DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
SRI HARMITA
SANTI RAMADANI
EKA SYAHRUL RAMADHANA
NANANG
NURUL FADILAH
NUR ISMAYANI
NUR INDRAWAN
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................6
A. PENGERTIAN PERNIKAHAN..................................................................6
B. HUKUM PERNIKAHAN.............................................................................6
C. PEMINANGAN (KHITBAH)......................................................................7
D. SYARAT PERNIKAHAN.............................................................................8
E. TUJUAN PERNIKAHAN..........................................................................12
F. MASALAH DALAM PERNIKAHAN........................................................13
BAB III....................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................16
A. Kesimpulan..................................................................................................16
B. Kritik Dan Saran.........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu perceraian yang dibolehkan oleh syariat adalah dengan Talak,
khuluk dan fasakh. Sepintas terlihat bahwa permainan pihak suami terhadap istri
atas hak talak yang dimilikinya, sehingga syari’at khuluk tidak banyak dipahami
dan dipraktekkan dalam kehidupan keluarga muslim. Banyak kalangan menilai
bahwa syari’at telah memberikan porsi hak yang berlebihan kepada suami dalam
ikatan perkawinan. Sehingga kehidupan rumah tangga selalu saja di warnai oleh
hegomoni ,arogansi suami atas istri yang tidak seimbang dalam rumah tangga.
Penilain tersebut merupakan suatu penilaain yang tidak komprehensif di dalam
menafsirkan kandungan teks al-quran maupun hadis yang berkenaan tentang
perceraian. dan akan semakin biasa manakala ayat-ayat tentang perceraian di
dekati melalui perpektif HAM, kesetaraan gender, kebebasan , demokratisasi dll.
Tentu saja penilaian demikian akan memberikan citra buruk terhadap
ajaran Islam tentang perceraian, dan seolah-olah syari’at telah terlanjur
memberikan porsi yang tidak seimbang bagi istri, padahal syari’at telah
meletakkan posisi suami istri dalam bingkai keseimbangan dan keadilan dalam
kehidupan rumah tangga . Bila syari’at telah meletakkan hak talak ada di tangan
suami , maka syari’at khuluk diletakkan di tangan istri. Tentunya semua itu diatur
dalam ketentuan hukum dan perundang-undangan, agar masing-masing orang
tidak begitu seenaknya menggunakan hak yang telah diberikan kepadanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian talak?
2. Apa saja macam-macam talak?
3. Bagaimana hukum talak dan dalil hukumnya?
4. Apa saja rukun dan syarat talak?
5. Bagaimana ungkapan cerai (sighat thalaq)?
6. Bagaimana cara perhitungan talak?
7. Apa saja akibat talak?
8. Apa pengertian fasakh?
9. Apa saja hal-hal yang menyebabkan fasakh?
10. Apa saja bebtuk-bentuk fasakh?
11. Apa akibat dari fasakh?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian talak
2. Untuk mengetahui macam-macam talak
3. Untuk mngetahui hukum talak dan dalil hukumnya
4. Untuk mngetahui rukun dan syarat talak
5. Untuk mengetahui ungkapan cerai (sighat thalaq)
6. Untuk mengetahui cara perhitungan talak
7. Untuk mengetahui akibat talak
8. Untuk mengetahui pengertian fasakh
9. Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan fasakh
10. Untuk mengetahui bebtuk-bentuk fasakh
11. Untuk mengetahui akibat dari fasakh
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TALAK
Talak berasal dari kata ithlaq ( ) أآلطآلقyang berarti melepaskan atau
meninggalkan. Dalam istilah agama talak berarti melepaskan ikatan perkawinan
atau bubarnya hubungan perkawinan.
Al-jaziry mendefinisikan :الطالق ازالة النكاح او نقصان حله بلفظ محصوص
“ Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi
pelepasan ikatanya dengan menggunakan kata-kata tertentu.”
Menurut abu zakaria al-anshari,talak ialah: حل عقد النكاح بلفظ الطالق ونحوه
“ melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya.”
Jadi,talak itu ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah
hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya.
Melepaskan ikatan pernikahan,artinya membubarkan hubungan suami istri
sehingga berakhirlah perkawinan atau terjadi perceraaian. Menurut sayyid sabiq
(1987:7),apabila telah terjadi perkawinan,yang harus dihindari adalah
perceraain,meskipun perceraaian bagian dari hukum adanya persatuan atau
perkawinan itu sendiri. Perceraain mendatangkan kemudharatan, sedangkan
sesuatu yang memudharatkan harus di tinggalkan, meskipun cara meninggalkanya
senantiasa berdampak buruk bagi yang lainnya.
Perceraain hanya boleh dilakukan apabila mengandung unsur
kemaslahatan dan setoap jalan perdamaian antara suami istri yang bertikai tidak
menghasilkan kebaikan. Perceraain setidaknya merupakan alternatif yang lebih
mendidik kedua belah pihak. Ketika terjadi konflik suami istri,salah satu jalan
harus di pilih:
Meneruskan perkawinan tersebut yang berarti membiarkan kehidupan rumah
tangga sebagai neraka
Mengadakan perpisahan secara jasmaniah ,sementara tetap dalam status
sebagai suami istri, merupakan penyiksaan lahir batin terutama bagi pihak
istri
A. HUKUM PERNIKAHAN
Menurut sebagian besar Ulama’, hukum asal menikah adalah mubah, yang
artinya boleh dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan
pahala, dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya
pribadi karena Nabiullah Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan
juga bahwa pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan
oleh Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah, wajib,
makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.
