Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MAHRAM DALAM PERNIKAHAN BESERTA PEMBAGIANNYA

Diajukan untuk memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Fiqih Munakahat dan Munawarits Pada
Semester IV (Empat) B Program Studi Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu: Ilyas Hibatullah A.Q, S.H.I.,S.IP.,M.Si.,M.H.

Disusun Oleh:

Anisa Nur Oktaviani (1211025579)

Muhammad Rizky Fauzi (1211025604)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

SYAMSUL ‘ULUM GUNUNGPUYUH SUKABUMI

TAHUN AKADEMIK 2023/1444 H

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Taufik dan Hidayah-Nya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada baginda alam Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalahnya kepada
ummat-Nya.
Berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah terpancar bagi Ummat-Nya, maka
segala macam halangan dan hambatan yang senantiasa merintangi dapat teratasi,
sehingga dengan terbukanya pintu kelancaran, saya dapat menyelesaikan Tugas
Terstruktur yang berbentuk Makalah pada Mata Kuliah Fiqh Munakahat dan
Munawarits yang berjudul “MAHRAM DALAM PERNIKAHAN BESERTA PEMBAGIANNYA”.
Pada kesempatan yang baik ini tidak lupa kami ingin mengucapkan terimakasih
kepada Ilyas Hibatullah A.Q, S.H.I.,S.IP.,M.Si.,M.H. Sebagai Dosen Pengampu
yang telah memberikan tugas dan arahannya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu.
Kendati penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah
ini, dan kami tetap menyadari bahwa sebagai manusia tentunya tidak terlepas
dari kesalahan dan kekurangan termasuk dalam penyusunan makalah ini, baik dari
segi pembahasan yang menyebabkan makalah yang kami susun ini jauh dari
kriteria sempurna. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca.

Sukabumi, 15 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pernikahan dan Permasalahannya.............................................................................


B. Mahram Nikah..........................................................................................................
C. Konsekuensi Hukum Sesama Mahram ....................................................................

