PERNIKAHAN
Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Hadits Tarbawi”
Dosen Pengampu:
Drs. Uhaimin Aziz, M. HI
Disusun Oleh:
ACHMAD FAUZAN ADZIM MUNTAHA
Bismillahhirahmanirahim
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Sholawat dan salam semoga senantiasa Allah SWT limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membimbing umat manusia menuju kebenaran
dan kejujuran supaya eksistensi kemanusiannya senantiasa terpelihara. Pada
dasarnya makalah yang kami sajikan ini akan mengupas tentang “Pernikahan”.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinnya. Terutama kepada sebagai Dosen Pembimbing Mata Kuliah Hadits
Tarbawi dan rekan-rekan terkait dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat dan bisa menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
PENUTUP ............................................................................................................. 10
A. Kesimpulan................................................................................................ 10
B. Saran .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
M. Nipan Abdul Halim, Membahagiakan Istri Sejak Malam Pertama (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2008), hlm. 7.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkawinan
2
Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), cet. Ke-4, hal. 456.
3
Prof.Dr.Abdul Rahman Ghazali M.A, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-3, hal.
7.
4
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur'an; Kalung Permata Buat Aanak-anakku (Jakarta: Lentera
Hati, 2007), hlm. 2.
5
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur'an…, hlm. 2-3.
2
3
dikenal umat manusia sejak awal sejarah kehadirannya di pentas alam raya ini
dan hingga kini tersebar di semua masyarakat manusia.
B. Hukum Pernikahan
6
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), (Bandung: Sinar Baru, 1992),355.
3
4
berbuat zolim. Islam melarang berbuat zolim kepada siapapun, maka alat
untuk berbuat zolim di larangnya juga.
4. Makruh
Perkawinanan menjadi makruh bagi seseorang yang mampu dari segi
materiil, cukup mempunyai daya tahan mental sehingga tidak akan kawatir
terseret dalam perbuatan zina. Tetapi mempunyai kekhawatiran tidak
mampu memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap istri. Meskipun tidak
berakibat menyusahkan pihak istri misalnya, pihak istri tergolong orang
yang kaya atau calon suami belum mempunyai keinginan untuk perkawinan.
5. Mubah
Perkawinanan hukumnya mubah bagi orang-orang yang mempunyai
harta benda tetapi apabila tidak kawin tidak akan merasa khawatir berbuat
zina dan tidak akan merasa kawatir akan menyia-nyiakan kewajibannya
terhadap istri. Perkawinan dilakukan hanya sekedar memenuhi kesenangan
bukan dengan tujuan membina keluarga dan menjaga keselamatan hidup
beragama.7
Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu yang termasuk dalam rangkaian pekerjaan
itu. Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkai
pekerjaan itu. Sah yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan
syarat. Pernikahan yang didalamnya terdapat akad, layaknya akad-akad lain
yang memerlukan adanya persetujuan kedua belah pihak yang mengadakan
akad.8
D. Rukun Nikah
7
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu alā al- Madhahibi Al-Arba'ah, 15
8
Prof.Dr.H.M.A Tihami, M.A, M.M. dan Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H, Fikih Munakahat Kajian
Fikih Nikah Lengkap, PT Raja Grafindo Persada, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. Ke-3, h. 12.
4
5
2. Mempelai perempuan;
3. Wali;
4. Dua orang saksi;
5. Shigat ijab kabul.
Pernikahan dianggap sah apabila telah memenuhi rukun nikah yang
disebutkan di atas, begitu pula sebaliknya apabila salah satu rukun tidak
dipenuhi dalam melangsungkan pernikahan, maka pernikahan itu tidak sah.
Dari kelima rukun nikah di atas, yang paling penting adalah Ijab dan Qabul.
E. Syarat Nikah
5
6
4. Syarat-syarat saksi:
a. Laki-laki (minimal dua orang)
b. Baligh;
c. Adil;
d. Tidak sedang ihram
e. Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab qabul.
