tingkah laku, dan prinsip pembelajaran
dalam usaha mencapai tujuan belajar dengan penekanan pada prosedur yang telah terbukti
berhasil secara konsisten (Reigelut dan Carr-Chellman, 2009). Dengan demikian prinsip belajar
menurut teori belajar tertentu, teori tingkah laku dan prinsip-prinsip pembelajaran dalam
implementasinya akan berintegrasi menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.

1. Prinsip pembelajaran bersumber dari teori behavioristik

Hartley & Davies (1978) menyatakan bahwa pembelajaran yang dapat menimbulkan
proses belajar dengan baik apabila:

a. peserta didik berpartisipasi secara aktif,

b. materi disusun dalam bentuk unit-unit kecil dan diorganisir secara sistematis dan
logis, dan tiap respon peserta didik diberi balikan dan disertai penguatan

2. Prinsip pembelajaran bersumber dari teori kognitif

a. Konstruktivisme, peserta didik membangun pengetahuan dengan cara


menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki, dan mereka menggunakan
pengetahuan tersebut untuk merespon pengetahuan yang diterima.

b. Konteks. Pengetahuan yang dikonstruksikan oleh peserta didik tergantung pada


konteks dan keadaan mental.

c. Perubahan. Peserta didik akan mubah mempelajari pengetahuan yang sesuai atau
dapat memperluas pengetahuan yang telah dimiliki.

d. Individualisasi. individu mengkonstruksikan struktur berbeda dan pendekatan yang


berbeda dalam belajar.

e. Belajar sosial. Peserta didik akan belajar secara efektif apabila mereka
melaksanakannya dengan cara interaksi sosial.
3. Prinsip pembelajaran dari teori humanisme

a. Belajar mandiri (self-directed learning). Peserta didik hendaknya diberikan


kesempatan untuk mengarahkan belajarnya, memilih apa yang ingin mereka pelajari,
mempelajarinya mengarahkan kapan dan cara-cara

b. Belajar tentang cara-cara belajar (learning how to learn). Pembelajaran hendaknya


menghasilkan anak-anak yang secara terus-menerus menumbuhkan keinginannya
untuk belajar dan mengetahui cara cara belajar.

c. Evaluasi diri (Self-Evaluation). Evaluasi diri sangat diharapkan oleh peserta didik,
dan menjadi prasyarat bagi perkembangan kemandirian. Melalui evaluasi diri, peserta
didik akan mengambil tanggung jawab untuk memutuskan kriteria yang penting bagi
dirinya sendiri, tujuan belajar yang akan dicapai, menilai seberapa jauh mereka telah
mencapai tujuan belajar yang ditetapkan sendiri.

d. Pentinya perasaan (important of feelings). Pendekatan humanistik tidak membedakan


domain kognitif dan afektif dalam belajar; dan kedua domain itu merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-Pisahkan. Belajar merupakan kegiatan memperoleh
informasi atau pengalaman baru, dan secara personal peserta didik menemukan
makna akan informasi atau pengalaman baru.

e. Bebas dari ancaman (freedom of threat). Belajar akan lebih mudah, Jebik bermakna,
dan lebih diperkuat apabila belajar itu terjadi dalam suasana yang nyaman.
Pembelajaran yang mampu membebaskan peserrta didik dari ancaman adalah
pembelajaran yang diwarnai oleh demokratis secara bertanggung jawab.

4. Prinsip pembelajaran dalam rangka pencapaian ranah tujuan.

Ranah tujuan pembelajaran dapat dibedakan atas ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran ranah tertentu, diperlukan
prinsip pembelajaran yang tidak sama, terutama prinsip yang mengatur prosedur dan
pendekatan pembelajaran itu sendiri.
1. Prinsip pengaturan kegiatan kognitif

Pembelajaran hendaknya memperhatikan bagaimana mengatur kegiatan kognitif


yang efisien. Caranya mengatur kegiatan kognitif dengan menggunakan
sistematika alur pikir dan sistematik proses belajar itu sendiri. Orang yang
mernggunakan alur pikir dalam pemecahan masalah, ia akan berfikir dengan
sistematis dan dapat mengontrol kegiatan kognitifnya, sehingga pembelajaran
akan lebih efisien.

