DI SUSUN OLEH:
HASIYAH
NIM : 2102030021
FAKULTAS SYARI’AH
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahiwabihamdih.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas Karunia dan
juga Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal. Sholawat
beserta salam tak lupa pula kita haturkan ke junjungan alam kita Nbi Besar
Muhammad SAW. Yang membawa kita dari alam jahiliyah atau zaman
kebodohan menuju alam yang terang benderang deengan ilmu pengetahuan.
Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang ikut
berpartisipasi dalam penulisan proposal ini sehingga penulis dapat
menyelesaikannya. Rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada Dosen pembimbing yaitu Bapak Muhammad Sanusi,M.E.I.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu fenomena yang terrjadi di Indonesia adalah perkawinan
beda agama. Perkawinan tersebut dilakukan secara terang-terrangan dan
sebagian dilakukan sembunyi-sembunyi. Islam melarang perkawinan beda
agama berdasarkan firman Allah SWT. Surah Al-Baqarah ayat 221.
Perkawinan beda agama juga di larang oleh Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 Pasal 2.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi “nikah” dalam agama islam?
2. Bagaimana hukum pernikahan beda agama dalam syari’at islam?
3. Apa perspektif fuqaha emapat mazhab terhadap perrnikahan beda
agama?
4. Apakah hukum di Indonesia memperbolehkan pernikahan beda
agama?
1
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Pembaca mengetahui dan lebih memahami secara mendalam tentang
definisi nikah menurut islam
2. Mengetahui hukum perrnikahan beda agama dalam syari’at islam
3. Mengetahui pespektif fuqaha empat mazhab tentang pernikahan beda
agama
4. Pembaca mengetahui pasal dan ayat dalam UU 1945 yang membahas
tentang pernikahan beda agama
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini di buat agar para pembaca mengetahui dan lebih memahami
hukum islam tentang pernikahan beda agama dan juga memperluas
wawasan seputar kompilasi hukum islam dan per-Undang-undang-an.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.LANDASAN TEORI
1.Definisi Nikah
3
2) Pendapat kedua menyatakan,bahwa arti sebenarnya adalah
akad,sedangkan arti kiasannya adalah persetubuhan,kebalikan dari arti
menurut bahasa. Dalilnya karena kata nikah sering digunakan dalam
Al-Qur’an dan sunnah dengan arti akad nikah. Diantaranya adalah
firman Allah SWT. ‘’sebelum dia menikah dengan suami yang
lain.’’(Al-Baqarah:230) ini merupakan yang paling kuat menurut
Mazhab Imam Syafi’I dan Mazhab Imam Maliki.
3) Pendapat ketiga menyatakan,bahwa atinya saling berkaitan segi
lafal,yaitu antara akad nikah dan persetubuhan. Ini merupakan
pendapat yang paling mendekati kebenaran diantara tiga pendapat
ulama’,karena syari’at kadang menggunakan kata nukah dengan
maksud akad nikah dan kadang menggunakannya dengan maksud
hubungan intim (persetubuhan) tanpa memperhatikan arti semula
dalam penggunaan. Ini menunjukkan bahwa nikah adalah arti
sebenarnya terkait penggunaan dengan maksud akad nikah maupun
persetubuhan.
c. Terkait nikah yaitu dai sudut pandang fiqih. Ungkapan ulama fiqih dalam
hal ini cukup beragam namun keseluruhannya bermuara pada satu arti.
Yaitu bahwasanya akad nikah ditetapkan oleh syari’at agar suami dapat
menikmati kelamin isteri dan seluruh badannya terkait keperluan
bersenang-senang.
a. Kalangan yang tidak memiliki kitab samawi tidak pula yang serupa
dengan kitab. Mereka adalah kalangan yang menyembah arca,yaitu patung
yang di pahat dari kayu,batu,perak,permata atau semacamnya. Adapun
berhala,yaitu gambar yang tidak berfisik,seperti gambar yang dicetak pada
4
kertas atau semacamnya. Ada yang berpendapat bahwasanya tidak ada
perbedaan antara berhala dan patung,karena keduanya merupakan sebutan
bagi tuhan-tuhan yang mereka sambah selain Allah SWT. Termasuk di
dalamnya matahari,bulan,bintang,dan gambar-gambar yang mereka
pandang baik.
b. Kalangan yang memiliki semacam kitab. Mereka adalah kaum majusi
yang menyembah api. Maksud dari mereka memilik semacam kitab adalah
bahwsanya ada kitab yang diturunkan kepda nabi mereka yaitu Nabi
Zaradasht namun kemudian mereka menyimpangkannya dan kemudian
membunuh nabi mereka. Lalu Allah mengangkat kitab tersebut dari
mereka. Mereka tidak boleh dinikahi berdasarkan pendapat yang
disepakati empat imam mazhab.
c. Kalangan yang memiliki kitab yang telah ditegaskan keberadaannya dan
diimani. Seperti kaum yahudi yang mengimani Taurat,dan kaum nasrani
yang mengimani Taurat dan Injil. Mereka boleh dinikahi,dalam arti bahwa
orang beriman boleh menikahi wanitaAhli Kitab(yahudi atau nasrani)
namun wanita mumslimah tdak boleh menikah dengan laki-laki Ahli
Kitab,sebagaimana wanita muslimah tidak boleh menikah dengan selain
laki-laki muslim.
Dalilnya adalah firman AllahSWT. ”dan janganlah kamu nikahi
wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman.’’(Al-Baqarah:221) dan
firmannya ang ditujukan kepada kaum laki-laki ‘’dan janganlah kamu
nikahkan orang-orang (laki-laki) musyrik (dengan wanita-wanita
beriman) sebelum mereka beriman.’’(Al-Baqarah:221)
Dua ayat ini merupakan dalil bahwasanya aki-laki muslim tidak
boleh menikahi wanita musyrik dalam kondisi apapun,sebagaimana wanita
muslimah tidak boleh menikah dengan laki-laki musyrik dalam kondisi
apapun,kecuali setelah orang-oang musyrik itu beriman dan masuk islam.
Namun Allah SWT.memberikan pengkhususan diantara
mereka,yaitu wanita Ahli Kitab bagi laki-laki muslim,dalam firman-Nya:
5
‘’Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang
menjaga kehormatan diantara perempuan-perempuan yang beriman dan
perrempuan-peempuan yang menjaga kehormatan diantara oran-orang
yang diberi Kitab(AhliKitab) sebelum kamu.’’(Al-Maidah:5)
Ayat ini bermakna bahwa wanita Ahli Kitab boleh boleh dinikahi
laki-laki muslim bedasarkan ketetapan syari’at,meskipun wanita Ahli
Kitab mengatakan bahwa Al-Masih adalah Tuhan,atau meyakini konsep
trinitas,dan ini adalah syirik yang jelas,namun Allah mempekenankan
pernikahan dengan mereka karena mereka memiliki kitab samawi.
a. Mazhab Hanafi
b. Mazhab Maliki
6
3) ayat,karena ayat memperkenankan wanita Ahli Kitab untuk
dinikahi secara mutlak.
c.Mazhab Asy-Syafi’i
d. Mazhab Hambali
Mereka mengatakan,wanita Ahli Kitab boleh dinikahi tanpa hukum
makruh,berdasarkan keumuman fiman Allah SWT. ‘’Dan (dihalalkan
7
bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan
diantara perempmuan-perempuan yangn beriman dan perempuan-
perempuan yang menjaga kehormatan diantara orang-orang yang diberi
kitab (Ahli Kitab) sebelum kamu.’’(Al-Maidah :5)
Yang dimaksud dengan perempuan-perempuan yang menjaga
kehormatan adalah perempuan-perempuan merdeka. Terkait wanita Ahli
Kitab,tidak syarat yang menetapkan bahwa kedua orang tuanya harus juga
Ahli Kitab,akan tetapi penikahannya tetap dinyatakan sah meskipun
bapaknya atau ibunya sebagai penyembah berhala,selama dia sendiri
sebagai wanita Ahli Kitab.
e. Mazhab Asy-Syafi’i dan Hanafi
Mereka mengatakan,bahwa ada syarat yang ditetapkan terkait
diperkenankannya pernikahanlaki-laki muslim dengan wanita Ahli Kitab.
Yaitu kedua orang tuanyajuga harus Ahli Kitab. Seandainya bapaknya
Ahli Kitab sementara ibunya penyembah berhala,maka dia tidak boleh
dinikahi meskipun dia sudah baligh dan memilih agama bapaknya dan dia
sendii dinyatakan sebagai wanita Ahli Kitab,menurut pendapat yang di
jadikan acuan dalam mazhab Aa-Syafi’i.
8
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Hukum Nikah Beda Agama yang Belaku di Indonsia, yang di tulis dalam artikel
HukumOnline.com oleh Diana Kusumasari,S.H.,M.H. dipublikasikan pada 4
maret 2011.
Perkawinan Beda Agama dalam Perspektif Hukum Islam, yang di tulis oleh Nur
Cahyani dalam sebuah Jurnal Hukum Islam di publikasikan pada tahun 2018.
C. KERANGKA TEORITIK
9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atau penelitian
kepustakaan(library research).
B. SUBJEK PENELITIAN
Buku,jurnal dan article.
C. TEKNNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kepustakaan (library
research) dan studi dokumen.
10
DAFTAR PUSTAKA
Cahaya,nur.Hukum Islam.2018.eJurnal.uin.suska.ac.id.
11