FASAKH
( Pengertian, Pelaksanaan, dan Akibat Hukumnya)
Makalah ini disajikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Munakahat. B
Dosen Pengajar
Dr. H. Maslan, S.Pd.I, M.HI
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang senantiasa melimpah kan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw yang
membawa kita dari zaman kegelapan menuju cahaya Islam.
Makalah yang berjudul “ Fasakh” ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Fiqih Munakahat. B. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Fiqih Munakahat. B. Bapak Dr.
H. Maslan, S.Pd. I, MHI selaku dosen pengajar
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna
dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...................................................................................
B. Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam memandang perkawinan sebagai suatu cita-cita yang baik yang tidak
hanya mempersatukan seorang laki-laki dan seorang perempuan, tetapi ia merupakan
suatu kontra sosial yang baik dalam rumah tangga. Perkawinan merupakan salah satu
bagian terpenting dalam menciptakan keluarga yang sakinah mawadah warohmah
yang diridhoi Allah SWT. Maka dalam memilih pasangan hidup Islam sangat
menganjurkan segala sesuatunya berdasarkan norma-norma agama agar pendamping
hidup nantinya mempunyai akhlak yang terpuji. Hal ini dilakukan agar kedua calon
tersebut kelak dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga dapat berjalan
tentram dan damai. Sehingga dapat tercapai keluarga yang harmonis. 1
Menurut hukum islam dikenal dengan istilah “fasakh”, yag artinya merusak atau
membatalkan. Fasakh dapat terjadi karena terdapat hal-hal yang membatalkan akad
nikah yag dilakukan dan dapat pula terjadi karena sesuatu hal yang dialami atau
sesudah akad nikah dilakukan dan perkawinan sudah berlangsung. 3
1
Abdul Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat, ( Jakarta : Kencana Pranada Media Group, 2008
Cet. 3), h. 96.
2
Amir Naruddin, dkk, Hukum Perdata Islam di Indonesia, ( Jakarta: Kencana, 2004), h. 38.
3
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang, (Jakarta: Liberty, 1982), h.
113.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fasakh ?
2. Bagaimana pelaksanaannya?
3. Bagaimana akibat hukumnya?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari masalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian fasakh
2. Untuk mengetahui pelaksanaannya
3. Untuk mengetahui akibat hukumnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fasakh
Fasakh artinya merusak atau melepaskan tali ikatan perkawinan. Fasakh dapat
terjadi karena sebab yang berkenaan dengan akad sah atau tidaknya, atau dengan sebab
yang datang setelah berlakunya akad. 4 Berbeda dengan talak yang bisa dijatuhkan
secara lisan, fasakh hanya bisa diputuskan oleh hakim pengadilan. Selain itu,
perceraian dengan cara fasakh tidak dapat rujuk, melainkan harus melangsungkan
akad baru..
Fasakh berasal dari bahasa arab dari akar kata fa-sa-kha yang secara etimologi
berarti membatalkan. atau juga fasakh berarti mencabut atau menghapuskan atau
membatalkan akad nikah dan melepaskan hubungan yang terjalin antara suami isteri.
Manakala, menurut kamus besar Bahasa Indonesia fasakh adalah hak pembatalan
ikatan pernikahan olehpengadilan agama berdasarkan dakwaan (tuntutan) istri atau
suami ygdapat dibenarkan oleh pengadilan agama, atau karena pernikahan yang telah
terlanjur menyalahi hukum pernikahan.
1. Fasakh ialah perceraian yang disebabkan oleh timbulnya hal hal yang dianggap
berat oleh suami atau isteri atau keduanya sehingga mereka tidak sanggup
untuk melaksanakan kehidupan suami isteri dalam mencapai tujuannya.
2. Fasakh nikah yaitu pembatalan perkawinan oleh isteri karena antara suami istri
terdapat cacat atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau si suami tidak
dapat memberi belanja/nafkah, menganiaya, murtad dan sebagainya.
