Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah: Manajemen Kelas

Dosen Pengampu: Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd.

Disusun oleh:
1. Risqi Emawidiasari 1401418149
2. M. Miftahul Qulub 1401418165
3. Yusrotul Rosa D 1401418177
4. Maryatul Khibtiyah 1401418193

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karuniaNya Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keterampilan
Mengelola Kelas”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi
Muhammad SAW yang kita harapkan syafaatnya pada hari kiamat nanti.

Rasa syukur kami panjatkan karena makalah ini dapat terselesaikan


dengan baik sehingga dapat memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kelas.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd.
selaku dosen pengampu.

Harapannya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya


dan bagi para pembaca pada umumnya. Kritik dan saran selalu saya harapkan
guna memperbaiki kekurangan makalah ini.

23 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C. Tujuan................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 7
A. Pengertian Pengelolaan Kelas............................................................ 7
B. Tujuan Pengelolaan Kelas................................................................. 7
C. Ciri-Ciri Kelas Yang Tertib dan Baik................................................ 8
D. Pengertian Keterampilaan Pengelolaan Kelas................................... 9
E. Komponen dalam Keterampilan Pengelolaan Kelas......................... 10
F. Prinsip dalam Keterampilan Pengelolaan Kelas................................ 11
G. Masalah dalam Pengelolaan Kelas.................................................... 12
H. Pendekatan Umum dalam Mendisiplinkan Siswa............................. 14
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 19
A. Simpulan ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kelas merupakan lingkungan belajar yang diciptakan untuk mewadahi


kepentingan belajar dan digunakan siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Penanggung jawab kelas adalah guru. Guru harus bisa menciptakan situasi
pembelajaran yang kondusif dan efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Siswa membutuhkan guru yang dapat mengelola kelas dengan baik.
Pengelolaan kelas merupakan bagian dari keterampilan mengajar yang harus
dikuasai oleh guru.

Keterampilan dasar dalam mengajar sangat diperlukan oleh guru  agar


interaksi antara guru dan siswa bisa berjalan dengan baik dan siswa tidak
merasa tertekan saat belajar sehingga pelajaran dapat ditangkap secara
maksimal. Keberhasilan seorang guru dalam mengajar tidak hanya ditentukan
oleh  faktor-faktor yang berhubungan dengan proses pembelajaran saja,
melainkan juga ditentukan oleh keterampilan pengelolaan kelas yang
dikuasainya. Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan keterampilan
untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

Pengelolaan kelas mengarah pada peran guru untuk menata


pembelajaran secara kolektif atau klasikal dengan cara mengelola perbedaan-
perbedaan kekuatan individual menjadi semuah aktivitas belajar bersama.
Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk
membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.  Oleh sebab itu,
makalah ini akan membahas tentang keterampilan mengajar guru pada bagian
pengelolaan kelas agar lebih mendalam memahami hal tersebut.

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung


jawab kegiatan belajar mengajar agar tercapai kondisi optimal sehingga
kegiatan proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan afektif dan efesien.
Di dalam belajar mengajar, kelas merupakan tempat yang mempunyai ciri

iv
khas yang digunakan untuk belajar. Belajar memerlukan konsentrasi, oleh
karena itu perlu menciptakan suasana kelas yang dapat menunjang kegiatan
belajar yang afektif. Adapun tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak
di dalam kelas dapat belajar dengan tertib sehingga tujuan pengajaran dicapai
secara efektif dan efesien.

Guru sangat berperan dalam pengelolaan kelas, apabila guru terampil


mengelola kelasnya dengan baik maka akan mudah bagi guru untuk mencapai
tujuan yang telah yang dirumuskan. Kelas yang efektif mewujudkan bahwa
guru-guru dapat berdampak pada tingkah laku dan hasil belajar siswa. Untuk
itu guru membuat perencanaan pengelolaan dan pengajaran dengan cara
tertentu agar siswa berhasil dan mencapai tujuan pengajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang sesuai


adalah:

1. Apa pengertian dari pengelolaan kelas?

2. Apa tujuan dari pengelolaan kelas?

3. Apa ciri-ciri kelas yang tertib dan baik?

4. Apa pengertian dari keterampilaan pengelolaan kelas?

5. Apa saja komponen dalam keterampilan pengelolaan kelas?

6. Apa saja prinsip dalam keterampilan pengelolaan kelas?

7. Apa saja yang menjadi masalah dalam pengelolaan kelas?

8. Bagaimana pendekatan umum dalam mendisiplinkan siswa?

v
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah yang


sesuai adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian dari pengelolaan kelas.

