Anda di halaman 1dari 19

KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi


Salah satu tugas mata kuliah Classroom Management

Dosen Pengampu:
Khoirun Nasih, M.H.I.

Oleh:
Aris Hidayatullah
Moh. Adib Maimun
Siti Mafruhah
Syarifudin Al-Azhar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TARBIYATUT THOLABAH
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
MARET 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan


kesempatan-Nya kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Berikut ini, penulis mempersembahkan sebuah makalah (karya tulis)
yang berjudul “Keterampilan Pengelolaan Kelas” Penulis mengharapkan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat kekurangan atau
kekeliruan dalam makalah ini, penulis mohon maaf, karena penulis sendiri dalam
tahap belajar.
Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada para
pembaca. Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar
bermanfaat.

Kranji, Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. .........................................................................................


KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI. ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Keterampilan Mengelola Kelas ............................................................ 2
B. Metode Pembelajaran ............................................................................ 4
C. Pembelajaran Bermakna ....................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan dasar dalam mengajar siswa sangat diperlukan oleh
guru agar interaksi antara guru dan siswa bisa berjalan dengan baik dan siswa
tidak merasa tertekan saat belajar sehingga pelajaran dapat ditangkap secara
maksimal. Keberhasilan seorang guru dalam mengajar tidak hanya ditentukan
oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan proses pembelajaran saja,
melainkan juga ditentukan oleh keterampilan pengelolaan kelas yang
dikuasainya. Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan keterampilan
untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Oleh karena itu, makalah
ini dibuat agar kita memahami dan mampu mengelola kelas dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pengelolaan kelas ?
2. Apa saja metode dalam pembelajaran?
3. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran bermakna?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian pengelolaan kelas.
2. Mengetahui macm-macam metode dalam pembelajaran?
3. Mengetahui pengertian pembelajaran bermakna?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterampilan Mengelola Kelas


1. Pengertian Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut bahasa “keterampilan” artinya kecakapan untuk
menyelesaikan tugas. Sedangkan menurut istilah “keterampilan” adalah
sekumpulan pengetahuan dan kemampuan yang harus dikuasai. Kemudian
“mengelola” menurut bahasa artinya menyelenggarakan, mengurus,
menjalankan. Menurut istilah “mengelola” adalah penciptaan suatu kondisi
yang memungkinkan belajar siswa menjadi optimal. Kelas artinya ruang
belajar.1
Pengelolaan Kelas diterjemahkan secara singkat sebagai suatu
proses penyelenggaraan atau pengurusan ruang dimana dilakukan kegiatan
belajar mengajar, dan untuk lebih jelasnya berikut pengertian pengelolaan
kelas yang dikemukakan oleh Usman, bahwa "pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar". Sedangkan menurut Wina Sanjaya bahwa pengelolaan
kelas adalah : Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu
suasana pembelajaran.
Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukakan
oleh para ahli di atas, dapatlah memberi suatu gambaran serta pemahaman
yang jelas bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha menyiapkan
kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat
berlangsung secara lancar. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang
amat kompleks dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan

1
Dra. Asmadawati, MA. Keterampilan Mengelola Kelas Vol. II. (Jurnal Logaritma,
2014).. 1.

2
mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara efektif dan efisien.2
2. Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Usman pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar
mengajar agar mencapai hasil yang baik.
b. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi
yang memungkinkan peserta didik bekerja dan belajar, serta membantu
peserta didik untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Tujuan
pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan
pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah
penyediaan fasilitas bagi bermacam - macam kegiatan belajar peserta
didik sehingga subjek didik terhindar dari permasalahan mengganggu
seperti peserta didik mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat
masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain sebagainya.
Menurut Ahmad (1995) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah
sebagai berikut:
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.13
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi belajar mengajar.
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual peserta didik dalam kelas.