4
Agus Salim, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta : Pustaka Amani Jakarta,
2016), h. 50.
3. Menurut Imam Asy - Syafi’i pemutusan hubungan pernikahan (fasakh) adalah
semua pemutusan ikatan suami isteri yang tidak disertai dengan thalak, baik
thalak satu, dua, ataupun tiga.
4. Fuqaha dari kalangan Hanafiyyah tidak membedakan antara cerai dengan
thalak dan cerai dengan fasakh. Mereka berkata :semua perceraian yang datang
dari pihak suami dan tidak ada tanda-tanda datang dari perempuan, maka
perceraian dinamakan thalak, dan semua perceraian yang asalnya dari pihak
istri dinamakan fasakh.5
B. Pelaksanaan
1. Bila akad sudah sempurna tetapi ternyata perempuan yang dinikahi itu saudara
perempuannya sendiri maka akadnya rusak.
2. Perkawinan anak yang masih kanak-kanak yang dilakukan oleh wali selain
ayah atau kakek. Setelah anak tersebut baliq maka si anak laki-laki atau
perempuan berhak memilih untuk meneruskan perkawinannya atau
membatalkan nya. Pemilihan ini dinamakan “KhiyarulBuluq”, memilih setelah
dewasa. Apabila salah satu pihak memilih untuk mengakhiri perkawinan maka
akadnya dirusak, fasakh.
Fuqaka dari kalangan Hanafiyah tidak membedakan antara cerai dengan talak
dan cerai dengan fasakh. Mereka berkata semua perkara yang yang datang dari pihak
suami dan tidak ada tanda-tanda datang dari perempuan maka perceraian nya
dinamakan thalaq, dan semua perceraian yang asalnya dari pihak istri dinamakan
fasakh.
Suami memiliki hak menalak, sedangkan pihak istri disediakan lembaga fasakh.
Dengan demikian, keduanya memiliki hak yang sama dalam upaya menghapus atau
6 Ibid, h. 51-52.
mencabut ikatan rumah tangga karena adanya penyebab tertentu yang dibenarkan
menurut hukum
Pisahnya suami istri akibat fasakh berbeda dengan berpisah karena talak. Talak
raji'i tidak mengakhiri ikatan suami istri dengan seketika, sedangkan talak ba’in
mengakhirinya dengan seketika. Adapun fasakh baik karena hal-hal yang terjadi
belakangan ataupun karena adanya syarat-syarat yang tidak terpenuhi, ia mengakhiri
Adapun bisanya suami istri karena fasakh tidak mengurangi bilangan talak,
meskipun terjadinya fasakh karena Khiyar Baliq. Jika keduanya rujuk kembali suami
istri masih memiliki tiga kali talak.
Jika kondisi penyebab fasakh jelas, tidak perlu pada putusan pengadilan seperti
terbukti bahwa antara suami dan istri masih saudara sesusuan. Dalam keadaan
tersebut, suami istri wajib memfasakh akad nikah dengan kemauannya. Jika kondisi
penyebab fasakh masih samar-samar perlu diputuskan oleh pengadilan dan bergantung
pada putusan tersebut, seperti fasakh karena istri musyrik atau murtad tidak mau
masuk Islam. Sebab mungkin istri musyrik tersebut mau masuk Islam kembali setelah
ada putusan pengadilan sehingga akad nikahnya tidak perlu di fasakh.
1. Suami istri masih kecil diakadkan oleh selain ayahnya atau datuknya. Setelah
dewasa, ia berhak meneruskan ikatan pernikahannya yang dahulu atau
mengakhirinya. Dalam perkawinan seperti ini berlaku khiyarBaliq jika yang
dipilih mengakhiri ikatan perkawinannya hal itu disebut fasakh akad.
2. Setelah akad nikah berlangsung ternyata istri atau suaminya adalah saudara
sesusuan.
