Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AIK V

NIKAH DAN MASALAHNYA

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
SRI HARMITA
SANTI RAMADANI
EKA SYAHRUL RAMADHANA
NANANG
NURUL FADILAH
NUR ISMAYANI
NUR INDRAWAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan


rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang nikah tepat pada waktunya.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang nikah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 23 Oktober 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................6
A. PENGERTIAN PERNIKAHAN..................................................................6
B. HUKUM PERNIKAHAN.............................................................................6
C. PEMINANGAN (KHITBAH)......................................................................7
D. SYARAT PERNIKAHAN.............................................................................8
E. TUJUAN PERNIKAHAN..........................................................................12
F. MASALAH DALAM PERNIKAHAN........................................................13
BAB III....................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................16
A. Kesimpulan..................................................................................................16
B. Kritik Dan Saran.........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu perceraian yang dibolehkan oleh syariat adalah dengan Talak,
khuluk dan fasakh. Sepintas terlihat bahwa permainan pihak suami terhadap istri
atas hak talak yang dimilikinya, sehingga syari’at khuluk tidak banyak dipahami
dan dipraktekkan dalam kehidupan keluarga muslim. Banyak kalangan menilai
bahwa syari’at telah memberikan porsi hak yang berlebihan kepada suami dalam
ikatan perkawinan. Sehingga kehidupan rumah tangga selalu saja di warnai oleh
hegomoni ,arogansi suami atas istri yang tidak seimbang dalam rumah tangga.
Penilain tersebut merupakan suatu penilaain yang tidak komprehensif di dalam
menafsirkan kandungan teks al-quran maupun hadis yang berkenaan tentang
perceraian. dan akan semakin biasa manakala ayat-ayat tentang perceraian di
dekati melalui perpektif HAM, kesetaraan gender, kebebasan , demokratisasi dll.
Tentu saja penilaian demikian akan memberikan citra buruk terhadap
ajaran Islam tentang perceraian, dan seolah-olah syari’at telah terlanjur
memberikan porsi yang tidak seimbang bagi istri, padahal syari’at telah
meletakkan posisi suami istri dalam bingkai keseimbangan dan keadilan dalam
kehidupan rumah tangga . Bila syari’at telah meletakkan hak talak ada di tangan
suami , maka syari’at khuluk diletakkan di tangan istri. Tentunya semua itu diatur
dalam ketentuan hukum dan perundang-undangan, agar masing-masing orang
tidak begitu seenaknya menggunakan hak yang telah diberikan kepadanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian talak?
2. Apa saja macam-macam talak?
3. Bagaimana hukum talak dan dalil hukumnya?
4. Apa saja rukun dan syarat talak?
5. Bagaimana ungkapan cerai (sighat thalaq)?
6. Bagaimana cara perhitungan talak?
7. Apa saja akibat talak?
8. Apa pengertian fasakh?
9. Apa saja hal-hal yang menyebabkan fasakh?
10. Apa saja bebtuk-bentuk fasakh?
11. Apa akibat dari fasakh?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian talak
2. Untuk mengetahui macam-macam talak
3. Untuk mngetahui hukum talak dan dalil hukumnya
4. Untuk mngetahui rukun dan syarat talak
5. Untuk mengetahui ungkapan cerai (sighat thalaq)
6. Untuk mengetahui cara perhitungan talak
7. Untuk mengetahui akibat talak
8. Untuk mengetahui pengertian fasakh
9. Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan fasakh
10. Untuk mengetahui bebtuk-bentuk fasakh
11. Untuk mengetahui akibat dari fasakh

