Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

FIQIH
“Nikah, Talak, Cerai, dan Ruju”

TUGAS MAKALAH

KELOMPOK: 13

1. DIVA KHAIRUNNISA
2. PRAYUDA JULYON

DOSEN PENGAMPUH :

Yeti Dewanti. M.pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QU’ANIYA

MANNA BENGKULU SELATAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT, tuhan semesta alam. Atas izindan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “minikah, talak, cerai dan ruju” tepat waktu tanpa kurang satu apa pun. Tak lupa
pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
FIQIH . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang apa itu puasa.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami
sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Manna, 19 juni 2023

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................3


BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................5
C. TUJUAN PEMBAHASAN ............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Pernikahan ......................................................................................................................6
B. Talak .............................................................................................................................15
C. Cerai ................................................................................................. ...........................21
D. Ruju ................................. .................................................................................22
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................27
A. KESIMPULAN.............................................................................................................27
B. SARAN........................................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................28

BAB I

3
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Allah SWT tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya, yang hidup
bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betina secara anarkis atau
tidak ada aturan. Demi untuk menjaga kehormatan dan martabat manusia, maka Allah
SWT mengadakan hukum sesuai dengan martabat tersebut sehingga antara laki-laki dan
perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan saling rida-meridai, dan dengan
dihadiri para saksi yang menyaksikan kalau kedua pasangan laki-laki dan perempuan itu
telah saling terikat.
Bentuk pernikahan ini memberikan jalan yang aman pada naluri seksual untuk
memelihara keturunan dengan baik dan menjaga harga diri wanita agar ia tidak laksana
rumput yang bisa dimakan oleh binatang ternak manapun dengan seenaknya. !ergaulan
suami-isteri diletakkan dibawah naungan keibuan dan kebapaan, sehingga nantinya dapat
menumbuhkan keturunan yang baik dan hasil yang memuaskan. Peraturan pernikahan
seperti inilah yang diridai oleh Allah SWT dan diabadikan dalam "slam untuk selamanya.
Pernikahan merupakan sebuah langkah untuk menyatukan dua insan yang
berbeda jenis dalam satu ikatan suci, guna melestarikan keberlangsungan hidup manusia.
"ni sejalan dengan maqasid al-Shari’ah . Namun tak jarang seiring berjalanya waktu,
pernikahan itu mengalami keretakan dan perpisahan, baik berupa talak maupun ditinggal
mati oleh salah satu pihak. hal ini merupakan problematik yang paling ditakuti oleh para
pelaku pernikahan. Sebab hal ini, mempunyai beberapa konsekuensi yang harus dijalani.
Sekalipun pernikahan merupakan ikatan yang sangat kuat serta setiap pasangan
pernikahan membulatkan tekadnya untuk mencapai tujuan dishariatkannya nikah, namun
adakalanya untuk membangun rumah tangga yang harmonis (sakinah, mawaddah,
rahmah tidak semua dapat terlaksana dengan mulus. Tujuan pernikahan sering tidak
dapat tercapai sebab sikap kemanusiaan masing-masing yang saling berbenturan. Oleh
karena itu harus ada jalan keluar untuk mengatasi hal ini, Talak dishariatkan untuk
mengatasi permasalahan ini.
Hak untuk menjatuhkan talak melekat pada orang yang menikahinya. Apabila hak
menikahi orang perempuan untuk dijadikan sebagai istri, maka yang berhak menjatuhkan
talak adalah orang laki-laki yang menikahinya. Sedangkan bagi isteri, Islam memberikan
jalan untuk memutuskan ikatan perkawinan dengan suaminya jika ternyata suaminya
buruk akhlaknya, atau karena cacat, atau perbuatannya menimbulkan mad2arat bagi istri

4
sementara suami tetap bersikukuh untuk mempertahankan utuhnya perkawinan yaitu
dengan mengadukan persoalannya kepada Qadli/Hakim dengan menggugat agar
dijatuhkan talak suami kepada dirinya
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian, hukum, syarat, rukun dan tujuan dari sebuah pernikahan serta
pernikaham yang batal ?
2. Bagaimana pengertian, hukum dan macam-macam talak?
3. Bagaimana pengertian, hukum dari cerai?
4. Bagaimana pengertian, hukum, syarat, rukun dan hikmah dari ruju?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian, hukum, syarat, rukun dan tujuan dari sebuah pernikahan serta
pernikahan yang batal.
2. Mengetahui pengertian, hukum dan macam-macam talak.
3. Mengetahui pengertian, hukum dari cerai.
4. Mengetahui pengertian, hukum, syarat, rukun dan hikmah dari ruju.

5
BAB II
PEMBAHSAN
A. Pernikahan
a. Pengerian pernikahan
Dalam bahasa indonesia, perkawinan berasal dari kata kawin yang menurut bahasa
artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau
bersetubuh1. perkawinan disebut juga pernikahan, berasal dari kata nikah yang
menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk
bersetubuh (wathi). kata nikah sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan
(coitus), juga untuk arti akad nikah . Abdur Rahman Gazaly mengutip pendapat
Muhammad Abu Israh memberikan defnisi yang lebih, pernikahan ialah akad yang
memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (Suami-Istri)
antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong , dan saling memberi.
b. Hukum pernikahan
Asal hukum melakukan perkawinan itu menurut pendapat sebagian besar para
fuqaha adalah mubah atau ibahah (halal atau kebolehan. Asal hukum melakukan
nikah (perkawinan) yang mubah (ibahah) tersebut dapat berubah-ubah berdasarkan
sebab-sebab (illahnya) kausanya, dapat beralih mejadi makruh, sunah, wajib dan
haram.2
o hukum nikah menjadi wajib bagi orang yang berhawa nafsu dan takut kalau ia
terjerumus ke jurang perzinaan. ibnu qudamah berkata & para ulama telah
menyepakati bahwa barang siapa yang telah menghayalkan dirinya untuk
menikah dan takut terjerumus ke lembah perzinaan, maka nikah baginya adalah
lebih baik dari pada haji, shalat, dan puasa.
o hukum nikah menjadi sunnah, bagi seseorang yang memiliki hawa nafsu tapi
tidak mengkhawatirkan dirinya terjerumus pada perzinaan. Dalam hal ini, iyadl
berkata& Barang siapa yang mampu memberikan keturunan tapi tidak takut
terjerumus ke jurang perzinaan maka hak nikah baginya adalah sunnah
(manduub).
o hukum nikah juga bisa menjadi haram bagi seseorang yang sedang berada di
kawasan daar al-harb (medan perang) sebagaimana yang disebutkan oleh sebagian

1
Aprilia,Kamus lengkap Bahsa indonesi, (Jakarta: Difa Publisher:2008), hal.432
2
Ahmad, Fiqih Nikah.(Bandung, Kampus syariah:2009), hal.14