Adapun cerai fasakh tidak mengurangi bilang thalaq. Seandainya suatu akad
dirusak dengan khiyarbuluq ( menentukan pilihan setelah baliq ) kemudian laki-laki
dan wanita itu hidup bersama kembali dengan satu ikatan perkawinan maka
perkawinan itu masih mempunyai tiga talak.
Syarat fasakh karena hal-hal yang terjadi setelah akad nikah adalah sebagai
berikut :
1. Salah seorang dari suami atau istri murtad dari Islam, dan tidak mau kembali
kepada Islam, akadnya fasakh (batal) disebabkan oleh kemurtadan.
2. Suami kafir masuk Islam, tetapi istri tetap dalam kekafirannya, akadnya batal
atau fasakh. Berbeda dengan istri yang ahli kitab, akadnya tetap sah
sebagaimana awalnya karena akad nikah dengan istri dari kalangan ahli kitab
oleh hukum Islam dipandang sah.
Murtad, artinya kembali pada kafir atau meninggalkan agama Islam dan
menjadi Penganut Agama selain Islam. Apabila orang yang melakukan kemurtadan
itu telah balik dan berakal atau mukallaf, hal tersebut sudah mutlak disebut dengan
murtad. Orang yang murtad harus ditanya alasannya jika karena tidak memahami
ajaran Islam dengan benar semua umat Islam berkewajiban melakukan dakwah
dengan menjelaskan berbagai ajaran Islam yang belum dipahaminya. Selama 3 hari
kemurtadannya harus dipulihkan dan menyuruhnya untuk bertobat dengan
bersyahadat kembali. Jika tidak bertaubat berarti dia benar-benar telah murtad. Dalam
hukum Islam sanksi hukumnya dipenggal atau dibunuh. Jika yang murtad seorang
wanita, harus dipenjarakan dan dipaksa untuk kembali bersyahadat dengan dipukul
setiap 3 hari sekali. Menurut Hasbi as siddiqi, Abu Yusuf dan Abu Hanifah
mengatakan bahwa Ibnu Abbas berkata " untuk para wanita yang murtad tidak boleh
dibunuh, tetapi harus dipenjara dan dipaksa kembali untuk masuk Islam Walaupun
demikian, apabila wanita itu dibunuh oleh seseorang pembunuhnya itu tidak
diperkenankan qishos”.
Dalam konsepsi hukum Islam seorang suami atau istri yang murtad menurut
kesepakatan ulama perkawinannya telah fasakh, bahkan dinyatakan dengan mutlak
bahwa kemurtadan membatalkan akad nikah yang telah terjadi di antara keduanya,
kemurtadan menjadi salah satu penyebab perceraian.
Perceraian yang terjadi karena suaminya murtad, menurut Imam Malik telah
dipandang sebagai talak yang disebut dengan fasakh. Hal itu disamakan dengan
perceraian disebabkan suaminya impoten, karena impoten dan murtad disebabkan oleh
pihak suami. Fasakah karena suaminya murtad sama dengan suami yang menetapkan
talak atas istrinya.
C. Akibat Hukumnya
Pada dasarnya hukum fasakh itu adalah mubah atau boleh, tidak disuruh dan
tidak pula di larang. Dasar pokok dari hukum fasakh ialah seorang atau kedua suami
isteri merasa dirugikan oleh pihak yang lain dalam perkawinannya karena ia tidak
memperoleh hak-hak yang telah ditentukan oleh syarak sebagai seorang suami atau
sebagai seoarngisteri. Akibatnya salah seorang atau kedua suami isteri tidak sanggup
lagi melanjutkan perkawinannya atau kalaupun perkawinan itu dilanjutkan juga
keadaan kehidupan rumah tangga diduga akan bertambah buruk, pihak yang dirugikan
bertambah buruk keadaannya, sedang Allah tidak menginginkan terjadinya keadaan
yang demikian.
8
Ibid, h. 129-130.