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TALAK
Talak berasal dari kata ithlaq ( ‫ ) أآلطآلق‬yang berarti melepaskan atau
meninggalkan. Dalam istilah agama talak berarti melepaskan ikatan perkawinan
atau bubarnya hubungan perkawinan.
Al-jaziry mendefinisikan :‫الطالق ازالة النكاح او نقصان حله بلفظ محصوص‬
“ Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi
pelepasan ikatanya dengan menggunakan kata-kata tertentu.”
Menurut abu zakaria al-anshari,talak ialah: ‫حل عقد النكاح بلفظ الطالق ونحوه‬
“ melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya.”
Jadi,talak itu ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah
hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya.
Melepaskan ikatan pernikahan,artinya membubarkan hubungan suami istri
sehingga berakhirlah perkawinan atau terjadi perceraaian. Menurut sayyid sabiq
(1987:7),apabila telah terjadi perkawinan,yang harus dihindari adalah
perceraain,meskipun perceraaian bagian dari hukum adanya persatuan atau
perkawinan itu sendiri. Perceraain mendatangkan kemudharatan, sedangkan
sesuatu yang memudharatkan harus di tinggalkan, meskipun cara meninggalkanya
senantiasa berdampak buruk bagi yang lainnya.
Perceraain hanya boleh dilakukan apabila mengandung unsur
kemaslahatan dan setoap jalan perdamaian antara suami istri yang bertikai tidak
menghasilkan kebaikan. Perceraain setidaknya merupakan alternatif yang lebih
mendidik kedua belah pihak. Ketika terjadi konflik suami istri,salah satu jalan
harus di pilih:
Meneruskan perkawinan tersebut yang berarti membiarkan kehidupan rumah
tangga sebagai neraka
Mengadakan perpisahan secara jasmaniah ,sementara tetap dalam status
sebagai suami istri, merupakan penyiksaan lahir batin terutama bagi pihak
istri

A. HUKUM PERNIKAHAN
Menurut sebagian besar Ulama’, hukum asal menikah adalah mubah, yang
artinya boleh dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan
pahala, dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya
pribadi karena Nabiullah Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan
juga bahwa pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan
oleh Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah, wajib,
makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.

1. Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah


Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dan mampu menahan perbuatan zina walaupun
dia tidak segera menikah. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW :
“Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk
menikah, maka hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga
pandangan mata dan lebih dapat memelihara kelamin (kehormatan); dan barang
siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi
penjaga baginya.”  (HR. Bukhari Muslim)

2. Pernikahan Yang Dihukumi Wajib


Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal
kesiapan jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak
segera menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuk segera
menikah.

3. Pernikahan Yang Dihukumi Makruh


Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak
·        
4. Pernikahan Yang Dihukumi Haram
Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak
dalam pernikahan tersebut, baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti
secara materiil.
C. PEMINANGAN (KHITBAH)
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki
dan perempuan untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang
dipersetujui oleh kedua pihak. Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat
Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan awal
proses pernikahan. Hukum peminangan adalah harus dan hendaknya bukan dari
istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang.
Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda
ikatan pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-
laki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka
hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa
peminangan dilakukan. Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena
tidak mau penyesalan terjadi setelah berumahtangga. Anggota yang diperbolehkan
untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.
Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:
"Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki
yang hendak menikah dengan seorang perempuan: "Apakah kamu telah
melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu kepada Rasullullah).Pergilah untuk
melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin kekekalan." (Hadis Riwayat
Tarmizi dan Nasai)
Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah bertunangan:
"Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: "Kamu tidak
boleh meminang tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat
ketetapan untuk memutuskannya". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-
Syaikhan)

D. SYARAT PERNIKAHAN
1. Rukun nikah

 Pengantin laki-laki

 Pengantin perempuan

 Wali
 Dua orang saksi laki-laki

 Mahar

 Ijab dan kabul (akad nikah)

2. Syarat calon suami

 Islam
 Laki-laki yang tertentu
 Bukan lelaki muhrim dengan calon istri
 Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut
 Bukan dalam ihram haji atau umroh
 Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
 Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
 Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah
dijadikan istri

3. Syarat calon istri

 Islam
 Perempuan yang tertentu
 Bukan perempuan muhrim dengan calon suami
 Bukan seorang banci
 Bukan dalam ihram haji atau umroh
 Tidak dalam iddah
 Bukan istri orang

4. Syarat wali

 Islam, bukan kafir dan murtad


 Lelaki dan bukannya perempuan
 Telah pubertas
 Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
 Bukan dalam ihram haji atau umroh
 Tidak fasik
 Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya
 Merdeka
 Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya

Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Jika
syarat-syarat wali terpenuhi seperti di atas maka sahlah sebuah pernikahan
itu.Sebagai seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal
yag wajib seperti ini.Jika tidak, kita hanya akan dianggap hidup dalam berzinahan
selamanya.