2. Prinsip pengaturan kegiatan afektif

Pembelajaran pengaturan kegiatan afektif perlu memperhatikan dan


mengaplikasikan tiga pengaturan kegiatan afektif, yaitu factor conditioning,
behavior modifcation, dan human model. Faktor conditioning yaitu perilaku
pendidik yang berpengaruh terhadap rasa senang atau rasa benci peserta didik
terhadap pendidik. Faktor behavior modification pemberian penguatan seketika.
Faktor human model yaitu contoh berupa orang yang dikagumi dan dipercaya
para peserta didik. Dalam mengaplikasikan prinsip tersebut hendaknya dikaitkan
dengan fase belajar sikap, yaitu, fase motivasi, konsentrasi, pengolahan dan
balikan.

3. Prinsip pengaturan kegiatan psikomotorik

Pembelajaran pengaturan kegiatan psikomotorik mementingkan factor latihan,


penguasaan prosedur gerak-gerik, dan prosedur koordinasi anggota badan Untuk
itu diperlukan pembelajaran fase kognitif. Dalam mengaplikasikan mengkaitkan
fase belajar psikomotorik, yaitu, fase motivası, konsentrasi, pengolahan, menggali
dan balikan.

5. Prinsip pembelajaran konstruktivisme

Menurut kontruktivisme, belajar adalah proses aktif peserta didik dalam


mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dalam proses belajar tersebut
terjadi proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah
dipelajari. Dengan demikian sebenarnya tergolong teori kognitif, hanya saja kognitif
dalam pengembangan. Prinsip vang nampak dalam pembelajaran konstruktivisme ialah:
Pertanyaan dan konstruksi jawaban peserta didik adalah penting, berlandasan beragam
sumber informasi materi dapat dimanipulasi para peserta didik, pendidik lebih bersikap
interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan mediator bagi peserta didik dalam proses
belajar-mengajar, program pembelajaran dibuat bersama peserta didik agar mereka benar-
benar terlibat dan bertanggung jawab (konstrak pembelajaran), dan strategi pembelajaran,
student-centered learning, dilakukan dengan belajar aktif, belajar mandiri, koperatif dan
kolaboratif.

6. Prinsip pembelajaran bersumber dari azas mengajar

Bertolak dari pengertian bahwa keberhasilan mengajar perlu diukur dari bagaimana
partisipasi peserta didik dalam proses belajar-mengajar dan seberapa hasil yang dicapai.
Dalam menjawab dua permasalahan tersebut ahli-ahli didaktik mengarahkan perhatian
kepada tingkah laku pendidik sebagai organisator proses belajar-mengajar. Maka
timbullah azas-azas mengajar, yaitu suatu kaidah bagi pendidik-pendidik dalam
bertingkah laku mengajar agar lebih berhasil. Azas-azas mengajar itu bermacam-macam,
tetapi dalam uraian ini hanya akan dikemukakan dari Mandigers dan Mursell. Kedua ahli
pendidikan tersebut berasal dari Belanda dan Amerika Serikat. sehingga mempunyai
sudut pandangan yang berbeda.

a. Mandigers

Azas-azas mengajar dari Mandigers sudah dikenal lama dan sudah menjadi
bagian dari didaktik di Indonesia. Prinsip-prinsip mengajar ini lebih dikenal
dengan nama azas-azas didaktik. Menurut Mandigers agar anak mudah dan
berhasil dalam belajar, dalam mengajar pendidik perlu memperhatikan: (a) prinsip
aktivitas mental, (b) prinsip menarik perhatian, (c) prinsip penyesuaian
perkembangan murid, (d) prinsip appersepsi, (e) prinsip peragaan, dan (f) prinsip
aktivitas motorik. Selain hal tersebut di atas ahli pendidikan lain menambahkan
prinsip korelasi dan lingkungan.
1) Prinsip aktivitas mental

Belajar adalah aktivitas mental, oleh karena itu pembelajaran hendaknya


dapat menimbulkan aktivitas mental. Tidak hanya mendengar,
mencamkan dan sebagainya tetapi lebih menyeluruh baik aspek kognitif,
afektif maupun psikomotorik. Pendekatan pembelajaran dengan prinsip
CBSA dikatakan sangat sesuaidengan prinsip aktivitas mental.

2) Prinsip menarik perhatian

Bila dalam belajar mengajar para peserta didik penuh perhatian kepada
bahan yang dipelajari, maka hasil belajar akan lebih nmeningkat sebab
dengan perhatian, ada konsentrasi, pada gilirannya hasil belajar itu akan
lebih berhasil dan tidak lekas lupa.

3) Prinsip penyesuaian perkembangan anak

Anak akan lebih tertarik perhatiannya bila bahan pelajaran disesuaikan


dengan perkembangan peserta didik.

