Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Na’at
1. Na’at ialah tabi’(pengikut) yang memperjelas matbu’nya (kalimat yang
diikuti) dengan menjelaskan satu sifat diantara sifat-sifatnya.

" ‫"النعت هو تابع يو ضه متبو عه ببيا ن صفة من صفا ته‬

Definisi lain dari na’at yaitu di dalam kitab Matnul Ajrumiyah dan di
dalam kitab Mutammimah Al-Ajrumiyah ( ‫ )الكواكب الدرية‬disebutkan bahwa
na’at adalah:
2. Na’at adalah tabi’ (pengikut) yang mengikuti man’utnya (kalimat yang
disifatinya) baik dalam hal baris dapan,baris atas,baris bawah,ma’rifat
maupun nakirah.

"‫"النعت تا بع للمنعوت فى رفعه و نصبه و خفضه و تعريفه و تنكيره‬

3. Na’at adalah tabi’ yang berupa isim musytaq atau ditakwil dengannya
(isim musytaq) yang bertujuan untuk menjelaskan matbu’nya.

"‫"النعت هو التا بع المشتق أو المؤول به المبا ين لفظ متبوع‬

Na’at di sebut juga shifatun dan washfun. Isim musytaq adalah isim
fa’il,isim maf’ul,sifat musyabbahah dan isim tafdhil. Adapun yang di
maksud dengan di takwil dengan isim musytaq yang searti dengannya
adalah seperti nama-nama bilangan (bilangan yang tidak berbentuk isim
fa’il),isim manshub (isim yang punya ya’ nisbah di akhirnya),isim
isyarah,isim maushul dan jumlah.

B. Pembagian Na’at
Na’at di bagi menjadi 2,yaitu na’at haqiqiy dan na’at sababiy :
1. Na’at Haqiqiy (‫)النعت الحقيقي‬
Na’at haqiqiy adalah na’at yang membarisdapankan isim dhomir yang
mustatir.
"‫"النعت الحقيقي هو الرافع للضميرالمستتر‬

Dhamir yang mustatir tersebut berkedudukan sebagai :


a. Fa’il,bila na’at tersebut berbentuk isim fa’il,isim tafdhil dan sifat
musyabbahah.
b. Na’ibul fa’il,bila na’at tersebut berbentuk isim maf’ul.

Na’at haqiqiy menyamai man’utnya. Na’at haqiqy adalah na’at yang


betul-betul sebagai na’at dari man’utnya.

Contoh :

- )‫جاء زيدالعا لم (هو‬


- )‫جائت فا طمة العا لمة (هي‬
- )‫رأيت رجلين عا لمين (هما‬
- )‫مررت با لمعلمات الما هرا ت (هن‬
- )‫حضر االسا تيذالنشيطون (هم‬

2. Na’at Sababy ‫) ) النعت السببي‬


Na’at sababy adalah na’at yang membaris dapankan isim zohir.

‫”"النعت السببي هوالرافع لالسم الظاهر‬

Na’at sababy mengikuti man’utnya. Na’at sababy adalah na’at dari


kalimat yang punya hubungan dengan man’utnya (bukam na’at dari
man’utnya).
Contoh :
- ‫جاءزيدالعا لم ابنه‬
- ‫جاء رجل عا لم ابنه‬
- ‫رأيت الولد المقتول كلبه‬
- ‫مررت بولد مقتول كلبه‬

a. Dalam hal muannats dan mudzakar,na’at sababy hanya harus sama


dengan isim zohir yang ia baris dapankan.
b. Na’at sababy selalu dalam keadaan mufrad sekalipun man’utnya
tasniyah dan jamak,karena ia sama dengan fi’il. Contoh :
- ‫قا م رجل عا لمة أمه‬
- ‫قا مت امرأة عا لم أ بوها‬
- ‫رأيت الرجلين العالم ابنا هما‬
- ‫مررت با لرجال المضروب غلما نهم‬

c. Yang di maksud dengan na’at yang membarisdapankan adalah


na’at yang berbentuk isim musytaq.

C. Definisi ‘Athaf
‘Athaf menuut bahasa artinya kembali kepada sesuatu setelah berpaling
darinya.
"‫"العطف لغة الرجوع الى الشيء بعد االنصراف عنه‬

‘Athaf menurut istilah artinya adalah tabi’ (pengkut) yang di perantarai


antara ia dan kalimat yg diikutinya dengan salah satu huruf ‘athaf.

"‫"العطف اصطالحا هو التا بع المتوسط بينه وبين متبوعه أحد حروف العطف‬

D. Pembagian ‘Athaf
Athaf di bagi menjadi 2,yaitu :
1. ‘Athaf Nasaq ((‫عطف نسق‬
‘Athaf nasaq adalah peng-‘athef-an dengan memakai salah satu huruf
‘athef yang sepuluh.

"‫"عطف نسق هو العطف بأحد حروف العطف العشرة‬

Huruf-huuf ‘athaf ada 10,yaitu :


a. ‫الواو‬,untuk menyamakan antara ma’tuf dan ma’tuf ‘alaih dalam hal
hukum atau kejadian secara umum tanpa terikat waktu ((‫لمطلق الجمع‬
Contoh :
- ‫ جاء المدرس و التالميذ‬:“Guru dan para
siswa telah datang”.

Catatan : baik kedatangan mereka secara bersamaan atau tidak.

b. ‫اء‬ƒƒ‫الف‬,untuk menunjukkan tertib dan beriringan antara ma’tuf dan


ma’tuf ‘alaih (‫)للترتيب والتعقيب‬
Contoh :
- ‫ أما ته فأ قبره‬: “Dialah yang
mematikannya lalu menguburkannya.”

Catatan : jaraknya atau tenggangnya “dekat” antara ma’tuf dan


ma’tuf ‘alaih.

c. ‫ثم‬,untuk menujukkan tertib antara ma’tuf dan ma’tuf ‘alaih dan


terbelakangnya kalimat ma’tuf (‫)للترتيب و الترا خى‬
Contoh :
- ‫ ثم اذا شاء أنشره‬: “kemudian jika Dia
ingin,maka Dia membangkitkannya.”

Catatan : jaraknya atau tenggangnya jauh antara ma’tuf dan ma’tuf


‘alaih.

d. ‫أو‬, untuk memilih atau membolehkan,jika berada setelah kalimat


perintah (‫ز)للتخيير أو االبا حة بعد الطلب‬
Contoh :
- ‫ جا لس العلماء أو الزهاد‬: “duduklah
bersama para ‘ulama’ atau oang-orang
zuhud”

Catatan : huruf ‘athaf ‫ أو‬diartikan “atau”.‫أو‬ terbagi mnjadi


2,yaitu:

1) ‫ أوللتخييربعد الطلب‬,memilih salah satu setelah kalmat perintah.


2) ‫د الطلب‬ƒƒƒ‫ة بع‬ƒƒƒ‫أولالباح‬,boleh memilih keduanya setelah kalimat
perintah.
e. ‫أم‬,untuk menuntut penentuan (‫)لطلب التعيين‬.
Contoh :
- ‫ أزيد عندك أم عمرو‬: “Apakah zaid di
sampingmu atau ‘amer?”

Catatan : ‫ أم‬di bagi menjadi 2,yaitu:


1) ‫راب‬ƒƒƒƒ‫أم لالض‬,yang berarti “bahkan”. Boleh memilih
keduanya.
2) ‫أم لألبطل‬,yang berarti “atau”. Harus mamilih salah
satunya.

f. ‫اما‬,untuk memilih atau membolehkan ‫))للتخيير أواالباحة‬


Contoh :
- ‫ تزوج اما هندا واماأختها‬: “nikahilah
(adakalnya) hindun atau saudarinya.
g. ‫بل‬,untuk berpalimg (‫)لالضراب‬.
Contoh :
- ‫ جاء زيد بل عمرو‬: “zaid datang bahkan
amer”.
h. ‫ال‬,untuk meniadakan (‫)للنفي‬
Contoh :
- ‫جاءزيد ال عمرو‬: “zaid datang,tidak amer”

i. ‫لكن‬,untuk menyusuli (‫)لالستد راك‬


Contoh :
- ‫ ما مررت برجل صالح لكن طا لح‬: “saya
tidak berjalan dengan laki-laki yang
soleh tetapi dengan yang toleh”.
j. ‫حتى‬,untuk menunjukkan batas atau hukum ‫))للغاية‬
Contoh :
- ‫ أكلت السمك حتى رأسها‬: “saya makan ikan
hingga kepalanya”.