D. SYARAT PERNIKAHAN
1. Rukun nikah
Pengantin laki-laki
Pengantin perempuan
Wali
Dua orang saksi laki-laki
Mahar
Islam
Laki-laki yang tertentu
Bukan lelaki muhrim dengan calon istri
Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah
dijadikan istri
Islam
Perempuan yang tertentu
Bukan perempuan muhrim dengan calon suami
Bukan seorang banci
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Tidak dalam iddah
Bukan istri orang
4. Syarat wali
Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Jika
syarat-syarat wali terpenuhi seperti di atas maka sahlah sebuah pernikahan
itu.Sebagai seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal
yag wajib seperti ini.Jika tidak, kita hanya akan dianggap hidup dalam berzinahan
selamanya.
5. Jenis-jenis wali
Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang
mempunyai hak mewalikan pernikahan anak perempuannya atau cucu
perempuannya dengan persetujuannya (sebaiknya perlu mendapatkan
kerelaan calon istri yang hendak dinikahkan)
Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan
berhak menjadi wali
Wali ab’ad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi
wali, jikalau wali aqrab berkenaan tidak ada. Wali ab’ad ini akan
digantikan oleh wali ab’ad lain dan begitulah seterusnya mengikut
susunan tersebut jika tidak ada yang terdekat lagi.
Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah
atau pihak berkuasa pada negeri tersebut oleh orang yang telah dilantik
menjalankan tugas ini dengan sebab-sebab tertentu.
6. Syarat-syarat saksi
7. Syarat ijab
8. Syarat qobul
Suami istri juga diminta untuk salat sunat nikah sebagai tanda syukur setelah
pernikahan berlangsung. Pernikahan Islam yang memang amat mudah karena ia
tidak perlu mengambil masa yang lama dan memerlukan banyak aset-aset
pernikahan disamping mas kawin,hantaran atau majelis umum (walimatul
urus)yang tidak perlu dibebankan atau dibuang.
E. TUJUAN PERNIKAHAN
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk
memenuhi kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang
pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti
cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur,
berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan
diharamkan oleh Islam.
“Thalaq (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan
dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil
kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya
(suami dan isteri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah.
Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan
hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus)
diberikan (oleh isteri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah,
maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum
Allah, mereka itulah orang-orang zhalim.” [Al-Baqarah : 229]
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta
memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang
bathil dan mengingkari nikmat Allah?” [An-Nahl : 72]
2. Kepercayaan
Masalah kepercayaan kerap menjadi hal yang membuat
pernikahan gagal di tengah jalan. Pada dasarnya, kepercayaan tumbuh
di dalam pikiran. Jika di dalam pikiran sudah tidak percaya, maka
akan seterusnya berpikiran seperti itu.
Untuk menghindari masalah tersebut, Anda harus berlatih
untuk mempercayai orang lain. Dimulai dengan cara berbicara tentang
diri sendiri ke orang lain, membicarakan hal-hal kecil yang penting
dalam masalah pernikahan, dan juga berdiskusi tentang kehidupan
sehari-hari.
3. Ketidakcocokan
Ketidakcocokan dalam pernikahan dapat membunuh cinta di antara
pasangan yang sudah menikah. Ketidaksepakatan kecil, argumen tak
berdasar, dan berbagai alasan lainnya dapat membuat orang merasa tidak
cocok hingga memilih untuk berpisah.
Anda dapat dengan mudah melepaskan masalah ketidakcocokan
dengan menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan pasangan.
Coba lebih intim dan lakukan hal-hal yang Anda dan pasangan sukai.
5. Waktu
Kunci dalam pernikahan adalah memberikan satu sama lain
sejumlah waktu yang memadai. Jika Anda atau pasangan gagal
memberikan waktu, dipastikan pernikahan tidak akan berlangsung lama.
Untuk mengatasinya, Anda dan pasangan harus menghabiskan waktu
bersama. Mungkin ada hal-hal yang harus dikorbankan untuk berbagi
waktu bersama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan perempuan
yang bukan muhrimnya sehingga menimbulkan kewajiban dan hak di antara
keduanya melalui kata-kata secara lisan, sesuai dengan peraturan-peraturan
yang diwajibkan secara Islam. Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah:
“nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia bukanlah
ummadku”.
Hadis lain Rasulullah Bersabda:
“Nikah itu adalah setengah iman”.
Maka pernikahan dianjurnya kepada ummad Rasulullah, tetapi pernikahan
yang mengikuti aturan yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Adapun
cangkupan pernikahan yang dianjurkan dalam Islam yaitu adanya Rukun
Pernikahan, Hukum Pernikahan, Syarat sebuah Pernikahan, Perminangan, dan
dalam pemilihan calon suami/istri. Islam sangat membenci sebuah perceraian,
tetapi dalam pernikahan itu sendiri terkadang ada hal-hal yang menyebabkan
kehancuran dalam sebuah rumah tangga. Islam secara terperinci menjelaskan
mengenai perceraian yang berdasarkan hukumnya. Dan dalam Islam pun
dijelaskan mengenai fasakh, khuluk, rujuk, dan masa iddah bagi kaum
perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
http://syahadat.blogspot.com/2011/03/hukumpernikahan.htmp
Munarki, Abu. Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT. Berlian
Putih,2006
http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp
http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah
http://madinatulilmi.com/index.php?prm=posting&kat=1&var=detail&id=79
http://Islamiyah.blogspot.com/2010/02/syaratpernikahanIslam/index.phpm?
=posting.htmp
http://munakahat.blogspot.com/2010.htmp