4) Prinsip Appersepsi

Prinsip ini memberikan petunjuk bahwa kalau mengajar pendidik


hendaknya mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan apa yang
sudah diketahui. Dengan cara tersebut peserta didik akan lebih tertarik
sehingga bahan pelajaran mudah diserap. Prinsip iní biasanya
dilaksanakan pada pendahuluan pelajaran/pembukaan. Mirip dengan
prinsip ini adalah apa yang disebut advance organizer. Dalam pendahuluan
pelajaran terutama ceramah, pelajaran akan lebih bermakna bila pendidik
menghubungan materi pelajaran dengan penyajian advance organizer,
yaitu menghubungkan materi pelajaran pokok dengan konteks yang lebih
luas dan bermakna.
5) Prinsip peragaan

Prinsip peragaan memberikan pedoman bahwa dalam mengajar hendaknya


digunakan alat peraga. Dengan alat peraga proses belajar mengajar tidak
verbalistis. Pelaksanaan prinsip ini dapat dilakukan dengan menggunakan
bermacam alat peraga atau media pembelajaran. Proses pembelajaran yang
disertai dengan alat peraga, akan menghasikan hasal belajar lebih jelas dan
tidak lekas lupa.

6) Prinsip aktivitas motoric

Mengajar hendaknya dapat menimbulkan aktivitas motorik para peserta


didik. Belajar yang dapat menimbulkan aktivitas motoric seperti, menulis,
menggambar, melakukan percobaan, mengerjakan tugas latihan, akan
menimbulkan kesan dan hasil belajar yang lebih mendalam.

7) Prinsip motivasi

Motivasi ialah dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan
sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Motivasi memegang
peranan penting dalam belajar. Makin kuat motivasi seseorang dalam
belajar makin optimal dalam melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain
intensitas proses pembelajaran sangat ditentukan oleh motivasi. Dalam
mengaplikasikan prinsip ini pendidik dapat melakukan: (a)
menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak, (b) menghubungkan
pelajaran dengan pengalaman anak, da (c) memilih berbagai metode
mengajar yang tepat.

Prinsip-prinsip tersebut di atas dalam pelaksanaannya hendaknya dilakukan


secara terpadu. Hal itu dapat dijelaskan bahwa belajar yang berhasil adalah bila
anak dalam melakukan belajar berlangsung secara intensif dan optimal sehingga
menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih bersifat permanen. Untuk itu
pendidik dalam mengajar harus dapat menimbulkan aktivitas mental,dan fisik
(CBSA). Proses belajar yang demikian itu akan terwujud bila ada dukungan dari
situapeserta didik, dimana prinsip peragaan, appersepsi, korelasi, dapat
dilaksanakan secara terintegrasi.

b. Marsell

Marsell (1954) mengemukakan bahwa pembelajaran yang sukses, perlu


memperhatikan prinsip-prinsip mengajar berikut: (1) konteks (2) fokus, (3)
sekuens, (4) evaluasi, (5) individualisasi dan (6) sosialisasi.

1) Prinsip Konteks

Pembelajaran dilaksanakan dengan cara pendidik menciptakan bermacam-


macam hubungan dengan bahan pelajaran. Caranya dengan mengkaitkan
materi bahan pelajaran dengan konteksnya dalam hubungan sesama
konsep, hubungan konsep dengan fakta, konsep dengan guna/fungsi.
Dengan prinsip ini peserta didik akan tahu konteks tiap bahan yang
dipelajari. Tanpa ada konteks pengetahuan satu dengan yang lain biarpun
terletak dalam satu rumpun akan terpisah-pisah sehingga pengetahuan
peserta didik kurang kokoh. dengan memperhatikan prinsip konteks,

2) Prinsip Fokus

Membelajarkan dengan prinsip fokus dilakukan dengan cara npendidik


dalam membahas dan menjelaskan materi suatu pokok bahasan tertentu
perlu ada materi pokok bahasan sebagai pusat pembahasan. Bila prinsip
konteks mengharuskan pendidik mengkaitkan bahan pelajaran seluas-
luasnya, maka prinsip focus sebaliknya mengharuskan adanya pemusatan
pokok persoalan yang dibahas. Dalam prakteknya kedua prinsip tersebut
hendaknya dilaksanakan secara seimbang sehingga saling melengkapi,
karena kedua prinsip tersebut merupakan kriteria mengajar yang efektif.

