Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

PROBLEMATIKA PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM


SYARI’AT ISLAM

DOSEN PENGAMPU: MUHAMMAD SANUSI,M.E.I

DI SUSUN OLEH:

HASIYAH

NIM : 2102030021

PRODI AHWAL SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NW LOTIM

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahiwabihamdih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas Karunia dan
juga Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal. Sholawat
beserta salam tak lupa pula kita haturkan ke junjungan alam kita Nbi Besar
Muhammad SAW. Yang membawa kita dari alam jahiliyah atau zaman
kebodohan menuju alam yang terang benderang deengan ilmu pengetahuan.

Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang ikut
berpartisipasi dalam penulisan proposal ini sehingga penulis dapat
menyelesaikannya. Rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada Dosen pembimbing yaitu Bapak Muhammad Sanusi,M.E.I.

Perrmintaan maaf juga penulis sampaikan apabila terdapat kekeliruan kata


dan kesalahan penyusan dalam pennulisan proposal ini. kritik dan saran penulis
harapkan kepada pembaca agar kedepannya penulis dapat membuat proposal
dengan lebih baik lagi.

Wallahul muwafiqu wal hadiilasabilirasyad

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wa Barakatuh.

Anjani,27 mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................ 1


B. RUMUSAN MASALAH ........................................................... 1
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................ 2
D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................ 2

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ............................................................. 3

A. LANDASSAN TEORI ............................................................... 3


B. PENELITIAN YANG RELEVAN ............................................ 9
C. KERANGKA TEORITIK .......................................................... 9

BAB III : METODE PENELITIAN ................................................... 10

A. JENIS PENELITIAN ................................................................. 10


B. SUBJEK PENELITIAN ............................................................. 10
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA .......................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu fenomena yang terrjadi di Indonesia adalah perkawinan
beda agama. Perkawinan tersebut dilakukan secara terang-terrangan dan
sebagian dilakukan sembunyi-sembunyi. Islam melarang perkawinan beda
agama berdasarkan firman Allah SWT. Surah Al-Baqarah ayat 221.
Perkawinan beda agama juga di larang oleh Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 Pasal 2.

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana hukum


pernikahan beda agama menurut hukum islam, menurut perspektif
Undang-Undangan Dasar 1945 dan menurut fuqaha. Penelitian ini
merupakan penelitian pustaka.

data dalam penelitian ini antara lain: Al-Qu’an dan Al-


Hadits,pendapat fuqaha dan UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan
Kompilasi Hukum Islam.Untuk mengkaji permasalahan tersebut yang
digunakan penelitian kepustakaan (library research) dan bersifat deskriptif
analitik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi “nikah” dalam agama islam?
2. Bagaimana hukum pernikahan beda agama dalam syari’at islam?
3. Apa perspektif fuqaha emapat mazhab terhadap perrnikahan beda
agama?
4. Apakah hukum di Indonesia memperbolehkan pernikahan beda
agama?

1
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Pembaca mengetahui dan lebih memahami secara mendalam tentang
definisi nikah menurut islam
2. Mengetahui hukum perrnikahan beda agama dalam syari’at islam
3. Mengetahui pespektif fuqaha empat mazhab tentang pernikahan beda
agama
4. Pembaca mengetahui pasal dan ayat dalam UU 1945 yang membahas
tentang pernikahan beda agama
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini di buat agar para pembaca mengetahui dan lebih memahami
hukum islam tentang pernikahan beda agama dan juga memperluas
wawasan seputar kompilasi hukum islam dan per-Undang-undang-an.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.LANDASAN TEORI

1.Definisi Nikah

Nikah memiliki tiga arti,yaitu:

a. Definisi nikah menurut bahasa (etimologi),yaitu: masuk dan berhubungan


intim. Misalnya;tanaakahat al-asyjaaru,artinya;pohon-pohon berayun dan
sebagiannya masuk pada sebagianyang lain. Penggunaan kata ‘’nikah’’
dengan arti akad adalah sebagian kiasan(metafora),karena akadd nikah
merupakan sebab adanya hubungan intim(persetubuhan).
b. arti dari sudut pandang ushul atau menurut syari’at mengenai hal ini ulama
berselisih dalam tiga pendapat.
1) Pendapat pertama mengatakan bahwa arti sebenarnya adalah
persetubuhan,sedangkan arti kiasannya adalah akad. Begitu ada kata
nikah dalam Al-Qur’an dan Sunnah tanpa disertai konteks yang
lain,maka artinya adalah persetubuhan. Seperti firman Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 22:

‘’Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang telah


dinikahi oleh ayahmu,kecuali (kejadian pada masa) yang telah
lampau.’’(An-Nisa’:22)

Arti nikah dalam ayat ini adalah persetubuhan.Sebab larangan yang di


maksud hanya dapat di gambarkan bila dikaitkan dengan persetubuhan,bukan
akad nikah itu sendiri,karena melakukan akad nikah saja tidak berimplikasi pada
kecemburuan yang menyebabkakan terputusnya hubungan kasih sayang dan
penghormatan (antara ayah dan anak,terkait ayat tersebut) dan adalah pendapat
dari Mazhab Imam Hanafi.

3
2) Pendapat kedua menyatakan,bahwa arti sebenarnya adalah
akad,sedangkan arti kiasannya adalah persetubuhan,kebalikan dari arti
menurut bahasa. Dalilnya karena kata nikah sering digunakan dalam
Al-Qur’an dan sunnah dengan arti akad nikah. Diantaranya adalah
firman Allah SWT. ‘’sebelum dia menikah dengan suami yang
lain.’’(Al-Baqarah:230) ini merupakan yang paling kuat menurut
Mazhab Imam Syafi’I dan Mazhab Imam Maliki.
3) Pendapat ketiga menyatakan,bahwa atinya saling berkaitan segi
lafal,yaitu antara akad nikah dan persetubuhan. Ini merupakan
pendapat yang paling mendekati kebenaran diantara tiga pendapat
ulama’,karena syari’at kadang menggunakan kata nukah dengan
maksud akad nikah dan kadang menggunakannya dengan maksud
hubungan intim (persetubuhan) tanpa memperhatikan arti semula
dalam penggunaan. Ini menunjukkan bahwa nikah adalah arti
sebenarnya terkait penggunaan dengan maksud akad nikah maupun
persetubuhan.
c. Terkait nikah yaitu dai sudut pandang fiqih. Ungkapan ulama fiqih dalam
hal ini cukup beragam namun keseluruhannya bermuara pada satu arti.
Yaitu bahwasanya akad nikah ditetapkan oleh syari’at agar suami dapat
menikmati kelamin isteri dan seluruh badannya terkait keperluan
bersenang-senang.

2. Pernikahan Beda Agama dalam Syai’at Islam

Di dalam agama islam ada wanita-wanita yang dilarang untuk dinikahi


disebabkan perbedaan agama. Yaitu dari kalangan yang memiliki akidah berbeda
dengan umat islam ada tiga macam.

a. Kalangan yang tidak memiliki kitab samawi tidak pula yang serupa
dengan kitab. Mereka adalah kalangan yang menyembah arca,yaitu patung
yang di pahat dari kayu,batu,perak,permata atau semacamnya. Adapun
berhala,yaitu gambar yang tidak berfisik,seperti gambar yang dicetak pada

4
kertas atau semacamnya. Ada yang berpendapat bahwasanya tidak ada
perbedaan antara berhala dan patung,karena keduanya merupakan sebutan
bagi tuhan-tuhan yang mereka sambah selain Allah SWT. Termasuk di
dalamnya matahari,bulan,bintang,dan gambar-gambar yang mereka
pandang baik.
b. Kalangan yang memiliki semacam kitab. Mereka adalah kaum majusi
yang menyembah api. Maksud dari mereka memilik semacam kitab adalah
bahwsanya ada kitab yang diturunkan kepda nabi mereka yaitu Nabi
Zaradasht namun kemudian mereka menyimpangkannya dan kemudian
membunuh nabi mereka. Lalu Allah mengangkat kitab tersebut dari
mereka. Mereka tidak boleh dinikahi berdasarkan pendapat yang
disepakati empat imam mazhab.
c. Kalangan yang memiliki kitab yang telah ditegaskan keberadaannya dan
diimani. Seperti kaum yahudi yang mengimani Taurat,dan kaum nasrani
yang mengimani Taurat dan Injil. Mereka boleh dinikahi,dalam arti bahwa
orang beriman boleh menikahi wanitaAhli Kitab(yahudi atau nasrani)
namun wanita mumslimah tdak boleh menikah dengan laki-laki Ahli
Kitab,sebagaimana wanita muslimah tidak boleh menikah dengan selain
laki-laki muslim.
Dalilnya adalah firman AllahSWT. ”dan janganlah kamu nikahi
wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman.’’(Al-Baqarah:221) dan
firmannya ang ditujukan kepada kaum laki-laki ‘’dan janganlah kamu
nikahkan orang-orang (laki-laki) musyrik (dengan wanita-wanita
beriman) sebelum mereka beriman.’’(Al-Baqarah:221)
Dua ayat ini merupakan dalil bahwasanya aki-laki muslim tidak
boleh menikahi wanita musyrik dalam kondisi apapun,sebagaimana wanita
muslimah tidak boleh menikah dengan laki-laki musyrik dalam kondisi
apapun,kecuali setelah orang-oang musyrik itu beriman dan masuk islam.
Namun Allah SWT.memberikan pengkhususan diantara
mereka,yaitu wanita Ahli Kitab bagi laki-laki muslim,dalam firman-Nya:

5
‘’Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang
menjaga kehormatan diantara perempuan-perempuan yang beriman dan
perrempuan-peempuan yang menjaga kehormatan diantara oran-orang
yang diberi Kitab(AhliKitab) sebelum kamu.’’(Al-Maidah:5)

Ayat ini bermakna bahwa wanita Ahli Kitab boleh boleh dinikahi
laki-laki muslim bedasarkan ketetapan syari’at,meskipun wanita Ahli
Kitab mengatakan bahwa Al-Masih adalah Tuhan,atau meyakini konsep
trinitas,dan ini adalah syirik yang jelas,namun Allah mempekenankan
pernikahan dengan mereka karena mereka memiliki kitab samawi.

3. hukum Pernikahan Beda Agama dalam Empat Mazhab

a. Mazhab Hanafi

mereka mengatakan bahwasanya pernikahan dengan wanita Ahli


Kitab dilarang jika dia berada di negeri perang (Darul Harbi) yang tidak
tunduk kepada pemerintah islam karena itu berarti membuka pintu bagi
timbulnya fitnah. Hukum menikahi wanita Ahli Kitab yang berada di
negeri perang (darul harbi) adalah makruh tahrim (harus dihindari).

Adapun jika wanita Ahli Kitab tersebut berada di negeri islam


(dzimmiyah) dan tunduk pada pemerintah islam,maka hukum
pernikahannya adalah makruh tanzih(sebaiknya dihindari).

b. Mazhab Maliki

Diantara mereka mencuat dua pendapat dalam hal ini.

1) Hukum menikahi wanita Ahli Kitab hukumnya makuh secara


mutlak,baik wanita tersebut berada di negeri islam (dzimmiyah)
maupun berada dinegeri perang(darul harbi). Akan tetapi hukum
makruh dinegeri perang lebih berat.
2) Hukum menikahi wanita Ahli Kitab hukumnya tidaklah makruh
secara mutlak ,sebagai pengamalan terhadap makna eksplisit

6
3) ayat,karena ayat memperkenankan wanita Ahli Kitab untuk
dinikahi secara mutlak.
c.Mazhab Asy-Syafi’i

Mereka mengatakan bahwa makruh hukumnya pernikahan dengan


wanita Ahli Kitab jika dia berada di negeri islam,dan hukum makruh
ini semakin ditekankan jika dia berada di negeri perang,sebagaimana
pendapat sebagian kalangan mazhab maliki,akan tetapi Mazhab Asy-
Syafi’I menetapkan sejumlah syarat terkait hukum makruh ini,yaitu:

1) Laki-laki muslim yang hendak menikahi tidak mengharapkan


keislaman wanita Ahli Kitab yang hendakdinikahinya.
2) Ia bisa mendapatkan wanita muslim yang layak baginya.
3) Jika iatidak menikah dengan wanita Ahli Kitab tersebut maka
dikhawatirkan ia akan berbuat zina.

Jadi,jika laki-laki tersebut menghapkan keislaman wanita Ahli


Kitab yang dinikahinya,dan ia tidak mendapatkan wanita muslimah yang
layak baginya ,maka hukum baginya adalah sunnah (dianjurkan)untuk
menikahinya. Demikian pula disunnahkan (dianjurkan) kepadanya untuk
menikahi wanita Ahli Kitab yang layak baginya sebagai pendamping
hidupnya dalam rumah tangga yang diridhoi,jika ia tidak menikahi wanita
Ahli Kitab tersebut dikhawatirkan ia akan melakukan perrbuatan
zina,sebagai antisipasi dari terjadinya perbuatan terlarang. Dari ulasan ini
jelaslah bahwa masalahnya berkisar dibalik maslahat dan mufsadat.

pernikahan dengannya memberikan maslahat,maka pernikahannya


terpuji. Dan apabila menimbulkan mufsadat maka hukum penikannya
makruh.

d. Mazhab Hambali
Mereka mengatakan,wanita Ahli Kitab boleh dinikahi tanpa hukum
makruh,berdasarkan keumuman fiman Allah SWT. ‘’Dan (dihalalkan

7
bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan
diantara perempmuan-perempuan yangn beriman dan perempuan-
perempuan yang menjaga kehormatan diantara orang-orang yang diberi
kitab (Ahli Kitab) sebelum kamu.’’(Al-Maidah :5)
Yang dimaksud dengan perempuan-perempuan yang menjaga
kehormatan adalah perempuan-perempuan merdeka. Terkait wanita Ahli
Kitab,tidak syarat yang menetapkan bahwa kedua orang tuanya harus juga
Ahli Kitab,akan tetapi penikahannya tetap dinyatakan sah meskipun
bapaknya atau ibunya sebagai penyembah berhala,selama dia sendiri
sebagai wanita Ahli Kitab.
e. Mazhab Asy-Syafi’i dan Hanafi
Mereka mengatakan,bahwa ada syarat yang ditetapkan terkait
diperkenankannya pernikahanlaki-laki muslim dengan wanita Ahli Kitab.
Yaitu kedua orang tuanyajuga harus Ahli Kitab. Seandainya bapaknya
Ahli Kitab sementara ibunya penyembah berhala,maka dia tidak boleh
dinikahi meskipun dia sudah baligh dan memilih agama bapaknya dan dia
sendii dinyatakan sebagai wanita Ahli Kitab,menurut pendapat yang di
jadikan acuan dalam mazhab Aa-Syafi’i.

4. Hukum Nikah Beda Agama yang Berlaku di Indonesia

Di Indonesia secara yuridis formal,masalah perkawinan termasuk


pernikahan beda agama diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal
2 ayat (1) tentang perkawinan (‘’UU 1/1974’’),menyatakan bahwa perkawinan
adalah sah,apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaanya.

Pasal 10 pp Nomor 9 Tahun 1975 dinyatakan penikahan baru sah jika


dilakukan di hadapan pegawai pencatat dan dihadiri dua orang saksi. Dan tata
cara perkawinan dilakukan menurut hukummasing-masing agamanya dan
kepercayaanya. Serta instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991 tentang
kompilasi hukum islam.

8
B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Hukum Nikah Beda Agama yang Belaku di Indonsia, yang di tulis dalam artikel
HukumOnline.com oleh Diana Kusumasari,S.H.,M.H. dipublikasikan pada 4
maret 2011.

Perkawinan Beda Agama dalam Perspektif Hukum Islam, yang di tulis oleh Nur
Cahyani dalam sebuah Jurnal Hukum Islam di publikasikan pada tahun 2018.

C. KERANGKA TEORITIK

PROBLEMATIKA PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM SYARI’AT


ISLAM

Definisi Nikah>Hukum pernikahan Beda Agama Dalam Syari’at Islam>Hukum


Pernikahan Beda Agama Dalam Empat Mazhab>Hukum Nikah Beda Agama
yang Yerlaku di Indonesia.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atau penelitian
kepustakaan(library research).

B. SUBJEK PENELITIAN
Buku,jurnal dan article.
C. TEKNNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kepustakaan (library
research) dan studi dokumen.

10
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Abdurrahman Al-Juziri.Fiqih Empat Mazhab,_.kautsar.

Kusumasari,Diana.Nikah beda agama yang belaku diindonesia.2011.article


hukumonline,com.

Cahaya,nur.Hukum Islam.2018.eJurnal.uin.suska.ac.id.

11

Anda mungkin juga menyukai