2. Untuk mengetahui tujuan dari pengelolaan kelas.

3. Untuk mengetahui ciri-ciri kelas yang tertib dan baik.

4. Untuk mengetahui pengertian dari keterampilan mengelola kelas.

5. Untuk mengetahui komponen- komponen dalam keterampilan pengelolaan


kelas.

6. Untuk mengetahui prinsip- prinsip dalam keterampilan pengelolaan kelas.

7. Untuk mengetahui masalah-masalah dalam pengelolaan kelas.

8. Untuk menjelaskan pendekatan umum dalam mendisiplinkan siswa.

vi
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Mengelola Kelas

Menurut Usman (1992: 89) dalam Rusman (2017: 197-198)


menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti
penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan
ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam menyelesaikan tugas atau
penetapan norma kelompok yang produktif.

Keterampilan pengelolaan kelas terdiri dari dua hal yaitu:

1. Usaha mempertahankan kondisi kelas. Ketika kelas tiba – tiba berubah


menjadi tidak kondusif, guru harus mempunyai solusi untuk
mempertahankan kondisi kelas yang tertib. Cara lain yang dapat dilakukan
guru adalah memusatkan perhatian pada siswa dengan cara memberi
petunjuk yang jelas, memberi penguatan dan pengulangan materi,
menyesuaikan irama belajar, serta meminta pertanggungjawaban siswa
atas tugas yang telah diberikan.

2. Usaha mengembangkan iklim kelas. Mengembangkan iklim kelas berarti


menata ulang kondisi kelas yang kurang kondusif agar menjadi kondusif.
Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memvariasi strategi, metode,
dan media pembelajaran untuk menarik perhatian siswa dan pengembalian
iklim pembelajaran yang kondusif.

B. Tujuan Mengelola Kelas

Menurut Ahmad (1995:2), tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai


berikut:[5]

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar


maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

vii
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi belajar mengajar.

3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang


mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan
sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.

Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah


2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan
pengelolaan kelas adalah:

1. Penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa


dalam   lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.

2. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.

3. Terciptanya suasana yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,


perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.

Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa


tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan
tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

C. Ciri-Ciri Kelas yang Tertib dan Baik

Suasana kelas yang tertin mendukung pencapaian pembelajaran. Hal


ini dapat dilihat dari antusiasme siswa ketika mengikuti pelajaran. Kelas yang
tertib juga ditunjukkan oleh ciri-ciri berikut:

1. Setiap siswa aktif dan memahami apa tugas yang diberikan oleh guru
untuk dikerjakan/dilakukan selama proses pembelajaran.

2. Tidak ada siswa yang membuang waktu dengan mengerjakan pekerjaan


yang lain selain belajar.

3. Setiap siswa belomba – lomba untuk menyelesaikan tugas yang diberikan


oleh guru.

4. Adanya persamaan persepsi antara guru dan siswa mngenai tujuan


pembelajaran yang hendak dicapai melalui proses pembelajaran.

viii
Selain kelas yang tertib, guru juga seyogyanya dapat menciptakan
kelas yang berkarakter,yang memiliki ciri-ciri 3S yaitu, speed, simple, dan
self-confidence.

1. Speed berarti siswa belajar dengan waktu yang relatif singkat, sehingga
terjadi percepatan dalam belajar.

2. Simple berarti guru dapat mengorganisasikan kelas dan materi menjadi


sederhana agar meningkatkan pemahaman siswa dan mempermudah
pengelolaan kelas.

3. Self-confidence artinya siswa belajar dengan penuh rasa percaya diri dan
termotivasi untuk berprestasi.

D. Pengertian Keterampilan Mengelola Kelas

Menurut Usman (1992: 89) dalam Rusman (2017: 197-198)


menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti
penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan
ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam menyelesaikan tugas atau
penetapan norma kelompok yang produktif. Keterampilan pengelolaan kelas
terdiri dari dua hal yaitu 

1. Usaha mempertahankan kondisi kelas. Ketika kelas tiba – tiba berubah


menjadi tidak kondusif, guru harus mempunyai solusi untuk
mempertahankan kondisi kelas yang tertib. Cara lain yang dapat dilakukan
guru adalah memusatkan perhatian pada siswa dengan cara memberi
petunjuk yang jelas, memberi penguatan dan pengulangan materi,
menyesuaikan irama belajar, serta meminta pertanggungjawaban siswa
atas tugas yang telah diberikan.

2. Usaha mengembangkan iklim kelas. Mengembangkan iklim kelas berarti


menata ulang kondisi kelas yang kurang kondusif agar menjadi kondusif.
Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memvariasi strategi, metode,

ix
dan media pembelajaran untuk menarik perhatian siswa dan pengembalian
iklim pembelajaran yang kondusif.

E. Komponen-Komponen dalam Keterampilan Pengelolaan kelas

Komponen-komponen dalam pengelolaan kelas, sebagai berikut:

1. Preventif, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan


pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, seperti:

a. menunjukan sikap tanggap, keterampilan ini menggambarkan tingkah


laku guru yang telah memperhatikan siswanya sehingga siswa merasa
bahwa guru hadir bersama mereka. Cara yang dilakukan dalam
menunjukkan sikap tanggap ini dengan cara memandang secara
seksama, gerak mendekati, memberikan pernyataan, memberikan
reaksi terhadap gangguan atau ketakacuhan siswa.

b. memberikan perhatian, pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru


mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang
berlangsung dalam waktu yang sama. Cara yang digunakan dalam
membagi perhatian yaitu melalui visual dan verbal.

c. memusatkan perhatian kelompok, seorang guru harus mampu


memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang diberikan sehingga
siswa tetap terlibat dalam kegiatan belajar. Cara yang dilakukan yaitu
dengan menyiagakan siswa atau memusatkan pada suatu topik dan
menuntut tanggung jawab siswa untuk memperagakan alat atau
melaporkan hasil diskusi.

d. memberikan petunjuk yang jelas, Petunjuk yang jelas sangat


diperlukan oleh siswa sehingga siswa tidak mengalami kebingungan
dalam mengerjakan tugas atau perintah.

e. Menegur siswa bila melakukan tindakan menyimpang, Siswa yang


telah mengganggu proses pembelajaran dapat diberi teguran. Teguran
harus tegas dan jelas namun menghindari perkataan kasar atau
menghina. Namun teguran ini dapat disepakati bentuknya saat
membuat aturan-aturan tertentu antara siswa dan guru. Guru harus

x
lebih berhati-hati dalam menasehati siswa terhadap kelas maupun
perorangan.

f. memberikan penguatan, segala tingkah laku hendaknya diberi


penguatan baik itu penguatan positif maupun negatif dan teguran pada
perilaku siswa yang telah menyimpang.

2. Represif, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian


kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
melakukan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang
optimal. Guru dapat menggunakan strategi:

a. Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku


siswa yang mengalami masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi
tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan
secara sistematis.

b. guru menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan


cara memperlancar tugas-tugas melalui kerjasama di antara siswa dan
memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.

c. menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan


masalah.

Disamping dua keterampilan pengelolaan kelas tersebut, guru perlu


memperhatikan perihal lainnya seperti, menghindari campur tangan yang
berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan memulai
dan mengakhiri kegiatan, penyimpangan, dan sikap yang terlau bertele-tele.

F. Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Kelas

Dalam melaksanakan komponen keterampilan pengelolaan kelas ,


perlu diperhatikan pinsip-prinsip dasar pengelolaan kelas sebagai berikut:

1. Kehangatan dan keantusiasan.

Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya


iklim kelas yang menyenangkan sehingga dapat mewujudkan kegiatan

xi
belajar yang optimal. Guru yang bersikap hangat dan akrab serta secara
ajek menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas-tugas, kegiatan-kegiatan,
atau siswanya akan lebih mudah melaksanakan komponen-komponen
keterampilan pengelolaan kelas.

2. Tantangan.

Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang


menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
Selain itu perhatian dan minat siswa akan tetap terpelihara. Diusahakan,
saat guru memberi tantangan, soal dimulai dari yang mudah dan semua
siswa bisa menjawab sebagai motivasi untuk menjawab selanjutnya.

3. Bervariasi.

Penggunaan variasi dalam media, gaya dan interaksi belajar


mengajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari
kejenuhan serta pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya
kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika terdapat banyak
variasi maka kejenuhan akan berkurang dan siswa akan cenderung
meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan menunggu
temannya.

4. Keluwesan.

Selama proses belajar mengajar, terdapat kemungkinan munculnya


ganggua-gangguan dari siswa. Untuk mencegah gangguan tersebut
diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk dapat merubah strategi
mengajarnya mengajarnya dengan memanipulasi berbagai komponen
keterampilan mengajar yang lain.

5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif.

Cara guru memelihara suasana yang positif diantaranya adalah


dengan; Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan
menghindari celaan terhadap tingkah laku yang kurang wajar dan

xii
menyadari akan kemungkinan kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga
akan mengganggu kelancaran dan kecepatan belajar siswa.

6. Penanaman disiplin diri

Siswa dapat mengembangkan diri sendiri merupakan tujuan akhir


dari pengelolaan kelas. Untuk mencapai tujuan ini guru harus selalu
mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan
lebih berhasil  jika guru sendiri menjadi contoh atau teladan tentang
pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.

G. Masalah dalam Pengelolaan Kelas

Berhasil tidaknya mengelola kelas bergantung pada dua faktor utama


yaitu, guru dan siswa. Permasalahan yang muncul dari guru antara lain:

1. Bercampurnya urusan domestik (pribadi) dengan urusan pekerjaan.

2. Banyaknya pekerjaan administatif yang menyita banyak waktu yang harus


dilakukan guru.

3. Penampilan fisik dan gaya mengajar yang kurang menarik.

4. Pengendalian emosi yang kurang tepat, tidak sabar.

5. Keterampilan komunikasi yang kurang efektof kepada siswa.

Adapun permasalahan yang disebabkan oleh siswa antara lain :

1. Adanya persaingan siswa yang tidak sehat antar siswa.

2. Adanya perbedaan sus, ras, agama, sehingga memunculkan rasa tidak


senang terhadap siswa lain.

3. Reaksi yang muncul dikelas akibat suatu peristiwa kebanyakan negatif,


seperti melawan dan mengancam guru.

4. Sebagian besar teman sekelas akan menoleransi kesalahan yang dibuat


oleh temannya, misalnya tidak mengerjakan PR.

xiii
5. Kesulitan siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan kelas yang
berbeda / baru.

H. Pendekatan Umum dalam Mendisiplinkan Siswa.

Kelvin Seifert (2012) menyatakan bahwa para ahli pendidikan secara


khusus mengusulkan ada tiga sikap umum menyangkut disiplin yang tepat dan
beberapa saran khusus yang diberikan masing-masing sikap tersebut kepada
para guru.

1. Humanisme (pendekatan humanis terhadap disiplin).

Sikap ini menekankan keyakinan dalam rasionalitas para siswa


serta kesediaan mereka untuk memperbaiki perilaku mereka sendiri dan
mengatasi masalah mereka sendiri tanpa harus merugikan pihak-pihak
lain. Gordon (1974) dalam Kelvin (2012) menyatakan bahwa, Gordon
mendesak para guru untuk mendengarkan dengan seksama masalah-
masalah yang dialami oleh para siswa, mengajak para siswa untuk melihat
perasaan para siswa sendiri tentang masalah-masalah tersebut, dan
menyatakan dengan jelas perasaan para guru sendiri tentang perilaku yang
buruk. Kekuasaan dan pengaruh memang dipergunakan dalam pendekatan
ini, hanya saja tidak secara langsung: menyusun prosedur harian dalam
kelas, misalnya, akan membuat perilaku yang diharapkan lebih berpeluang
untuk terjadi dan menguatkan motivasi para siswa untuk melakukan hal
tersebut. Pendekatan Gordon tidak menyangkal keberadaan pengaruh atau
pentingnya manajemen yang baik bagi para siswa, akan tetapi dengan
menggunakan prinsip-prinsip humanis dalam pendekatan tersebut, maka
keberhasilan pendekatan tersebut dalam mempengaruhi dan memperbaiki
para siswa akan bergantung pada para siswa sendiri. Para guru hanya
menyediakan bantuan emosional kepada para siswa dalam melakukan hal
tersebut.

2. Negosiasi (pendekatan negosiasi terhadap disiplin).

Sikap ini mengharapkan para siswa untuk bertanggung jawab


terhadap perilaku buruk mereka dan bertanggung jawab untuk

xiv
memperbaikinya, pendekatan ini juga berharap para guru bisa
memodifikasi dan mengarahkan usaha para siswa dalam cara-cara tertentu.

Kelvin (2012) menyatakan bahwa, para guru sebaiknya tidak


secara langsung menguatkan motivasi atau menghukum para siswa karena
telah berperilaku baik atau buruk, melainkan mencoba membiarkan
konsekuensi alamiah dari perilaku mereka yang melakukan hal tersebut.
Misalnya, jika memukul teman mengarah pada isolasi sosial, sementara
bersikap ramah terhadap teman mengarah pada penerimaan sosial, maka
itu artinya para guru mengandalkan konsekuensi-konsekuensi tersebut
dalam menganjurkan perilaku yang tepat.

Sebaliknya, menurut Glasser dalam Kelvin (2012) menyatakan


bahwa, para guru harus campur tangan secara langsung jika usaha yang
mereka lakukan dalam menegosiasikan dan menganjurkan sebuah diskusi
kelas pada siswa mengalami kegagalan. Kemudian, hanya setelah mereka
lakukan hal di atas, mereka harus secara fisik mengisolasi siswa yang
bersangkutan, dengan memberikan instruksi-instruksi dalam merumuskan
sebuah perencanaan untuk merubah perilaku yang buruk. Tergantung pada
usia siswa dan tata ruang kelas, isolasi bisa dilakukan dengan
menempatkan siswa yang bersangkutan di sudut kelas itu sendiri, di
koridor, atau dalam sebuah “ruang isolasi” khusus. Akan tetapi, dalam
sebagian besar kasus, para guru tidak perlu melakukan hal drastis
sedemikian. Biasanya menurut glasser, mereka bisa mengikuti jalan tengah
dalam menekankan kendali: dengan meminta atau lebih tepatnya memaksa
para siswa untuk memikul beban tanggungjawab pribadi bagi perilaku
mereka, para guru biasanya akan mampu membuat para siswa menjadi
pribadi yang lebih bertanggungjawab.

3. Modifikasi Perilaku (pendekatan modifikasi perilaku terhadap disiplin).

Pendekatan ini menekankan pentingnya konsekuensi positif dan


negatif dalam mengendalikan perilaku. Para guru akan memanfaatkan
semua strategi pendisiplinan melalui dampak dari usaha mereka dalam

xv
menguatkan motivasi para siswa. Pendekatan modifikasi perilaku
membutuhkan beberapa strategi berbeda dalam mempengaruhi perilaku:

a. Mengawasi dan memperhitungkan masalah-masalah perilaku. Strategi


ini membantu para guru mempertimbangkan dengan tepat yang
menjadi masalah dalam perilaku siswa. Sejalan dengan prinsip-prinsip
perilaku, pengawasan harus berfokus sepesifik mungkin terhadap
perilaku, dan prinsip-prinsip tersebut juga harus berlaku ilmiah.
Misalnya, seorang siswa mengganggu suasana kelas dengan bersikap
marah, bagaimana sejatinya bisa ia melakukan hal tersebut?; dengan
memberenggut, memukul temannya, atau berbicara dalam bahasa
kasar?; jika ia marah dengan menggunakan kata-kata kasar, apakah ia
menggunakan kata-kata kasar tersebut, katakanlah dua puluh kali
sehari atau hanya tiga kali?; fokus sedemikian memang akan
mengurangi perhatian terhadap makna yang ada dibalik perilaku,
namun fokus tersebut tetap mencoba mencegah spekulasi tentang motif
dan kepribadian siswa yang bersangkutan.

Fokus tersebut membantu para guru untuk menetapkan tujuan


yang jelas dalam memodifikasi perilaku buruk siswa. Misalnya,
seorang guru hanya mengetahui fakta bahwa seorang siswa sudah
“terlalu banyak” menggunakan kata-kata kasar, maka guru tersebut
tidak akan mengetahui dengan pasti kapan siswa tersebut mampu
mengurangi  penggunaan kata-kata kasar menjadi “cukup banyak”.
Sebaliknya, jika guru tersebut mengetahui bahwa siswa tersebut
menggunakan kata-kata kasar dua puluh kali dalam satu hari, maka
guru tersebut akan selalu bisa membandingkan penggunaan kata-kata
kasar dari siswa yang bersangkutan di hari-hari lain semakin sering
atau sudah berkurang.

b. Berikan penguat motivasi terhadap perilaku yang guru harapkan.


Ketertarikan dan penghargaan bervariasi sesuai dengan sifat dasar
masing-masing anak dan situasi. Terkadang sebuah lirikan mata atau
senyum sekilas bisa menjadi penguat motivasi yang sangat efektif.

xvi
Penguat motivasi bisa diberikan secara langsung kepada siswa yang
bersangkutan atau diberikan dengan cara tidak langsung melalui
soranng contoh atau teladan. Terkadang memuji seorang siswa yang
berperilaku baik akan mempengaruhi siswa yang berperilaku buruk
untuk berubah.