3) Prinsip Sekuens

Mengajar dengan melaksanakan prinsip sekuers adalah bahwa nmateri


pembelajaran hendaknya disusun secara urut sistematis dan logis sehingga
mudah dipelajari. Urutan bahan pelajaran itu sendiri hendaknya
memberikan kemudahan peserta didik dalam mkegiatan belajar. Misalnya
pendidik matematika akan mengajar pokok bahasan Fungsi Grafik tentu
pendidik tersebut akan nmemerinci kegiatan apa yang harus dikuasai
peserta didik, agar peserta didik mudah mempelajarinya. Untuk memenuhi
prinsip tersebut pendidik perlu mengidentifikasi kegiatan mana yang
nlebih dahulu dan mana yang kemudian. Penyusunan urutan kegiatan
tersebut harus memenuhi syarat sistematis dan logis.

4) Prinsip Evaluasi

Prinsip evaluasi menekankan pendidik dalam mengajar tidak boleh


meninggalkan kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan terintegrasi
dalam pembelajaran. Kegiatan evaluasi berfungsi mempertinggi
efektivitas belajar. karena dapat mendorong peserta didik belajar dan
memungkinkan pendidik untuk memperbaiki cara mengajarnya. Evaluasi
itu dapat dilakukan secara tertulis, lisan maupun dalam bentuk assesment.

5) Prinsip Individualisasi

Melaksanakan prinsip individualisasi diujudkan dalam bentuk pendidik


dalam mengajar memperhatikan adanya perbedaan individu para peserta
didik. Peserta didik sebagai individu adalah berbeda-beda dilihat dari segi
mental, seperti intelegensi, bakat, minat, dan sebagainya. Berbeda dalam
kecenderungan misalnya ada peserta didik cenderung lebih baik pada
bidang estetika tetapi mungkin kurang baik pada matematika dan
sebagainya. Perbedaan individu tersebut berimplikasi dalam pemberian
pelayanan belajar, seperti bimbingan belajar, tugas-tugas dan sebagainya

6) Prinsip Sosialisasi

Prinsip sosialisasi menekankan pendidik dalam mengajar hendaknya dapat


menciptakan suasana belajar yang menimbulkan adanya saling kerja sama
antar peserta didik kerja sama dalam mengatasai masalah belajar, seperti
menyelesaikan tugas, belajar kelompok memperoleh dua keuntungan,
yaitu: (a) dapat membina dan mengembangkan kepribadian terutama sikap
demokrasi, dan (b) pengetahuan anak akan bertambah kokoh sebab dalam
proses belajar akan terjadi saling menerima dan memberi. Dalam
prakteknya keenam prinsip tersebut dilaksanakan secara proposional
sesuai tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik dan komponen
lainnya. Prinsip konteks. Sekuens, dan evaluasi merupakan prinsip-prinsip
yang digali dari bagaimana cara menyusun dan menyajikan bahan
pelajaran, sedangkan prinsip individualisasi dan sosialisasi mendasarkan
pemenuhan kebutuhan siapa yang belajar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa
sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan (Briggs, 1992). Seperangkat peristiwa itu
membangun suatu pembelajaran yang bersifat internal jika peserta didik melakukan self
instruction dan di sisi lain kemungkinan juga bersifat eksternal, yaitu jika bersumber antara lain
dari pendidik.

Pembelajaran pada taraf organisasi mikro mencakup pembelajaran bidang studi tertentu
dalam satuan pendidikan, tahunan, semesteran atau pembelajaran tersebut, ditinjau dari
pendekatan sistem, maka dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen. Komponen-
komponen tersebut adalah: tujuan, peserta didik, materi pelajaran, strategi, media, evaluasi dan
penunjang.

Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan
pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau
norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku.Pembelajaran sebagai suatu system,
maka di dalam prosesnya melibatkan berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut adalah
tujuan, subyek belajar, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi dan
penunjang.Prinsip belajar yang mendasari pembelajaran orang dewasa diantaranya yaitu:
a.       Prinsip pembelajaran yang bersumber dari teori behavioristik.
b.      Prinsip pembelajaran yang bersumber dari teori kognitif.
c.       Prinsip pembelajaran yang bersumber dari teori humanisme.
d.      Prinsip pembelajaran dalam rangka pencpaian ranah tujuan.
e.       Prinsip pembelajaran konstruktivisme.
f.       Prinsip pembelajaran bersumber dari azas mengajar..

B. Saran
Diharapkan setiap pendidik dalam mengajar dan mendidik peserta didik mampu menciptakan
suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran dapat
berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i, Achmad, 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai