MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
Materi PAI SMA/MA
Dosen Pengampu:
Martono, S. Pd., M.A.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam agama Islam, Allah menganjurkan kita untuk melaksanakan
pernikahan. Pernikahan merupakan sebuah proses dimana seorang perempuan dan
seorang laki-laki menyatukan hubungan mereka dalam ikatan kekeluargaan
dengan tujuan mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan.
Pernikahan dalam islam merupakan sebuah proses yang sakral,
mempunyai adab-adab tertentu dan tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Jika
pernikahan tidak dilaksanakan berdasarkan syariat Islam maka pernikahan
tersebut bisa menjadi perbuatan sebuah zina. Oleh karena itu, kita sebagai umat
Islam harus mengetahui kiat-kiat pernikahan yang sesuai dengan kaidah agama
Islam agar pernikahan kita dinilai ibadah oleh ALLAH Swt.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pernikahan ?
2. Bagaimana hukum Pernikahan ?
3. Apa dalil Pernikahan menurut Al-Qur’an dan Hadits ?
4. Apa Keutamaan Menikah ?
5. Bagaimana rusaknnya Pernikahan ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan.
Pernikahan merupakan sunatullah yang umum dan berlaku pada
semua mahluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-
tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah S.W.T, untuk
berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.
Pernikahan berasal dari kata nikah yang menurut bahasa al-
jam’u dan al-dhamu yang artinya kumpul atau mengumpulkan, dan
digunakan untuk kata bersetubuh. Nikah (Zawaj) bisa diartikan
dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah dan juga bisa diartikan
(wath’u al-zaujah) bermakna menyetubuhi istri.1 Definisi yang lain
mengemukakan bahwa nikah berasal dari bahasa arab ”nikahun”yang
merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja ”nakaha”, sinonimnya
”tazawwaja” kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
sebagai”perkawinan”.
Menurut istilah ilmu fiqih (terminologi) para fuqaha
mendefinisikan nikah yaitu suatu akad perjanjian yang mengandung
kebolehan melakukan hubungan seksual (persetubuhan) dengan memakai
kata-kata (lafaz) nikah atau tazwij.2
Para ahli fiqih empat mazhab memiliki perbedaan dalam
mendefinisikan nikah atau kawin itu sendiri.
1. Golongan Hanafiyah mendefinisikan kawin adalah akad yang dapan
memberikan manfaat bolehnya bersenang-senang (istimta’) dengan
pasangannya.
2. Golongan Syafi’iyah mendefinisikan kawin adalah akad yang mengandung
ketentuan hukum bolehnya wati’ (bersenggama) dengan menggunakan lafaz
nukah, atau tazwij dan lafaz-lafaz semakna dengan keduanya.
3. Golongan Malikiyah mendefinisikan bahwa kawin adalah akad yang
mengandung ketentuan hukum semata-mata untuk
membolehkan wati’(bersenggama), bersenang-senang menikmati apa yang
ada pada diri seorang wanita yang boleh dikawininya (bukan mahram).
1
Tihami,Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,
(Jakarta: Rajawali Pers), 2014, Cet.4, hlm.6-7
2
Hakim Drs. H. Rahmat, HUKUM PERKAWINAN ISLAM, (Bandung: CV. Pustaka
Setia), 2000, hlm.11-12
4
3
Nasir, Prof. Dr. M. Ridlwan M.A. dan Aschal, Drs. R. Nasih Lc, Praktik Prostitus
Gigolo Ala Yusuf Al-Qardawi: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Fatwa Kawin
Misyar, (Surabaya : Khalista), 2010, hlm.8
4
Siti Zulaikha ,Fiqih Munakahat 1, (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta),
2015, Cet.1, hlm.3
5
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh
Munakahat, terj.Abdul Majid Khon, (Jakarta: AMZAH ), hlm.44
6
Siti Zulaikha ,Fiqih Munakahat 1, (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta),