6
ulama. Sama halnya seperti pedagang yang masuk ke kawasan tersebut dengan
aman, kecuali dalam kondisi darurat, sebagaimana yang disebutkan oleh sebagian
ahli ilmi.
o hukum nikah adalah makruh. Bagi seseorang yang memiliki hawa nafsu, tetapi
bila ia menikah maka urusan ibadah dan hubungan kerabat bisa putus, maka
hukum nikahnya adalah makruh
Adapun dasar hukum nikah adalah :
‫س= ۤا ِء َم ْث ٰنى َوثُ ٰل َث َو ُر ٰب= َع ۚ فَ=اِنْ ِخ ْفتُ ْم اَاَّل تَ ْع= ِدلُ ْوا‬ َ =َ‫سطُ ْوا فِى ا ْليَ ٰتمٰ ى فَا ْن ِك ُح ْوا َم==ا ط‬
َ ِّ‫=اب لَ ُك ْم ِّمنَ الن‬ ِ ‫َواِنْ ِخ ْفتُ ْم اَاَّل تُ ْق‬
‫فَ َوا ِح َدةً اَ ْو َما َملَ َكتْ اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ ٰذلِكَ اَد ْٰنٓى اَاَّل تَ ُع ْولُ ْو ۗا‬
Artinya: maka nikahilah wanita-wanita yang kamu senangi, dua,tiga atau
empat (Q.S An- nisa : 3 ) 3
Dari Siti 'Aisyah RA Rasulullah SAW bersabda:
ْ =َ‫ و َمنْ كان َذا ط‬،‫ و تَ َز َّو ُجوا؛ فإني ُم َكاثِ ٌر بِ ُك ُم اُأل َم َم‬،‫ليس ِمنِّي‬
‫=و ٍل‬ َ َ‫سنَّتِي ف‬
ُ ِ‫سنَّتِي ف َمنْ ل ْم يَ ْع َم ْل ب‬ ُ ‫النِّ َك‬
ُ ‫اح من‬
‫فَ ْليَ ْن ِك ْح‬
"Nikah termasuk sunnahku. Barangsiapa tidak mengamalkan sunnahku, ia
tidak termasuk golonganku. Menikahlah kalian, karena aku bangga dengan
banyaknya umatku. Barangsiapa memiliki kemampuan untuk menikah, maka
menikahlah." (HR Ibnu Majah).4
Abu Dzar meriwayatkan, bahwa Rasul pernah mencela seorang sahabat
bernama 'Akkaf bin Basyar At-Tamimi, seorang pemuda kaya tapi enggan menikah:
ْ َ‫ َوِإنْ ُك ْنتَ ِمنَّا ف‬، ‫صا َرى فََأ ْنتَ ِم ْن ُه ْم‬
‫اصنَ ْع‬ َ َّ‫ ِإنْ تَ ُك ِمنْ ُر ْهبَا ِن الن‬، ‫شيَا ِطي ِن‬ َّ ‫يَا َع َّكافُ ِإنَّ َك ِإ ًذا ِمنْ ِإ ْخ َوا ِن ال‬
َّ ‫ َوِإنَّ َأ َذ َّل َم ْوتَا ُك ْم ُع َّزابُ ُك ْم َأبَى ال‬، ‫ش َرا ُر ُك ْم ُع َّزابُ ُك ْم‬
َ‫شيَا ِطينُ ا ْل ُم ْرسُون‬ َ ‫سنَّتِي النِّ َك‬
ِ ‫ َو‬، ‫اح‬ ُ ْ‫ فَِإنَّ ِمن‬، ‫صنَ ُع‬ ْ َ‫َك َما ن‬
"Wahai 'Akkaf, (kalau begitu) engkau termasuk saudaranya setan. Seandainya
engkau beragama Nasrani, engkau termasuk golongan pendeta. Sesungguhnya sunnah
kami adalah menikah. Sejelek-jelek kalian adalah orang yang membujang, dan orang
yang paling hina dari kalian adalah yang mati dalam keadaan membujang. Apakah
engkau bersahabat dengan setan?" (HR Ahmad)5
c. Syarat dan rukun pernikahan
Mengenai syarat rukun nikah ini maka kompilasi hukum islam pasal 14
menjelaskan yaitu :
3
Diponogoro, Al Quran QS An-nisa/4:3
4
Nashih Nashrullah,” Rasulullah SAW menyampaikan pesan untuk muda-muda yang kasmaran”, Selasa 26 May 2020 03:40
WIB, https://islamdigest.republika.co.id/berita/qav2on320/pesan-rasulullah-saw-untuk-pasangan-mudamudi-yang-kasmaran.
5
Yuli, Makalah Pengertian, Hukum, Tujuan dan Hikmah Pernikahan. (Pacitan:2020) hal. 6

7
Untuk melaksanakan perkawinan harus ada :
a. Calon Suami
b. Calon Istri
c. Wali nikah
d. Dua Orang Saksi
e. Ijab Dan Kabul
Rukun adalah sesuatu yang harus ada untuk menentukan sah atau tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah), namun sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan
tersebut. Adapun rukun dalam sebuah pernikahan, jumhur ulama sepakat ada empat,
yaitu :
1. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh kedua mempelai adalah :
a. Laki-laki dan perempuan yang melangsungkan pernikahan haruslah sama-
sama beragama Islam.
b. Keduanya harus jelas identitasnya dan bisa dibedakan dengan orang lain,
baik terkait dengan nama, keberadaan, jenis kelamin dan hal-hal lainnya
yang berkenaan dengan dirinya. Dengan adanya syariat peminangan
sebelum berlangsungnya pernikahan kiranya merupakan suatu syarat supaya
kedua calon mempelai bisa sama-sama tahu dan mengenal satu sama lain
secara baik dan terbuka.
c. Kedua belah pihak telah setuju untuk menikah dan juga setuju dengan pihak
yang mengawininya. Tentang izin dan persetujuan dari kedua belah pihak
yang akan melangsungkan pernikahan ulama.
2. Adanya wali dari pihak calon pengantin Wanita
Akad nikah dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang
akan menikahkannya.Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang
menjadi wali adalah:
a. Orang merdeka (bukan budak)
b. Laki-laki (bukan perempuan) sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis
yang diriwayatkan Abu Hurairah. namun ulama hanafiyah dan syiah
imamiyah berbeda pendapatn tentang hal ini. Keduanya berpendapat bahwa
perempuan yang telah dewasa dan berakal sehat dapat menjadi wali untuk
dirinya sendiri dan dapat juga menjadi wali dari perempuan lain yang
mengharuskan adanya wali.

8
c. Telah dewasa dan berakal sehat. oleh karena itu anak kecil atau orang gila
tidak berhak menjadi wali. hal ini merupakan syarat umum bagi seseorang
yang melakukan akad.
d. Tidak sedang melakukan ihram untuk haji atau umrah. hal ini berdasarkan
hadis nabi dari 'usman menurut riwayat Abu Muslim yang artinya Larang
yang sedang ihram tidak boleh menikahkan seseorang dan tidak boleh pula
dinikahkan oleh seseorang.
e. Tidak dalam keadaan mendapat pengampuan (mahjur alaih). hal ini karena
orang yang berada di bawah pengampuan tidak dapat berbuat hukum
dengan dirinya sendiri.
f. Adil dalam arti tidak pernah terlibat dengan dosa besar dan tidak sering
terlibat dengan dosa kecil serta tetap memelihara murah dan sopan santun.
hadis nabi dari Aisyah menurut riwayat Al-QUR’AN menjelaskan bahwa
Tidak sah nikah kecuali bila ada wali dan dua orang saksi yang adil.
g. Berpikiran baik. oleh karena itu tidak sah menjadi wali seseorang yang
terganggu pikirannya sebab ketuaannya, karena dikhawatirkan tidak akan
mendatangkan maslahat dalam pernikahan tersebut.
h. Seorang muslim, oleh karena itu orang yang tidak beragama islam tidak sah
menjadi wali untuk pernikahan muslim.
3. Adanya dua orang saksi
Ada perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang kedudukan saksi
dalam pernikahan, apakah termasuk rukun ataukah termasuk syarat dalam
pernikahan. Ulama syafi’iyah dan hanabilah berpendapat bahwa saksi itu adalah
termasuk rukun dari pernikahan. Sedangkan menurut hanafiyah dan zahiriyah
saksi merupakan salah satu dari dari syarat-syarat pernikahan yang ada.
Tidak semua orang boleh menjadi saksi, khususnya dalam pernikahan.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dia bisa menjadi saksi yang sah,
yaitu :
a. Saksi berjumlah minimal dua orang. pendapat inilah yang dipegang oleh
jumhur ulama. Sedangkan hana fiyah berpendapat lain, menurutnya, saksi
itu boleh terdiri dari satu orang laki-laki dan dua orang perempuan.
b. kedua saksi itu merdeka (bukan budak).
c. Saksi bersifat adil dalam arti tidak pernah melakukan dosa besar dan tidak
selalu melakukan dosa kecil dan tetap menjaga muru’ah