c. Hentikan perilaku yang tidak guru harapan. Sesuai dengan kebiasaan


dari berbagai penganut motivasi, menbSesuai dengan kebiasaan dari
berbagai penganut motivasi, menghentikan perilaku yang tidak
diharapkan terbukti bisa jauh lebih  sulit untuk dilakukan ketimbang
yang diduga. Jika sebuah lirikan mata bisa menguatkan motivasi siswa
untuk mengganggu ketenangan dalam kelas, misalnya, maka para
sangat mungkin membutuhkan sebuah kendali diri yang luar biasa baik
untuk bisa menghentikan perilaku tersebut secara efektif. Dalam
menggunakan usaha penghentian, guru dan seisi kelas harus mampu
sabar dalam menghadapi perilaku yang tidak diharapkan ketika
perilaku tersebut sedang dhentikan. Mengingat sebagian perilaku
sangat mungkin tidak bisa ditoleransi, sebagian besar pendukung
modifikasi perilaku menganjurkan penggunaan hukuman yang
terbatas.

d. Ciptakan perjanjian perilaku dengan para siswa. Perjanjian perilaku


adalah kesepakatan untuk memberikan penghargaan kepada para siswa
dalam cara-cara spesifik jika mereka menunjukkan perilaku yang
diharapkan. Contoh, “Jika kalian bisa mengerjakan tugas dengan
tenang selama lima belas menit, maka kalian boleh mendengarkan lagu
selama satu jam berikutnya,” atau “Kerjakan lima soal dengan benar,
dan kalian boleh melakukan apa yang kalian inginkan”. Perjanjian
perilaku bisa dibuat secara tertulis atau dinyatakan secara verbal dan
bisa dibuat untuk beberapa tugas tertentu atau untuk beberapa mata
pelajaran.

e. Ciptakan perkiraan tentang perilaku yang diinginkan. Jika para guru


memaksakan perilaku yang sempurna sebelum memulai sebuah

xvii
penguatan motivasi, maka merekan sangat mungkin akan gagal
mendapat perilaku yang mereka harapkan. Siswa yang berbisik
memang tidak akan bisa membaca dengan tenang selama tiga puluh
menit misalnya, akan tetapi ia sangat mungkin bisa melakukan hal
tersebut selama tiga menit dan akan terus meningkat jika ia akan
mendapatkan penghargaan terhadap usahanya.

f. Waktu jeda terkadang bisa membantu para guru dengan menghentikan


lingkaran penguat motivasi yang menyebabkan beberapa perilaku yang
tidak diharapkan. Prosedur waktu jeda ini terdiri dari isolasi sementara
terhadap siswa yang berperilaku buruk hingga perilaku buruk tersebut
terhenti. Seorang siswa yang terbiasa melawak di dalam kelas,
misalnya, sangat mungkin akan terus melakukan hal-hal konyol karena
teman-teman sekelasnya tidak bisa berhenti tertawa. “Waktu jeda”
sangat mungkin akan menghentikan pola tawa dan lelucon yang terjadi
dan memungkinkan para siswa yang lain untuk kembali memulai
kegiatan dengan semangat baru. Terkadang sebuah isolasi dengan
tanpa sengaja akan membuat para siswa merasa diperhatikan oleh para
guru. Akan tetapi, yang lebih sering terjadi, para siswa akan memilih
melakukan hal yang benar ketimbang tidak melakukan apa-apa sama
sekali. Sehingga, mengembalikan perhatian mereka pada kegiatan di
dalam kelas, akan menjadi penguat motivasi yang positif.

xviii
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan

Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk


membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. Selain itu, pengelolaan
kelas merujuk pada penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar siswa yang berlangsung pada lingkungan secara sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas menjadi sebuah lingkungan belajar yang
membelajarkan.

Tujuan pengelolaan kelas antara lain, mewujudkan situasi dan kondisi ;


menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi belajar mengajar ; dan menyediakan dan mengatur fasilitas serta
peralatan belajar yang mendukung.

Keterampilan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk


menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran.

Adapun prinsip dalam pengelolaan kelas, antara lain: kehangatan dan


keantusiasan; tantangan; bervariasi; keluwesan; penekanan pada hal positif;
dan penanaman disiplin diri.

xix
DAFTAR PUSTAKA
Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Seifert, Kelvin. Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan Instruksi


Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD.

Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi Pembelajaran teori &


aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

http://elinady.blogspot.com/2013/07/keterampilan-mengelola-kelas.html, (diakses
pada tanggal 22 Mei 2020)

https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-mengelola-kelas/,
(diakses pada tanggal 22 Mei 2020)

xx

Anda mungkin juga menyukai