2
Drs. M. Aunur Rofiq, MA. Pengelolaan Kelas.(Malang : Departemen Pendidikan
Nasional, 2009). 4-5.

3
d. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.3
B. Metode Pembelajaran
1. Pengertian dan Syarat Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan
pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan
pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang guru harus
mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai
sifat berbagai metode, maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode
mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam
penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat,
atau gairah belajar siswa.
b. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk
belajar lebih lanjut.
c. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mewujudkan hasil karya.
d. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
e. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik
belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha
pribadi.
f. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan
nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.4
2. Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar

3
Drs. M. Aunur Rofiq, MA. Pengelolaan Kelas.12.
4
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta : Quantum
teaching, 2005), 52-53

4
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur
manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah
bagaimana memahami, kedudukan metode sebagai salah satu komponen
yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dan
analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode
sebagai alat motivasi extrinsic, sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat
untuk mencapai tujuan.
3. Macam-Macam Metode Pembelajaran
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian
materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa.
agar siswa efektif dalam proses belajar mengajar yang menggunakan
metode ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan
keterampilan berpikir untuk memahami suatu proses dengan cara
mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat
penalarannya secara sistematis.5
Berdasarkan definisi metode ceramah, dapat dimengerti jika
guru akan menjadi pusat/titik tumpuan keberhasilan metode ceramah.
Lalu lintas pembicaraan atau komunikasi hanya searah yakni dari guru
ke para siswa. Akibat dari adanya kenyataan ini maka Guru-guru
haruslah memiliki keterampilan menjelaskan (explaining skills), dan
juga memiliki kemampuan memilih dan menggunakan alat bantu
instruksional yang tepat dan potensi untuk meningkatkan ceramah.
Kesimpulan dari kajian terhadap berbagai studi tentang metode
ceramah, yakni:
1) Segi kelebihan metode ceramah:
a) Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan
sebanyak-banyaknya.

5
Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Quantum Teaching, 2005), 121

5
b) Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan
pengelompokkan murid-murid seperti pada metode yang lain.
c) Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun
jumlah murid cukup besar.
d) Apabila penceramah berhasil baik, dapat menimbulkan
semangat, kreasi yang konstruktif, yang merangsang murid-
murid untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan.
2) Segi kekurangan (negatif):
a) Guru sukar untuk mengetahui pemahaman anak terhadap
bahan-bahan yang diberikan.
b) Kadang-kadang guru sangat mengejar disampaikannya bahan
yang sebanyak-banyaknya, sehingga hanya menjadi bersifat
pemompaan.
c) Pendengar cenderung menjadi pasif dan ada kemungkinan
malahan kurang tepat dalam mengambil kesimpulan, sebab
guru menyampaikan bahan-bahan tersebut dengan lisan.
d) Apabila penceramah tidak memperhatikan segi-segi
psychologies dan didaktis dari anak didik, ceramah dapat
bersifat melantur-lantur dan membosankan. Sebaliknya guru
dapat terlalu berlebih-lebihan berusaha membangkitkan minat
siswa.
b. Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan
suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama
yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk
merampungkan keputusan bersama. Dalam diskusi tiap orang
diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok
kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau
kesimpulan.6

6
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, 121.

6
Gage dan Berliner (1984: 486) mengemukakan bahwa metode
diskusi sungguh-sungguh terbuka atau bervariasi pengertiannya. Ini
merupakan suatu indikasi betapa sulitnya mendefinisikan metode
diskusi secara tepat. Girlstrap dan Martin (1975: 15) mengutarakan
bawah metode diskusi merupakan suatu kegiatan dimana sejumlah
orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat
tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari
suatu masalah berdasarkan semua fakta memungkinkan untuk itu.
Berdasarkan pada uraian di atas, dapat kiranya didefinisikan
metode diskusi sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar yang
membincangkan suatu topik atau masalah yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih (dapat guru dan siswa dan siswa lain). Dimana orang
yang berbincang memiliki perhatian yang sama terhadap topik atau
masalah yang menjadi pokok pembicaraan, sehingga mendapatkan
berbagai alternatif jawaban terhadap topik yang didiskusikan.
1) Kelebihan Metode Diskusi
a) Metode diskusi data merangsang siswa untuk lebih kreatif
khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
c) Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat
atau gagasan secara verbal. diskusi juga bias melatih siswa
untuk menghargai pendapat orang lain.
2) Kelemahan Metode Diskusi
a) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau
3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara
b) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
c) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang
tidak sesuai dengan yang direncanakan.

