Anda di halaman 1dari 16

--------------------------------------------------------------------

📝 Transkrip Audio Durus Bina


📝 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📝 Dars 2: Isim Ma'rifat dan Isim Nakirah

--------------------------------------------------------------------

Alhamdulillah pada pelajaran kali ini, in syaa' Allah kita


akan membahas tentang pembagian isim ditinjau dari
keumuman dan kekhususannya.

Sebagaimana dalam bahasa Indonesia kita mengenal


adanya istilah "kata umum" dan "kata khusus", maka
bahasa arabpun juga demikian. Dalam bahasa arab,
kata umum disebut dengan "isim nakiroh" adapun kata
khusus disebut dengan "isim ma'rifah".
Ketika kita mempelajari ilmu nahwu, maka kita akan
selalu membahas ma'rifah dan nakiroh, setiap kali kita
ingin membuat kalimat terutama kalimat yang tersusun
dari isim dan isim. Maka sangat penting bagi kita untuk
memahami betul-betul mana kata yang masuk ma'rifah
(kata khusus) dan mana kata yang termasuk kata
umum (isim nakiroh).

Lalu apa definisi dari isim ma'rifah dan isim nakiroh?

Isim ma'rifah (kata khusus) adalah kata yang objek


pembicaraannya telah ditentukan artinya sudah
ditentukan batas-batas pembicaraannya, yang telah
dikhususkan apa yang dimaksud dari kata tersebut.

Sebaliknya, kata umum (isim nakiroh) merupakan kata


yang objek pembicaraannya belum ditentukan, artinya
semua hal yang berkaitan dengan objek pembicaraan
tersebut bisa masuk ke pembicaraan tersebut.

Contohnya misalnya kita mengatakan "( " ٌ‫ ٰهذَا ِكتَاب‬ini adalah


buku), maka kata "buku" dalam kalimat ini adalah
umum karena disitu tidak dijelaskan bukunya siapa
atau buku tentang apa. Maka kata " " ٌ‫ ِكتَاب‬dalam kalimat

ini masih umum. " ٌ‫ٰ"هذَا ِكتَاب‬

Berbeda kalau kita mengatakan "( "ٍ‫ ٰهذَا ِكتَابُ زَ ْيد‬ini adalah
bukunya Zaid). Maka, kalimat ini (kata "buku zaid")
merupakan kata khusus, karena telah dijelaskan, telah
dikhususkan bahwa buku yang dimaksud dalam kalimat
ini, bahwa buku yang ditunjuk ini merupakan buku
punyanya Zaid.

Begitu pula jika kita mengatakan ( ‫ ٰهذَا ِكتَابُ الُّغَ ِة‬ini adalah buku
bahasa) atau ( ‫ ٰهذَا ِكتَابُ ْالعَ َربِ َّي ِة‬ini adalah buku bahasa arab).
Maka, dengan kita menjelaskan bukunya tentang apa
(kitaabul lughoti - kitaabul 'arobiyyati), maka kata " " ٌ‫ِكتَاب‬
yang sebelumnya nakiroh (masih umum), ketika kita
jelaskan dengan "kitaabul lughoti" - "kitaabul
'arobiyyati" menjadi kata khusus, menjadi isim ma'rifah
karena telah dikhususkan objeknya yakni buku yang
dimaksud (buku yang ditunjuk) merupakan buku
bahasa atau buku bahasa arab.
Ini gambaran penggunaan isim ma'rifah dan isim
nakiroh.

Lalu apa saja isim yang termasuk isim ma'rifah dan apa
saja isim yang masuk ke dalam isim nakiroh?

Dalam bahasa arab, ada 5 jenis kata yang masuk ke


dalam isim ma'rifah, jadi hanya 5 jenis saja, kata yang
termasuk dalam isim ma'rifah.

Penting bagi kita untuk memahami apa saja 5 jenis kata


tersebut.

Baik, mari kita bahas satu persatu,

Isim pertama yang dianggap ma'rifah ;

1. Isim dhomir (kata ganti)


Seluruh kata ganti dalam bahasa arab, dihukumi
sebagai kata khusus, seluruh kata ganti dari ‫ه َُو‬hingga ُ‫نَحْ ن‬
semuanya dihukumi sebagai kata khusus. Karena yang
namanya "kata ganti" maka telah jelas, karena tadinya
kita mengatakan "saya" yang dimaksud adalah "orang
yang berbicara". Ketika kita mengatakan "kamu" maka
yang dimaksud adalah "lawan bicara". Artinya seluruh
kata ganti (isim dhomir) ini sudah merupakan kata
khusus karena objek pembicaraannya telah ditentukan.
Saya, kamu, mereka, dia, kami, kalian, ini semua sudah
khusus, sudah dikhususkan, maka seluruh isim dhomir
dianggap (dihukumi) sebagai isim ma'rifah.