ِض ًإرُإ َ ِّ س ُحوه َُُّن ِّب َم ْع ُروفُُۚ َو َُل تُ ْم ِّس ُكوه َُُّن ِّ َ َوإ َذإ َطلَّ ْق ُُُت ٱلنِّ َسآَُء فَبَلَغ َُْن ٱَ َجلَه َُُّن فَأَم ِّْس ُكوه َُُّن ِّب َم ْع ُروفُ ٱَ ُْو
ِ
ّلل عَلَ ْي ُُْك ْ
ُِّ َّ ّلل ه ُُز ًوإُۚ َوٱذ ُك ُروإُ ِّن ْع َمتَُ ٱ ُِّ َٰ َِّل َت ْع َتدُ وإُُۚ َو َمن يَ ْف َع ُْل َ َٰذ ِّ َلُ فَقَدُْ َظ ََُل ن َُْف َسهُۥُۚ َو َُل تَ َّت ِّخ ُذ ٓوإُ َءإي
ُِّ َّ ت ٱ
َشءُ عَ ِّل مُي ُِّ ُ ّلل ب
ْ َ ِّك ُِّ َٰ ََو َمُآ ٱَ َنز َُل عَلَ ْي ُُك ِّم َُن ٱلْ ِّكت
َُ َّ ب َوٱلْ ِّح ْ َْك ُِّة يَ ِّع ُظ ُُك ِّب ِّهۦُۚ َوٱتَّ ُقوإُ ٱ
َُ َّ ّلل َوٱعْلَ ُم ٓوإُ ٱَ َُّن ٱ
Artinya :
لِضرولِضإرُإ
" Tidak boleh ada kemudharatan dan tidak boleh saling menimbulkan Kemudharatan”
إلرضريزإل
Berdasarkan Firman Allah, Al Hadits dan kaedah tersebut di atas para fuqaha
menetapkan bahwa jika dalam kehidupan suami isteri terjadi keadaan sifat atau sikap
yang menimbulkan kemudharatan pada salah satu pihak, maka pihak yang menderita
mudharat dapat mengambil prakarsa untuk memutuskan perkawinan, kemudian hakim
menfasakhkan perkawinan atau dasar pengaduan pihak yang menderita tersebut 9
9
Syafie, Ringkasan Kitab Al Umm, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007), h. 481.
1. Kedudukan perkawinan yang fasakh karena murtad menurut hukum
perkawinan Indonesia
Dari pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang nomor 3 tahun 1974
dan kompilasi hukum Islam dapat disimpulkan bahwa kedudukan perkawinan
yang fasakh karena murtad adalah sebagai berikut:
a. Perkawinan tersebut harus dibatalkan
b. Perkawinan tersebut harus dicegah
c. Perkawinan tersebut otomatis rusak dan batal
d. Bila terus dilanjutkan rumah tangganya hubungan suami istri sama
dengan berzina
e. Pihak suami atau istri berhak mengajukan permohonan talak atau gugat
cerai ke pengadilan agama agar diproses secara hukum yang
keputusannya berupa talak bukan fasakh, sehingga bagi suami atau istri
yang murtad memiliki kesempatan untuk bertaubat dan Rujuk selama
ada dalam masa iddah atau dengan akad yang baru apabila masih
tergolong talak raj'i
f. Perkawinan yang putus karena murtad tidak mengenal hitungan talak
karena berkaitan dengan pelanggaran syarat yang paling utama dalam
Islam.10
2. Akibat hukum relevansi antara undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dengan
hukum perkawinan Islam tentang fasakh nikah karena murtad.
Dalam hukum perkawinan Islami di Indonesia yang termuat dalam
undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan komplikasi hukum Islam tidak terdapat
konsep fasakh perkawinan karena murtad, hanya ada pasal-pasal yang
menjelaskan pembatalan nikah, pencegahan nikah, dan larangan nikah. Ketiga
konsep yang berkaitan dengan hal tersebut merupakan pasal-pasal yang
memberikan pemahaman bahwa apabila terdapat perkawinan yang melanggar
pasal-pasal tersebut perkawinan tersebut fasakh dan harus dibatalkan.