BAB III PENUTP

A. Kesimpulan...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkawinan adalah sunnah Rasulullah saw dan digalakkan di dalam islam serta dituntut oleh
hukum syarak, sebagaimana sabda Rasulullah saw yang maksudnya: “Nikah itu adalah sunnahku,
maka sesiapa yang benci sunnahku maka sesungguhnya ia bukan dari golonganku”. (HR. Ibnu
Majjah)
Perkawinan itu dituntut oleh hukum syarak karena dalan Al-Qur’an terdapar perintah kawin atau
nikah yang bunyinya:
Surat An-Nisa ayat 3
‫َوِاۡن ِخ ۡف ُتۡم َااَّل ُتۡق ِس ُطۡو ا ِفى اۡل َيٰت ٰم ى َفاْنِكُح ۡو ا َم ا َط اَب َلـُك ۡم ِّم َن الِّنَس ٓاِء َم ۡث ٰن ى َو ُثٰل َث َو ُر ٰب َع‌ۚ‌ َف ِاۡن ِخ ۡف ُتۡم َااَّل َتۡع ِد ُلۡو ا َفَو اِح َد ًة َاۡو َم ا َم َلـَك ۡت‬
‫َاۡي َم اُنُك ۡم‌ؕ ٰذ ِلَك َاۡد ٰٓنى َااَّل َتُع ۡو ُلۡو ا‬
"Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim
(bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga
atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang
saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu
tidak berbuat zhalim".
Pernikahan mempunyai beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Rukun dan syarat
menentukan hukum suatu perbuatan, terutama yang menyangkut dengan sah atau tidaknya
perbuatan tersebut dari segi hukum yang harus dipenuhi. Dalam pernikahan misalnya, rukun dan
syaratnya tidak boleh tertinggal. Artinya, pernikahan tidak sah bila keduanya tidak ada atau tidak
lengkap.
Perselingkuhan dan perzinaan dengan saudara sepupu atau kerabat terdekat, adalah sebagian
peristiwa yang sudah banya terjadi di sekitar kita. Hal ini terjadi karena hukum syariat telah
dilanggar dan diabaikan. Berduaan dengan kerabat non mahram, menampakkan aurat di
depannya, dan lain-lain, merupakan perbuatan-perbuatan yang tanpa sadar sering lakukan dengan
menjadikan hubungan kekerabatan sebagai tameng.
B. Rumusan Masalah
1. Pernikahan dan permasalahannya
2. Mahram nikah
C. Tujuan
1. Untuk memahami tentang pernikahan dan permasalahannya
2. Untuk memahami laki-laki dan perempuan yang haram dinikahi
3. Untuk memahami sebab-sebab mahram
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pernikahan dan Permasalahannya
a. Rukun dan syarat nikah
Nikah mempunyai beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Rukun dan syarat
menentukan hukum suatu perbuatan, terutama yang menyangkut dengan sah atau tidaknya
perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata tersebut mengandung arti yang sama dalam
hal bahwa keduanya merupakan sesuatu yang harus diadakan. Dalam pernikahan misalnya,
rukun dan syaratnya tidak boleh tertinggal. Artinya, pernikahan tidak sah bila keduanya tidak
ada atau tidak lengkap.
Perbedaan rukun dan syarat adala kalau rukun itu harus ada dalam satu amalan dan ia
merupakan bagian yang hakiki dari amalan tersebut. Sementara syarat adalah sesuatu yang
harus ada dalam satu amalan namun ia bukan bagian dari amalan tersebut. Sebagai missal
adalah ruku’ termasuk rukun shalat. Ia harus ada dalam ibadah shalat dan merupakan syarat
shalat, ia harus dilakukan bila seseorang hendak shalat ia bukan bagian dari amalan / tata cara
shalat.
b. Syarat nikah
Syarat nikah adalah sebagai berikut:
1. Kepastian siapa mempelai laki-laki dan siapa mempelai wanita dengan isyarat
(menunjuk) atau menyebutkan nama atau sifatnya yang khusus/khas. Sehingga tidak
cukup bila seorang wali hanya mengatakan, “Aku nikahkan engkau dengan putriku’,
sementara ia memiliki beberapa orang putri.
2. Keridhaan dari masing-masing pihak, terkecuali bila si wanita masih kecil, belum baligh,
maka boleh bagi walinya menikahkannya tanpa seizinnya.
3. Adanya wali bagi calon mempelai wanita, apabila seseorang wanita menikahkan dirinya
sendiri tanpa adanya wali maka nikahnya batil, tidak sah. Demikian pula bila ia
menikahkan wanita lain.
c. Pernikahan yang tidak sah atau haram