Catatan : ‫تى‬ƒƒ‫ ح‬menjadi huruf athef pada sebagian tempat,yaitu


apabila kalimat setelahnya merupakan sebagian dari kalimat
sebelumnya.

Aturan dalam peng’athef-an:


a. Apabila peng’athef-an itu menggunakan huruf ‘athef
wawu,makakalimat setelahnya ma’thuf kepada kalimat yang
pertama.
b. Apabila pengathefan itu menggunkan selain wawu,maka kalimat
setelahnya ma’thuf kepada kalimat yang di dekatnya.
c. Apabila bertemu dua huruf ‘athef dan salah satunya huruf
wawu,maka yang diperioritaskan menjadi huruf ‘athef ialah
wawu.
2. ‘Athef Bayan ‫) )عطف بيان‬
‘Athef Bayan adalah peng’athef-an tanpa memakai huruf ‘athef.
‫عطف بيان هو العطف من غير واسطة حرف العطف‬
Tempat-tempat terjadinya ‘athaf bayan :
a. Kalimat gelar sesudah kalimat nama (‫)للقب بعد االسم‬
Contoh :
- ‫علي زين العابدين‬
b. Kalimat nama sesudah peraman (‫)االسم بعد الكنية‬
Contoh :
- ‫ابو حفص عمر‬
c. Isim zohir (isim ma’rifat dengan alif lam) sesudah isim isyarah (
‫)الظاهر بعد االشارة‬
Contoh :
- ‫هذا الكتاب‬
d. Kalimat yang di shifatkan berada setelah shifatnya
(‫)الموصوف بعدالصفة‬
Contoh :
- ‫الكليم موسى‬
e. Kalimat tafsiran berada setelah yang di tafsirkannya (‫)لتفسير بعد المفسر‬
Contoh :
- ‫الكتاب أى القران‬
E. Kriteria Na’at dan ‘Athef
1. Kriteria Na’at
a. Isim (ma’rifat atau nakirah)
b. Jumlah atau syibhul jumlah
c. Berada setelah isim nakirah dan ma’rifat
d. Barisnya atau mahal barisnya mengikuti man’utnya
2. Kriteria ‘Athef
a. Kalimat atau jumlah
b. Berada setelah huruf ‘athef
c. Barisnya atau mahal barisnya mengikuti ma’tuf ‘alaih nya
F. Qaidah-qaidah terjadinya Na’at dan ‘Athaf
1. Qaidah Terjadinya Na’at
a. Isim ma’rifat berada setelah isim ma’rifat dan isim ma’rifat yang
kedua berbentuk isim musytaq.
b. Isim nakirah berada setelah isim nakirah dan isim nakirah yang
kedua berbentuk isim musytaq.
c. Jumlah dan syibhul jumlah berada setelah isim nakirah.
2. Qaidah ‘Athaf
Apabila ada kalimat atau jumlah berada setelah huruf ‘athaf.
BAB III

KESIMPULAN

Na’at adalah tabi’ yang memperjelas matbu’nya dengan menjelaskan satu


sifat di antara sifat-sifatnya. Hukum na’at adalah tabi’,baik dalam hal baris
dapan,atas,bawah,ma’rifat maupun nakirah.Na’at terbagi menjadi dua,yaitu na’at
sababy dan na’at haqiqiy.

‘Athaf menurut bahasa artinya kembali kepada sesuatu setelah berpaling


darinya. Sedangkan menurut istilah athaf adlah tabi’ yang di perantarai antara ia
dan kalimat yang di ikutinya dengan salah satu huruf ‘athaf. ‘Athaf terbagi
menjadi dua,yaitu ‘athaf nasaq dan ‘athaf bayan.
DAFTAR PUSTAKA

Lalu Nirwan Husaini Al-Monggasiy,2019. Pedoman Dasar Ilmu Nahwu II.


Yogyakarta : Semeseta Ilmu.

Syaikh Muhammad Ibnu Ahmad Bin Abdul Bariy Al-Ahdal,2011. Al-Kawakib


Durroyyah Syarah Matnul Ajrumiyah. Indonesia:Al-Haromain.

Anda mungkin juga menyukai