Misalnya dalam KHI Pasal 43 berbunyi, “ dilarang melangsungkan
perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita bekas istrinya yang ditalak
10 Ibid, h. 138.
tiga kali dan dengan seorang wanita bekas istrinya apabila hal tersebut dilakukan
fasakhlah perkawinannya. “
Demikian pula dalam KHI pasal 44 dikatakan bahwa seorang wanita Islam
dilarang melangsungkan perkawinannya dengan seorang pria yang tidak
beragama Islam. Pasal ini melarang terjadinya pernikahan antara manusia yang
berbeda agama, larangan perkawinan wanita muslim dengan pria kafir. Apabila
telah terjadi perkawinan antara Muslimah dengan muslim, lalu di perjalanan
rumah tangganya salah satu dari istri atau suaminya murtad, perkawinannya
fasakh. Hal tersebut beralasan bahwa perkawinan bertujuan untuk membangun
rumah tangga yang abadi sehingga kaum muslimin suami istri pun harus Abadi.
Demikian pula pada pasal sebelumnya, yakbi KHI pasal 40 huruf c yang
berbunyi "dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan
seorang wanita yang tidak beragama Islam". Pasal ini menjelaskan bahwa dalam
hukum perkawinan Islam kedua mempelai harus beragama Islam. Jika prianya
muslim wanitanya non muslimah atau sebaliknya perkawinannya tersebut
terlarang. Apabila telah terjadi perkawinan lalu salah satunya keluar dari Islam
atau murtad perkawinannya fasakh.
Apabila salah seorang dari suami istri itu murtad sebelum dukhul, menurut
Imam Ahmad terjadi fasakh karena perceraian tersebut dihasilkan oleh hakikat
kemurtadan. Dengan demikian para ulama Hanabilah berpendapat bahwa
kemurtadan adalah salah seorang suami istri sebelum dukhul menjadikan fasakh
perkawinannya dan tidak mengenal hitungan talak. Kaitanya dengan pendapat
tersebut Allah SWT berfirman dalam Alquran surat al-mumtahanah ayat 10:
ُُ َّ ين َءإ َمنُ ٓوإُ إ َذإ َجآ َء ُُُك ٱلْ ُمؤْ ِّمنَ َٰ تُُ ُمهَ َٰ جِّ َ َٰرتُ فَأ ْمتَ ِّح ُنوه َُُّنُۖ ٱ
ُّلل ٱَعْ َُُل ِِّبي َ َٰ ِنِّ ِّ َُّنُۖ فَا ُْن عَ ِّل ْم ُت ُُموه َُّن َُ يَ َٰ ٓأَُّيه َا ٱ َّ َِّّل
ِ ِ ِ
َُ َُوه َّمُآ ٱَنفَ ُقوإُُۚ َو َُل ُجن
اح ُُ ون لَه َُُّنُۖ َو َءإت َُ مُؤْ ِّمنَ َٰ تُ فَ َ ُل تَ ْرجِّ ُعوه َُُّن إ َ ُل ٱلْ ُكفَّا ُِّرُۖ َُل ه َُُّن ِّح ُل لَّهُ ُْم َو َُل ُُْه َ َِّيله
ِ
ْ
ٓعَلَ ْي ُُْك ٱَن تَن ِّك ُحوه َُُّن إ َذُإٓ َءإتَيْتُ ُموه َُُّن ٱُ ُج َوره َُُّنُۚ َو َُل ُت ْم ِّس ُكوُإ ِّب ِّع َص ُِّم ٱلكَ َوإ ِّف ُِّر َو ْسـَلُوإُ َمُآ ٱَنفَ ْق ُُْت َولْي َْسـَلُوإُ َمُا
ِ
ُُ َّ ّللُۖ َ َْي ُُُك بَيْنَ ُُْكُۚ َوٱ
ّلل عَ ِّل مُي َح ِّك مُي ُِّ َّ ٱَنفَ ُقوإُُۚ َ َٰذ ِّل ُُْك ُح ُُْك ٱ
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka.
Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui
bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka
kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang
kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada
(suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu
mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah
kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir;
dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka
meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-
Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Dengan demikian konsep dan penerapan fasakh nikah menurut hukum Islam dan
undang-undang perkawinannya adalah sebagai berikut:
a. Konsep fasakh perkawinan karena murtad menurut hukum perkawinan Islam
di Indonesia adalah batalnya akad nikah disebabkan melakukan perkawinan
yang dilarang oleh undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan komplikasi
hukum Islam. Undang-undang perkawinan mengedepankan prinsip
pencegahan atau antisipasi agar tidak terjadi perkawinan antara seorang pria
non muslim dengan wanita muslim atau sebaliknya sehingga apabila suami
istri yang muslim kemudian salah satunya atau keduanya murtad sehingga
perkawinannya fasakh.
b. Kedudukan perkawinan yang fasakh karena murtad menurut hukum
perkawinan Islam di Indonesia sebagaimana dijelaskan oleh undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 dan kompilasi hukum Islam sama dengan bekalnya
ikatan perkawinan tetapi pembatalannya harus diajukan oleh pihak yang
berwenang dari pihak istri atau suami atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku kepada pengadilan agama. Keputusan
pengadilan agama tidak menetapkan fasakh perkawinan, tetapi telah terjadinya
perceraian. Sehingga berlaku masa iddah bagi istri dan suami memiliki
kesempatan untuk rujuk jika kembali ke dalam Islam.
c. Relevansi antara hukum perkawinan Islam di Indonesia dengan fiqih
munakahat menitikberatkan pada fungsinya. Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 dan kompilasi hukum Islam mengedepankan pencegahan terjadinya
perkawinan yang akan mengakibatkan fasakh serta melarang terjadinya
perkawinan karena perbedaan agama. Kemurtadan suami atau istri tidak secara
tekstual dikatakan sebagai fasakh nikah, tetapi harus melalui pengajuan gugat
cerai dari salah satu pihak ke pengadilan agama Sehingga dengan alasan salah
seorang suami istri murtad Pengadilan Agama menetapkan talak. Dalam fikih
munakahat, konsep fasakh nikah karena murtad sangat jelas, sehingga
fungsinya memberikan penjelasan bahwa apabila suami atau istri murtad
terjadi fasakh baik murtad istrinya maupun suaminya, atau bersama-sama
sebelum dukhul atau sesudah dukhul. Fasakh berlaku otomatis dan tidak sama
dengan talak. Akan tetapi karena fasakh, terjadilah talak yang apabila sampai
masa iddah istrinya belum bertaubat tidak diperintahkan rujuk kembali atau
menikah dengan akad yang baru.11
11
Ibid, h. 139-144.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fasakh artinya merusak atau melepaskan tali ikatan perkawinan. Fasakh
dapat terjadi karena sebab yang berkenaan dengan akad sah atau tidaknya, atau
dengan sebab yang datang setelah berlakunya akad.
Penyebab dapat berlakunya fasakh adalah sebagai berikut :.
1. Suaminya mengalami Hiperseksual,
2. Suami miskin,
3. Suami gaib atau hilang
4. Salah satu pihak telah gila
B. Saran
Jika penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu
kami mengharap kritik dan saran. Dengan berakhirnya makalah yang kami susun
ini, kami menyadari bahwa didalamnya bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi para pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, Abdul Rahman. Fiqih Munakahat, Jakarta : Kencana Pranada Media Group,
2008.
Salim, Agus. Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam. Jakarta : Pustaka Amani
Jakarta, 2016.