 Apabila berlaku pernikahan di antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan yang tidak diketahui ada cacat-celanya, maka bolehlah kedua belah
pihak atau salah satu dari padanya khiar.
 Khiar adalah maksud salah satu pihak suami atau istri mempunyai hak untuk
memilih di antara diteruskan nikahnya atau fasakh.
Jadi , pernikahan boleh dilanjutkan atau tidak dilanjutkan, harus memperhatikan
rukun dan syarat pernikahan atau ada tidaknya cacat atau cela. Pernikahan
menjadi haram hukumnya bagi seseorang laki-laki yang menikahi wanita apabila
rukun dan syarat nikah tidak dipenuhi maka pernikahan tidak sah atau haram.
Sebab-sebab pernikahan menjadi tidak sah antara lain:
1. Tidak memenuhi rukun dan syarat pernikahan
2. Ada cacat atau cela antara laki-laki dan perempuan yang melakukan
pernikahan
3. Karena sebab mahram
B. Mahram Nikah
Dalam ajaran islam ada ketentuan hukum bahwa tidak setiap pasang laki-laki dan perempuan
boleh dan sah melangsungkan pernikahan. Banyak diantara pasangan laki-laki dan perempuan
karena sebab-sebab tertentu mereka haram menjalin akad pernikahan. Laki-laki yang tidak boleh
menikah dengan perempuan tertentu disebut mahram perempuan. Sebaliknya perempuan yang
tidak boleh menikah dengan laki-laki tertentu disebut mahram laki-laki. Jadi laki-laki maupun
perempuan yang haram dinikahi disebut mahram.
Masalah mahram merupakan salah satu masalah yang penting dalam syari’at islam. Karena
masalah ini memiliki kaitan yang sangat erat dengan hubungan mu’amalah diantara kaum
muslimin, terutama bagi muslimah. Allah ta’ala telah menetapkan masalah ini sebagai bentuk
kasih sayang nya juga sebagai wujud dari kesempurnaan agama-Nya yang dibawa oleh
Rasulullah saw,
Istilah mahram adalah istilah yang terdapat didalam bab fiqih nikah. Berasal dari kata mahram
yang artinya tidak boleh atau terlarang. Dari asal kata ini kemudian terbentuk istilah mahram,
yang pengertiannya wanita atau laki-laki yang haram untuk dinikahi.
Contoh hubungan mahram adalah seorang ibu yang menjadi mahram buat anaknya. Tidak boleh
atau tidak mungkin terjadi hubungan pernikahan antara ibu dengan anak. Demikian juga seorang
laki-laki menjadi mahram buat saudara wanitanya, dengan tidak boleh adanya pernikahan
sedarah.
Contoh hubungan non muhrim adalah antara seorang laki-laki dengan saudara sepupunya yang
wanita. Atau antara seorang laki-lai dengan anak pungut nya yang wanita. Meski anak itu telah
dipeliharanya sejak bayi, namun secara nasab anak itu bukan anaknya sendiri tapi anak orang
lain. Sehingga hubungan antara ayah angkat dengan anak angkatnya itu bukan mahram. Dan
dimungkinkan terjadinya pernikahan antara mereka berdua.
Mirip dengan mahram, kita juga sering mendengar istilah muhrim, yang asal katanya sama-
sama dari kata mahram. Namun makna muhrim adalah orang yang sedang melakukan ibadah
ihram, dimana baginya diharamkan untuk memakai parfum, mencabut rambut, membunuh
binatang atau berburu dan perbuatan lain.
Sedangkan istilah muabbad bermakna abadi, berkesinambungan, terus terusan, unlimites atau
selamanya. Dan makna ghairu muabbad adalah lawannya, yaitu untuk sementara waktu,
temporal, limited dan terbatas waktunya. Sewaktu waktu bias berubah keadaannya.
Maka bila kedua istilah itu kita padukan menjadi mahram muabbad, artinya adalah hubungan
kemahraman yang bersifat abadi, seterusnya, tidak akan pernah berubah dan selama-lamanya.
Sedangkan mahram ghairu muabbad adalah lawannya, yaitu hubungan kemahraman yang bersifat
sementara, temporal, sewaktu-waktu bias saja berubah dan tidak abadi.
Para ulama telah menyusun daftar hubungan kemahraman yang muabbad dan yang ghairu
muabbad sebagai berikut:
1. Mahram Muabbad
Mereka yang termasuk mahram selama-lamanya bias dibagi menjadi kategori. Pertama
karena hubungan nasab. Kedua, karena hubungan persusuan.
a. Mahram Karena Nasab
1. Ibu kandung dan seterusnya keatas seperti nenek, ibunya nenek
2. Anak wanita dan seterusnya ke bawah seperti anak perempuannya anak perempuan
3. Saudara kandung wanita
4. ‘Ammat/bibi
5. Khaalaat/bibi
6. Banatul Akh/anak wanita dari saudara laki-laki
7. Banatul Ukh/anak wanita dari saudara wanita
b. Mahram karena Mushaharah
Sedangkan kemahraman yang bersifat sementara adalah kemahraman yang terjadi akibat
adanya pernikahan. Atau sering juga disebut dengan mushaharah. Mereka adalah:
1. Ibu dari istri
2. Anak wanita dari istri
3. Istri dari anak laki-laki
4. Istri dari ayah
c. Mahram karena penyusuan
1. Ibu yang menyusui
2. Ibu dari wanita yang menyusui
3. Ibu dari suami yang istrinya menyusuinya
4. Anak wanita dari ibu yang menyusui
5. Saudara wanita dari suami wanita yang menyusui
Ini berlaku untuk selama-lamanya meskipun terjadi kematian, perceraian ataupun
pindah agama.
C. Konsekuensi Hukum Sesama Mahram
Hubungan kemahraman yang ada dalam daftar diatas, baik yang muabbad maupun yang ghairu
muabbad, sama menghasilkan konsekuensi hukum lanjutan, selain tidak boleh terjadinya
pernikahan. Diantaranya adalah:
 Kebolehan berkhalwat antara sesame mahram
 Kebolehan bepergian seorang wanita dalam safar lebih dari 3 hari asal ditemani
mahramnya
 Kebolehan melihat sebagian dari aurat wanita mahram, seperti kepala, rambut, tangan
dan kaki.
2. Mahram Ghairu Muabbadah
Adapun yang dimaksud dengan mahram ghairu muabbadah adalah wanita-wanita untuk
sementara waktu saja, namun bila terjadi sesuatu seperti perceraian, kematian, habisnya masa
iddah ataupun pindah agama, maka wanita itu boleh dinikahi. Mereka adalah:
a. Wanita yang masih menjadi istri orang lain tidak boleh dinikahi. Kecuai setelah cerai atau
meninggal suaminya dan telah selesai masa iddahnya.
b. Saudara ipar,atau saudara wanita dari istri. Tidak boleh dinikahi sekaligus juga tidak
boleh berkhalwat atau melihat sebagian auratnya. Kalau istri sudah dicerai maka mereka
halal untuk dinikahi. Hal yang sama juga berlaku bagi bibi dari istri.
c. Istri yang telah ditalak tiga, haram dinikahi kecuali istri itu telah menikah lagi dengan
laki-laki lain, kemudian dicerai dan telah habis masa iddahnya
d. Menikah dalam kesempatan dengan melakukan ibadah ihram. Bukan hanya dilarang
menikah, tetapi juga haram menikahkan orang lain
e. Menikahi wanita budak padahal mampu menikahi wanita merdeka. Kecuali bila tidak
mampu membayar mahar merdeka karena miskin
f. Menikahi wanita pezina, kecuali yang telah bertaubat taubatan nasuha
g. Menikahi wanita non muslim yang bukan kitabiyah atau wanita musyirikah, kecuali
setelah masuk islam atau pindah memeluk agama yahudi atau nasrani.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, pernikahan boleh dilanjutkan atau tidak dilanjutkan, harus memperhatikan rukun dan syarat
pernikahan atau ada tidaknya cacat atau cela. Pernikahan menjadi haram hukumnya bagi seorang laki-laki
yang menikahi wanita apabila rukun dan syarat nikah tidak dipenuhi maka pernikahan tidak sah atau
haram. Dalam ajaran islam ada ketentuan hukum bahwa tidak setiap pasang laki-laki dan perempuan
boleh dan sah melangsungkan pernikahan, karena sebab-sebab tertentu mereka haram menjalin akad
pernikahan. Laki-laki maupun perempuan yang haram dinikahi disebut mahram.
DAFTAR PUSTAKA

http://salafytobat.wordpress.com/2008/09/01/fiqh-munakahat-pernikahan-mas-kawin-walimatul-urus-
khiar-dsb/
https://irzasetiawan.wordpress.com/2008/07/09/siapakah-yang-haram-dinikahi/
http://blog.re.or.id/mahram-muabbad-dan-mahram-ghairu-muabbadah-dan-mahram-ghairu-
muabbadah.htm
http://www.zaharuddin.net/index.php?option=com_content&task=view&id=469&Itemid=95
http://muhammadqosim.wordpress.com/2010/07/26/mahram-haram-nikah/
http://tanbihun.com/fikih/syarat-ijab-qabul-nikah-jumlah-wanita-yang-haram-dinikahi-mahram/

Anda mungkin juga menyukai