7
d) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang
ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat
mengganggu iklim pembelajaran.
c. Metode Kelompok
Istilah kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah
siswa, baik sebagai anggota kelas secara keseluruhan atau sudah terbagi
menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil, untuk mencapai suatu
tujuan tertentu secara bersama-sama. Selain itu, kerja kelompok juga
ditandai oleh: Adanya tugas bersama, pembagian tugas dalam
kelompok, dan adanya kerja sama antara anggota kelompok dalam
penyelesaian tugas kelompok.

1) Segi Kelebihan
a) Ditinjau dari segi pendidikan, kegiatan kelompok murid-murid
akan meningkatkan kualitas kepribadian, seperti: kerjasama,
toleransi, kritis, disiplin dan sebagainya.
b) Ditinjau dari segi ilmu jiwa akan timbul persaingan yang
positif, karena anak-anak lebih giat bekerja dalam kelompok
masing-masing.
c) Ditinjau dari segi didaktik, bahwa anak-anak yang pandai
dalam kelompoknya dapat membantu teman-temannya yang
kurang pandai, terutama dalam rangka memenangkan
“Kompetisi” antara kelompok.
2) Segi Kekurangan.
a) Metode kelompok memerlukan persiapan-persiapan yang agak
rumit apabila dibandingkan dengan metode yang lain;
misalnya metode ceramah.
b) Apabila terjadi persaingan yang negatif, hasil pekerjaan akan
lebih memburuk.

8
c) Bagi anak-anak yang malas ada kesempatan untuk tetap pasif
dalam kelompok itu dan kemungkinan besar akan
mempengaruhi kelompok itu, sehingga usaha kelompok itu
akan gagal.
d. Metode Campuran
Metode Campuran atau Electic Methods dapat diartikan
campuran, kombinasi atau gado-gado dalam bahasa Indonesia (metode-
metode pilihan).
Metode electic yaitu cara menyajikan bahan pelajaran di depan
kelas dengan melalui macam-macam kombinasi beberapa metode,
misalnya; metode ceramah dengan metode diskusi bahkan dengan
metode demonstrasi sekaligus dipakai/diterapkan dalam suatu kondisi
pengajaran.
Oleh karena itu, metode ini campuran dari unsure-unsure yang
terdapat dalam metode-metode.
Dalam praktiknya, metode campuran ini dapat diterapkan
seorang guru dalam suatu situasi pengajaran di depan kelas, dengan
persiapan yang baik dan sungguh-sungguh dalam mempraktikkan
metode ini.
Hal ini dikarenakan, kemampuan guru dalam menguasai bahan
itu sendiri perlu latihan-latihan praktik terus agar mampu menguasai
berbagai metode. Suatu keharusan seorang guru menguasai berbagai
macam metode-metode dan menerapkan secara bervariasi di kelas
secara bersungguh
C. Pembelajaran Bermakna
Belajar bermakna merupakan konsep pembelajaran yang cetuskan
oleh David Paul Ausubel (1918 - 2008) merupakan seorang psikolog
pendidikan dari Amerika, melakukan beberapa penelitian rintisan menarik
dan telah memberi banyak sumbangan yang penting khususnya dalam bidang
psikologi pendidikan, sains kognitif dan juga pembelajaran pendidikan sains.

9
Ausubel mengeluarkan empat tipe belajar menurut, yaitu: (1)
Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan
yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau
sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang
ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kait kan dengan
pengetahuan yang sudah ada. (2) Belajar dengan penemuan yang tidak
bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa
mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan. (3)
Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang
telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir,
kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan
pengetahuan lain yang telah dimiliki. (4) Belajar menerima (ekspositori) yang
tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis
disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang
baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain
yang telah ia miliki. Tulisan ini secara spesifik akan membahas salah satu
teori Ausubel yaitu pembelajaran bermakna (meaningful learning)
1. Konsep Belajar Bermakna
Pembelajaran bermakna mengacu pada konsep bahwa
pengetahuan yang dipelajari sepenuhnya dipahami oleh individu dan
bahwa individu tahu bagaimana fakta yang spesifik berkaitan dengan
fakta - fakta yang tersimpan sebelumnya (yang disimpan dalam otak) .
Miles Berry (2012) menjelaskan belajar bermakna
merupakan belajar yang dengan tujuan yang lebih jelas, pembelajaran
yang memungkinkan orang - orang yang terlibat di dalamnya untuk
melakukan lebih banyak makna kepada dunia di sekitar mereka, belajar
terhadap hal - hal yang lebih realistis yang di ditandai dengan
pembelajaran yang lebih aktif, konstruktif, disengaja, otentik dan
kooperatif.
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan
informasi baru pada kon ep - konsep relevan yang terdapat dalam