2. Isim 'alam
Isim 'alam adalah isim yang digunakan untuk menamai,
baik menamai orang maupun menamai kota, maka
nama-nama seperti Zaid ,ٌ‫زَ ْيد‬Hindun ' ,ٌ‫ ِه ْند‬Utsmaanu , ُ‫عُثْ َمان‬
Bakrun ,‫بَ ْك ٌر‬Faathimatu ,ُ‫فَاطِ َمة‬Khodiijatu ُ‫ َخ ِد ْي َجة‬dan seluruh
nama yang digunakan untuk manusia tergabung
dihukumi sebagai isim ma'rifah. Begitu pula dengan
seluruh nama kota seperti Jakarta, Bandung, Mekah,
Madinah, ini semua juga dianggap kata khusus, karena
telah menjelaskan sesuatu, menjelaskan nama,
menjelaskan nama manusia atau menjelaskan nama
kota, sehingga telah khusus.
3. Isim isyaroh
Isim isyaroh adalah kata tunjuk, seperti haadza ,‫ٰهذَا‬
haadzihi ,ِ‫ ٰه ِذه‬dzaalika َ‫ذَالِك‬dan tilka . َ‫ت ِْلك‬Haadza & ‫ ٰهذَا‬haadzihi ‫ٰه ِذ ِه‬
artinya ini, bedanya haadza ‫ ٰهذَا‬untuk mudzakkar,
haadzihi ‫ ٰه ِذ ِه‬untuk muannats. Kemudian dzaalika & َ‫ذَالِك‬tilka
َ‫ت ِْلك‬artinya adalah itu, bedanya kalau dzaalika َ‫ذَالِك‬untuk

mudzakkar sedangkan tilka َ‫ت ِْلك‬untuk muannats.

Karena bahasa arab membedakan antara mudzakkar


dan muannats, kemudian membedakan antara mufrod,
tatsniyyah dan jamak, begitupun isim isyaroh yang juga
ada beberapa bentuk yang mengikuti perbedaan jenis
juga perbedaan jumlah. Kalau kita sebutkan seluruh
kata tunjuk (isim isyaroh), selain haadza, haadzihi,
dzaalika&tilka.

Kalau kita jabarkan, kalau kata tunjuk "ini" mudzakkar


haadza, kalau "ini" nya lebih dari 1 atau 2 (tepat 2)
maka haadzaani. Kemudian kalau "ini" nya lebih dari 2
atau jamak haaulaai, ini kata tunjuk untuk mudzakkar.
Kemudian kata tunjuk "ini" untuk muannats dibedakan
menjadi 3 seperti mudzakkar, haadzihi "ini"nya 1,
kemudian haataani kalau "ini"nya ada 2, kemudian
haaulaai kalau "ini"nya jamak.

ini (1) mudzakkar ‫ٰهذَا‬ini (1) muannats ‫ٰه ِذ ِه‬


ini (2) mudzakkar ِ َ‫ٰهذ‬
‫ان‬ ini (2) muannats ‫ٰهت َِان‬
ini (>2) mudzakkar ِ‫ٰه ُؤالَء‬ ini (>2) muannats ِ‫ٰه ُؤالَء‬

Kemudian kalau kata tunjuk "itu" selain dzaalika&tilka


ada juga pembagiannya berdasarkan jumlahnya,
bilangannya apakah dia mufrod atau tatsniyyah. Kalau
dia mufrod mudzakkar "itu" dzaalika, kalau tatsniyyah
(ganda) dzaanika, kalau jamak ulaaika. Adapun kalau
kata tunjuk "itu"nya untuk muannats tilka, bentuk
gandanya taanika, bentuk jamaknya adalah ulaaika.

Itu (mufrod mudzakkar) َ‫ذَالِك‬

Itu (tatsniyyah mudzakkar) َ‫ذَانِك‬


Itu (jamak mudzakkar) َ‫أ ُ ْو ََلئِك‬
Itu (mufrod muannats) َ‫ت ِْلك‬

Itu (tatsniyah muannats) َ‫تَانِك‬


Itu (jamak muannats) َ‫أ ُ ْو ََلئِك‬

Saya ulangi, isim isyaroh ada 12 ;


haadza ‫ٰهذَا‬
haadzaani ‫ان‬/ِ َ‫ٰهذ‬
haaulaai ِ‫ٰه ُؤالَء‬
haadzihi ‫ٰه ِذ ِه‬
haataani ‫ٰهت َِان‬
haaulaai ِ‫ٰه ُؤالَء‬
dzaalika َ‫ذَالِك‬
dzaanika َ‫ذَانِك‬
ulaaika َ‫أُ ْو ََلئِك‬
tilka َ‫ت ِْلك‬
taanika َ‫تَانِك‬
ulaaika َ‫أُ ْو ََلئِك‬
Ke-12 isim isyaroh ini juga dihukumi sebagai isim
ma'rifah.

