Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 5

MUNAKAHAT

(NIKAH BEDA AGAMA DAN NIKAH KONTRAK)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi Pembelajaran Fiqh)

Dosen Pengampu:

Dra. Uswatun Hasanah, M. Pd. I

Disusun Oleh:

Kelompok 11 (PAI/E/V)

Khusnan Khoirul Ibad (1811010474)

Mitha Mareza Febriani (1811010128)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2020
BAHAN AJAR

Satuan Pendidikan : Madrasah Aliah

Mata pelajaran : Fiqih

Kelas/Semester : X/Genap

Materi Pokok : Munakahad (Pernikahan Beda Agama dan Nikah


Kontrak)

Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (4 X 45 Menit)

KOMPETENSI INTI

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksisecara
efektif dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN

1.1. Menghayati dari ketentuan Islam tentang pernikahan

2.1. Membiasakan sikap tanggungjawab dalam menerapkan hukum Islam

3.1. Menjelaskan Hukum Pernikahan Beda Agama dan Nikah kontrak

4.1.Mengkritisi praktik perkawinan yang salah di masyarakat berdasarkan


ketentuanhukum Islam
Indikator:

3.1.1Menjelaskan pengertian dan Hukum Pernikahan Beda Agama dan Nikah


Kontrak dalam islam

3.1.2 Menyebutkan Syarat dan Rukun Nikah Kontrak

3.1.3 Menjelaskan Hukum Pernikahan Beda Agama dan Nikah Kontrak

4.1.1 Menyajikan hasil analisis praktek perkawinan yang salah di masyarakat


berdasarkan ketentuan hukum Islam

Tujuan pembelajaran

1. Melalui pemberian uswah peserta didik dapat menjelaskan pengertian dan


hukum pernikahan beda agama dengan baik dan benar
2. Melalui pemberian uswah peserta didik dapat menjelaskan pengertian dan
hukum nikah kontrak (nikah mut’ah) dengan baik dan benar
3. Melalui proses ceramah dan tanyak jawab peserta mampu menyebutkan
syarat danrukun nikah koontrak degan berani, baik dan benar
4. Melalui diskusi kelompok peserta didik mampu menjelaskan akibat nikah
beda agama dengan baik dan benar
5. Melalui diskusi, peserta didik mampu menjelaskan akibat nikah kontrak
dengan baikdan benar
URAIAN MATERI

A. Pengertian Pernikahan

Penggunaan Istilah Perkawinan (pernikahan) dalam kajian literatur ilmu


fiqh merupakan kata dari bahasa arab yang dibentuk dari kata, yaitu “nikah” dan
“zawaj”, pada makna dari kata tersebut sering dipergunakan dalam keseharian
oleh masyarakat arab dan juga literaturnya banyak kita temukan pada Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi

Sedangkan para ahli Fiqh memuat beberapa defenisi antara lain sebagai
berikut:

1. Ulama Hanafyah berpendapat bahwa nikah adalah: “Nikah merupakan


suatu bentuk akad yang secara sengaja dilakukan dengan tujuan
memperoleh ketenangan/kesenangan”.
2. Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa nikah adalah: “Nikah dimaknai
dengan suatu bentuk akad yang mengandung makna untuk mendapatkan
kebahagiaan/kesenangan (wathi‟) disertai lafadz nikah, kawin atau yang
semakna dengan itu.”
3. Hanabilah berpendapat bahwa: “nikah dimaksudkan sebagai suatu bentuk
akad yang menggunakan lafadz nikah (tazwij) agar menjadi sah secara
hukum untuk mengambil manfaat dan kesenangan dengan wanita yang
dinikahi.”

Dari berbagai defenisi yang dikemukakan diatas, maka seharusnya kita


dapat memahami bahwa tidak terdapat literasi yang berbeda yang berbeda secara
maknawi kecuali terdapat pada redaksinya saja. Nikah pada intinya diterjemahka
dengan bentuk akad yang agama telah mengaturnya dalam memberikan
kesempatan bagi seorang pria dan seroang wanita untuk bisa mendapatkan serta
berhubungan dalam bentuk menikmati faraj dan seluruh tubuh wanita itu dan juga
dengan tujuan membentuk keluarga.
B. Nikah Beda Agama

Gambar 1. Nikah Beda Agama

Sumber: https://www.google.com/search?q=nikah+beda+agama&safe

1. Pengertian Nikah Beda Agama

Nikah beda agama secara umum didefenisikan sebagai sebuah ikatan


pernikahan yang dilaksanakan seorang laki-laki dan seorang wanita/perempuan
yang secara keyakinan memiliki perbedaan, namun atas dasar cinta yang terdapat
oleh kedua pasangan tersebut, sehingga mereka sepakat untuk bersama menjalin
bahtera rumah tangga.