10
struktur kognitif seseorang. Konsep ini menjelaskan bahwa dalam diri
seorang pelajar sudah ada organisasi dan kejalasan tentang pengetahuan
di bidang subjek tertentu. Organisasi yang dimaksud sebagai struktur
kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan
pelajar untuk menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat
muncul dari materi baru hanya bila materi itu terkait dengan struktur
kognitif dari pembelajaran sebelumnya.
Asumsi bahwa tujuan utama pendidikan di semua tingkatan
diupayakan untuk melibatkan para siswa dalam pembelajaran
bermakna, yang terjadi ketika siswa melakukan proses pembelajaran.
Sementara sekolah memainkan berbagai peran sosial, custodial, dan
organisasi penting dalam masyarakat, kewajiban utama guru harus
membantu siswa untuk belajar bagaimana mengenali dan memecahkan
masalah, memahami fenomena baru, membangun model mental, dan
diberi situasi baru yang kondusif, menetapkan tujuan dan mengatur
pembelajaran mereka sendiri (learn how to learn). Berikut akan
digambarkan interaksi dari lima atribut belajar bermakna Brown (1989).
Pembelajaran bermakna berupaya melibatkan para siswa dalam aktif,
konstruktif, pembelajaran disengaja, otentik, dan kooperatif. 7
a) Pembelajaran Bermakna adalah Aktif (Manipulative/Observant)
Belajar adalah proses mengalami. Manusia memiliki
kemampuan untuk mempelajari dan beradaptasi dengan
lingkungan. Manusia dari segala usia dapat mengembangkan
keterampilan dan membangun pengetahuan lebih lanjut dunia di
sekitar mereka ketika ingin mengetahuinya. Ketika belajar
tentang hal - hal dalam konteks alam, manusia berinteraksi
dengan lingkungan mereka dan memanipulasi benda - benda
dalam lingkungan tersebut, mengamati efek dari intervensi
mereka dan membangun pengetahuan mereka sendiri

7
Brown, J. S., Collins, A., & Duguid, P.. Situated cognition and the culture of learning.
(Educational Researcher, 1989,) 32-42.

11
menginterpretasi fenomena dan hasil manipulasi. Pembelajaran
bermakna menstimulasi siswa untuk aktif terlibat dalam tugas
yang bermakna di mana mereka memanipulasi objek dan
lingkungan dan mengamati hasil sebagai sebuah pengalaman
bermakna.
b) Belajar Bermakna adalah Konstruktif.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa, pengetahuan
yang dipunyai oleh murid adalah hasil dari aktivitas yang
dilakukan oleh siswa dan bukan pembelajaran yang ditrerima
secara pasif. Guru sebagai fasilitator yang membantu siswa
membina pengetahuan dan menyelesaikan masalah.
c) Belajar Bermakna adalah Kolaboratif.
Kebermaknaan dapat terjadi dari hubungan kolaborasi
diantara siswa, yaitu situasi dimana terdapat dua atau lebih
orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama
- sama. Tidak seperti belajar individual, orang yang terlibat
dalam kolaborasi memanfaatkan sumber daya dan keterampilan
satu sama lain. Konsep ini didasarkan pada model di mana
pengetahuan dapat dibuat dalam suatu populasi di mana
anggotanya secara aktif berinteraksi dengan berbagi pengalaman
dan mengambil peran asimetri (berbeda). Kolaborasi dalam
belajar mengacu pada lingkungan dan metodologi kegiatan
peserta didik melakukan tugas umum di mana setiap individu
tergantung dan bertanggung jawab satu sama lain. Termasuk
juga percakapan dengan tatap muka dan diskusi melalui
komputer atau internet.
d) Belajar Bermakna adalah Authentic Learning.
Siswa belajar terbaik dengan terlibat dalam tugas -
tugas belajar otentik, dengan mengajukan pertanyaan, dan
dengan menggambar pada pengalaman masa lalu, untuk belajar
terjadi bagi siswa, itu harus dilakukan dengan cara dan di tempat