2015, Cet.1, hlm.8
5
C. Dalil Pernikahan.
1. Al-Qur’an.
Anjuran untuk menikah dapat dilihat dalam surat an-Nur ayat 32 :
َو َأنِك ُحوا ْاَألَياٰم ى ِم نُك ْم َو الَّصاِلِح يَن ِم ْن ِعَباِد ُك ْم َو ِإَم آِئُك ْۗم ِإن َيُك وُنوا ُفَق َر آَء ُيْغ ِنِهُم ُهللا ِم ن َفْض ِلِۗه َو
. ُهللا َو اِس ٌع َع ِليٌم
7
Djamaan Nur, Fiqih Munakahat, (Semarang : Dimas), 1993,Hlm. 9
8
Rahmat Hakim, HUKUM PERKAWINAN ISLAM, (Bandung : CV. Pustaka Setia), 2000,
hlm.4
9
Siti Zulaikha ,Fiqih Munakahat 1, (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta),
2015, Cet.1, hlm.10
6
Artinya :
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi
Maha Mengetahui”. (QS. An-Nur :32).
D. Keutamaan Menikah.
1. Menyempurnakan Separuh dari Ibadah
2. Meningkatkan Ibadah Kepada Allah SWT
3. Menjalani Sunnah Rasul
4. Menjaga Kesucian Diri
5. Menjauhkan dari Perbuatan Zina
6. Menciptakan Ikatan Suci
7. Menyambung Silaturahmi
10
Siti Zulaikha ,Fiqih Munakahat 1, (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta),
2015, cet.1, hlm.3-5
7
E. Rusaknnya Pernikahan.
1. Arti Perceraian
Perceraian dalam istilah ahli Figh
disebut “talak” atau “furqah”. Talak berarti membuka ikatan membatalkan
perjanjian, sedangkan “furqah” berarti bercerai (lawan dari berkumpul). Lalu
kedua kata itu dipakai oleh para ahli Figh sebagai satu istilah, yang berarti
perceraian antara suami-isteri.
Perkataan talak dalam istilah ahli Figh mempunyai dua arti, yakni arti
yang umum dan arti yang khusus. Talak dalam arti umum berarti segala macam
bentuk perceraian baik yang dijatuhkan oleh suami, yang ditetapkan oleh
hakim, maupun perceraian yang jatuh dengan sendirinya atau perceraian karena
meninggalnya salah seorang dari suami atau isteri. Talak dalam arti khusus
berarti perceraian yang dijatuhkan oleh pihak suami.
2. Sebab-sebab Putusnya Hubungan Perkawinan
a. Talak
1) Hak Talak
Hukum Islam menentukan bahwa hak talak adalah pada suami
dengan alasan bahwa seorang laki-laki itu pada umumnya lebih
mengutamakan pemikiran dalam mempertimbangkan sesuatu daripada
wanita yang biasanya bertindak atas dasar emosi. Dengan pertimbangan
yang demikian tadi diharapkan kejadian perceraian akan lebih kecil,
kemungkinannya daripada apabila hak talak diberikan kepada isteri. Di
samping alasan ini, ada alas an lain yang memberikan wewenang/hak talak
pada suami, antara lain:
a) Akad nikah dipegang oleh suami. Suamilah yang menerima ijab dari
pihak isteri waktu dilaksanakan akad nikah.
b) Suami wajib membayar mahar kepada isterinya waktu akad nikah dan
dianjurkan membayar uang mu’tah (pemberian sukarela dari suami
kepada isterinya) setelah suami mentalak isterinya.
8
BAB III
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Pernikahan.
2. Hukum Pernikahan
Hukum nikah pada dasarnya bisa berubah sesuai dengan keadaan pelakunya. Ini
disebabkan kondisi mukallaf, baik dari segi karakter manusiaannya maupun dari
segi kemampuan hartanya. Hukum nikah tidak hanya satu yang berlaku bagi
seluruh mukallaf. Masing-masing mukallaf mempunyai hukum tersendiri yang
spesifik sesuai dengan kondisinya yang spesifik pula, baik persyaratan harta, fisik,
dan atau akhlak
3. DalilPernikahan
a. Al-Qur’an
b. Hadits
11
https://ardychandra.wordpress.com/2008/09/06/putusnya-perkawinan-berdasarkan-
hukum-islam/
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh
Setia), 2000,
https://ardychandra.wordpress.com/2008/09/06/putusnya-perkawinan-
berdasarkan-hukum-islam/
Nasir, Prof. Dr. M. Ridlwan M.A. dan Aschal, Drs. R. Nasih Lc, Praktik Prostitus
Gigolo Ala Yusuf Al-Qardawi: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Fatwa Kawin
2000
2015, Cet.1