MUNAKAHAT
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 11 (PAI/E/V)
2020
BAHAN AJAR
Kelas/Semester : X/Genap
KOMPETENSI INTI
Tujuan pembelajaran
A. Pengertian Pernikahan
Sedangkan para ahli Fiqh memuat beberapa defenisi antara lain sebagai
berikut:
Sumber: https://www.google.com/search?q=nikah+beda+agama&safe
“Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan (sembelihan)
Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka. Dan (dihalalkan
bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara
perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu
membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina
dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Barangsiapa kafir setelah
beriman, maka sungguh, sia-sia amal mereka, dan di akhirat dia termasuk orang-
orang yang rugi.”
Namun perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa makna ahlul kitab bentuk
istilah yang diberikan kepada orang yang menganut kepercayaan kepada satu
keyakinan yang memiliki kitab suci. Kitab suci tersebut dijadikan sebagai
pedoman mereka yang berasal dari pencipta. Jika ditilik dari istilah Agama maka
ditujukan kepada suatu kelompok pemeluk agama selain islam yang memiliki
kitab suci berasal dari wahyu Allah SWT. kepada Nabi Allah dan Rasul Allah
dalam gambaran umum.
kitab bahwa hal tersebut terdapat dalam Firman Allah SWT surat Al-
Baqarah ayat 105, Allah menyatakan
Artinya: Orang-orang yang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak
menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan dari Tuhanmu. Tetapi
secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki.
Dan Allah pemilik karunia yang besar.
Pemaknaan pada ayat diatas lebih menekahnkan pada wajah dilalah nya yang
Allah memberikan isyarat bahwa keduanya (ahli kitab dan musyrik) termasuk
sama. Artinya sama-sama tidak menyukai Al-Quran diturunkan kepada umat
islam. Oleh karena hal tersebut, maka status hukumnya adalah haram
Kata mut‟ah diambil dari bahasa Arab yang berasal dari kata متع. Secara
etimologi memiliki beberapa makna, antara lain kesenangan متاع الحياة الدنيا, alat
perlengkapan متاع لكموولل ّسيّارة, pemberian . وعلى المقتر قدره متاع بلمعروف.
Nikah mut„ah disebut juga nikah munqati, sedangkan nikah yang tidak dibatasi
waktu disebut nikah daim.
Sehingga umat Islam saat itu harus rela jauh dari istri-istri mereka yang
ditinggal berperang yang bisa memakan waktu hingga berpuluh-puluh hari. Dalam
kondisi itu mereka tidak mampu dan tidak sempat pulang mendatangi istrinya.
Dalam kondisi demikian inilah, maka memang pernah dibolehkan
melakukan nikah mut’ah, karena betul-betul dalam keadaan darurat perang.
Sementara saat ini, sudah tidak relevan sama sekali karena tidak ada alasan
apapun yang bisa menjadi legitimasi nikah mut'ah atau muaqqat.
Untuk memperkuat hukum tersebut, juga bisa dilihat pendapat Syaikh
Abdurrahman al Juzairy dalam Kitab al Fiqh ‘ala al Madzahib al
Arba’ah halaman 90-93 Juz 4, terbitan Daar el Fikr.Di dalam kitab tersebut hanya
pendapat Ibnu Abbas yang membolehkan, itu pun dengan beberapa alasan dan
persyaratan yang sangat ketat.
3. Hukum Nikh Mut’ah
Dalam ajaran Islam, kawin kontrak atau nikah mut'ah diharamkan. "Umar
telah mengumumkan pengharamannya di hadapan para sahabat pada masa
khilafahnya dan telah disetujui oleh para sahabat.
Haramnya nikah mut'ah juga dikarenakan dampak negatif yang ditimbulkannya
sangat banyak. Antara lain bercampurnya nasab, karena wanita yang telah
dimut’ah oleh seseorang dapat dinikahi lagi oleh anaknya, dan begitu seterusnya.
Kemudian, disia-siakannya anak hasil mut’ah tanpa pengawasan sang ayah atau
pengasukan sang ibu, seperti anak hasi zina.
1. Shighat, seperti ucapan : “aku nikahi engkau”, atau “aku mut’ahkan engkau”.
2. Calon istri, dan diutamakan dari wanita muslimah atau kitabiah.
3. Mahar, dengan syarat saling rela sekalipun hanya satu genggam gandum.
4. Jangka waktu tertentu.
5. Akibat Nikah Mut’ah
Nikah mut’ah yang dulu pernah dihalalkan namun kemudian diharamkan, harus
memenuhi kriteria berikut:
1. Orang yang akan melakukan nikah mut’ah tidak sedang berada di tempat
tinggalnya akan tetapi sedang melakukan safar maupun pada saat jihad
yang mana dia tidak bisa membawa istrinya. Jadi dihalakannya nikah
mut’ah diawal Islam adalah saat terpaksa bukan dalam keadaan lapang.
2. Harus memenuhi syarat akad nikah yang sah yaitu izin wali wanita, adanya dua
orang saksi, adanya mahar serta apabila telah selesai masa mut’ah si wanita wajib
melakukan iddah sehingga jelas apakah dia hmail ataukah tidak? Karena jika
hamil maka anak itu dinasabkan kepada bapakanya.
5. Akibat Nikah Kontrak