Anda di halaman 1dari 15

LANDASAN KONSEPSIONAL DESAIN PEMBELAJARAN

Disusun Oleh :
Wulan Safitri Rambe 1920100287
Nur Azizah Matondang 1920100222
Nurida 1720100146

DOSEN PENGAMPU
Dr. Hamdan Hasibuan, M.Pd.

FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala limpahan rahmat,inayah,taufik,dan
ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas dari dosen kami bapak Dr.
Hamdan Hasibuan, M.Pd. selaku pengampuh materi desain pembelajaran

Harapan kami semoga makalah ini membantu pengetahuan dan pengalama bagi para
pembaca,sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan
untuk kesempurnaan makalah ini.

Padangsidimpuan , 31 agustus 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan masalah..........................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
A. Hakikat belajar mengajar...........................................................................................................5
B. Teori belajar mengajar...............................................................................................................6
C. Komponen komponen pengajaran............................................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
Kesimpulan......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang
saling berhubungan dan mempengaruhi. Komponen tersebut adalah guru, siswa,
tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Dari komponen-komponen pembelajaran
tersebut, tujuan dijadikan fokus utama pengembangan, artinya komponen-
komponen yang lain dikembangkan mengacu pada komponen tujuan yang ingin
dicapai. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi transksional yang bersifat timbal
balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan
yang telah dicapai. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat
diterima, dipahami, dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran komponen-komponenya saling
keterkaitan yang mengacu pada suatu tujuan yang ingin dicapai. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar
pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya.
Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan
menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta
didik. Dalam pembelajaran juga terdapat komponen – komponen pembelajaran yang
saling berhubngan satu sama lainnya. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran
dalam proses pembelajaran sangat penting untuk menunjang kegiatan belajar secara
optimal.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian hakikat belajar mengajar?
2. Bagaimana teori belajar mengajar?
3. Apa komponen komponen pengajaran?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui hakikat belajar mengajar
2. Untuk mengetahui teori belajar mengajar
3. Untuk mengetahui komponen pengajaran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat belajar mengajar


Pada hakikatnya, belajar menunjuk ke perubahan dalam tingkah
laku si subjek dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang
berulang-ulang dan perubahan tingkah laku tersebut tak dapat
dijelaskan atas dasar kecenderungan-kecenderungan respons bawaan,
kematangan atau keadaan temporer dari subjek (misalnya keletihan,
dan sebagainya) (Hilgard dan Gordon, 1975:17 dalam buku kurikulum
dan pembelajaran, 2015: 49) Hakikat belajar adalah “perubahan” dan tidak setiap
perubahan adalah sebagai hasil belajar. Perlu diingatkan, bahwa perubahan
yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek
kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku.1
Sumantri dan Permana (1999) menyatakan mengajar adalah kegiatan penyampaian
pesan berupa pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari
guru kepada peserta didik. Raka Joni (1986: 3) merumuskan pengertian mengajar
sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar. Sistem lingkungan dalam proses belajar akan saling mempengaruhi antar
komponen seperti tujuan instruksional yang ingin dicapai, guru dan peserta didik
yang memainkan peranan senada dalam hubungan sosial tertentu, materi yang
diajarkan, bentuk kegiatan yang dilaksanakan serta sarana dan prasarana belajar
mengajar yang tersedia.

Sementara itu, Davis (dalam Sumantri dan Permana, 1999) mengungkapkan bahwa
pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas profesional yang memerlukan
keterampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan. Jadi diperlukan
suatu keterampilan khusus yang diperlukan dalam mengajar.

Mengajar merupakan kegiatan mutlak yang memerlukan keterlibatan individu anak


didik. Karena itu belajar mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu
di dalam konsep pengajaran. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar adalah
dwitunggal dalam perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan anak didik.
Mengajar adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi, lingkungan di
sekitar anak didik sehingga menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan
proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan
bimbingan /bantuan kepada anak didik dalam proses belajar ( Nana Sudjana,
1991:29).