12
yang relevan dengan "nyata" kehidupan mereka, baik di dalam
maupun di luar kelas. Pembelajaran otentik merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali,
mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsep -
konsep dan hubungan - hubungan, yang melibatkan masalah
nyata dan proyek yang relevan dengan siswa. Pembelajaran ini
dapat digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas,
maupun siswa dengan berbagai macam tingkat kemampuan.
e) Belajar bermakna merupakan Aspek Kesengajaan (Intentional) .
Semua perilaku manusia diarahkan untuk mencapai
tujuan (Schank, 1994). Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan
adalah dimaksudkan untuk memenuhi tujuan tertentu. Ketika
peserta didik secara aktif dan sengaja berusaha untuk mencapai
tujuan kognitif, mereka berpikir dan belajar lebih banyak karena
mereka memiliki tujuan yang jelas. Cara yang tepat untuk
memperoleh banyak pengetahuan adalah dengan cara
mengalami secara langsung. Proses mengalami situasi yang
nyata sebagai sumber terjadinya kebermaknaan dalam belajar.8
2. Prinsip Belajar Bermakna
Terdapat empat prinsif dalam menerapkan teori belajar
bermakna Ausubel yaitu : (1) Pengaturan Awal, dalam hal ini hal yang
perlu dilakukan adalah mengarahkan dan membantu mengingat
kembali. (2) Defrensiasi Progresif, dalam hal ini yang perlu dilakukan
adalah menyusun kon sep dengan mengajarkan konsep - konsep
tersebut dari inklusif kemudian kurang ingklusif dan yang paling
ingklusif. (3) Belajar Subordinat, dalam hal ini terjadi bila konsep -
konsep tersebut telah dipelajari sebelumnya. (3) Penyesuaian Integratif,
dalam hal in i materi disusun sedemikian rupa hingga menggerakkan
hirarki konseptual yaitu ke atas dan ke bawah.

8
R.C. Schank, & Cleary, C. Engines for education. (Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum,
1995) 21

13
3. Ciri Belajar Bermakna
Belajar bermana dapat diidentifikasi berdasarkan ciri - cirinya,
Nasution (2003) memaparkan sebagai berikut : (1) Menjelaskan
hubungan atau relevansi bahan - bahan baru dengan bahan - bahan
lama. (2) Lebih dulu diberikan ide yang paling umum dan kemudian hal
- hal yang lebih terperinci, (3) Menunjukkan persamaan dan perbedaan
antara bahan baru dengan bahan lama, (4) Mengusahakan agar i de yang
telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide yang baru disajikan, (5)
Informasi yang dipelajari secara bermakna dapat lebih lama untuk
diingat. (6) Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan
proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran y ang mirip, (7)
Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal -
hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.9

9
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. (Jakarta, Bumi
Aksara , 2003). 13

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi Pembelajaran kooperatif atau yang biasa disebut SPK adalah
satu dari sekian banyak Strategi Pembelajaran yang ada sat ini. Tentu saja
masing-masing mempunyai karakteristik, kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Sehingga pemilihan dan penerapannya akan sangat efektif
jika kita terlebih dahulu memperhatikan dulu kondisi kelas yang akan kita
jadikan subyek.
B. Saran
Demikianlah uraian makalah yang dapat kami sampaikan. Penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua, terutama agar kita
mengetahui sedikit tentang Strategi Pembelajaran Kooperatif . Penulis
menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saran
dan kritik membangun kami terima dengan senang hati.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sabri, 2005, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta :


Quantum teaching.
Asmadawati. 2014, Keterampilan Mengelola Kelas Vol. II. Jurnal Logaritma.
Brown, J. S., Collins, A., & Duguid, P. 1989, Situated cognition and the culture
of learning. Educational Researcher,
Hafni Ladjid, 2005, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Quantum Teaching.
M. Aunur Rofiq. 2009, Pengelolaan Kelas.(Malang : Departemen Pendidikan
Nasional,
Nasution, 2003, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta, Bumi Aksara.
R.C. Schank, & Cleary, C. 1995. Engines for education. Hillsdale, NJ:
Lawrence Erlbaum.

16

Anda mungkin juga menyukai