Anda di halaman 1dari 3

Jumlah dalam bahasa Arab adalah kalimat, menurut susunannya kalimat

dalam bahasa Arab terdiri dari dua, yaitu jumlah ismiyah dan jumlah
fi'liyah.

1. Jumlah Ismiyah
Sesuai namanya, jumlah ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali
dengan isim (kata benda), kalimat ini terdiri dari susunan mubtada' dan
khabar.

Mubtada' merupakan subyek dalam bahasa Arab, karena menjadi


subyek maka mubtada' mempunyai beberapa sifat yaitu: pertama, harus
berupa ma'rifat (kata khusus/tertentu/spesifik, bukan umum. contoh:
nama orang, kemasukan huruf alif+lam). kedua, tanda i'robnya adalah
rofa'.

Sedangkan khobar merupakan predikat, yaitu bertugas menjelaskan


atau menerangkan keadaan mubtada' (subyek), khobar bisa berupa kata
atau anak kalimat. sifat khobar yaitu : satu, harus nakiroh (kata
umum). kedua, khobar juga mempunyai  tanda i'rob rofa'.

Mubdata' dan khobar harus mempunyai sifat yang sama, ketika


mubdata' nya mudzakar maka khobar juga harus mudzakar, antara
mubtada' dan khobar juga harus sama-sama mufrad, tasniyah, atau
jamak.

Contoh jumlah ismiyah:

Arti Jumlah Ismiyah

Zaid berdiri ‫َز ْي ٌد َقا ِئ ٌم‬

Segala puji hanya milik Allah ‫الح ْم ُد هّلِل ِ َربِّ ال َعالَ ِمي َْن‬
َ
pencipta alam semesta
ِ ‫ان َقا ِئ َم‬
‫ان‬ ِ ‫المُسْ لِ َم‬
Dua orang muslim berdiri

Contoh jumlah fi'liyah:

Penjelasan:

 Contoh pertama, kata 'zaidun' sebagai mubdata' dan


kata 'qooimun' sebagai khobar sama-sama isim mufrad (kata benda
tunggal) dan mudzakar (kata benda berjenis kelamin laki-laki).
 Contoh kedua, kata 'al-hamdu' sebagai mubtada' (subyek),
sedangkan khobarnya (predikatnya) adalah berupa susunan anak
kalimat yaitu 'lillahi robbil 'aalamiina'. yang jelas adalah, jumlah (kalimat)
ini termasuk  jumlah ismiyah karena diawali dengan isim (kata benda)
yaitu 'al-hamdu' (bagaimana bisa tahu 'al-hamdu' adalah isim? karena ia
kemasukan alif lam)
 Contoh ketiga, kata 'muslimaani' sebagai mubtada' (subyek) dan
kata 'qooimaani' sebagai khobar sama-sama isim tasniyah (kata benda
yang menunjukan arti dua).
Nah, dari ketiga contoh di atas, semuanya adalah jumlah ismiyah
karena diawali dengan kata benda (isim)

 2. Jumlah Fi'liyah

Jumlah fi'liyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi'il (kata
kerja), sama dengan namanya. kalimat ini biasanya tersusun dari fi'il
(kata kerja) dan fa'il (subjek).

Fi'il (kata kerja) disini biasanya berupa fi'il madhi (kata kerja lampau),
tapi bisa juga jika menggunakan fi'il mudhore (yang sedang dilakukan).

Fa'il (subjek) dalam jumlah fi'liyah bisa nampak (dhohir/biasanya


ditandai dengan nama orang atau suatu benda), bisa juga secara tidak
nampak (dhomir/biasanya jumlah fi'liyah dengan fa'il (subjek) yang tidak
nampak ini berada di tengah-tengah paragraf karena dhomirnya sudah
disebutkan di awal paragraf)
Arti Jumlah Fi’liyah

Zaid telah berdiri ‫َقا َم َز ْي ٌد‬

Allah menciptakan manusia َ ‫َي ْخلُ ُق هَّللا ُ ال َّن‬


‫اس‬

Zaid dipukul, pelajaran ‫س‬


ُ ‫الدَّر‬
ْ ‫ب‬ ُ ‫ ُي ْك َت‬ ,  ‫ َز ْي ٌد‬ ‫ض ِر َب‬
ُ
ditulis

Keterangan:

 Contoh pertama: kata 'qooma' sebagai fi'il (kata kerja), jika dilihat


dari segi waktunya, maka fi'il nya adalah fi'il madhi (sudah dilakukan)
dan jika dilihat dari segi jenisnya fi'il ini merupakan fi'il lazim (kata kerja
yang tidak membutuhkan objek). sedangkan kata 'zaidun' menjadi
fa'ilnya (subjek/pelakunya), keduanya sudah termasuk kalimat karena
tersusun dari fi'il (kata kerja) dan fa'il (subjek) walaupun hanya dua kata.
 Contoh kedua: kata 'yahluqu' sebagai fi'il, yaitu fi'il mudhore (kata
kerja yang sedang dilakukan), jika dilihat dari jenisnya fi'il ini adalah fi'il
muta'adi (kata kerja yang membutuhkan objek), kata 'Allahu' sebagai fa'il
(subjek) dan kata 'an-naasa' menjadi maf'ul bih (objeknya). nah, jika
tidak ada objeknya maka kalimat ini tidak sempurna karena
fi'il 'yahluqu' yang artinya 'menciptakan' itu membutuhkan objek.
 Contoh ketiga: kata 'dhuriba' dari kalimat 'dhuriba zaidun' menjadi
fi'il, yaitu  jenis  fi'il majhul (kata kerja yang tidak disebutkan pelakunya
atau kata kerja pasif), maka dari itu kata 'zaidun' dinamakan 'naibul fa'il'
(pengganti subjek) jadi jika diterjemah menjadi 'zaid dipukul'.
 Dari contoh-contoh di atas merupakan jumlah fi'liyah karena
diawali dengan fi'il (kata kerja).

Anda mungkin juga menyukai