Jadi Belajar mengajar merupakan suatu proses adanya interaksi antara anak didik
dan guru mengenai transfer pengetahuan nilai-nilai dan sikap dalam kegiatan
pendidikan di kelas. Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari banyak anak
didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat menerima pelajaran,
ada yang sedang dan ada yang lamban menerima pelajaran. Ketiga tipe belajar anak
1
Muhammad adden, makalah hakikat belajar, diakses dari
http://muhammadden1.blogspot.com/2015/06/makalah-hakikat-belajar.html , diakses pada tanggal 31
agustus 2021)
didik ini menghendaki agar guru yang mengatur strategi pengajaran yang sesuai
dengan gaya-gaya belajar anak didik. 2

B. Teori belajar mengajar


Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi-
potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong terwujudnya
perkembangan potensi peserta didik tersebut tentunya merupakan suatu proses
panjang yang tidak dapat diukur dalam metode tertentu apalagi dalam waktu yang
sangat singkat. Davies (dalam Aunurrohman, 2012: 113), sebutkan beberapa hal
yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam
proses pembelajaran, yaitu;
1.      Hal apapun yang dipelajari murid maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak
seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2.      Setiap murid belajar menurut tempo kecepatannya sendiri dan untuk setiap
kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3.      Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan
penguatan.
4.       Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran,
memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5.      Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka iya
lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih banyak.
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu
dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam upaya pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan individual. 3
  
TEORI-TEORI BELAJAR
Banyak sekali teori yang berkaitan dengan belajar. Masing-masing teori memiliki
kekhasan tersendiri dalam mempersoalkan belajar. Para filosof islam klasik seperti
Al-farabi,  Ibnu sina, Al ghazali, Ibnu  khaldun, dan lain-lain memandang belajar
dalam pengertian yang lebih umum, Al-farabi dalam al-talbi (2012) mengatakan,
bahwa untuk memahami belajar secara mendalam perlu dipahami istilah-istilah
seperti disiplin (ta'dib), koreksi (taqwim), training (tahdhib), bimbingan (tasdid),
pembelajaran (ta'lim), pendidikan (tarbiyah).  Dalam istilah-istilah ini mengandung
makna belajar (irtiyad).
Dengan mengacu pada beberapa dalil, Al-farabi percaya bahwa belajar pada
hakekatnya merupakan proses mencari ilmu pengetahuan yang muarannya tidak lain
untuk memperoleh nilai nilai, ilmu pengetahuan dan keterampilan praktis dalam
upaya untuk menjadi manusia yang sempurna (Insan Kaamil).
Adapun teori belajar yang dapat dijadikan dasar dalam desain pembelajaran antara
lain teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme atau ada yang

2
catarts, merumuskan tujuan pembelajaran, diakses dari https://catarts.wordpress.com/2012/04/15/hakekat-
belajar-mengajar/ ,pada tanggal 31 september, pukul 23.30
3
(M. ISMAIL MAKKI, M. Psi., AFLAHAH, M. Pd. 2019. Konsep dasar belajar dan pembelajaran. Lekoh barat,
duta media publishing.)
memandangnya sebagai pendekatan konstruktivis. Teori-teori tersebut dipandang
memiliki kontribusi besar dalam membangun disiplin dan berkolerasi positif
terhadap penguatan kawasan keilmuan disain pembelajaran. misalnya, teori belajar
behaviorisme B. F. Scanner menanamkan prinsip seperti penguatan (reinforcement),
umpan balik (feedback), merumuskan tujuan, dan praktik desain pembelajaran.
1.       Teori belajar behaviorisme
Sebagai tokoh behaviorisme radikal, scanner mengatakan bahwa belajar dapat
dipahami, dijelaskan, diprediksi secara keseluruhan melalui kejadian yang dapat
diamati, yakni perilaku peserta didik beserta anteseden konsekuensi lingkungannya.
Anteseden merujuk pada isyarat yang terjadi dalam lingkungan yang memberi tanda
kesesuain dengan perilaku yang diberikan. Misalnya, tanda stop yang terdapat pada
lalu lintas memberi syarat kepada para pengemudi untuk melakukan tindakan ataup
perilaku yang tepat, yakni dengan menginjak rem kendaraan. Demikian pula, ketika
seorang guru berata kepada muridnya "dengarkan ! " Merupakan isyarat kepada
peserta didik untuk diam dan memperhatikan.
Menurut skinner dalam Driscoll (2000), untuk mengamati konsekuensi dari perilaku
dapat di tunjukkan dalam perilaku berikutnya, apakah cenderung di ulangi atau di
ambil sebagai pelajaran. Misalnya, seorang siswa yang mendapat hadiah dari
gurunya berupa senyum ketika meminta perhatian didalam ruang kelas
kemungkinan besar mengikuti arahan gurunya daripada siswa yang lain.

 2. Teori pemprosesan informasi


Seperti hal nya teori behavioral, teori ini memandang aspek lingkungan memegang
peranan    penting dalam belajar. Namun, secara hakiki kedua teori ini memiliki
perbedaan satu sama lain . Teori pemprosesan informasi ini sebagimana dijelaskan
oleh Byrnes (1996) memandang belajar sebagai suatu upaya untuk memproses,
memperoleh, dan menyimpan informasi melalui short term memory ataupun
( memori jangka pendek ) long term memory ataupun ( memori jangka panjang ),
Dalam hal ini belajar terjadi secara internal dalam diri peserta didik. Jika stimulus
merupakan input dan perilaku lenjadi outpun makan proses yang terjadi antara
keduanya merupakan proses informasi.  
Shukla (2011), lebih jauh menerjemahkan teori pemprosesan informasi kedalam
beberapa tahapan yaitu input, pengkoden, penyimpanan, pemprosesan, analisis,
output.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori pemrplosesan informasi kognitif
memberi landasan yang penting dalam design pembelajaran. Adapun landasan
penting teori ini yang dimaksud antara lain :
Ø  Prior knowledge ( pengetahuan awal)
Ø  Rancangan tujuan yang berorientasi kognitif
Ø  Umpan balik ataupun feedback
 
3. Teori skema dan muatan kognitif
Istilah skema merupakan bentuk tunggal dari schemata yang menggambarkan suatu
pola pemikiran atau perilaku yang terorganisasi. Teori skemata pertama kali
dirumuskan oleh piagate pada tahun 1928, ketika membuat proses belajar yang
melibatkan asimilasi, komodasi, dan skemata. Disini dikatakan bahwa skema adalah
gambaran atau pola mental sederhana dari suatu tindakan, satu bentuk informasi
yang ter organisasi untuk menginterpretasi sesuatu yang dilihat, di dengar, dicium,
dan diraba.
Anderson dalam Asiaeuniversity (2012) merumuskan karekteristik skema sebagai
berikut:
a. Skemata selalu terorganisasi secara bermakna dapat ditambah seperti seorang
individu memperoleh pengalaman, berkembang lebih bervariatif dan spesifik.
b. Setiap skema dilekatkan dengan skemata yang lain dan mencakup beberapa
subskema.
c. Skemata berubah seiring dengan bertambahnya informasi yang diterima.
d. Skemata dapat dikenal ketika data yang masuk memenuhi suatu kebutuhan
untuk menyusun kembali konsep.

4. TEORI BELAJAR SITUATED


Beberapa premis yang mendasari timbulnya teori situated learning seperti di uraikan
oleh Wenger dalam Wiki (2012:2), yakni:
a. Manusia adalah makhluk sosial yang merupakan aspek utama dari belajar.
b. Pengetahuan berhubungan dengan kemampuan untuk menghargai suatu upaya
yang bernilai, seperti ragam nyanyian, fakta ilmiah, perbaikan mesin, tulisan
puisi, upaya untuk menjadikan seorang ramah, dan pertumbuhan manusia dari
anak-anak hingga dewasa.
c. Mengetahui atau tahu berkaitan dengan partisipasi dalam pencarian sesuatu
yang berguna, yakni terlibat secara aktif dalam dunia nyata.
d. Bermakna adalah kemampuan untuk mengalami dunia dan keterlibatan kita
dalam menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. 4 

C. Komponen komponen pengajaran


Suatu proses pembelajaran dapat berjalan efektif jika seluruh komponen yang
berpengaruh saling mendukung, yaitu: 
1.   Siswa 
2.   Kurikulum 
3.   Guru 
4.   Metode 
5.   Sarana dan prasarana 
6.   Lingkungan.5
 
Diantara komponen-komponen yang berpengaruh terhadap efektivitas
pembelajaran tersebut, komponen guru lebih menentukan karena ia akan megelola
komponen lain sehingga dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.
 
Seorang guru harus bisa mengelola komponen-komponen lainnya. Karena seorang
guru dituntut untuk merencanakan pengajaran, karena dengan adanya perencanaan
pengajaran komponen lainnya itu bisa dikelola dengan baik.
 

4
(Dr. Muhammad yaumi, M. Hum., M. A (Prinsip-prinsip desain pembelajaran) kencana 2013 Jakarta
5
Hafni Ladjid. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Quantum Teaching, 2005), hlm. 113.
Guru dapat menentukan atau memilih materi atau bahan pelajaran yang tepat
sehingga dengan yang dibentuk siswa pemahaman akan konsep (yang benar) yang
dibentuk siswa, memungkinkan mereka dapat menghubungkannya dengan
pemahaman sebelumnya serta membuka peluang untuk mencari dan menentukan
pemahaman terhadap konsep bari itu. Dengan penciptaan pemahaman yang
demikian, maka guru telah memberdayakan para siswanya. Maka keefektivitasan
pembelajaran itu telah tercapai.
 
Peran guru sangat menentukan terbentuknya suasana pembelajaran yang efektif,
karena guru yang merencanakan pembelajaran tersebut, melaksanakan dan
mengevaluasinya.
 
Salah satu tahapan mengajar yang harus dilalui oleh guru profesional adalah
menyusun perencanaan pengajaran. Tanpa perencanaan yang matang, seorang guru
sering kekurangan waktu mengajar dan kekurangan materi untuk disampaikan. Ini
terjadi karena kurangnya perencanaan. Jadi dengan adanya perencanaan pengajaran
dapat mendorong guru lebih siap melakukan pembelajaran dan dapat menggunakan
waktu serta mengatur alokasi waktu yang tersedia secara efektif dan efesien.
 
Perencanaan Pengajaran 
Pada hakikatnya perencaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapakan
keputusan mengenai apa yang akan dilakukan. Perencanaan adalah pemikiran
sebelum pelaksaan sesuatu tugas. 6 Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari
aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efesien.penentuan
tentang sesuatu yanga akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa,
dan bagaimana.7
 
Pengajaran adalah proses belajar mengajar di mana guru dan peserta didik
berintegrasi mencapai sasaran perubahan tingkah laku peserta didik. Dengan
demikian, perencanaan pengajaran adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang
guru untuk merumuskan tujuan dan mendesain (merencanakan) pengajaran.
 
Adanya perencanaan pengajaran berinflikasi pada kesiapan guru di depan kelas.
Perencanaan yang matang yang dapat menimbulkan banyak inisiatif dan daya kreatif
guru waktu mengajar, meningkatkan interaksi belajar mengajar antara guru dan
murid.
 
Komponen perencanaan pengajaran meliputi: 
1. Penentuan Tujuan Mengajar
 
Salah satu aspek penting dalam perencaan pengajaran adalah penentuan tujuan
mengajar. Menentukan tujuan perencanaan pengajaran merupakan syarat mutlak
dalam perencanaan pengajaran, karena itu menurut ahli-ahli pendidikan tujuan

6
Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1993), hlm. 119.
7
Udin Syaifuddin Sa’ud. Dkk. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Konprehensip, (Bnadung: PT. Remaja
Rosda karya, 2005), hlm. 4.
perencanaan pengajaran merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan atau
keinginan manusia untuk mencapainya. Hal ini dicapai dalam rangka mewujudkan
lulusan yang mampu mencapai tujuan pengajaran.
 
Tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan,
tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan. Karena hal itu adalah
suatu halyang tidak memiliki kepastian dalam menentukan kearah mana kegiatan itu
akan dibawa.
 
Unsur penting dalam suatu kegiatan adalah tujuan, maka dalam kegiatan apapun
unsur penting dalam suatu kegiatan adalah tujuan, maka dalam kegiatan  apapun
tujuan tidak bisa diabaikan. Dalam perencanaan pengajaran, tujuan adalah suatu
cita-cita yang ingin dicapai dalam pengajaran. Kegiatan pengajaran tidak bisa terjadi
begitu saja, tanpa ada tujuan yang telah diterapkan dalam perencanaan.
 
Tujuan dalam pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan kata
lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik.
Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam
lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam tujuan utama adalah amar ma’ruf nahi mungkar, sesuai
dengan pembelajaran pendidikan agama Islam tujuan utama adalah amar ma’ruf
nahi mungkar, sesuai dengan Firman Allah surat Ali Imran ayat 110:
‫هّٰلل‬
َ‫ان‬//َ‫ب لَڪ‬ ِ ‫ ُل ۡال ِك ٰت‬/‫و ٰا َمنَ اَ ۡه‬/ۡ /َ‫ا ِ‌ؕ َول‬//ِ‫ونَ ب‬/ۡ /ُ‫ف َوت َۡنهَ ۡونَ َع ِن ۡال ُم ۡن َك ِر َوتُ ۡؤ ِمن‬
ِ ‫اس ت َۡا ُمر ُۡونَ بِ ۡال َم ۡعر ُۡو‬
ِ َّ‫ُك ۡنتُمۡ خ َۡي َر اُ َّم ٍة اُ ۡخ ِر َج ۡت لِلن‬
ٰ ۡ ۡ ۡ ۡ
َ‫خ َۡيرًا لَّهُمۡ‌ؕ ِمنهُ ُم ال ُم ۡؤ ِمنُ ۡونَ َواَكثَ ُرهُ ُم الف ِسقُ ۡون‬ 

Artinya: ”kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. 8
 
Tujuan pengajaran mempunyai jenjang yang luas dan umum sampai kepada yang
sempit atau khusus, semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang
lainnya, dengan tujuan yang ada di bawah menunjang tujuan yang ada di atasnya.
Bila tujuan yang rendah tidak tercapai, maka tujuan yang di atas juga tidak tercapai,
sebab rumusan tujuan terendah menjadikan tujuan di atasnya sebagai pedoman.
Maka dalam merumuskan tujuan pengajaran harus benar-benar memperhatikan
kesinambungan setai jenjang dalam pengajaran.

Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya


seperti bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, memilih metode, alat, sumber, dan
alat evaluasi. Semua komponen itu harus sesuai dan didaya gunakan untuk mencapai
tujuan seefektif dan seefesien mungkin. Bila salah satu komponen tidak sesuai
dengan tujuan maka pelaksanaan perencanaan pengajaran tidak akan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 
8
QS. Ali Imra/2:110.
2. Pemilihan Materi Siswa dengan Waktu 
Materi pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalm prose pengajaran.
Tanpa materi pengajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan. Oleh karena itu
guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai materi pengajaran yang akan
disampaikan kepada anak didik.
 
Pemilihan materi dalam pengajaran harus sesuai dengan waktu. Materi yang akan
diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk fakta, konsep, prinsip, prosedur atau
gabungan lebih dari satu jenis materi. Dengan mengidentifikasikan jenis-jenis materi
yang akan diajarkan, guru akan mendapatkan kemudahan dalam caramengajarnya.
Materi pengajaran merupakan ini yang ada dalam kegiatan pengajaran, karena
materi pengajaran itulah yang diungkapkan untuk dikuasai anak didik.
 
3. Strategi Optimum
Dalam merencanakan pengajaran harus ada strategi, karena strategi ini akan
membawa perencanaan pengajaran itu berhasil atau tidaknya. Seorang guru
mempunyai strategi dalam pengajaran. Jika seorang guru tidak mempunyai strategi
yang optimum dalam pengajarannya maka pengajarannya sulit untuk berhasil.
 
Dalam kegiatan pengajaran, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu
metode saja, guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya
pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Akan 
tetapi penggunaan metode yang bervariasi tidak akan mengguntungkan kegiatan
pembelajaran bila penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang
mendukung dengan kondisi psikologi anak didik. Dari sinilah kompetensi guru
diperlukan dalam merancang strategi optimum untuk mendapatkan hasil
pengajaranyang baik.
 