2. Hukum Pernikahan Beda Agama

Dalam Firman Allah telah dijelaskan tentang kebolehan menikahi wanita


non muslim Ahli kitab. Tentunya memahami dan memaknai ahli kitab disini
butuh penelusuran yang mendalam tentang apa dan siapa yang termasuk Ahlul
kitab yang disebutkan dalam Firman Allah surat Al-Maidah: 5

“Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan (sembelihan)
Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka. Dan (dihalalkan
bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara
perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu
membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina
dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Barangsiapa kafir setelah
beriman, maka sungguh, sia-sia amal mereka, dan di akhirat dia termasuk orang-
orang yang rugi.”
Namun perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa makna ahlul kitab bentuk
istilah yang diberikan kepada orang yang menganut kepercayaan kepada satu
keyakinan yang memiliki kitab suci. Kitab suci tersebut dijadikan sebagai
pedoman mereka yang berasal dari pencipta. Jika ditilik dari istilah Agama maka
ditujukan kepada suatu kelompok pemeluk agama selain islam yang memiliki
kitab suci berasal dari wahyu Allah SWT. kepada Nabi Allah dan Rasul Allah
dalam gambaran umum.

kitab bahwa hal tersebut terdapat dalam Firman Allah SWT surat Al-
Baqarah ayat 105, Allah menyatakan

Artinya: Orang-orang yang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak
menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan dari Tuhanmu. Tetapi
secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki.
Dan Allah pemilik karunia yang besar.

Pemaknaan pada ayat diatas lebih menekahnkan pada wajah dilalah nya yang
Allah memberikan isyarat bahwa keduanya (ahli kitab dan musyrik) termasuk
sama. Artinya sama-sama tidak menyukai Al-Quran diturunkan kepada umat
islam. Oleh karena hal tersebut, maka status hukumnya adalah haram

3. Akibat Nikah Beda Agama


1) Saat perkawinan beda agama tidak bisa dicatatkan maka akan memiliki
dampak bagi status anak yang lahir dalam perkawinan tersebut.
2) Pernikahan yang dilakukan Tidak Sah dalam Islam, Sehingga mendapat dosa
Zina.
3) Latar belakang agama yang berbeda bisa menimbulkan perselisihan dalam
rumah tangga yang telah dijalin pasangan beda agama.
C. Nikah Kontrak (Nikah Mut’ah)

Gambar 2 Nikah Kontarak


Sumber: https://www.google.com/search?
q=gambar+kawin+kontrak&tbm=isch&ved=2a

1. Pengertian Nikah Kontrak (Nikah Mut’ah)

Kata mut‟ah diambil dari bahasa Arab yang berasal dari kata ‫متع‬. Secara
etimologi memiliki beberapa makna, antara lain kesenangan ‫ متاع الحياة الدنيا‬, alat
perlengkapan ‫ متاع لكموولل ّسيّارة‬, pemberian . ‫وعلى المقتر قدره متاع بلمعروف‬.

Ja‘far Murtad}a al-Amili mendefinisikan nikah mut„ah dengan ikatan tali


perkawinan antara laki-laki dan perempuan dengan mahar yang disepakati dan
disebutkan dalam akad sampai batas waktu yang ditentukan. Dengan berlalunya
waktu yang disepakati atau dengan pemendekan batas waktu oleh pihak laki-laki,
maka berakhirlah pernikahan tersebut tanpa melalui perceraian.

Nikah mut„ah disebut juga nikah munqati, sedangkan nikah yang tidak dibatasi
waktu disebut nikah daim.

2. Asal Mula Nikah Mut’ah

Sejarah munculnya nikah mut’ah dilatarbelakangi beberapa faktor. Antara


lain karena pada masa awal penyebaran Islam, yang saat itu masih sangat sedikit
sekali ketentuan hukum, juga karena faktor menghadapi musuh-musuh Islam
yang terus menerus bahkan harus dengan berperang.

