Anda di halaman 1dari 7

TOPIK: PEMBAHASAN ISIM NAKIRAH DAN ISIM MA’RIFAH DALAM BAHASA

ARAB

ABSTRAK
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu isim, fi’il, dan huruf. Namun
pada artikel ini akan dibahas tentang isim saja, lebih khususnya lagi isim nakiroh dan ma’rifah.
Isim adalah kata yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Isim nakiroh merupakan
isim yang maknanya masih umum, sedangkan isim ma’rifah merupakan isim yang maknanya
sudah tentu. Dalam tata bahasa arab ada isim yang mempunyai arti nama orang, julukan atau
panggilan. Isim-isim tersebut diringkas atau dikemas menjadi isim ma’rifah. Selain isim ma’rifat
ada juga isim nakiroh, yang merupakan kalimat isim yang maknanya masih umum atau belum
pasti.
Pemahaman dengan tepat dari maksud isim nakirah dan ma’rifah dalam suatu kalimat, baik
kalimat itu dalam bentuk bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan, seperti misalnya Alquran
dan hadis, atau tulisan-tulisan arab lainnya, akan sangat membantu dalam ketepatan pemberian
makna pada kalimat tersebut, atau pada ayat yang terkandung dalam Alquran. Dalam artikel ini
akan dikemukakan jenis-jenis dari isim nakirah dan ma’rifah dilengkapi dengan beberapa contoh
yang diambil dari Alquran, serta maksud penggunaan dari dua bentuk isim tersebut.

Kata kunci: Bahasa Arab, Isim nakirah, Isim ma’rifah, Al-qur’an

PENDAHULUAN:
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an. Setiap orang muslim yang bermaksud menyelami
ajaran Islam yang sebenarnya dan lebih mendalam, tiada jalan lain kecuali harus mampu
menggali dari sumber asalnya, yaitu Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu,
menurut kaidah hukum Islam, mengerti akan ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin memahami
Al-Qur’an, hukumnya fardhu ‘ain.
Kaidah-kaidah bahasa Arab dibahas lebih rinci sehingga dapat membantu para pembaca
untuk lebih memahami kaidah-kaidah bahasa Arab dan diharapkan lebih membantu dalam
memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi.
Bagi orang yang ingin memperdalam ilmu agama islam, penguasaan terhadap bahasa
arab adalah syarat mutlak. Tanpa penguasaan terhadap bahasa arab, orang mustahil akan dapat
memahami ajaran islam dari sumber-sumbernya yang asli, yang semuanya ditulis dalam bahasa
arab.1 Oleh karena itu, mempelajari bahasa arab merupakan suatu hal yang sangat penting.
Al-qur’an dan al-hadist sebagai sumber pokok ajaran islam, ditulis dalam bahasa arab,
sehingga tidak heran kalau bahasa arab ini menjadi bahasa resmi internasional. Bahkan Imam
Bahwani dalam bukunya mengatakan bahwa adalah kenyataan yang tak dapat di bantah, barat
mengalami kemajuan karena mereka sebelumnya mempelajari bahasa arab.2
Bagi kalangan muslim, yang hendak mempelajari bahasa arab, salah satu kendala yang
dihadapi dalam mempelajarinya adalah tingkat kerumitan struktur bahasanya yang relative
berbeda dengan bahasa-bahasa dunia lainnya. Karena sedemikian rumitnya, sehingga untuk
menguasainya membutuhkan kesungguhan dan ketelitian.
Adalah kenyataan, ribuan orang yang mempelajari bahasa arab khususnya di Indonesia,
mulai dari tingkat ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah bahkan sampai Perguruan Tinggi, namun yang
mampu berbahasa arab dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa arab tidak cukup
signifikan. Hal ini yang memberikan indikasi tentang kesulitan bahasa arab, terutama yang
berkenaan dengan gramatikalnya (kaedah-kaedahnya)
Al qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui
malaikat Jibril dengan menggunakan bahasa Arab. Oleh karena al-Qur’an turun di bangsa Arab,
maka al-Qur’an juga menggunakan bahasa tersebut agar dapat dipahami dengan mudah oleh
orang-orang Arab.
Namun, bagi orang-orang Ajam (selain Arab) mereka perlu belajar bahasa Arab terlebih
dahulu untuk memahami bahasa Arab sekaligus memahami al-Qur’an. Bukan hanya itu saja, al-
Qur’an adalah kitab sastra yang tidak cukup memahaminya hanya menggunakan pengetahuan
menerjemah saja, melainkan perlu pengetahuan badi’, ma’ani, bayan dan sebagainya. Belum
tentu orang Arab sendiri mampu memahami al-Quran secara detail dengan bahasa al-Qur’an
yang begitu tinggi sastranya. Apalagi orang-orang selain Arab. Untuk itu, diantara cara
memahami al-Quran yaitu mengenai kaidah-kaidah bahasa seperti yang akan kami tuturkan,
yaitu mengenai Nakirah dan Ma’rifat.