4. Alat dan Sumber
Banyak alat maupun mediayang tersedia bagi guru, namun yang penting dalam
merencanakan pengajaran dan mengimplementasikannya dalam pengajaran adalah
bagaimana menggunakan alat-alat media pendidikan sebagai suatu sistem yang
terintegrasi dalam pengajaran.
 
Tugas pendidikan adalah tugas profesional, selalu menghadap tantangan apabila
ingin menjadi pendidik yang kreatif, dinamis, kritis dan ilmiah. Sebelum ia
menentukan bahan pelajaran, ia harus menentukan bahan pelajaran, ia harus
menentukan tujuan intruksional yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa,
kemampuan apa yang akan dikembangkan, menyusun kegiatan pembelajaran, untuk
itu ia harus mampu menentukan alat, media dan metode pengajaran yang tepat.
 
Sumber pengajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat dimana
bahan pengajaran didapat atau asal untuk belajar. Dengan demikian sumber belajar
itu merupakan bahan atau materi untuk menembah ilmu pengetahuan yang
mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
 
Sumber pengajaran sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana, di sekolah,
di halam, di pusat kota, di pedesaan dan sebaginya. Pemanfaatan sumber-sumber
pengajaran tersebut tergantung pada kreatifitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-
kebijakan lainnya.

5. Kegiatan Belajar Siswa


Kegiatan belajar siswa adalah kegiatan inti dalam pendidikan. Segala sesuatu yang
telah ditetapkan dan diprogramkan akan melibatkan semua komponen-komponen
pengajaran, kegiatan pembelajaran akan menentukan sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai.
 
Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi
dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang
lebih aktif, bukan guru. Guru hanya sebagai motivator dan fasilitator, keaktipan anak
didik bukan hanaya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Aktivitas
anak didik dalam kelompok sosial akan membuahkan interaksi antar guru dan semua
anak didik, antar anak didik dalam rangka bersama-sama mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
 
6. Evaluasi
Secara umum evaluasi pengajaran adalah penilaian atau penafsiran terhadap
pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi pengajaran bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian
yang akan mengukur sampai dimana tingkat kemampuan dankeberhasilan peserta
didik dalam mencapai tujuan pengajaran. Dengan demikian evaluasi menempati
posisi yang penting dalam pengajaran, karena dengan adanya evaluasi pengajaran
ini, keberhasilan pengajaran tersebut dapat diketahui. 9Secara garis besar dalam
peroses pengajaran evaluasi mempunyai fungsi pokok sebagai berikut:
 a. Mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah melakukan
kegiatan pembelajaran selama jangka waktu tertentu. 
b.  Untuk mengukur samapai dimana keberhasilan sistem pengajaran yang
dipergunakan. 
 c. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses
pembelajaran.10
 
Selain itu hasil evaluasi pengajaran juga dapat digunakan untuk:
a.    Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik.
b.    Membuat diagnosis mengenal kelemahan-kelemahan dan kemampuan peserta
didik.11
 
Merencanakan pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar dan menilai hasil
belajar siswa, merupakan rangkaian kegiatan yang saling berurutan dan tak
terpisahkan satu sama lainnya. Kerangka perencanaan pengajaran melibatkan urutan
langkah-langkah yang sangat penting bagi para guru dalam mempersiapkan rencana