5. Jenis-jenis wali

 Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang
mempunyai hak mewalikan pernikahan anak perempuannya atau cucu
perempuannya dengan persetujuannya (sebaiknya perlu mendapatkan
kerelaan calon istri yang hendak dinikahkan)

 Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan
berhak menjadi wali

 Wali ab’ad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi
wali, jikalau wali aqrab berkenaan tidak ada. Wali ab’ad ini akan
digantikan oleh wali ab’ad lain dan begitulah seterusnya mengikut
susunan tersebut jika tidak ada yang terdekat lagi.

 Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah
atau pihak berkuasa pada negeri tersebut oleh orang yang telah dilantik
menjalankan tugas ini dengan sebab-sebab tertentu.

6. Syarat-syarat saksi

 Sekurang-kurangya dua orang


 Islam
 Berakal
 Telah pubertas
 Laki-laki
 Memahami isi lafal ijab dan qobul
 Dapat mendengar, melihat dan berbicara
 Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak
melakukan dosa-dosa kecil)
 Merdeka

7. Syarat ijab

 Pernikahan nikah ini hendaklah tepat


 Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
 Diucapkan oleh wali atau wakilnya
 Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak atau
pernikahan (ikatan suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti
yang dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)
 Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)

Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada calon suami:"Aku


nikahkan Anda dengan Diana Binti Daniel dengan mas kawin berupa seperangkap
alat salat dibayar tunai".

8. Syarat qobul

 Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab


 Tidak ada perkataan sindiran
 Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
 Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah
kontrak)
 Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul
dilafalkan)
 Menyebut nama calon istri
 Tidak ditambahkan dengan perkataan lain

Contoh sebutan qabul(akan dilafazkan oleh bakal suami):"Aku terima


nikahnya dengan Diana Binti Daniel dengan mas kawin berupa seperangkap alat
salat dibayar tunai" ATAU "Aku terima Diana Binti Daniel sebagai istriku".

Setelah qobul dilafalkan Wali/wakil Wali akan mendapatkan kesaksian dari


para hadirin khususnya dari dua orang saksi pernikahan dengan cara meminta
saksi mengatakan lafal "SAH" atau perkataan lain yang sama maksudya dengan
perkataan itu.

Selanjutnya Wali/wakil Wali akan membaca doa selamat agar pernikahan


suami istri itu kekal dan bahagia sepanjang kehidupan mereka serta doa itu akan
diAminkan oleh para hadirin. Bersamaan itu pula, mas kawin/mahar akan
diserahkan kepada pihak istri dan selanjutnya berupa cincin akan dipakaikan
kepada jari cincin istri oleh suami sebagai tanda dimulainya ikatan kekeluargaan
atau simbol pertalian kebahagian suami istri.Aktivitas ini diteruskan dengan
suami mencium istri.Aktivitas ini disebut sebagai "Pembatalan Wudhu".Ini karena
sebelum akad nikah dijalankan suami dan isteri itu diminta untuk
berwudhu terlebih dahulu.

Suami istri juga diminta untuk salat sunat nikah sebagai tanda syukur setelah
pernikahan berlangsung. Pernikahan Islam yang memang amat mudah karena ia
tidak perlu mengambil masa yang lama dan memerlukan banyak aset-aset
pernikahan disamping mas kawin,hantaran atau majelis umum (walimatul
urus)yang tidak perlu dibebankan atau dibuang.

E. TUJUAN PERNIKAHAN
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk
memenuhi kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang
pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti
cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur,
berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan
diharamkan oleh Islam.

2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan


Pandangan
Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di
antaranya adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor
dan keji, yang dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur.
Islam memandang pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana
efektif untuk me-melihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan
melindungi masyarakat dari kekacauan.

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami


Dalam Al-Qur-an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya
thalaq (perceraian), jika suami isteri sudah tidak sanggup lagi menegakkan
batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam ayat
berikut:
َ‫ي‬ ‫أَ ْن‬  ‫إِاَّل‬ ‫ َش ْيئًا‬ ‫آتَ ْيتُ ُموه َُّن‬ ‫ ِم َّما‬ ‫تَأْ ُخ ُذوا‬ ‫أَ ْن‬ ‫لَ ُك ْم‬  ُّ‫يَ ِحل‬  ‫ َواَل‬  ۗ‫بِإِحْ َسا ٍن‬ ‫ْري ٌح‬
ِ ‫تَس‬  ْ‫أَو‬ ‫ُوف‬ ٍ ‫بِ َم ْعر‬ ‫ك‬ ٌ ‫فَإ ِ ْم َسا‬  ۖ‫َان‬ ُ ‫الطَّاَل‬
ِ ‫ َم َّرت‬ ‫ق‬
‫تَ ْع‬  ‫فَاَل‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫ ُحدُو ُد‬  َ‫تِ ْلك‬  ۗ‫بِ ِه‬ ‫َت‬ َ ‫ ُجن‬  ‫فَاَل‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫ ُحدُو َد‬ ‫يُقِي َما‬  ‫أَاَّل‬ ‫ ِخ ْفتُ ْم‬ ‫فَإ ِ ْن‬  ِۖ ‫هَّللا‬ ‫ ُحدُو َد‬ ‫يُقِي َما‬  ‫أَاَّل‬ ‫خَافَا‬
ْ ‫ا ْفتَد‬ ‫فِي َما‬ ‫ َعلَ ْي ِه َما‬ ‫َاح‬
َ ““““““““““““““““““““““ِ‫فَأُو ٰلَئ‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫حُ““““““““““““““““““““““ دُو َد‬ ‫يَتَعَ َّد‬ ‫ َو َم ْن‬  ۚ‫تَدُوهَا‬
َ‫الظَّالِ ُمون‬ ‫هُ ُم‬ ‫ك‬

“Thalaq (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan
dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil
kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya
(suami dan isteri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah.
Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan
hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus)
diberikan (oleh isteri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah,
maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum
Allah, mereka itulah orang-orang zhalim.” [Al-Baqarah : 229]

4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah


Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk mengabdi dan
beribadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berbuat baik kepada sesama
manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur
bagi peribadahan dan amal shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih
yang lain, bahkan berhubungan suami isteri pun termasuk ibadah (sedekah)

5. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih


Tujuan pernikahan di antaranya adalah untuk memperoleh keturunan
yang shalih, untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam,
sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:

‫ي ُْؤ‬ ‫أَفَبِ ْالبَا ِط ِل‬  ۚ‫ت‬


ِ ‫الطَّيِّبَا‬  َ‫ ِمن‬ ‫ َو َرزَ قَ ُك ْم‬ ً‫ َو َحفَ َدة‬  َ‫بَنِين‬ ‫أَ ْز َوا ِج ُك ْم‬ ‫ ِم ْن‬ ‫لَ ُك ْم‬ ‫ َو َج َع َل‬ ‫أَ ْز َواجًا‬ ‫أَ ْنفُ ِس ُك ْم‬ ‫ ِم ْن‬ ‫لَ ُك ْم‬ ‫ َج َع َل‬ ُ ‫َوهَّللا‬
َ‫يَ ْكفُ“““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““رُون‬ ‫هُ ْم‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫ت‬
ِ ‫ َوبِنِ ْع َم‬  َ‫ِمنُ“““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““ون‬

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta
memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang
bathil dan mengingkari nikmat Allah?” [An-Nahl : 72]

F. MASALAH DALAM PERNIKAHAN


1. Sulit berkomunikasi dengan pasangan
Pernikahan yang berjalan mulus didasari dengan komunikasi
yang baik. Ketidakmampuan melakukan komunikasi yang baik akan
membuat Anda dan pasangan kehabisan tenaga yang pada akhirnya
menyebabkan kehilangan harapan dalam pernikahan yang sudah
dibina.
Untuk mengatasi masalah ini, Anda dan pasangan harus
memastikan bahwa Anda telah berkomunikasi secara teratur dan
menjadi pendengar yang baik. Tidak hanya itu, Anda dan pasangan
juga harus lebih positif, lebih tegas, dan tidak pernah membiarkan
kemarahan menang dalam setiap percakapan.