9
d. Saksi harus beragama islam.
e. Saksi harus bisa mendengar dan melihat.
kedua saksi adalah laki-laki. Menurut hanafiyah saksi itu boleh terdiri dari
perempuan asalkan harus disertai saksi dari laki-laki. Sedangkan menurut
zahiriyah, saksi boleh dari perempuan dengan pertimbangan dua orang
perempuan sama kedudukannya dengan seorang laki-laki.
4. Sighat akad nikah yaitu ijab dan kabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya
dari pihak wanita dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki.
Dalam hukum islam, akad pernikahan itu bukanlah sekedar perjanjian
yang bersifat keperdataan. Akad dinyatakan sebagai perjanjian yang kuat yang
disebut dengan ungkapan mis aqan galizan dalam Al-Quran, yang mana
perjanjian itu bukan haya disaksikan oleh dua orang saksi atau kehadiran orang
banyak pada waktu terlangsungnya pernikahan, akan tetapi juga disaksikan
langsung oleh Allah SWT. oleh karena itu perjanjian pada akad pernikahan ini
sangatlah bersifat agung dan sacral.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar akad ijab kabul itu bisa
menjadi sah, yaitu;
a. Akad dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan kabul. ijab berarti
penyerahan dari pihak pertama, sedangkan kabul adalah penerimaan dari
pihak kedua. Contoh penyebutan ijab Lsaya nikahkan anak saya yang
bernama khotibah dengan mahar uang satu juta rupiah dibayar tunai. lalu
kabulnya saya terima menikahi anak bapak yang bernama khotibah dengan
mahar uang sebesar satu juta rupiah. Materi dari ijab dan kabul tidak boleh
berbeda, seperti nama si perempuan dan bentuk mahar yang sudah
ditentukan.
b. Ijab dan kabul harus menggunakan lafad yang jelas dan terang sehingga dapat
dipahami oleh kedua belah pihak secara tegas. Dalam akad tidak boleh
menggunakan kata sindiran karena masih dibutuhkan sebuah niat, sedangkan
saksi dalam pernikahan itu tidak akan dapat mengetahui apa yang diniatkan
oleh seseorang. lafad yang sharih (terang) yang disepakati oleh ulama ialah
kata nakaha atau jawaja, atau terjemahan dari keduanya.
c. Ijab dan kabul tidak boleh dengan menggunakan ungkapan yang bersifat
membatasi masa berlangsungnya pernikahan, karena adanya pernikahan itu
bertujuan untuk selama hidupnya, bukan sesaat saja.

10
d. Ijab dan kabul harus diucapkan secara bersinambungan tanpa terputus walau
sesaat
d. Tujuan pernikahan
Manusia sebagai makhluk hidup tidak mungkin dapat hidup sendiri. Ia pasti
membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi, melaksanakan tugas dan memenuhi
segala kebutuhannya. Selain itu manusa juga dikaruniai nafsu berupa
kecerendungan tabiat kepada sesuatu yang cocok. Kecerendungan ini merupakan
satu bentuk ciptaan yang ada pada diri manusia, sebagai urgensi kelangsungan
hidupnya. Syari’at yang ditentukan islam mengajak pasangan suami-istri untuk
selalu berusaha menemuka kebaikan, keteguhan dan perjuangan pasangannya
disamping hanya sekedar kenikmatan berhubungan badan. Rasulullah memberikan
anjuran kepada para pemuda yang belum menikah agar segera menikah, karena
begitu besar paedah dan tujuan yang ada pada pernikahan, diantara paedah dan
tujuan yang utama adalah:
1. Menjalankan perintah Allah, sebagaimana hal ini tertuang dalam firman-Nya:
ْ َ‫=وا فُقَ= َرٓا َء يُ ْغنِ ِه ُم ٱهَّلل ُ ِمن ف‬
ِ ‫ض=لِ ِۦه ۗ َوٱهَّلل ُ ٰ َو‬
‫س= ٌع‬ َّ ٰ ‫وا ٱَأْل ٰيَ َم ٰى ِمن ُك ْم َوٱل‬
۟ =ُ‫صلِ ِحينَ ِمنْ ِعبَا ِد ُك ْم َوِإ َمٓاِئ ُك ْم ۚ ِإن يَ ُكون‬ ۟ ‫َوَأن ِك ُح‬
‫َعلِي ٌم‬
Artinya; “dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu,
dan orang-orang yang layak (berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yag perempuan. )ika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Juas (pemberian-
Na lagi Maha Mengetahui). (Quran : an-nur 31-33)6
2. Meneladani sunnah 9asulullah
3. Menciptakan ketenangan jiwa dan rasa sayang antara suami-istri

ْ =َ‫ت لِّق‬
‫=و ٍم‬ ٍ ‫س ُكنُ ْٓوا اِلَ ْي َها َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َر ْح َمةً ۗاِنَّ فِ ْي ٰذلِ==كَ اَل ٰ ٰي‬
ْ َ‫اجا لِّت‬
ً ‫س ُك ْم اَ ْز َو‬ َ َ‫َو ِمنْ ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَنْ َخل‬
ِ ُ‫ق لَ ُك ْم ِّمنْ اَ ْنف‬
َ‫يَّتَفَ َّك ُر ْون‬
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir(Ar-rum: 21)7

6
Diponogoro, Al Quran QS An-nur/24:31-33
7
Diponogoro, Al Quran QS Ar-Rum/30:21

11
4. Melestarikan keturunan, dan mendapatkan generasi yang shalih yang siap
berjuang di jalan Allah
5. Menjaga kemaluan, menundukkan pandangan dan memelihara kehormatan
wanita
e. Pernikahan yang dilarang
Dalam buku Kompilasi Hukum Islam, akad pernikahan disebut sebagai
miitsaqan ghaliizhan atau suatu perjanjian yang sifatnya agung dan sakral di
hadapan Allah SWT. Ikatan suci pernikahan tidak boleh dipermainkan dengan
sembarang karena hal ini merupakan bentuk ibadah terpanjang dan perlu dijaga
hingga maut memisahkan. Sebagian besar dari umat muslim pun memilih untuk
menikah demi bisa menyempurnakan separuh agama mereka. Kendati demikian,
ternyata ada sejumlah kategori pernikahan yang dilarang dalam Islam. Hal ini
dikarenakan beberapa golongan tersebut tidak memenuhi rukun nikah yang sesuai
dengan syariat Islam. Pernikahan yang dilarang yaitu :
1. Perempuan yang Masih dalam Masa Iddah
Salah satu jenis pernikahan yang dilarang dalam Islam adalah perempuan
yang masih dalam masa iddah. Istilah iddah merujuk pada waktu menunggu bagi
seorang wanita yang telah putus status pernikahannya, baik itu berpisah karena
kematian ataupun cerai hidup. Mereka yang sedang menjalani masa iddah harus
bersedia menunggu selama 4 bulan 10 hari. Selama masa iddah tersebut, seorang
wanita tidak diperkenankan untuk menerima khitbah (pinangan) dan menikah
lagi dengan orang lain. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah sang istri tengah
mengandung atau tidak, sehingga mudah untuk mengetahui siapa ayah dari si
calon bayi nantinya. Allah SWT berfirman:
‫س=== ُك ْم ۗ َعلِ َم هّٰللا ُ اَنَّ ُك ْم‬ِ ُ‫س=== ۤا ِء اَ ْو اَ ْكنَ ْنتُ ْم فِ ْٓي اَ ْنف‬
َ ِّ‫===ه ِمنْ ِخ ْطبَ=== ِة الن‬ ٖ ِ‫ض===تُ ْم ب‬ْ ‫===اح َعلَ ْي ُك ْم فِ ْي َم===ا َع َّر‬
َ َ‫َواَل ُجن‬
‫=اح َح ٰتّى يَ ْبلُ= َغ‬ ِ =‫=وا ُع ْق= َدةَ النِّ َك‬ ْ =‫=واًل َّم ْع ُر ْوفً==ا ەۗ َواَل تَ ْع ِز ُم‬ ْ =َ‫=وا ق‬ ِ َّ‫ست َْذ ُك ُر ْونَ ُهنَّ َو ٰل ِكنْ اَّل تُ َوا ِعد ُْوهُن‬
ْ =ُ‫س= ًّرا آِاَّل اَنْ تَقُ ْول‬ َ
‫اح َذ ُر ْوهُ ۚ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ هّٰللا َ َغفُ ْو ٌر َحلِ ْي ٌم‬ ْ َ‫س ُك ْم ف‬
‫هّٰللا‬
ِ ُ‫ب اَ َجلَ ٗه َۗوا ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ َ َي ْعلَ ُم َما فِ ْٓي اَ ْنف‬ ُ ‫ࣖ ا ْل ِك ٰت‬
"Dan janganlah kamu menetapkan akad nikah, sebelum habis masa
'iddahnya." (QS Al-Baqarah: 235)8
2. Pernikahan Kontrak (Mut'ah)
Dalam bahasa arab, mut'ah atau Al-Tamattu' artinya ialah suatu hal yang
digunakan untuk bersenang-senang. Sementara definisi dari nikah mut'ah
merupakan perkawinan yang dilakukan dalam periode waktu tertentu atau nikah
8
Diponogoro, Al Quran QS Albaqoroh/2:235