Sehingga umat Islam saat itu harus rela jauh dari istri-istri mereka yang
ditinggal berperang yang bisa memakan waktu hingga berpuluh-puluh hari. Dalam
kondisi itu mereka tidak mampu dan tidak sempat pulang mendatangi istrinya.
Dalam kondisi demikian inilah, maka memang pernah dibolehkan
melakukan nikah mut’ah, karena betul-betul dalam keadaan darurat perang.
Sementara saat ini, sudah tidak relevan sama sekali karena tidak ada alasan
apapun yang bisa menjadi legitimasi nikah mut'ah atau muaqqat. 
Untuk memperkuat hukum tersebut, juga bisa dilihat pendapat Syaikh
Abdurrahman al Juzairy dalam Kitab al Fiqh ‘ala al Madzahib al
Arba’ah halaman 90-93 Juz 4, terbitan Daar el Fikr.Di dalam kitab tersebut hanya
pendapat Ibnu Abbas yang membolehkan, itu pun dengan beberapa alasan dan
persyaratan yang sangat ketat. 
3. Hukum Nikh Mut’ah

Dalam ajaran Islam, kawin kontrak atau nikah mut'ah diharamkan. "Umar
telah mengumumkan pengharamannya di hadapan para sahabat pada masa
khilafahnya dan telah disetujui oleh para sahabat.
Haramnya nikah mut'ah juga dikarenakan dampak negatif yang ditimbulkannya
sangat banyak. Antara lain bercampurnya nasab, karena wanita yang telah
dimut’ah oleh seseorang dapat dinikahi lagi oleh anaknya, dan begitu seterusnya.
Kemudian, disia-siakannya anak hasil mut’ah tanpa pengawasan sang ayah atau
pengasukan sang ibu, seperti anak hasi zina.

4. Rukun dan Syarat Nikah Mut‘ah

Rukun nikah mut’ah -menurut Syiah Imamiah- ada empat:

1. Shighat, seperti ucapan : “aku nikahi engkau”, atau “aku mut’ahkan engkau”.
2. Calon istri, dan diutamakan dari wanita muslimah atau kitabiah.
3. Mahar, dengan syarat saling rela sekalipun hanya satu genggam gandum.
4. Jangka waktu tertentu.
5. Akibat Nikah Mut’ah

Syarat nikah mut’ah

Nikah mut’ah yang dulu pernah dihalalkan namun kemudian diharamkan, harus
memenuhi kriteria berikut:

1. Orang yang akan melakukan nikah mut’ah tidak sedang berada di tempat
tinggalnya akan tetapi sedang melakukan safar maupun pada saat jihad
yang mana dia tidak bisa membawa istrinya. Jadi dihalakannya nikah
mut’ah diawal Islam adalah saat terpaksa bukan dalam keadaan lapang.
2. Harus memenuhi syarat akad nikah yang sah yaitu izin wali wanita, adanya dua
orang saksi, adanya mahar serta apabila telah selesai masa mut’ah si wanita wajib
melakukan iddah sehingga jelas apakah dia hmail ataukah tidak? Karena jika
hamil maka anak itu dinasabkan kepada bapakanya.
5. Akibat Nikah Kontrak

Secara teoretik, nikah kontrak memiliki beberapa akibat, yaitu:

1) perceraian. Dalam nikah mut„ah tidak ada talak karena pernikahan


berakhir dengan sendirinya pada saat berakhirnya batas waktu yang
ditentukan atau ketika laki-laki mengembalikan waktu yang tersisa kepada
pihak perempuan.
2) Sumpah. Sumpah tidak ada dalam nikah mut„ah karena sumpah ini
berhubungan dengan perceraian yang tidak ada dalam nikah mut„ah.
3) melaknat (Li’an). Nikah mut’ah sumpah li’an tidak berlaku pada gadis
budak, wanita non-muslim yangzimmi atau istri dalam nikah mut„ah.
4) Zihar. asy-Syahid at-Tani, at-thataba‘i, dan alMuhaqqiq al-Hilli, seperti
dikutip Murata, zihar terkait dengan setiapwanita yang sah untuk digauli
karena dalam surat al-Mujadalah (58): 2 bersifat umum. Berbeda dengan
Syaikh al-Ansari dan Syaikh Muhammad al-Hasan yang berpendapat tidak
ada zihar dalam nikah mut’ah karena akibat zihar kembali pada istri atau
berakibat pada perceraian.
5) Kelima, warisan. Anak yang dilahirkan dalam nikah mu’ah dapatmewarisi
harta ayah dan ibunya.
6) Memperbarui akad. Sebelum waktu yang disepakati berakhir, tidak dapat
dilakukan pembaruan terhadap akad, kecuali jika pihak laki-laki
mengembalikan sisa waktu kepada pihak perempuan yang menyebabkan
berakhirnya pernikahan, barulah keduanya dapat memeperbarui akad.

Anda mungkin juga menyukai