4. Isim yang dilekati alif dan lam ()‫ال‬


Semua kata dalam bahasa arab yang ada ""‫ال‬nya maka
dia merupakan isim ma'rifah, contohnya misalkan
alkitaabu , ُ‫اَ ْل ِكتَاب‬alqolamu ,‫اَ ْلقَلَ ُم‬arrojulu .ُ‫اَ َّلر ُجل‬Ke-3 kata ini
(alkitaabu buku, alqolamu pulpen, arrojulu laki2)
dihukumi sebagai ma'rifah karena ada ""‫ال‬nya. ‫ال‬nya
dibuang, ketika ‫ال‬nya dibuang maka dia menjadi
nakiroh. Ketika kita mengatakan kitaabun ٌ‫ ِكتَاب‬buku maka
ini masih umum, tapi ketika kita mengatakan alkitaabu
ُ‫ا َ ْل ِكتَاب‬ini sudah dianggap khusus karena ada ‫ال‬nya.

Maka ketika kita membaca alquran atau membaca


hadits-hadits nabi kemudian ada kata-kata yang ada ‫ال‬
nya maka kata tersebut dihukumi sebagai ma'rifah,
contohnya misalkan surat Alfatihah, maka nama asal
alfatihah juga sudah jelas bahwa ini ma'rifah karena
ada ‫ال‬nya, kemudian misal kita baca "bismillaahi
arrohmaani arrohiimi", arrohmaani&arrohiimi ini
ma'rifah, berdasarkan kaidahnya, semua kata yang ada
‫ال‬nya maka dia ma'rifah.
5. Isim yang diidhofahkan (disandarkan) kepada salah 1
dari 4 isim ma'rifah yang telah disebutkan tadi, yakni
isim dhomir, isim 'alam, isim isyaroh dan isim yang
dilekati dengan al.

Apa itu idhofah? Nantinya kita akan belajar apa itu


idhofah.

Jadi pada pelajaran selanjutnya kita akan mempelajari


apa itu idhofah. Secara sederhana kita bisa mengatakan
bahwasanya idhofah yakni merupakan keterangan
penjelas dari suatu kata.

Biasanya merupakan penjelas kepemilikan atau


menjelaskan dzatnya atau jenisnya. Seperti tadi yang
saya sebutkan, kalau kita katakan kitaabun ٌ‫ ِكتَاب‬saja itu
masih umum, tetapi ketika kita mengatakan kitaabuka
( َ‫ ِكت َابُك‬bukumu) atau kitaabii ,‫ ِكت َابِ ْي‬kitaabunaa ‫ ِكت َابُنَا‬maka ini

telah menjadi khusus, artinya ketika berdiri sendiri


kitaabu ُ‫ ِكتَاب‬masih umum namun ketika kita sandarkan
(idhofahkan/tempelkan) maka dia akan menjadi kata
khusus, kitaabun ( ٌ‫ ِكتَاب‬umum) tetapi kitaabuna /‫ِكت َابُنَا‬

kitabuka َ‫ ِكتَابُك‬khusus karena sudah jelas


kepemilikannya.

Jadi, kelompok yang ke-5, kata yang termasuk isim


ma'rifah adalah semua kata yang diidhofahkan kepada
4 isim ma'rifah yang sudah disebutkan.

Misalkan kita bahas satu persatu,


1. Idhofah ke isim dhomir, contohnya adalah kitaabuhu
,ُ‫ ِكت َابُه‬kitaabuhuma ,‫ ِكت َا ُه َما‬kitaabuhum ,‫ ِكت َابُ ُه ْم‬kitaabuhaa ,‫ِكت َابُ َها‬

kitaabuhumaa ,‫ ِكتَابُ ُه َما‬kitaabuhunna ,‫ ِكتَابُ ُه َّن‬kitabuka , َ‫ِكتَابُك‬


kitaabukumaa ,‫ ِكتَابُ ُك َما‬kitaabukum ,‫ ِكتَابُ ُك ْم‬kitaabuki , ِ‫ِكتَابُك‬
kitaabukumaa ,‫ ِكتَابُ ُك َما‬kitaabukunna ,‫ ِكتَابُ ُك َّن‬kitaabii ,‫ ِكتَابِ ْي‬kitaabuna
.‫ِكتَبُنَا‬

Maka, idhofah kepada isim dhomir ini (penempelan


pada isim dhomir ini) menyebabkan kata "kitab" yang
sebelumnya umum (buku umum) maka ketika kita
tempelkan ke isim dhomir, kitaabuhu (buku dia laki-
laki), kitaabuhumaa (buku mereka berdua laki-laki),
kitaabuhum (buku mereka laki-laki) dan seterusnya
sampai kitaabunaa (buku kami) maka kata yang
awalnya umum (kitaabun umum) ketika kita sandarkan
ke isim dhomir dia berubah menjadi khusus karena
jelas kepemilikannya.