12
kontrak. Melansir hukumonline, Majelis Ulama Indonesia dalam fatwa MUI
menyebutkan bahwa nikah mut'ah bertentangan dengan tujuan pensyariatan
akad nikah, yaitu untuk membina keluarga sejahtera dan melahirkan keturunan.
Ini menjadi jenis pernikahan yang dilarang dalam Islam karena dianggap telah
mempermainkan janji di hadapan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
."‫"أيها البشر إني قد أبليتكم زواج المتعة بالنساء وإن هللا حرمها إلى يوم القيامة‬
"Hai Manusia, sungguh aku telah membolehkan kepadamu nikah mut'ah
dengan para wanita dan sungguh Allah telah mengharamkan yang demikian itu
sampai hari kiamat." (HR Muslim)9
3. Perempuan yang Diharamkan Statusnya
Ada sejumlah kriteria perempuan yang haram untuk dinikahi dalam Islam.
Beberapa di antaranya berkaitan erat dengan mahram dan garis keturunan.
Mahram adalah wanita yang tidak boleh dinikahi selamanya karena sebab
keturunan, sepersusuan, dan pernikahan dalam syariat Islam.
Seperti yang tertuang dalam QS. An-Nisa ayat 23, "
‫ت َواُ َّم ٰهتُ ُك ُم ا ٰلّتِ ْٓي‬ِ ‫خ َوبَ ٰنتُ ااْل ُ ْخ‬ ٰ
ِ َ ‫ُح==== ِّر َمتْ َعلَ ْي ُك ْم اُ َّم ٰهتُ ُك ْم َوبَ ٰنتُ ُك ْم َواَ َخ==== ٰوتُ ُك ْم َو َع ٰ ّمتُ ُك ْم َو ٰخلتُ ُك ْم َوبَ ٰنتُ ااْل‬
َّ‫س = ۤا ِٕى ُك ُم ا ٰلّتِ ْي د ََخ ْلتُ ْم بِ ِه ۖن‬ ٰ
َ ِّ‫س ۤا ِٕى ُك ْم َو َربَ ۤا ِٕىبُ ُك ُم الّتِ ْي فِ ْي ُح ُج= ْو ِر ُك ْم ِّمنْ ن‬ َ ‫ض ْعنَ ُك ْم َواَ َخ ٰوتُ ُك ْم ِّمنَ ال َّر‬
َ ِ‫ضا َع ِة َواُ َّم ٰهتُ ن‬ َ ‫اَ ْر‬
‫صاَل بِ ُك ۙ ْم َواَنْ ت َْج َم ُع ْوا بَيْنَ ااْل ُ ْختَ ْي ِن اِاَّل‬ ْ َ‫اح َعلَ ْي ُك ْم ۖ َو َحاَل ۤ ِٕى ُل اَ ْبنَ ۤا ِٕى ُك ُم الَّ ِذيْنَ ِمنْ ا‬
َ َ‫فَاِنْ لَّ ْم تَ ُك ْونُ ْوا د ََخ ْلتُ ْم بِ ِهنَّ فَاَل ُجن‬
‫سلَفَ ۗ اِنَّ هّٰللا َ َكانَ َغفُ ْو ًرا َّر ِح ْي ًما ۔‬ َ ‫َما قَ ْد‬
Artinya: Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara
bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang
dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak
berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."10
4. Pernikahan Beda Agama
9
Arya,dkk. “Pernikahan dalam islam”, 19 April 2003,
https://www.studocu.com/id/document/smk-negeri-1-batam/agama/pernikahan-dalam-islam/21338307.
10
Diponogoro, Al-quran QS. An-Nisa/ 4: 23

13
Pernikahan yang dilarang dalam Islam selanjutnya adalah menikah beda
agama. Islam sangat mengharamkan hal ini karena bertentangan dengan ajaran
agama. Sebagian besar ulama pun dengan tegas menyatakan bahwa pernikahan
beda agama adalah status perkawinan yang tidak sah dan akan dipandang
sebagai zina seumur hidup. Allah SWT berfirman:
‫=و اَع َْجبَ ْت ُك ْم ۚ َواَل تُ ْن ِك ُح= وا‬ ْ =َ‫ش = ِر َك ٍة َّول‬ ْ ‫ت َح ٰتّى يُ==ْؤ ِمنَّ ۗ َواَل َ َم= ةٌ ُّمْؤ ِمنَ =ةٌ َخ ْي = ٌر ِّمنْ ُّم‬ ِ ‫ش = ِر ٰك‬ ْ ‫َواَل تَ ْن ِك ُح= وا ا ْل ُم‬
ۤ
‫ول ِٕى َك َي = ْدع ُْونَ اِلَى النَّا ِر ۖ َوهّٰللا ُ َي = ْدع ُْٓوا‬ ٰ ُ‫=و اَع َْجبَ ُك ْم ۗ ا‬ ْ =َ‫ش= ِر ٍك َّول‬ْ ‫ش ِر ِكيْنَ َح ٰتّى يُْؤ ِمنُ ْوا ۗ َولَ َع ْب ٌد ُّمْؤ ِمنٌ َخ ْي ٌر ِّمنْ ُّم‬ ْ ‫ا ْل ُم‬
ِ ‫ࣖ اِلَى ا ْل َجنَّ ِة َوا ْل َم ْغفِ َر ِة بِا ِ ْذنِ ٖ ۚه َويُبَيِّنُ ٰا ٰيتِ ٖه لِلنَّا‬
َ‫س لَ َعلَّ ُه ْم يَتَ َذ َّك ُر ْون‬
Artinya :"Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan
orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka
beriman."( QS. Al-Baqarah ayat 221)11
5. Wanita yang Masih Bersuami
Poliandri adalah bentuk perkawinan di mana seorang istri telah memiliki
lebih dari satu orang suami. Negara Indonesia tidak mengakui keberadaan
poliandri, begitu pula dengan agama Islam yang sangat menentang keras hal
tersebut. Hukum poliandri menurut Islam adalah haram dan termasuk perbuatan
zina. Allah SWT berfirman: "Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan
yang bersuami. " (QS. An-Nisa: 24)
6. Nikah Tahlil
Nikah tahlil merupakan ikatan pernikahan yang dilakukan oleh seorang
laki-laki dengan wanita yang telah ditalak tiga atas dasar suruhan dari orang
lain. Pernikahan tahlil adalah salah satu dosa besar yang dilaknat oleh Allah
SWT karena dinilai telah mempermainkan agama. Apalagi, pernikahan ini
dilakukan atas dasar niat untuk sengaja bercerai agar sang mantan suami dapat
menikahinya kembali. Hadis 'Abdullah bin Mas'ud RA menyatakan:
‫صلى رسول هللا سبحانه على المحليل ومحلل هللا‬
"Rasulullah SAW melaknat muhallil dan muhallal lahu." (HR At-
Tirmidzi)12
7. Menikah dengan Istri yang Telah Ditalak Tiga

11
Diponogoro, Al-Quran QS. An-Nisa/4:24
12
Arya,dkk. “Pernikahan dalam islam”, 19 April 2003,
https://www.studocu.com/id/document/smk-negeri-1-batam/agama/pernikahan-dalam-islam/21338307.