1
Achmad Cotip, dkk, pelajaran bahasa arab untuk Perguruan tinggi Agama Islam/IAIN Alauddin
Makassar Tingkat menengah, Jilid I (Jakarta; Departemen Agama. RI)
2
Iman Banawi, Tata Bahasa Arab, (Surabaya: Usaha Offset printing 1987) Hal. 16
PEMBAHASAN:
A. Pengertian Isim Nakirah dan Isim Ma’rifah
Menurut Moch. Anwar dalam Ilmu Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy
Berikut Penjelasannya, isim nakiroh ialah isim yang jenisnya bersifat umum yang tidak
menentukan suatu perkara dan lainnya.3 Isim nakiroh atau dalam bahasa Inggris diistilahkan
dengan kata indefinite (belum pasti). Secara sederhana, definisi atau ta’rifnya adalah isim
yang memiliki arti yang bersifat umum atau global.
Pakar nahwu lainnya memndefinisikan isim nakirah sebagai isim yang layak masuk
alif lam (‫)ال‬.4 Contoh ‫ج ٌل‬Aُ ‫ َر‬artinya laki-laki (yang tidak ditentukan siapa laki-laki itu sehingga
masih bersifat umum). Pada kata ‫ ٌل‬A‫ َر ُج‬di atas maknanya masih umum dan masih butuh
penjelasan, oleh karena itu isim nakirah harus diberi alif lam (‫ )ال‬yang bisa mema’rifatkan
(mengkhususkan) isim tersebut.
Menurut Moch. Anwar dalam Ilmu Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy
Berikut Penjelasannya, isim ma’rifah ialah lafaz yang menunjukkan benda tertentu.5 Isim
ma’rifah atau dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan kata definite (pasti). Secara
sederhana definisi atau ta’rifnya adalah isim yang memiliki arti yang bersifat khusus atau
spesifik. Contoh: ‫زَ ْي ٌد‬, kata zaidun menunjukkan orang yang bernama zaid, ‫ ال َّر ُج ُل‬yang berarti
seorang laki-laki.
Dari dua pengertian yang disebutkan diatas, baik seacara etimologi dan terminology
dapatlah disimpulan bahwa isim mar’ifah adalah isim-isim yang menunjukan pada sesuatu
yang tertentu yang dapat dikenal dengan pengenalan yang sempurna. Apa yang dimaksudkan
tersebut sudah terekam dengan baik didalam hati, dan tidak akan tercampurkan dengan hal-
hal yang lain. Sebaliknya, al-nakirah menunjukan kepada sesuatu yang tidak tertentu.

B. Macam-macam Isim Ma’rifah


1. Isim dhamir (kata ganti) ialah lafadz yang menunjukkan pada mutakallim, mukhathab
dan ghaib.

3
Moch. Anwar, Ilmu Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy Berikut Penjelasannya, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005), hlm. 108
4
Iman Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 254
5
Ibid, 105
Contoh: ُ‫ نَحْ ن‬,‫ أَنَا‬,‫ أَ ْنتُ َّن‬,‫ أَ ْنتُ َما‬,‫ت‬
ِ ‫ أَ ْن‬,‫ أَ ْنتُ ْم‬,‫ أَ ْنتُ َما‬, َ‫ أَ ْنت‬,‫ ه َُّن‬,‫ هُ َما‬,‫ ِه َي‬,‫ هُ ْم‬,‫ هُ َما‬,‫هُ َو‬
2. Isim ‘alam (nama) ialah isim yang menentukan sesuatu barang yang diberi nama secara
mutlak
Contoh: َ‫اط َمة‬
ِ َ‫ ف‬, ٌ‫َحبِيْب‬
3. Isim isyarah (kata tunjuk) ialah isim yang digunakan untuk sesuatu yang
diisyaratkan/ditunjuk.
Contoh: ‫ هَ ِذ ِه‬,‫ تِ ْلكَ هَ َذا‬,‫ك‬
َ ِ‫ َذال‬,,
4. Isim maushul (kata sambung) ialah isim yang menunjukkan suatu kalimat tertentu dan
membutuhkan jumlah (kalimat).
Contoh: ‫ الَّ ِذي‬,‫ الَّتِ ْي‬, َ‫الَّ ِذ ْين‬
5. Isim yang disertai (‫ )ال‬alif lam.6
Contoh: ‫ ْاألُ ْستَا ُذ‬,ُ‫ ْال َمرْ أَة‬,ُ‫ْال َّر ُجل‬
Akan tetapi berbeda dengan alif lam yang terdapat pada isim maushul, karena alif lam
tesebut lazimah (tetap) yang tidak dapat dipisahkan.7
6. Isim yang diidhafahkan pada salah satu di antara isim ma’rifat
C. Karakteristik Isim Nakirah
Syaikh Ibn Malik menyatakan dalam kitabnya:
8
‫ أَوْ َواقِ ٌع َموْ قِ ٌع َما قَ ْد ُذ ِك َر‬# ‫نَ ِك َرةٌ قَابِ ُل أَلْ ُمؤَ ثِرًا‬
“Isim nakirah menerima alif lam (‫ )ال‬yang membekas atau isim yang menempati
kedudukan isim yang menerima alif lam (‫ )ال‬yang telah di sebutkan alif lam”.
Maksudnya adalah isim nakirah itu bisa menerima alif lam (‫ )ال‬dan setelah
kemasukan alif lam tersebut menyebabkan kema’rifatannya. 9 Contoh ‫ ٌل‬A‫( َر ُج‬laki-laki)
menjadi ‫( ال َّر ُج ُل‬seorang laki-laki).
Adapun lafaz yang tidak menerima alif lam (‫ )ال‬tetapi menempati tempatnya lafaz
yang bisa menerima alif lam (‫)ال‬, contoh dalam lafadz :
a) lafaz ْ‫ ُذو‬yang bermakna ٌ‫صا ِحب‬
َ (orang yang memiliki)
ٌ ‫( إِ ْن َس‬orang)
b) lafaz ‫ َم ْن‬istifham atau syarat yang bermakna ‫ان‬

6
Ibid, Hal 106
7
Iman Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf....., hlm. 255
8
Muhammad ibn Abdullah ibn Malik Al-Andalusi, Alfiyah ibn Malik Fi Al-Nahw wa Sharf, (Kudus: Pustaka Mathbaah
Menara Kudus, TT), hlm. 30
9
Bisyri Musthofa Ar-Rombani, Syarah Nadzom Al-Sarfi Al-Umriti, (Kudus: Pustaka Mathbaah Menara Kudus, TT),
hlm. 41-42
c) lafaz ‫ ما‬istifham atau syarat yang bermakna ‫( َش ْي ٌئ‬sesuatu)
Lafaz-lafaz di atas tidak bisa menerima alif lam (‫)ال‬, tetapi makna yang digunakan
bisa menerima alif lam (‫)ال‬, oleh karenanya juga termasuk isim nakirah. Sedangkan lafaz
yang dapat menerima alif lam (‫ )ال‬tetapi tidak menyebabkan kema’rifatannya tidak di
sebut isim nakirah, seperti lafadz ُ‫ال َعبَّاس‬.ْ
D. Perbedaan antara Isim Narifah dan Isim Mar’ifah
Antara isim nakiroh dan isim ma’rifah dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi
kalimat dan segi makna.
1. Segi kalimat
Apabila isim tersebut tidak ada alif lam (‫ )ال‬maka dikatakan isim nakiroh (ada
pengecualian sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya), dan apabila terdapat alif lam (
‫ )ال‬maka dikatakan isim ma’rifah.
Contoh:
Isim Nakirah Isim Ma’rifah
‫َر ُج ٌل‬ ‫ْال َّر ُج ُل‬
2. Segi makna
Apabila lafaz isim tersebut memiliki makna yang masih umum atau belum tentu
maka termasuk kepada isim nakiroh, dan apabila lafaz isim tersebut memiliki makna
yang sudah tentu maka termasuk kepada isim ma’rifah.
Contoh:
Isim Nakirah Isim Ma’rifah
(buku) ٌ‫ِكتَاب‬ (buku kamu) ‫ك‬ َ ُ‫ِكتَاب‬

PENUTUP
Isim nakiroh ialah isim yang jenisnya bersifat umum yang tidak menentukan suatu
perkara dan lainnya. Isim nakirah itu bisa menerima alif lam (‫ )ال‬dan setelah kemasukan alif lam
tersebut menyebabkan kema’rifatannya. Contoh ‫( َر ُج ٌل‬laki-laki) menjadi ‫( ال َّر ُج ُل‬seorang laki-laki).
Isim ma’rifah ialah lafaz yang menunjukkan benda tertentu atau sudah pasti suatu perkara
tersebut. Isim ma’rifat dibagi menjadi enam macam yaitu isim dhamir, isim ‘alam, isim isyaroh,
isim maushul, isim yang kemasukan alif lam (‫)ال‬, dan isim yang idhofah.
Antara isim nakiroh dan isim ma’rifah dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi kalimat
dan segi makna. Apabila isim tersebut tidak ada alif lam (‫ )ال‬maka dikatakan isim nakiroh (ada
pengecualian sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya), dan apabila terdapat alif lam (‫ )ال‬maka
dikatakan isim ma’rifah. Apabila lafaz isim tersebut memiliki makna yang masih umum atau
belum tentu maka termasuk kepada isim nakiroh, dan apabila lafaz isim tersebut memiliki makna
yang sudah tentu maka termasuk kepada isim ma’rifah.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi pokok yang menjadi pembahasan
dalam makalah ini. Saya sadari tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
dikarenakan terbatasnya pengetahuan kami, sumber ataupun referensi yang berhubungan dengan
judul makalah ini.
Harapan penulis terhadap semua pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi kesempurnaan atau kelengkapan daripada makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. 2005. Ilmu Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy Berikut
Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Bisyri Musthofa Ar-Rombani. TT. Syarah Nadzom Al-Sarfi Al-Umriti. Kudus: Pustaka
Mathbaah Menara Kudus.
Fahmi, Akrom. 2002. Ilmu Nahwu dan Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Mu’minin, Iman Saiful. 2009. Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf. Jakarta: Amzah.
Muhammad ibn Abdullah ibn Malik Al-Andalusi. TT. Alfiyah ibn Malik Fi Al-Nahw wa Sharf.
Kudus: Pustaka Mathbaah Menara Kudus.

Anda mungkin juga menyukai