2. Idhofah kepada isim 'alam


Misalkan kitaabun yang awalnya masih umum (buku,
tidak dijelaskan buku siapa atau buku tentang apa),
ketika kita idhofahkan kepada isim 'alam maka menjadi
jelas kepemilikannya. Contohnya kitaabun ٌ‫ ِكتَاب‬asalnya,
ketika kita tempelkan kepada isim 'alam (nama orang)
kitaabu zaydin ‫ ِكتَابُ زَ ْي ٍد‬maka telah jelas kitaabu zaydin ini
merupakan kata khusus karena telah dikhususkan, ini
merupakan bukunya Zaid, bukan bukunya si 'Amr, si
Bakr atau buku orang selain Zaid.

Contoh lain misalkan, kalau kita katakan ummun ‫أُ ٌّم‬saja


(ummun ibu) maka ini sangat umum, artinya belum
jelas ummun di sini ibunya siapa, maka ketika kita
mengatakan ummu 'aisyah َ‫أُ ُّم َعائِ َشة‬ummu faathimah، َ‫أُ ُّم فَاطِ َمة‬
ummu zaid ،ٍ‫أُ ُّم زَ ْيد‬ummu muhammad ,ٍ‫أُ ُّم ُم َح َّمد‬maka telah jelas
bahwa ini merupakan ibunya 'Aisyah, ibunya Khadijah,
ibunya Muhammad atau ibunya Zaid.
Kemudian contoh lain misalkan, kata "ahlun "ٌ‫أَ ْهل‬
merupakan keluarga atau ahli dalam bahasa arab, ini
masih umum kalau kita katakan ahlun saja, tapi kalau
kita katakan "ahlul makkah " ‫أَ ْه ُل ْال َم َّك ِة‬atau "ahlul madinah ‫أَ ْه ُل‬
"‫ ْال َم ِد ْينَ ِة‬maka ini sudah khusus artinya kata ahlun pada

penjelasan atau di idhofahkan pada nama tempat


"ahlul makkah", "ahlul madiinah" ini sudah dikhusukan
untuk penduduk mekkah, penduduk madinah.

3. Idhofah kepada isim isyaroh


Misalkan kita ambil contoh "ummun ,"‫أُ ٌّم‬kalau kita
katakan ummun saja maka ini masih umum, tapi kalau
kita katakan "ummu haadzhil mar'ati

maka telah jelas ini adalah "ibunya anak " ِ‫اأُ ُّم ٰه ِذه ِْل َم ْرأَة‬
perempuan ini", artinya sudah dijelaskan bahwasanya
ibu ini adalah ibu dari anak perempuan yang sedang
kita tunjuk.

4. Idhofah kepada isim yang dilekati ""‫ال‬


Contohnya misalkan "kitaabun ," ٌ‫ ِكتَاب‬asalnya kitaabun (ini
masih belum jelas bukunya, bukunya siapa), ketika kita
katakan "kitaabul lughoti

maka sudah jelas bahwasanya bukunya adalah "ِ‫ِكتَابُ الُّغَة‬


buku bahasa.

Nanti in syaa' Allah pada bab-bab selanjutnya kita akan


mempelajari apa sih yang dimaksud dengan idhofah
dan rumus dari idhofah.

Pada pelajaran kali ini kita cukup mengetahui


bahwasanya isim ma'rifah salah satunya adalah semua
kata yang diidhofahkan dari ke-4 isim yang telah
disebutkan sebelumnya.

Baik, saya ulangi.

Bahwa isim ma'rifah ada 5 :


1. Isim dhomir (kata ganti)
2. Isim 'alam (yakni nama, baik nama manusia/nama
tempat)
3. Isim isyaroh (kata tunjuk)
4. Semua isim yang didahului oleh al
5. Semua isim yang diidhofahkan/ditempelkan kepada
ke-4 isim ma'rifah sebelumnya.

Baik, saya kira cukup untuk pelajaran kali ini.

Semoga kita bisa mengambil faidah dari pelajaran yang


ke-2 ini.

Dan memang pembahasan tentang isim ma'rifah dan


isim nakiroh sangat penting karena nantinya akan
sangat berkaitan dengan cara kita menyusun kalimat
dalam bahasa arab.

Semoga Allah memudahkan niat kita untuk memahami


pelajaran ini.
Sekian dari saya.
=============================================
===========

Anda mungkin juga menyukai