14
Untuk diketahui, apabila ada seorang suami telah menjatuhkan talak yang
ketiga kali, maka istrinya akan menjadi haram baginya. Sang suami juga tidak
diperkenankan lagi untuk menikahi mantan istrinya, kecuali bila mantan istrinya
itu sudah dinikahi oleh pria lain secara wajar (bukan pernikahan tahlil), sempat
melakukan persetubuhan yang sah, dan kemudian berakhir cerai.
8. Pernikahan dengan Lebih dari Empat Perempuan
Agama Islam mengenal istilah poligami untuk seorang suami yang
memiliki lebih dari satu istri di waktu yang bersamaan. Allah SWT juga
membolehkan kaum pria untuk melakukan poligami, sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Rasulullah SAW atas dasar niat membantu kaum wanita. Meski
demikian, bukan berarti praktik poligami ini boleh dilakukan sembarangan.
Justru, syarat berpoligami diatur dengan sangat ketat oleh hukum Islam, salah
satunya tidak boleh memiliki lebih dari empat orang istri. Seperti yang
dijelaskan dalam QS. An-Nisa ayat 3,
‫س ۤا ِء َم ْث ٰنى َوثُ ٰل َث َو ُر ٰب= َع ۚ فَ=اِنْ ِخ ْفتُ ْم اَاَّل‬
َ ِّ‫اب لَ ُك ْم ِّمنَ الن‬
َ ‫ط‬َ ‫سطُ ْوا فِى ا ْليَ ٰتمٰ ى فَا ْن ِك ُح ْوا َما‬
ِ ‫َواِنْ ِخ ْفتُ ْم اَاَّل تُ ْق‬
‫تَ ْع ِدلُ ْوا فَ َوا ِح َدةً اَ ْو َما َملَ َكتْ اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ ٰذلِ َك اَد ْٰنٓى اَاَّل تَ ُع ْولُ ْو ۗا‬
Artinya :"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu menikahinya), maka
nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat."13
9. Menikah dengan Pezina
Terakhir, jenis pernikahan yang dilarang dalam Islam adalah ikatan janji
suci dengan para pezina. Islam mengharamkan seorang laki-laki beriman untuk
menikahi wanita yang masih aktif berzina, begitu pula dengan wanita beriman
yang ingin menikahi pria pezina. Allah SWT telah berfirman:
‫ش== ِر ٌك ۚ َو ُح== ِّر َم ٰذلِ==كَ َعلَى‬
ْ ‫ش== ِر َكةً ۖ َّوال َّزانِيَ==ةُ اَل يَ ْن ِك ُح َه==ٓا اِاَّل َزا ٍن اَ ْو ُم‬
ْ ‫اَل== َّزانِ ْي اَل يَ ْن ِك ُح اِاَّل زَ انِيَ==ةً اَ ْو ُم‬
َ‫ا ْل ُمْؤ ِمنِيْن‬
"Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan,
atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh menikah
kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang
demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin." (QS An-Nuur: 3)14

13
Diponogoro, Al-Quran QS. An-Nisa/4:3
14
Diponogoro, Al-Quran QS. An-Nur/24:3

15
B. Talak
a. Pengertian talak
Secara bahasa talak berarti pemutusan ikatan, sedangkan menurut istilah talak
berarti pemutusan tali pernikahan. Talak tanpa adanya alasan merupakan sesuatu
yang dimakruhkan. Dari Tsauban R.A ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
‫من طلبت الطالق بدون سبب جائز فرائحة الجنة محرمة عليها‬
“siapapun wanita yang meminta cerai tanpa adanya alasan yang membolehkan,
maka haram baginya bau surga”. (H.R Ahmad Abu Dawud, ibnu Majah dan
Tirmidzi, dimana beliau menghasankannya)15
Talak diperbolehkan (mubah jika untuk menghindari bahaya yang mengancam
salah satu pihak, baik itu suami atau istri, Allah SWT berfirman:
‫ ال تحيلهم إلى‬.‫ أو طلقوهن بالحق‬، ‫ فاعاملوهن بالشرط‬، ‫ فقد اقتربن من عدتهن‬، ‫إذا طلقت زوجاتك‬
‫ واذك==ر‬، ‫ ال تتالعب بق==وانين هللا‬.‫ ومن يفعل ذل==ك فق==د ظلم نفس==ه بالفع==ل‬.‫ ألنك حينئذ تضطهدهم‬، ‫األذى‬
‫ واتق==وا هللا واعلم==وا أن هللا يعلم‬.‫ علمك هللا بما أن==زل‬.‫ وما أنزله هللا عليك من اإلنجيل والحكمة‬، ‫فضل هللا عليك‬
‫كل شيء‬.
Artinya: Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir
iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma,ruf atau ceraikanlah mereka
dengan cara yang ma,ruf. Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi
kemudharatan, karena dengan demikian kamu Menganiaya mereka. Barangsiapa
berbuat demikian, Maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah
padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al kitab dan Al
hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu.
dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui
segala sesuatu. 16
Talak adalah putusnya ikatan pernikahan antara seorang pria dengan seorang
wanita. Dan putus pernikahan disini adalah bisa berarti salah seorang diantara
keduanya meninggal dunia atau antara pria dan wanita sudah bercerai dan salah
seorang diantara keduanya pergi ketempat yang jauh kemudian tidak ada beritanya,
sehingga pengadilan menganggap bahwa yang bersangkutan sudah meninggal.

15
Anonim, “talak”, : 19 April 2003. https://eprints.umm.ac.id/41909/3/BAB%20II.pdf.
16
Ahmad indra, dkk, “talak dalam islam”, 19 April 2003. https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-kalimantan-
muhammad-arsyad-al-banjari-banjarmasin/pendidikan-agama-islam/makalah-talak-dalam-islam/42403005.

16
Berdasarkan semua itu, dapat berarti ikatan pernikahan suami istri sudah putus dan
atau bercerainya antara seorang pria dengan seorang wanita yang diikat oleh tali
pernikahan. Selain itu talak juga dapat diartikan dengan menghilangkan ikatan
pernikahan sehingga setelah hilangnya ikatan pernikahan itu istri tidak lagi halal bagi
suaminya, dan ini terjadi dalam talak ba8in. Sedangkan arti mengurangi pelepasan
ikatan pernikahan ialah berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan
berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua
menjadi satu dan dari satu menjadi hilang hak suami talak, itu yaitu terjadi dalam
talak raj,i.
b. Hukum talak
Menilik dari kemaslahatan dan kemudaratannya, maka hukum talak dalam Islam
dibagi menjadi empat, meliputi
1. Wajib
Hukum talak menjadi wajib saat terjadi perselisihan antara suami istri.
Sedangkan dua hakim yang mengurus perkara keduanya sudah memandang perlu
supaya keduanya bercerai.
2. Sunat
Apabila suami sudah tidak sanggup lagi membayar dan mencukupi
kewajibannya (nafkah) atau perempuan tidak menjaga kehormatan dirinya.
Hadis dari Ibnu Abbas:
‫ وال‬، ‫ إنها أكثر شخص أحبه‬، ‫ لدي زوجة‬:‫ واشتكى‬، ‫جاء رجل إلى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ ق==ال‬.‫ ال أس==تطيع االبتع==اد عن==ه‬:‫ أج==اب الرج==ل‬.‫ طلقوها‬:‫ قال النبي‬.‫ترفض أيدي األشخاص الذين يلمسونها‬
))‫ ((استمتعي به‬:)‫النبي (صلى هللا عليه وسلم‬.
Artinya: "Telah datang seorang laki-laki pada Rasulullah SAW, dia
mengadu: Aku memiliki seorang istri, dia adalah orang yang paling aku cintai, dia
tidak menolak tangan orang yang menyentuhnya. Nabi bersabda, 'Ceraikanlah
dia'. Laki-laki itu menjawab, 'Aku tidak bisa jauh darinya'. Nabi bersabda,
'Bersenang-senanglah dengan dia'."17
3. Haram
Ada dua keadaan yang menyebabkan talak menjadi haram hukumnya, yakni
menjatuhkan talak ketika istri dalam keadaan haid dan menjatuhkan talak sewaktu
suci yang telah dicampurinya dalam waktu suci itu.
17
Anonim, “talak”, 2021, http://idr.uin-antasari.ac.id/10197/4/BAB%20I.pdf.

17
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
‫ ثم‬، ‫ ثم تحيض م==رة أخ==رى‬، ‫ ثم فليكمل النك==اح ح==تى تطه==ر من حيض==ها‬، ‫أمري ابنك أن يرجع إلى زوجته‬
‫ ثم إذا ش==اء فيج==وز ل==ه االس==تمرار في ال==زواج كم==ا ك==ان من قب==ل أو إذا رغب في‬.‫تطهر من الحيض الثاني‬
‫ كانت تلك هي العدة التي أمر هللا بها أن تطليق المرأة في ذلك الوقت‬.‫الطالق قبل التدخل‬
artinya: "Suruhlah olehmu anakmu supaya dia rujuk (kembali) kepada istrinya itu,
kemudian hendaklah dia teruskan pernikahan itu sehingga ia suci dari haid,
kemudian ia haid kembali, kemudian suci pula dari haid yang kedua itu.
Kemudian jika ia menghendaki, boleh ia teruskan pernikahan sebagaimana yang
lalu atau jika menghendaki, ceraikan ia sebelum dicampuri. Demikian iddah yang
diperintahkan Allah supaya perempuan ditalak ketika itu." (Mutafaqun ‘alaih)18
4. Makruh
yaitu hukum asal yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu perbuatan halal
yang dibenci oleh Allah SWT.
c. Macam-macam talak
Macam-macam talak yang berikutnya yakni dapat ditinjau dari segi tegas dan
tidaknya perkataan yang diucapkan untuk berpisah. Macam talak yang satu ini terbagi
menjadi dua yakni meliputi:
1. Talak Kinaya
Talak jenis ini diucapkan dengan kata-kata yang belum jelas makna dan
artinya. Contohnya yaitu, “Aku sudah tidak tahan untuk hidup denganmu lagi.”
2. Talak Sarih
Sebaliknya, talak jenis ini sudah mengandung kata-kata yang jelas makna
dan tujuannya, yakni untuk menceraikan sang istri. Contohnya yaitu, “Saya ingin
bercerai denganmu.”
Macam-macam talak dalam agama Islam dapat ditinjau dari berbagai segi.
Salah satunya yakni segi jumlah. Macam-macam talak dilihat dari segi jumlah yakni
sebagai berikut:
1. Talak satu
Talak yang pertama kali dijatuhkan sang suami kepada istri.

2. Talak dua
18
Anonim, “talak”, 2021, http://idr.uin-antasari.ac.id/10197/4/BAB%20I.pdf.

18
Talak dua adalah talak yang dijatuhkan sang suami kepada istri untuk yang
kedua kali ataupun untuk yang pertama kalinya dengan dua talak secara langsung.
3. Talak tiga
Talak tiga adalah talak yang dijatuhkan sang suami kepada istri untuk yang
ketiga kalinya. Selain itu, penyebutan talak tiga juga dapat terjadi ketika sang
suami menyebut talak tiga untuk yang pertama kalinya.
Macam-macam talak dilihat dari segi keadaan sang istri yakni sebagai berikut:
1. Talak Bid’i
Jenis talak ini adalah talak yang diucapkan sang suami kepada istri yang
pernah digaulinya pada saat sedang haid dan dalam keadaan suci.
2. Talak Sunny
Talak ini adalah jenis talak yang diucapkan sang suami kepada istri yang
pernah digauli dan pada saat itu kondisi sang istri dalam keadaan suci dan pada
waktu suci belum digauli, sedang hamil dan jelas kehamilannya.
3. Talak La Sunny Wala Bid’i
Jenis talak ini merupakan talak yang diucapkan sang suami dengan keadaan
istri yang belum digauli dan belum pernah haid (belum baligh ataupun telah
menopause
Macam-macam talak selanjutnya yakni dapat dilihat dari segi boleh tidaknya
rujuk kembali setelah berpisah. Jenis talak ini terbagi menjadi dua yakni antara lain:
1. Talak Bain
Talak bain adalah jenis talak yang tidak boleh untuk rujuk kembali. Talak
bain ini terbagi menjadi dua yakni talak bain sugra dan talak bain kubra. Talak bain
sugra merupakan talak talak yang menghilangkan kepemilikan sang suami terhadap
istri, namun tidak berlaku sebaliknya yakni dengan melakukan akad nikah ulang.
Sementara itu, talak bain kubra adalah talak tiga yang tidak memperbolehkan rujuk,
kecuali jika sang istri pernah menikah dengan laki-laki lain dan sudah digauli serta
diceraikan.
2. Talak Raj’i
Talak ini adalah jenis talak yang memperbolehkan untuk rujuk kembali
setelah bercerai. Namun, syaratnya adalah saat istri masih sedang dalam masa
iddah. Jika istri sudah berada di luar masa iddah, maka dapat rujuk kembali dengan
melakukan akad nikah ulang. Jenis talak ini berlaku jika sang suami hanya
menjatuhkan talak 1 dan 2

19
Macam-macam talak dilihat dari segi langsung tidaknya menjatuhkan talak
yakni sebagai berikut:

1. Talak Muallaq
Talak jenis adalah talak yang memiliki syarat tertentu, yakni dapat dijatuhkan
apabila syarat yang disebutkan sang suami terwujud. Contohnya yakni jika sang
suami mengatakan, “Kau akan tertalak jika kau meninggalkan satu kali ibadah
wajibmu.” dan sang istri benar-benar telah meninggalkan ibadah wajib.
2. Talak Ghairu Muallaq
Talak jenis ini adalah talak yang tidak dikaitkan dengan syarat tertentu. Jadi,
apabila sang suami telah berkata untuk bercerai maka talak sudah dapat menjadi
faktor untuk berpisah ataupun bercerai.
Macam-macam talak terakhir dilihat dari segi cara suami menjatuhkan talak yakni
sebagai berikut
1. Dengan Ucapa
Menjatuhkan talak pada umumnya disampaikan oleh sang suami kepada istri
secara langsung melalui ucapan. Dan sang istri juga mendengar ucapan talak dari
sang suami. Namun, tidak dipungkiri talak juga dapat dijatuhkan dengan cara-cara
yang lain
2. Dengan Tulisan
Salah satu cara lainnya yakni dengan menjatuhkan talak melalui tulisan.
Melalui tulisan yang disampaikan sang suami, sang istri menerima dan membaca
serta memahami isi dari tulisan tersebut
3. Dengan Isyarat
Cara ini disampaikan sang suami yang tidak memiliki kemampuan untuk
berbicara (tuna wicara) kepada sang istri, sepanjang isyarat tersebut jelas dan
dimengerti oleh sang istri.
4. Dengan Utusan
Sang suami juga dapat menjatuhkan talak dengan perantara orang lain yang
diutus untuk menyampaikan maksud dan tujuannya yakni bercerai dengan sang
istri.

C. Cerai

20
a. Pengertian cerai
Perceraian merupakan putusnya ikatan dalam hubungan suami istri berarti
putusnya hukum perkawinan sehingga keduanya tidak lagi berkedudukan sebagai
suami istri dan tidak lagi menjalani kehidupan bersama dalam suatu rumah tangga.
Cerai dalam kamus besar bahasa indonesia adalah pisah, putus hubungan
sebagai suami istri atau lepasnya ikatan perkawinan. Inilah pemahaman umum terkait
dengan istilah cerai.
Perceraian bukanlah kesepakatan oleh karena itu, perceraian perkawinan tidak
boleh didasarkan pada adanya kesepakatan untuk bercerai. Perceraian merupakan
pintu darurat atau alternatif terakhir yang bisa dipilih untuk menyelesaikan
persengketaan dalam perkawinan. (Dr.Djoko, 2016)19
Perceraian boleh dilakukan dengan satu alasan hukum saja di antara beberapa
alasan hukum yang di tentukan dalam pasal 39 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974 yang
telah dijabarkan dalam Pasal 19 PP No. 9 Tahun 1975 20. Jadi, secara yuridis, alasan-
alasan hukum perceraian tersebut bersifat alternatif, dalam arti suami istri dapat
mengajukan tuntutan perceraian cukup dengan salah satu alasan hukum saja. Selain
itu, enumeratif, dalam arti penafsiran, penjabaran dan penerapan hukum secara lebih
kongkret tentang masing-masing alasan hukum perceraian merupakan wewenang
hakim di pengadilan.
b. Hukum cerai
Dasar hukum perceraian dapat ditemui dalam al-Qur’an banyak ayat yang
berbicara tentang masalah perceraian. Diantaranya ayat-ayat yang menjadi landasan
hukum perceraian adalah firman Allah SWT:
‫اج َع==ٓا اِنْ ظَنَّٓا اَنْ ُّيقِ ْي َم==ا‬ َ ‫اح َعلَ ْي ِه َم==ٓا اَنْ يَّت ََر‬ َ َ‫فَاِنْ طَلَّقَ َها فَاَل تَ ِح ُّل لَ ٗه ِم ۢنْ بَ ْع ُد َح ٰتّى تَ ْن ِك َح ز َْو ًجا َغ ْي َر ٗه ۗ فَاِنْ طَلَّقَ َها فَاَل ُجن‬
َ‫ُحد ُْو َد هّٰللا ِ ۗ َوتِ ْل َك ُحد ُْو ُد هّٰللا ِ يُبَيِّنُ َها لِقَ ْو ٍم يَّ ْعلَ ُم ْون‬
Artinya: Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua),
maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang
lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi
keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah,
diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. (QS. Al-Baqarah ayat 230).21
19
Anonim, “cerai” 19 febuari 2002, http://repository.umko.ac.id/id/eprint/254/3/BAB%202%20RIJAYA.pdf
20
Anonim, “cerai” 19 febuari 2002, http://repository.umko.ac.id/id/eprint/254/3/BAB%202%20RIJAYA.pdf
21
Diponogoro, Al-Quran QS. Al-Baqoroh/2:19

21
D. Ruju
a. Pengertian ruju
Rujuk berasal dari bahasa arab yaitu raja‟a - yarji‟u - ruju‟an yang berarti
kembali atau mengembalikan. Rujuk menurut istilah adalah mengembalikan status
hukum perkawinan secara penuh setelah terjadi thalak raj‟i yang dilakukan oleh
bekas suami terhadap bekas istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu22.
Rujuk ialah bersatunya kembali sepasang suami dan istri dalam ikatan
pernikahan jika seorang suami memutuskan untuk rujuk dengan istrinya, keduanya
tidak perlu melangsungkan akad nikah23. Sedangkan rujuk menurut para ulama
madzhab adalah sebagai
berikut:
1. Hanafiyah, rujuk adalah tetapnya hak milik suami dengan tanpa adanya
penggantian dalam masa iddah, akan tetapi tetapnya hak milik tersebut akan
hilang bila masa iddah.
2. Malikiyah, rujuk adalah kembalinya istri yang dijatuhi talak, karena takut berbuat
dosa tanpa akad yang baru, kecuali bila kembalinya tersebut dari talak ba‟in,
maka harus dengan akad baru, akan tetapi hal tersebut tidak bisa dikatakan rujuk.
3. Syafi‟iyah, rujuk adalah kembalinya istri ke dalam ikatan pernikahan setelah
dijatuhi talak satu atau dua dalam masa iddah. Menurut golongan ini bahwa istri
diharamkan berhubungan dengan suaminya sebagaimana berhubungan dengan
orang lain, meskipun sumi berhak merujuknya dengan tanpa kerelaan. Oleh
karena itu rujuk menurut golongan syafi‟iyah adalah mengembalikan hubungan
suami istri kedalam ikatan pernikahan yang sempurna.
4. Hanabilah, rujuk adalah kembalinya istri yang dijtuhi talak selain talak ba‟in
kepada suaminya dengan tanpa akad dengan perkataan atau perbuatan
(bersetubuh) dengan niat ataupun tidak.
Rujuk yang berasal dari bahasa arab telah menjadi bahasa Indonesia terpakai
artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (yang selanjutnya disingkat KBBI
adalah Kembalinya suami kepada istrinya yang ditalak, yaitu talak satu atau talak
dua, ketika istri masih dimasa iddah.24
b. Hukum ruju

22
Anonym, “Rujuk”, 2005, https://repository.uin-suska.ac.id/8335/4/BAB%20III.pdf
23
Anonym, “Rujuk”, 2008, https://id.wikipedia.org/wiki/Rujuk
24
Aprilia. Kamus lengkap Bahsa indonesi.(Jakarta, Difa Publisher:2008)hal.590

22
Dalam satu sisi rujuk itu adalah membangun kembali kehidupan perkawinan
yang terhenti atau memasuki kembali kehidupan pernikahan. Kalau membangun
kehidupan pernikahan pertama kali disebut pernikahan, maka melanjutkannya disebut
rujuk. Hukum rujuk demikian sama dengan hukum pernikahan, dalam mendudukkan
hukum rujuk itu ulama berbeda pendapat. Jumhur ulama mengatakan bahwa rujuk itu
adalah sunat. Dalil yang digunakan jumhur ulama itu adalah firman Allah SWT
dalam surat al-Baqarah ayat 229:
‫ الصلح بطريقة مقبولة أو الطالق بطريقة جيدة‬b‫ بعد ذلك يمكنك‬.‫الطالق مرتين‬
Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik”. 25
Demikian pula firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 228 :
.‫ إذا كانوا يرغبون في الصلح‬، ‫وألزواجها الحق في الرجوع إليها خالل فترة االنتظار هذه‬
Artinya: “Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,
jika mereka (para suami) menghendaki ishlah”. 26
Kata imsak dalam ayat pertama dan kata rad dalam ayat kedua mengandung
maksud yang sama yaitu kembalinya suami kepada istri yang telah diceraikannya.
Tidak ada perintah yang tegas dalam kedua ayat tersebut untuk rujuk.
Adanya perintah Nabi supaya Ibnu Umar rujuk karena sebelumnya dia
menalaknya dalam keadaan haid. Oleh karena itu hukum rujuk iru adalah sunat. Ibnu
Rusyd membagi hukum ruju‟ kepada dua, yaitu hukum ruju‟ pada talak raj‟i dan
hukum ruju‟ pada ta;ak ba‟in :
1. Hukum rujuk pada talak raj‟i Kaum muslimin telah sependapat bahwa suami
mempunyai hak meruju‟ istri pada talak raj‟i, selama isteri masih berada dalam
masa iddah, tanpa mempertimbangkan persetujuan isteri, berdasarkan firman
Allah SWT : “Dan suami-suaminya berhak merujuk mereka (istri-istri) dalam
masa menanti itu” Fuqaha juga sependapat bahwa syarat talak raj‟i ini harus
terjadi setelah dukhul (bersetubuh) dan rujuk dapat terjadi dengan kata-kata dan
saksi.
2. Hukum rujuk pada talak ba‟in Rujuk terhadap wanita yang ditalak ba’in terbatas
hanya terhadap wanita yang ditalak melalui khulu’, dengan terbusan, dengan
syarat dicampuri dan hendaknya talaknya tersebut bukan talak tiga.
Ulama empat madzhab sepakat bahwa hukum wanita seperti itu sama dengan
wanita lain (bukan istri) yang untuk mengawininya kembali disyaratkan adanya akad,
25
Diponogoro, Al-quran QS. Al-Baqoroh/ 2:229
26
Diponogoro, Al-quran QS. Al-Baqoroh/ 2:228

23
mahar, wali, kesediaan si wanita. Hanya saja dalam hal ini selesainya iddah tidak
dianggap sebagai syarat. Hukum ruju‟ setelah talak tersebut sama dengan nikah baru.
Semua fuqaha berpendapat bahwa bertemunya dua alat kelamin menyebabkan
halalnya bekas istrinya tersebut. Kecuali al-Hasan al-Basri yang mengatakan bahwa
istri tersebut baru menjadi dengan terjadinya pergaulan yang mengeluarkan air mani.
Nikah Muhalil Dalam kaitan ini, fuqaha berselisih pendapat mengenai nikah
muhallil. Yakni jika seorang lelaki mengawini seorang perempuan dengan syarat
(tujuan) untuk menghalalkannya bagi suami yang pertama. Imam Malik berpendapat
bahwa nikah tersebut rusak dan harus difasakh, baik sesudah maupun sebelum
terjadinya pergaulan. Demikian pula syarat tersebut rusak dan tidak berakibat
halalnya perempuan tersebut. Dan baginya keinginan istri untuk menikah tahlil tidak
dipegangi, tetapi keinginan lelaki itulah yang dipegangi. Imam Malik dan
pengikutnya beralasan dengan hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW tsb, Dari Ali
bin Abi Thalib r.a, Ibnu Mas‟ud r.a, Abu Hurairah r.a dan Uqbah bin Amir r.a
“Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda :
.‫لعن هللا نكاح المحالل والمحالل‬
Artinya : “Allah melaknat perkawinan orang yang menghalalkan (al-Muhallil)
dan orang yang dihalalkan untuknya (al-Muhallal lah).” (HR. At-Tirmidzi)27
Imam Asy-Syafi‟i dan Abu Hanifah berpendapat bahwa nikah muhallil
dibolehkan, dan niat untuk menikah itu tidak mempengaruhi sahnya. Pendapat ini
dikemukakan pula oleh Daud dan segolongan fuqaha. Mereka berpendapat bahwa
pernikahan tersebut menyebabkan kehalalan istri yang dicerai tiga kali.
c. Syarat dan rukun ruju
Rukun dan syarat-syarat rujuk adalah hal yang harus dipenuhi untuk
telaksananya sebuah perbuatan rujuk tersebut. Diantara rukun dan syarat-syarat rujuk
tersebut adalah sebagai beriku :

a. Sighat (lafaz), sighat ada 2 (dua), yaitu :


1. Terang-terangan (sharih), misalnya dikatakan, “Saya kembali kepada isteri
saya” atau “Saya ruju‟ padamu”.
2. Melalui sindiran, misalnya “Saya pegang engkau” atau “Saya kawin engkau”
dan sebagainya, yaitu dengan kalimat yang boleh dipakai untuk ruju‟ atau
untuk yang lainnya.

27
Anonym, “Rujuk”, 2005, https://repository.uin-suska.ac.id/8335/4/BAB%20III.pdf

24
Disyariatkan ucapan itu tidak bertaqlid, berarti tidak digantungkan,
misalnya : “Aku ruju‟ engkau jika engkau mau”, ruju‟ semacam ini tidak sah
walaupun isterinya mau. Rujuk yang terbatas waktunya juga tidak sah, misalnya :
“Aku ruju‟ engkau sebulan”.
b. Istri (perempuan yang dirujuk), adapun syarat sahnya rujuk bagi perempuan yang
dirujuk itu adalah :
1. Perempuan itu adalah istri yang sah dari laki-laki yang merujuk. Tidak sah
merujuk perempuan yang bukan istrinya.
2. Istri yang tertentu, kalau suami menalak beberapa istrinya, kemudian ia ruju‟
kepada salah seorang dari mereka dengan tidak ditentukan siapa yang
dirujukkan, maka ruju‟nya itu tidah sah.
3. Talaknya adalah talak raj‟i.
4. Ruju‟ itu terjadi sewaktu istri masih dalam masa iddah. Apabila masa
iddahnya telah berakhir, maka putuslah hubungannya dan dengan sendirinya
istri tersebut tidak boleh lagi dirujuk.
c. Suami. Ruju‟ ini dilakukan oleh suami atas kehendaknya sendiri (bukan dipaksa),
dan suami tersebut juga telah menikahi istrinya itu dengan nikah yang sah.
d. Hikmah ruju
Diaturnya rujuk dalam hukum syara‟ karena padanya terdapat beberapa
hikmah yang akan mendatangkan kemashlahatan kepada manusia atau
menghilangkan kesulitan dari manusia, juga memberikan kesempatan kepada suami
untuk melakukan peninjauan ulang dan berfikir kembali jika ada rasa penyesalan
setelah tindakan menceraikan istrinya, lalu hendak memperbaiki cara bergaul dengan
istrinya.
Institusi rujuk di dalam Islam mengandung beberapa hikmah, yaitu
1. Menghindarkan murka Allah, karena perceraian itu sesuatu yang sangat dibenci.
Karena selain dibenci oleh Islam perbuatan tersebut bisa menimbulkan dampak
negatif bagi suami atau istri maupun terhadapa anakanaknya (bagi yang memiliki
anak).
2. Bertaubat dan menyesali kesalahan-kesalahan yang lalu untu bertekat
memperbaikinya. Ini merupakan kesempatan yang cukup baik untuk memperbaiki
atau melakukan rekonsiliasi terhadap konflik yang telah telah terjadi antara suami
dan istri.

25
3. Untuk menjaga keutuhan keluarga, dan menghindari perpecahan keluarga.
Terlebih lagi adalah untuk menyelamatkan masa depan anak, bagi pasangan yang
telah mempunyai keturunan
4. Mewujudkan islah atau perdamaian. Meski hakikatnya hubungan perkawinan
suami istri bersifat antar pribadi, namun hal yang sering melibatkan keluarga
besar masing-masing.

BAB III
A. KESIMPULAN
Nikah adalah akad yang dapat menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrimnya sehingga menimbulkan hak dan kewajiban antara

26
keduanya. pada dasarnya menikah menurut agama islam bertujuan untuk membentuk
keluarga yang bahagia penuh cinta kasih mawaddah wa rahmah, akan tetapi secara umum
nikah mempunyai tujuan memperoleh ketenangan hidup, cinta dan kasih sayang, memenuhi
kebutuhan seksual yang sah dan diridhai Allah swt, memperoleh keturunan serta memperoleh
keluarga yang bahagia didunia dan akhirat.
Menurut islam nikah dipandang sah apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya, yaitu
calon suami dan isteri, ijab kabul, ada wali, dan dua orang saksi. idalam islam ada beberapa
golongan pernikahan yang dilarang yaitu nikah mut,ah, nikat sighor, nikah masa iddah, nikah
muhrim dan lain sebagainya.
Talak menurut agana islam adalah melepaskan ikatan perkawinan dengan menggunakan
kata talak dan kata ang searti. 5ila terjadi talak, ikatan-ikatan antara suami isteri yang
disebabkan oleh perkawinan telah lepas semuanya. Setelah ditalak, seorang wanita harus
menjalani masa iddah, yaitu masa menunggu. Sedangkan rujuk (Kembali) menurut syarat
adalah kembalinya suami isteri kepada ikatan perkawinan dari talak raj,i yang masih dalam
masa iddah dengan aturan tertentu. baik munakahah, talak maupun rujuk mempunyai hikmah
dalam kehidupan secara umumnya
B. SARAN
Kami sebagai pembuat makalah, menyadari bahwasannya dalam pembuatan makalah
ini masih banyak mengalami kekurangan dikarenakan dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan dari segi sumber dan waktu, untuk itu kami berharap kritik dan saran yag
membangun dari pemmbaca agar kedepannya makalah ini menjadi makalah yang jauh lebih
baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2009). Fiqih Nikah.Bandung: Kampus syariah


Aprilia. (2008). Kamus lengkap Bahsa indonesi.Jakarta: Difa Publisher.

27
Yuli. (2020). Makalah Pengertian, Hukum, Tujuan dan Hikmah Pernikahan. Pacitan:
STAI NU
Kemenag.(2009). Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Politik. Jakarta: Aku Bisa.
Al-Qur’an dan terjemahannya. (2008). Departemen Agama RI. Bandung: Diponegoro.
Arya ,dkk. Pernikahan dalam islam, https://www.studocu.com/id/document/smk-negeri-
1-batam/agama/pernikahan-dalam-islam/21338307, diakses : 19 April 2003.
Anonim, “nikah”, http://repo.iain-tulungagung.ac.id/13127/5/BAB%20II.pdf diakses : 19
April 2003.
Anonim, Pengertian Nikah, Hukum Pernikahan, Meminang atau Khitbah dan Melihat
Calon Istri atau Suami, https://an-nur.ac.id/pengertian-nikah-hukum-pernikahan-meminang-
atau-khitbah-dan-melihat-calon-istri-atau-suami/19 April 2003.
Anonim, talak https://eprints.umm.ac.id/41909/3/BAB%20II.pdf, diakses : 19 April
2003.
Anonim, talak http://idr.uin-antasari.ac.id/10197/4/BAB%20I.pdf, diakses : 19 April
2003.
Ahmad indra, dkk, talak dalam islam, https://www.studocu.com/id/document/universitas-
islam-kalimantan-muhammad-arsyad-al-banjari-banjarmasin/pendidikan-agama-islam/makalah-
talak-dalam-islam/42403005, diakses : 19 April 2003.
Anonim, cerai , https://www.studocu.com/id/document/universitas-pamulang/hukum-
islam/makalah-perceraian/8080473, diakses : 19 April 2003.
Anonim, Pengertian cerai, https://id.wikipedia.org/wiki/Perceraian, diakses : 19 April
2003.
Anonim, cerai, http://repository.umko.ac.id/id/eprint/254/3/BAB%202%20RIJAYA.pdf
diakses : 19 April 2003.
Yani, latar belakang dan dampak perceraian, http://lib.unnes.ac.id/592/1/1203.pdf ,
diakses : 19 April 2003.
Anonim, ruju , https://etheses.uinsgd.ac.id/2636/4/4_bab1.pdf, diakses : 19 April 2003.
Reyvan, ruju,
https://www.studocu.com/id/document/universitas-malikussaleh/pengantar-ilmu-ekonomi/
makalah-tentang-rujuk/46112073, diakses : 19 April 2003.
Anonym, “Rujuk”,https://repository.uin-suska.ac.id/8335/4/BAB%20III.pdf diakses : 19
April 2003.

28

Anda mungkin juga menyukai