2. Kepercayaan
Masalah kepercayaan kerap menjadi hal yang membuat
pernikahan gagal di tengah jalan. Pada dasarnya, kepercayaan tumbuh
di dalam pikiran. Jika di dalam pikiran sudah tidak percaya, maka
akan seterusnya berpikiran seperti itu.
Untuk menghindari masalah tersebut, Anda harus berlatih
untuk mempercayai orang lain. Dimulai dengan cara berbicara tentang
diri sendiri ke orang lain, membicarakan hal-hal kecil yang penting
dalam masalah pernikahan, dan juga berdiskusi tentang kehidupan
sehari-hari.

3. Ketidakcocokan
Ketidakcocokan dalam pernikahan dapat membunuh cinta di antara
pasangan yang sudah menikah. Ketidaksepakatan kecil, argumen tak
berdasar, dan berbagai alasan lainnya dapat membuat orang merasa tidak
cocok hingga memilih untuk berpisah.
Anda dapat dengan mudah melepaskan masalah ketidakcocokan
dengan menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan pasangan.
Coba lebih intim dan lakukan hal-hal yang Anda dan pasangan sukai.

4. Keintiman yang tidak memadai


Salah satu alasan utama mengapa pernikahan hancur berantakan
adalah penurunan tingkat keintiman yang dimiliki pasangan.
Untuk mengembalikan tingkat keintiman satu sama lain, Anda dan
pasangan harus menjangkau fantasi, keinginan, dan mimpi masing-masing
dan mencoba hal yang sama satu sama lain. Berikan ide-ide baru untuk
bercinta.

5. Waktu
Kunci dalam pernikahan adalah memberikan satu sama lain
sejumlah waktu yang memadai. Jika Anda atau pasangan gagal
memberikan waktu, dipastikan pernikahan tidak akan berlangsung lama.
Untuk mengatasinya, Anda dan pasangan harus menghabiskan waktu
bersama. Mungkin ada hal-hal yang harus dikorbankan untuk berbagi
waktu bersama.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan perempuan
yang bukan muhrimnya sehingga menimbulkan kewajiban dan hak di antara
keduanya melalui kata-kata secara lisan, sesuai dengan peraturan-peraturan
yang diwajibkan secara Islam. Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah:
“nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia bukanlah
ummadku”.
Hadis lain Rasulullah Bersabda:
“Nikah itu adalah setengah iman”.
Maka pernikahan dianjurnya kepada ummad Rasulullah, tetapi pernikahan
yang mengikuti aturan yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Adapun
cangkupan pernikahan yang dianjurkan dalam Islam yaitu adanya Rukun
Pernikahan, Hukum Pernikahan, Syarat sebuah Pernikahan, Perminangan, dan
dalam pemilihan calon suami/istri. Islam sangat membenci sebuah perceraian,
tetapi dalam pernikahan itu sendiri terkadang ada hal-hal yang menyebabkan
kehancuran dalam sebuah rumah tangga. Islam secara terperinci menjelaskan
mengenai perceraian yang berdasarkan hukumnya. Dan dalam Islam pun
dijelaskan mengenai fasakh, khuluk, rujuk, dan masa iddah bagi kaum
perempuan.

B. Kritik Dan Saran


Berdasarkan apa yang telah kami jelaskan dalam makalah mengenai
pernikahan ini pasti ada kekurangan maupun kelebihannya. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan
pembaca mengenai pernikahan berdasarkan Islam. Adapun kritik maupun saran
dapat disampaikan ke penulis agar dapat memperbaiki makalah ini baik dari segi
penulisan, materi, maupun tata bahasa yang disampaikan. Penulis mengharapkan
pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah yang telah dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

http://syahadat.blogspot.com/2011/03/hukumpernikahan.htmp

Munarki, Abu. Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT. Berlian
Putih,2006

Abdullah, Samsul. Tatacara Pernikahan, Jakarta: PT. Gramedia,2011

http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp

http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah
http://madinatulilmi.com/index.php?prm=posting&kat=1&var=detail&id=79

Suhaimi.Diktat Pendidikan Agama Islam. Banda Aceh: Unsyiah,2013

Nurcahya. Pernikahan secara Umum. Bandung: Husaini Bandung,1999

Ais, Chatamarrasjid,dkk. Proses Pernikahan.Solo: PT. Anugerah,2000

http://Islamiyah.blogspot.com/2010/02/syaratpernikahanIslam/index.phpm?
=posting.htmp
http://munakahat.blogspot.com/2010.htmp

Anda mungkin juga menyukai