9
Syafruddin Nurdin. Op.Cit., hlm.85.
10
Harjanto. Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm.277.
11
Ibid., hlm. 288.
pengajaran. Kerangka tersebut membatasi banyaknya aktivitas khusus yang akan
diselesaikan oleh guru. Ada enam aktivitas yang utama bagi guru: 
1. Mendiagnosa Kebutuhan Peserta Didik
Guru harus menaruh perhatian khusus terhadap pesrta didik dalam kelas, antara lain
memperlihatkan minat para individu, kebutuhan dan kemampuan mereka. Serta
mencari jalan keluar bagaimana memenuhi hal tersebut. Di samping itu guru juga
harus menentukan bahan pelajaran yang dipilih dan diajarkan kepada peserta didik . 
2. Memilih Isi dan Menentukan Sasaran
Sasaran pengajakaran melukiskan apa sebenarnya yang diharapkan dari peserta
didik, agar mereka mampu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan pembelajaran.
Dengan demikian para guru dapat mengetahui bahwa peserta didik telah
mempelajari sesuatu dalam kelas. 
3. Mengidentifikasi Teknik-teknik Pembelajaran 
Aktivitas ini dilakukan guru telah mengetahui sasaran tertentu yang dapat
dipergunakan sebagai basis untuk mengambil satu keputusan. Guru dapat memilih
secara bebassetiap teknik pembelajaran. Sehingga merupakan penyesuaian yang
bersifat profesional, dan tindakan semacam ini dapat membantu peserta didik untuk
dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan.
4. Merumuskan Unit-unit dan Merencanakan Pelajaran
Dalam aktivitas ini yang paling penting adalah mengorganisasikan keputusan-
keputusan yang diambil, yaitu mengenai peserta didik secara individu, sasaran-
sasaran dan teknik, serta dibutuhkan pada dokumen resmi, sehingga dapat
dipergunakan untuk melanjutkan pembelajaran berikutnya. 
5. Memberikan motivasi dan implementasi program 
Perencanaan pada aktivitas ini dipersiapkan guru secara khusus terhadap dengan
tekni motivasi yang akan diterapkan dan beberapa prosedur administrasi yang perlu
diikuti agar perencanaan pengajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
 
6.   Perencanaan yang Dipusatkan kepada Pengukuran, Evaluasi dan Penentuan
Tingkat 
Aktivitas ini merupakan pengembangan perencanaan untuk mengadakan tes dan
penyesuaian tentang keterampilan peserta didik secara individu. 12 Peran guru dalam
mengembangkan strategi amat penting, karena aktivitas belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh sikap dan prilaku guru di dalam kelas, jika guru antusias
memperlihatkan aktivitas dan kebutuhan-kebutuhan siswa, maka siswa-siswa
tersebutpunakan mengembangkan aktivitas-aktivitas belajarnya dengan baik,
antusias, giat dan serius.

BAB III

PENUTUP

12
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT
Kesimpulan

Belajar mengajar merupakan suatu proses adanya interaksi antara anak didik dan
guru mengenai transfer pengetahuan nilai-nilai dan sikap dalam kegiatan
pendidikan di kelas. Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari banyak
anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat menerima
pelajaran, ada yang sedang dan ada yang lamban menerima pelajaran. Ketiga
tipe belajar anak didik ini menghendaki agar guru yang mengatur strategi
pengajaran yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik. Akhirnya, bila
hakikat belajar adalah perubahan maka mengajar adalah proses pengaturan yang
dilakukan oleh guru.
Adapun teori belajar yang dapat dijadikan dasar dalam desain pembelajaran
antara lain teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme atau
ada yang memandangnya sebagai pendekatan konstruktivis. Teori-teori tersebut
dipandang memiliki kontribusi besar dalam membangun disiplin dan berkolerasi
positif terhadap penguatan kawasan keilmuan disain pembelajaran. misalnya,
teori belajar behaviorisme B. F. Scanner menanamkan prinsip seperti penguatan
(reinforcement), umpan balik (feedback), merumuskan tujuan, dan praktik desain
pembelajaran.
Diantara komponen-komponen yang berpengaruh terhadap efektivitas
pembelajaran tersebut, komponen guru lebih menentukan karena ia akan
megelola komponen lain sehingga dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
M. ISMAIL MAKKI, M. Psi., AFLAHAH, M. Pd. 2019. Konsep dasar belajar dan pembelajaran.
Lekoh barat, duta media publishing.)

(Dr. Muhammad yaumi, M. Hum., M. A (Prinsip-prinsip desain pembelajaran) kencana 2013


Jakarta

Hafni Ladjid. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:

Quantum Teaching, 2005), hlm. 113.

Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum
PBM, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 119.

Udin Syaifuddin Sa’ud. Dkk. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Konprehensip,


(Bnadung: PT. Remaja Rosda karya, 2005), hlm. 4.

Anda mungkin juga menyukai