Anda di halaman 1dari 9

“RUJUK”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Fikih Munakahat B

Dosen Pengampu

Siliwangi, S.Ag. M.H.I

Di susun oleh : Kelompok 8


Halimah : 20.11.1047

Nurul Mufidah : 20.11.1071

FAKULTAS SYARIAH

PRODI AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM

MARTAPURA

2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur Kita Panjatkan Kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Esa, Karena Berkat Limpahan Rahmat Taufiqnya Lah Maka Kami Dapat
Menyelesaikan Sebuah Makalah Dengan Tepat Waktu.

Penulis Mengucapkan Terima Kasih Kepada Semua Pihak Yang Telah


Memberikan Bantuan Dan Saran Atas Penyusunan Makalah Ini. Kepada
“Siliwangi, S.Ag, M.H.I” Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah “Fikih
Munakahat B”. Penulis Menyadari Masih Banyak Kekurangan Dalam
Penyusunan Makalah Ini., Untuk Itu Penulis Mengharapkan Saran Dan Masukan
Untuk Perbaikan. Semoga Makalah Ini Dapat Bermanfaat Baik Bagi Penulis
Maupun Pembaca.

Martapura, 6 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 2

A. Definisi Rujuk................................................................................ 2
B. Macam-macam Rujuk .................................................................... 2
C. Syarat, Rukun dan Hikmah Rujuk ................................................. 3

BAB III PENUTUP ................................................................................ 5

A. Kesimpulan ................................................................................... 5
B. Saran .............................................................................................. 5

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkawinan adalah akad yang menimbulkan kebolehan bergaul antara laki-laki dan
perempuan dalam tuntutan naluri kemanusiaan dalam kehidupan, dan menjadikan
untuk kedua pihak secara timbal balik hak-hak dan kewajiban-kewajiban Dan ia
adalah sunatullah pada hamba-hamba Nya, dengan perkawinan Allah menghendaki
agar mereka mengemudikan bahtera kehidupan.Demi menjaga kehormatan dan
martabat kemuliaan manusia, Allah mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya,
sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan
berdasarkan rasa saling meridhoi dengan ucapan ijab qabul sebagai lambang adanya
rasa ridho meridhoi. Namun didalam perkawianan tentu saja ada sebuah perselisihan
yang mana bisa berujung dengan perceraian, namun apabila kedua belah pihak ingin
bersatu kembali, maka islam mengaturnya dengan sebuta Rujuk.
Rujuk merupakan upaya untuk berkumpul kembali setelah terjadinyaperceraian,
para ulama sepakat bahwa rujuk itu diperbolehkan dalam islam. Upaya rujuk ini
diberikan sebagai alternatif terakhir untuk menyambung kembali hubungan lahir batin
yang telah putus. Rujuk dapat menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki
dengan perempuan sebagaimana dalam perkawinan, namun antara keduanya terdapat
perbedaan yang prinsip dalam rukun yang dituntut untuk sahnya kedua bentuk
lembaga tersebut. Ulama sepakat bahwa rujuk tidak memerlukan wali untuk
mengakadkannya, tidak perlu dihadiri oleh kedua orang saksi dan tidak perlu mahar.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan rujuk?
2. Apa saja macam-macam rujuk?
3. Apa syarat, rukun dan hikmah rujuk?

C. Tujuan Masalah
Untuk memenuhi tugas membuat makalah Fikih Munakhat B

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Rujuk
Rujuk berasal dari bahasa arab yaitu raja‟a - yarji‟u - ruju‟an yang berarti kembali
atau mengembalikan. Rujuk menurut istilah adalah mengembalikan status hukum
perkawinan secara penuh setelah terjadi thalak raj‟i yang dilakukan oleh bekas suami
terhadap bekas istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu1. Rujuk juga
memiliki arti mengembalikan istri yang telah di thalaq kepada perkawinan yang asal
sebelum diceraikan2
B. Macam-macam Rujuk
1. Hukum rujuk pada thalq raj’i
Kaum muslimin telah sependapat bahwa suami mempunyai hak rujuk istri
pada talak raji selama masih berada dalam masa iddah tanpa mempertimbangkan
persetujuan istri, Fuqoha juga sependapat bahwa syariat talak raji ini harus terjadi
setelah dukhul (pergaulan) dan rujuk dapat terjadi dengan kata-kata dan saksi.
Adapun batas-batas tubuh bekas istri yang boleh dilihat oleh suami, fuqoha
berselisih pendapat mengenai batas-batas yang boleh dilihat oleh suami dari
istrinya yang dijatuhi talak raj‟i selama ia berada dalam masa iddah.
Malik berpendapat bahwa suami tidak boleh bersepi-sepi dengan istri
tersebut, tidak boleh masuk kekamarnya kecuali atas persetujuan istri, dan tidak
boleh melihat rambutnya. Abu Hanifah berpendapat bahwasanya tidak mengapa
(tidak berdosa) istri tersebut berhias diri untuk suaminya, memakai wangiwangian,
serta menampakan jari-jemari dan celak. Pendapat ini dikemukakan pula oleh
Tsauri, Abu Yusuf, dan Auza‟i.

2. Hukum Rujuk pada Talak Bain


Talak bain bisa terjadi karena bilangan talak yang kurang dari tiga. Ini
terjadi pada yang belum digauli tanpa diperselisihkan. Talak bain bisa terjadi pada
istri yang menerima khulu‟, dengan silang pendapat. Hukum rujuk sesudah talak
tersebut sama dengan nikah baru, yakni tentang persayaratan adanya mahar, wali,

1
Djaman Nur, Fiqih Munakahat, (Bengkulu: Dina Utama Semarang, 1993), h.174
2
Sulaiman Rasyid, Fikih Islam, (Jakarta : Attahiriyyah, 1954), hlm. 395.
2
dan persetujuan. Hanya saja, jumhur fuqoha berpendapat bahwa untuk perkawinan
ini tidak dipertimbangkan berakhirnya masa iddah. Mazhab sepakat tentang orang
yang telah menalak istrinya dengan talak tiga. Ia tidak boleh menikahinya lagi
hingga istrinya yang telah ditalaknya dinikahi oleh orang lain dan disetubuhi
dalam pernikahan yang sah. Adapun, yang dimaksud pernikahan dalam masalah
ini adalah termasuk persetubuhannya. Hal ini merupakan sayarat
diperbolehkannya menikahi lagi bagi suami pertama mantan istrinya tersebut
bercerai dengan suami yang baru.3

C. Syarat, Rukun dan Hikmah Rujuk


➢ Syarat dan Rukun Rujuk
Rukun dan syarat-syarat rujuk adalah hal yang harus dipenuhi untuk terlaksananya
sebuah perbuatan rujuk tersebut. Di antara rukun dan syarat-syarat rujuk tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Keadaan istri sudah dicampuri, karena istri yang belum dicampuri apabila
ditalak, terus putus pertalian antara keduanya4, Jika istri dicerai belum pernah
dicampuri, maka tidak sah rujuk, tetapi harus dengan perkawinan baru lagi.
2. Istri yang tertentu. Kalau suami menalak beberapa istrinya, kemudian ia rujuk
kepada salah seorang dari mereka dengan tidak ditentukan siapa yang
dirujukkan, rujuknya itu tidak sah.
3. Talaknya adalah talak raj‟i. jika ia ditalak dengan talak tebus atau talak tiga, ia
talak dapat dirujuk lagi.5
➢ Hikmah Rujuk
Hikmah yang terkandung dalam penetapan hak ruju‟ bagi seorang suami ialah-
bahwa seorang manusia tidak akan merasakan keagungan nikmat dan ketinggian
kedudukannya melainkan jika ia telah dijauhkan darinya.
Selain yang telah dijelaskan di atas bahwa hikmah rujuk juga diantaranya:
1. Menghindarkan murka Allah, karena perceraian itu sesuatu yang sangat dibenci.
2. Untuk menjaga keutuhan keluarga, dan menghindari perpecahan keluarga.

3
Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab, (Bandung: Hasyimi,
2013). h .354
4
Selamet Abidin, Fikih Munakahat, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 154
5
Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2011), h. 328
3
Terlebih lagi adalah untuk menyelamatkan masa depan anak keturunan. Perceraian
yang terjadi dengan alasan apapun tetap saja menimbulkan efek negatif pada anak.
3. Mewujudkan islah atau perdamaian. Meski hakikatnya hubungan perkawinan
suami istri bersifat antar pribadi, namun hal ini sering melibatkan keluarga besar
masing-masing

4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Rujuk berasal dari bahasa arab yaitu raja‟a - yarji‟u - ruju‟an yang berarti kembali
atau mengembalikan. Rujuk menurut istilah adalah mengembalikan status hukum
perkawinan secara penuh setelah terjadi thalak raj‟i yang dilakukan oleh bekas suami
terhadap bekas istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu. Adapun
macam-macam rujuk : hukum rujuk thalaq raj’I dan hukum rujuk thalaq bain. Syarat,
dan rukun rujuk :
1. Keadaan istri sudah dicampuri, karena istri yang belum dicampuri apabila
ditalak, terus putus pertalian antara keduanya, Jika istri dicerai belum pernah
dicampuri, maka tidak sah rujuk, tetapi harus dengan perkawinan baru lagi.
2. Istri yang tertentu. Kalau suami menalak beberapa istrinya, kemudian ia rujuk
kepada salah seorang dari mereka dengan tidak ditentukan siapa yang
dirujukkan, rujuknya itu tidak sah.
3. Talaknya adalah talak raj‟i. jika ia ditalak dengan talak tebus atau talak tiga, ia
talak dapat dirujuk lagi
Hikmah rujuk :
1. Menghindarkan murka Allah, karena perceraian itu sesuatu yang dibenci.
2. Untuk menjaga keutuhan keluarga, dan menghindari perpecahan keluarga.
3. Mewujudkan islah atau perdamaian.
B. Saran
Demikian makalah ini saya susun, saya menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih ada kesalahan baik dari segi pemahaman dan segi penulisannya
sendiri. Dan saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak hal yang belum sempat terbahas. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai bahan
evaluasi untuk memotifasi makalah saya selanjutnya. Serta saya meminta maaf
apabila terdapat kesalahan kata pada tugas ini. Semoga tugas makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

5
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Selamet, Fikih Munakahat. 1999. Bandung : CV Pustaka Setia.

Al- Allamah, Syaikh Muhammad bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi, 2013. Fiqih


Empat Mazhab Bandung: Hasyimi.

Hasan, Syaikh Ayyub.2011. Fikih Keluarga. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Nur, djaman. 1993. Fikih Munakahat. Bengkulu : Dina Utama Semarang.

Rasyid, Sulaiman, 1954. Fikih Islam. Jakarta : Attahiriyyah.

Anda mungkin juga menyukai