Kelompok 4 (3C)
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah nya. Sholawat serta salam senantiasa kita limpahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW. Atas karunia-Nya kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Fasakh Nikah”.
Kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah
berkenan membaca makalah ini serta kepada penulis buku yang telah
membuat buku-buku untuk referensi makalah kami. Makalah ini
memaparkan tentang berbagai sumber hukum yang disepakati. Karena
para pelaku pendidik wajib menguasai berbagai materi-materi yang
diajarkan kepada murid-muridnya nanti.
Kami sebagai penyusun sebagai manusia yang banyak khilaf
dan kesalahan meminta maaf kepada para pembaca jika terdapat
kesalahan dalam penulisan kata, nama, dan gelar baik yang disengaja
ataupun tidak disengaja. Saran dan kritik bisa disampaikan langsung
kepada kami.
KATA PENGANTAR........................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................3
A. Pengertian Fasakh...................................................................3
B. Penyebab Terjadinya Fasakh..................................................3
C. Pelaksanaan Fasakh................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan sebuah kebahagiaan yang tak terlupakan
bagi dua insan yang disatukan dalam sebuah ikatan yang halal nan
suci yaitu pernikahan. Setiap manusia pasti membutuhkan pasangan
untuk menemani hidupnya. Oleh karena itu, pernikahan merupakan
separuh dari agama. Pernikahan juga bernilai ibadah jika diniatkan
hanya semata-mata karena Allah SWT. bukan karena hawa nafsu
atau hal yang lainnya.
Pernikahan merupakan upaya dalam bentuk ibadah dan
menghindarkan dari perzinahan. Allah SWT menyuruh manusia
yang sudah sanggup lahir dan batin untuk menikah, jika belum
sanggup maka berpuasa cara untuk menghindarkan zinah. Ketika
seseorang berniat melakukan pernikahan, maka ia harus bersiap
menghadapi yang namanya permasalahan. Maka dari itu jika ada
seseorang yang ingin melakukan pernikahan mereka harus
memahami dan mempunyai ilmu yang mumpuni tentang
perkawinan. Sebab, membangun rumah tangga itu laksana dua
orang insan yang sedang berlabuh menghadapi samudera yang
sangat luas, mereka harus siap menhadapi gelombang laut, badai,
dan tiupan angin yang tidak terduga. Mereka harus tau apa saja
ilmu yang dibutuhkan dalam pernikahan, salah satunya adalah
Fasakh. Fasakh itu penyebab rusaknya pernikahan seseorang karena
faktor-faktor tertentu.
1
2
B. Rumusan Masalah
Agar penulisan ini sesuai dengan pokok pembahasan, kami akan
memaparkan beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan masalah
yang kami ajukan yaitu :
1.B.1 Apa yang dimaksud dengan Fasakh?
1.B.2 Bagaimana penyebab terjadinya Fasakh?
1.B.3 Bagaimana pelaksanaan Fasakh?
1
Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Fiqh Munakahat 2, Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2015, hlm. 105.
2
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid
Sabiq (Terj. Ahmad Tarmidzi, Lc, dkk), Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013, hlm. 534.
3
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 3, hlm. 633.
3
4
2. Karena Gila
3. Karena Penyakit Kusta
4
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2003), hlm, 109
6
5
Ibid., hlm. 110
6
Kamal Muchatar, Asas-asas Hukum Islam dalam Perkawinan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1993), cet Ke-3, hlm. 213
7
bahkan ada yang diderita oleh keduanya.7 Jika terjadi cacat pada
salah satu pihak, baik suami ataupun isteri, sehingga menganggu
kelestarian suami isteri tersebut, atau menimbulkan penderitaan
pada salah satu pihak atau membahayakan hidup, atau mengancam
jiwa salah satu pihak, maka yang bersangkutan berhak mengadukan
permasalahannya pada hakim, kemudian pengadilan memfasakhkan
perkawinan mereka.8
7
Abu Malik Kamal bin Assyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2007), Jilid III, hlm.635
8
Djmaan Nur, Fiqih Munakahat, (Semarang: CV Toha Putra, 1993),
hlm.171
8
seperti pisah yang terjadi karena talak. Fasakh yang terjadi, baik
karena sebab tertentu setelah nikah atau sebab lain yang
berkaitan dengan akad, maka hal itu langsung menghalangi
(membatalkan) hubungan suami-isteri dengan seketika. Dan
pisah yang disebabkan karena fasakh tidak berlaku hitungan
talak.
3. Fasakh atas Keputusan Hakim (Pengadilan)
Dalam kondisi tertentu, sebab fasakh itu tidak diketahui
dengan jelas, maka perlu adanya keputusan hukum (syariat) dan
perkaranya divonis sesuai keputusannya. Seperti fasakh yang
terjadi, karena tidak ada kepedulian isteri yang musyrik kepada
Islam, ketika suaminya masuk Islam. Jika kemungkinan karena
isteri menahan diri, maka tidak terjadi fasakh dalam akadnya.
Hal ini perlu diberi keputusan berdasarkan pertimbangan yang
teliti, cermat, dan bijaksana dari hakim (syariat).9
9
Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq,
(Jaktim: Pustaka Al-Kautasar, 2013), hlm. 534
10
Sudarsono, hukum perkawinan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta,1991),
hlm. 135
9
a) Khulu’
16
Jannati, Fiqh Perbandingan Lima Madzhab, Penerjemah Ibnu Alwi
Bafaqih (Jakarta: Cahaya, 2007) jil. 3, hlm. 560.
17
Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Penerjemah Fathur Rakhman (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007) hlm. 133.
11
18
Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqh (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hlm.
19
Mubarok, Modifikasi Hukum Islam (jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002, cet.1), hlm. 259.
12
20
Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009, cet.3), hlm. 197.
21
Abdul Rahman Ghazaly, Op.Cit, hlm. 168
13
22
Darmiko Suhendra, KHULU’ DALAM PERSFEKTIF HUKUM ISLAM,
Jurnal: ASY-SYAR‟IYYAH, Vol. 1 No. 1, Juni 2016, hlm. 230. Diakses pada 24
September 2020
23
Sudirman, Fiqh Kontemporer: (Contemporary Studies of Fiqh), (Sleman:
Deepublish, 2018), hlm. 348
PENUTUP
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16
15