5. Syarat-syarat ijab qabul:
a. Ada ijab (pernyataan) mengawinkan dari pihak wali
b. Ada qabul (pernyataan) penerimaan dari calon suami
c. Memakai kata-kata “nikah”, “tazwij” atau terjemahannya seperti
“kawin”;
d. Antara ijab dan qabul, bersambungan, tidak boleh terputus;
e. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya;
f. Orang yang terkait ijab dan qabul tidak sedang dalam keadaan haji dan
umrah;
g. Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimal empat orang yaitu
calon mempelai pria atau wakilnya, wali dari calon mempelai wanita
atau wakilnya, dan dua orang saksi.9
Uraian syarat-syarat nikah di atas merupakan hal yang mesti dipenuhi dari
bagian rukun nikah yaitu, calon kedua mempelai yaitu suami isteri, wali, saksi
dan shighat ijab qabul. Oleh karena itu jika ada salah satu syarat yang tidak
dipenuhi, maka pernikahannya bisa dikategorikan batal atau tidak sah.
F. Tujuan Pernikahan
9
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Siraja, 2006), Cet. ke-2, h.
57-58.
6
7
G. Mahar Pernikahan
Pemberian mahar adalah salah satu yang disyariatkan oleh ajaran agama
Islam. Sebagaimana lamaran, maka mahar pun diberikan oleh pihak laki-laki
kepada pihak perempuan, pihak laki-lakilah yang datang ke wanita untuk
meminangnya dan mengungkapkan rasa cintanya, serta untuk menegaskan
ketulusan, dan menarik perhatiannya, maka laki-laki perlu memberikan sesuatu
sebagai bukti ketulusan hati, inilah yang dikenal dengan sebutan mahar.
Mahar bukan hanya sejumlah uang, harta dan barang-barang lainnya,
sebagaimana lahirnya, tetapi mahar adalah suatu pertanda kebenaran dan
kesungguhan cinta seorang laki-laki, kerena itulah mahar juga dinamakan
dengan shidaq (kebenaran). Wanita tidak menjual dirinya dengan mahar, tetapi
dengan sarana ini ia dapat mengetahui ketulusan hati seorang laki-laki, yang
mampu menciptakan sebuah sarana yang sesuai bagi wanita agara wanita
10
Abi Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazaly, Ihya „Ulumuddin, Beirut: Daar Fikr, tt, hlm.
27.
7
8
Artinya:
“Dari Sahl bin Sa’idi, sesungguhnya Rasulallah SAW kedatangan tamu
seorang wanita yang mengatakan: “Ya Rasulallah, sesungguhnya aku serahkan
diriku kepadamu” Lalu wanita itu berdiri cukup lama sekali. Kemudian tampil
seorang laki-laki dan berkata: “Ya Rasulallah SAW nikahlah aku dengannya jika
memang engkau tidak ada minat kepadanya” Rasulallah SAW lalu bertanya:
“Apakah kamu mempunyai sesuatu yang bisa diberikan sebagai maskawin
kepadanya?” Lali-laki itu menjawab: “Saya tidak membpuyai apa-apa kecuali
kain sarung yang saya pakai ini” Nabi berkata lagi: “Jika sarung tersebut engkau
berikan kepdanya, maka engkau akan duduk dengan tidak mengenakan kain
sarung lagi. Kerena itu carilah yang lain” Lalu ia mencari tidak mendapatkan
11
Ibrahim Amini, kiat Memilih Jodoh: Menurut al-Qur‟an dan Sunnah, Penerjemah: Muhammad
Taqi, (Jakarta: Lentera, 1994), Cet. Ke-I, h. 157
12
M. Fandzil Adhim, Kupinang Kau dengan Hamdallah, (Yogyakarta ,MitraPustaka, 1998),
Cet. Ke-4, h. 195
8
9
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA