Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAAN V

“TALAK”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


Awal Muawan Said
Isriah Hafid
Indah Cahyani

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Al-Islam Kemuhammaidyahan

V yang Berjudul “Talak”

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena

itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang bersifat

membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Makassar , Oktober 2017

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI .............................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I. PENDAHULUAN ............................................. Error! Bookmark not defined.
A. LATAR BELAKANG ......................................... Error! Bookmark not defined.
B. RUMUSAN MASALAH ..................................... Error! Bookmark not defined.
C. TUJUAN PENULISAN ....................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II. PEMBAHASAN .......................................... Error! Bookmark not defined.
A. DEFINISI TALAK .............................................. Error! Bookmark not defined.
B. HUKUM TALAK ................................................ Error! Bookmark not defined.
C. MACAM – MACAM TALAK ............................ Error! Bookmark not defined.
D. RUKUN TALAK ................................................. Error! Bookmark not defined.
E. SYARAT TALAK ............................................... Error! Bookmark not defined.
F. TALAK YANG TIDAK SAH ............................. Error! Bookmark not defined.
BAB III. PENUTUP .................................................. Error! Bookmark not defined.
A. KESIMPULAN .................................................... Error! Bookmark not defined.
B. SARAN ................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................................ Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu dari syari’at Islam adalah tentang perkawinan, talak, cerai, dan rujuk.
Keempat hal ini sudah di atur dalam hukum Islam, baik dalam al-Qur’an maupun dalam
Hadits Rasulullah SAW. Perkawinan merupakan peristiwa yang sering kita jumpai
dalam hidup ini, bahkan setiap hari banyak umat Islam yang melakukan perkawinan.

Selanjutnya tentang masalah talak, hal ini juga tidak jarang kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Kita lihat di televisi banyak para artis yang melaporkan isterinya
ke KUA lantaran hal sepele, dan dengan gampangnya mengucapkan kata talak. Padahal
dalam al-Qur’an sudah jelas bahwa perbuatan yang paling di benci Allah adalah talak.
dari sini jika kita menengok kejadian-kejadian yang menimpa suami isteri yang
bercerai maka patut kita bertanya ada apa di balik semua itu.

Kita ketahui bahwa tindak lanjut dari talak itu sendiri akan berakibat perceraian.
Dan hal itu akan menambah penderitaan dari kaum itu sendiri jika melakukan sebuah
perceraian. Tetapi hukum Islam disamping menentukan hukum juga memberikan
alternatif jalan keluar yang bisa di tempuh oleh pasangan suami Isteri jika ingin
mempertahankan hubungan pernikahan mereka. Hal itu bisa di tempuh dengan
melakukan rujuk dan menyesali perbuatan yang telah di lakukan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun Rumusan Masalah yang ada pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja yang dimaksud pengertian talak?
2. Apa saja hukum talak?
3. Apa saja macam-macam talak?
4. Apa saja rukun talak?
5. Apa saja syarat talak?
6. Apa saja talak yang tidak sah?

1
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan dan penyusunan makalah ini
adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pengertian talak.


2. Untuk mengetahui apa saja hukum talak.
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam talak.
4. Untuk mengetahui apa saja rukun talak.
5. Untuk mengetahui apa saja syarat talak.
6. Untuk mengetahui apa saja talak yang tidak sah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI TALAK
َ َ ‫ )ا‬berarti memutuskan, melepaskan, dan
Secara etimologis “Talak” (‫طَلق‬
meninggalkan. Sedangkan menurut pengertian Syarak ialah nama bagi suatu pelepasan
tali pernikahan antara suami dan istri.

B. HUKUM TALAK
Dalam ajaran Islam Talak diperbolehkan (mubah) sebagai jalan terakhir ketika
kehidupan rumah tangga mengalami jalan buntu, talak hanya dapat dilakukan apabila
hubungan perkawinan sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Tentang talak ini,
Rasulullah bersabda :

‫الطَلَق للا ا ٰلى ْال َحَلَل ا َ ْبغَض‬

Artinya :

“Perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah Talak.” (HR. Abu Dawud dan
Ibnu Majah dan dianggap shohih oleh Imam Al-Hakim)

Berdasarkan Hadist tersebut menurut Jumhur Ulama hukum talak itu mubah tetapi
lebih baik dijauhi. Apabila dilihat latar belakang terjadinya talak, maka hukum talak
bisa berubah kepada :

1. Wajib
Talak menjadi wajib hukumnya apabila hakim tidak menemukan jalan lain,
kecuali talak, yang bisa ditempuh untuk meredakan pertikaian yang terjadi
diantara suami dan istri.

2. Haram
Seorang laki – laki diharamkan menjatuhkan talak kepada sang istri bila
tidak memiliki tujuan yang jelas. Sebab, yang demikian itu akan berdampak

3
buruk bagi pihak perempuan. Talak juga diharamkan ketika istri dalam keadaan
haid atau dalam keadaan suci yang sudah digauli.

3. Mubah
Hukum talak bisa menjadi mubah jika seorang istri memiliki akhlak yang
buruk, jelek tabiatnya dalam bermuamalah, melalaikan hak suami, dan lain
sebagainya. Sehingga tujuan pernikahan yang diinginkan tidak tercapai sama
sekali.

4. Sunnah
Hukum talak akan menjadi sunnah apabila keadaan rumah tangga sudah sulit
dipertahankan, dan apabila dipertahankan akan lebih banyak bahayanya,
misalnya seorang istri tidak mau atau lalai dalam menjalankan hak – hak Allah
SWT, seperti sholat, puasa, dan lain sebagainya.

Setelah beberapa kali diperintahkan agar jangan melalaikan perintah Allah SWT,
namun seorang istri tetap tidak menghiraukannya, maka suami disunnahkan untuk
menceraikannya. Sebab, hal tersebut akan merugikan kehidupan beragama mereka,
yang merupakan inti dari kebahagiaan sejati.

C. MACAM – MACAM TALAK


Dilihat dari segi kondisi istri yang ditalak, maka talak terbagi menjadi 2 macam,
yaitu :

1. Talak Sunni
Yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami pada istrinya dalam keadaan suci dan
tidak disetubuhi dalam masa suci itu.

2. Talak Bid’ah
Yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya dalam keadaan
menstruasi (haidl) atau dalam keadaan suci tetapi telah disetubuhi saat dijatuhkan
talak.

4
Jumhur Ulama telah sepakat mengatakan, bahwa talak sunni adalah talak yang
dianggap halal. Sedangkan talak bid’ah hukumnya haram, namun sah talaknya.

Dilihat dari boleh atau tidaknya suami merujuk atau kembali kepada istrinya,
maka talak dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

3. Talak Roj’i
Yaitu talak yang dijatukhan oleh suami kepada istrinya talak ke satu atau ke
dua kali atas inisiatif suami. Talak ini memberi hak kepada suami untuk merujuk
atau kembali kepada istrinya yang telah ditalak dengan atau cukup mengatakan “
Aku telah merujukmu kembali ” tanpa melalui akad nikah baru, jika istri dalam
masa iddah, dan disunnahkan pada saat rujuk tersebut menghadirkan dua orang
saksi yang adil. Jika masa iddahnya telah berakhir dan suami belum merujuknya,
maka dengan demikian telah terjadi talak ba’in terhadapnya.

4. Talak Ba’in
Yaitu talak yang tidak memberikan hak kepada suami untuk merujuk atau
kembali kepada istrinya kecuali melalui akad nikah baru. Talak Ba’in dibagi
menjadi 2 macam, yaitu :

a) Talak Ba’in Sughro

Misalnya talak pertama atau kedua yang didahului oleh tebusan (iwadl)
dari pihak istri, atau talak terhadap istri yang belum pernah dikumpuli. Suami
yang menjatuhkan talak ba’in sughro tidak boleh merujuk atau kembali
kepada istrinya kecuali dengan akad nikah yang baru.

b) Talak Ba’in Kubro

Yaitu talak yang ketiga kali. Talak ini menyebabkan suami tidak boleh
merujuk istrinya, kecuali istri yang ditalak telah menikan dengan laki – laki
lain setelah keduanya berhubungan intim kemudian bercerai dengan talak
ba’in kubro dan telah habis masa iddahnya.

5
Ditinjau dari segi pengucapannya, talak dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Talak Sharikh
Yaitu talak yang diucapkan suami dengan menggunakan kata – kata yang jelas
dan tegas tidak mengandung arti lain kecuali talak itu sendiri. Ungkapannya cukup
dengan sengaja mengucapkan tidak butuh niat. Seperti dengan mngucapkan “ Aku
cerai,” atau “ Kamu telah aku cerai”.

2. Talak Kinayah
Yaitu talak yang diucapkan dengan menggunakan kata sindiran talak, kata –
kata seperti ini membutuhkan niat dari yang mengucapkan. Karena, kata – kata
yang diucapkan tidak menunjukkan pengertian talak. Seperti mengucapkan “
Pulanglah engkau kepada orang tuamu”.

Adapun macam – macam talak yang lain, yaitu :

1. Talak Munjaz dan Mu’allaq


Talak Munjaz yaitu talak yang diberlakukan kepada istri tanpa adanya
penangguhan. Misalnya seorang suami mengatakan kepada istrinya “ Kamu telah
dicerai “. Maka istri telah ditekan dengan apa yang diucapkan oleh suaminya.
Sedangkan talak Mu’allaq adalah talak yang digantungkan oleh suami dengan
suatu perbuatan yang akan dilakukan oleh istrinya pada masa mendatang. Seperti
suami mengatakan kepada istrinya “ Jika kamu berangkat kerja, berarti kamu telah
ditalak “. Maka talak tersebut berlaku sah dengan keberangkatan istrinya untuk
kerja.

2. Talak Takhyir dan Tamlik


Talak Takhyir adalah dua pilihan yang diajukan oleh suami kepada istrinya,
yaitu melanjutkan rumah tangga atau bercerai. Jika si istri memilih bercerai, maka
berarti ia telah ditalak. Sedangkan talak Tamlik adalah talak dimana seorang suami
mengatakan kepada istrinya “ Aku serahkan urusanmu kepadamu” atau “
Urusanmu berada ditanganmu sendiri”. Jika dengan ucapan itu istrinya

6
mengatakan “ Berarti aku telah ditalak”, maka berarti ia telah ditalak satu Raj’i.
Imam Malik dan sebagian ulama lainnya berpendapat, bahwa apabila istri yang
telah diserahi tersebut menjawab “ Aku memilih talak tiga “, maka ia telah ditalak
Ba’in oleh suaminya. Dengan talak tiga ini, maka si suami tidak boleh rujuk atau
kembali kepada istrinya, kecuali setelah mantan istrinya dinikahi oleh laki – laki
lain.

3. Talak Wakalah dan Kitabah


Yaitu jika seorang suami mewakilkan kepada seseorang untuk mentalak
istrinya atau dengan menuliskan surat kepada istrinya yang memberitahukan
perihal perceraiannya, lalu istrinya menerima hal itu, maka ia telah ditalak.

4. Talak Haram
Yaitu apabila suami mentalak istrinya dalam satu kalimat atau mentalak dalam
tiga kalimat, akan tetapi dalam satu majelis. Seperti jika suami mengatakan kepada
istrinya “ kamu ditalak tiga”. Atau mengatakan “ Kamu aku talak, talak dan talak
“. Menurut Ijma’ Ulama, talak seperti ini diharamkan.

Dalil yang melandasinya adalah Hadist Rasulullah SAW mengenai seorang laki –
laki yang mentalak tiga istrinya dalam satu kalimat. Lalu beliau berdiri dan marah
seraya mengatakan “ Apakah Kitab Allah hendak dipermainkan, sedang aku masih
berada di tengah – tengah kalian?” Hingga ada seseorang berdiri seraya berkata, “
Wahai Rasulullah, izinkan aku membunuhnya “ (HR. Nasa’i)

D. RUKUN TALAK
Adapun rukun – rukun talak adalah sebagai berikut :
1. Suami
Hak talak hanya dimiliki oleh laki – laki karena ia lebih bisa mengendalikan
emosi, dan lebih sanggup memikul beban – beban kehidupan. Sehingga, seorang
laki – laki tidak tergesa – gesa ketika harus menjatuhkan talak kepada istrinya. Ia

7
lebih bisa mendahulukan akal daripada perasaan. Sebagaimana Rasulullah SAW
bersabda :

َّ ‫بااسَّاق ٲ َ َخذَ ل َم ْن ال‬


‫ط ََلق ٳنَّ َما‬

Artinya :

“ Talak itu hanyalah bagi yang mempunyai kekuatan (suami).” (HR. Ibnu
Majah dan Daruquthni)

2. Istri
Istri dikenai hukum talak bila berada dalam empat keadaan. Pertama, benar –
benar ada hubungan pernikahan diantara keduanya (suami istri). Kedua, seorang
istri masih berada dalam masa iddah talak raj’i atau bainunah sughra. Ketiga,
seorang istri berada dalam masa iddah perceraian yang diakui oleh syari’at.
Keempat, seorang istri berada dalam masa iddah fasakh yang diakui oleh syari’at.

3. Sighat Talak
Sighat talak adalah lafal yang menyebabkan terputusnya hubungan
pernikahan, baik secara jelas (sharih) maupun sindiran (kinayah) dengan syarat
harus disertai dengan adanya niat. Namun demikian, tidak cukup hanya dengan
niat saja, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW :

َ ‫ٲ َ ْويَ ْع َملوابه يَتَ َكلَّموا ٲَ ْنف‬.


ْ َ‫س َها َمالَ ْم به َما َحدَّث‬
‫ت ت َ َج َاوزَ لئا َّمتي للَ ٳ َّن‬

Artinya :

“Sesungguhnya Allah memberikan ampunan bagi umatku apa – apa yang


terdetik di dalam hati mereka, selama mereka ucapkan atau kerjakan.”
(Muttafaqun ‘Alaih)

8
Secara umum, sighat talak terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Mutlak
Sighat mutlak adalah lafal yang telah diucapkan tanpa syarat apapun. Sighat
Mutlak dibagi menjadi dua, yatitu sharih (jelas) dan kinayah (sindiran). Mutlak
sharih adalah lafal talak yang dpat dipahami maknanya saat diucapkan, dan tanpa
mengandung makna lain. Lafadz sharih tidak membutuhkan niat. Hanya saja lebih
utama jika disertai dengan kata “istri”. Misalnya, seorang laki – laki mengatakan,
“ Istriku saya talak “.

Mutlak kinayah adalah lafal talak yang mengandung banyak makna, sehingga
bisa ditakwilkan dengan makna yang berbeda – beda. Lafadz talak yang tergolong
kinayah terbagi menjadi dua, yaitu kinayah Zhahirah dan Muhtamilah. Kinayah
zhahirah adalah sindiran yang jelas. Misalnya, seorang suami berkata kepada
istrinya “ Beriddahlah “. Maka, kata – kata tersebut termasuk dalam kategori
kinayah zhahirah, yaitu sindiran yang hampir bisa dipastikan maksudnya adalah
talak. Sedangkan kinayah muhtamilah adalah sindiran yang mengandung banyak
makna (multi tafsir). Misalnya, seorang laki – laki mengatakan kepada istrinya, “
Saya melepaskanmu “.

Imam Malik mengatakan bahwa kinayah muhtamilah itu tergantung kepada


niat. Jika seseorang meniatkan talak, maka keduanya harus dipisahkan. Sedangkan
jika tidak meniatkan talak maka keduanya masih sah sebagai suami istri.

Jumhur ulama mengatakan bahwa kinayah muhtamilah yang diucapkannya itu


sama sekali tidak menyebabkan talak.

2. Muqayyad
Kadang – kadang seorang laki – laki mengucapkan lafal talak kepada istrinya
dengan embel – embel kata tertentu berupa syarat atau pengecualian.

9
Berapa hal yang biasanya dijadikan sebagai syarat dan pengecualian dalam
talak, yaitu :

a) Kehendak
Salah satu syarat atau pengecualian yang disandingkan dengan lafal talak
adalah kehendak, baik kehendak Allah maupun kehendak Manusia. Misalnya,
seorang laki – laki berkata kepada istrinya, “ Engkau saya talak, jika Allah
berkehendak “.
b) Perbuatan di Masa Depan
Biasanya, ketika seseorang mengaitkan lafal talak dengan perbuatan yang
akan terjadi di masa depan maka ia tidak bisa dilepaskan dari tiga perkara.
Pertama, perbuatan yang mungkin atau tidak mungkin terjadi. Misalnya,
seorang laki – laki berkata kepada istrinya, “ Jika Umar masuk kerumah, maka
engka akan ditalak “.

Syarat ini mungkin terjadi dan mungkin juga tidak akan terjadi. Kedua,
perbuatan yang pasti terjadi. Misalnya, seorang suami mengatakan kepada istrinya,
“ Jika matahari terbit maka engkau akan ditalak”. Ketiga, perbuatan yang biasanya
terjadi. Misalnya, seorang suami mengatakan kepada istrinya, “ Jika engkau haid
maka engkau akan ditalak “.

E. SYARAT TALAK
Suami yang menceraikan istrinya disyaratkan :

1. Telah dewasa.
2. Berakal sehat.
3. Atas kesadaran dan kehendak sendiri.
4. Ucapan talak yang dikemukakannya berdasarkan kesadaran dan kesengajaan.

10
F. TALAK YANG TIDAK SAH
1. Talak karena dipaksa
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu syarat sahnya talak
adalah harus berasal dari keinginan suami sendiri. Dalam ketentuan syara’, jika
seseorang dipaksa untuk kufur, dan ia benar – benar tidak bisa menghindari
darinya, maka ia boleh melakukannya dan tidak berdosa. Hal tersebut sesuai
dengan firman Allah SWT :

‫ط َمىن َوقَ ْلبه ٲ ْكرهَ ٳ ََّّل َم ْن‬


ْ ‫ب ْاَّل ْي َمن م‬

Artinya :

“...kecuali, orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap tenang dalam
briman (ia tidak berdosa)...” (QS. An-Nahl [16]: 106).

Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum talak yang diucapkan oleh seorang
suami yang dipaksa melakukannya adalah tidak sah, dan tidak mengakibatkan
terjadinya perceraian. Madzhab Syafi’i termasuk dalam kelompok ini, hanya saja
mereka membedakan antara ada atau tidaknya niat didalamnya. Talak yang
dipaksa dan dilandasi oleh niat maka hukumnya sah. Sebaliknya, jika talak yang
dipaksa tersebut tidak mengandung unsur niat maka talaknya tidak sah.

2. Talak yang diucapkan oleh orang yang mabuk


Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum talak yang diucapkan oleh
orang yang mabuk. Jumhur ulama mengatakan bahwa talak yang diucapkan oleh
orang yang mabuk hukumnya sah. Alasannya, mabuk yang dialaminya adalah
perbuatan dan keinginan sendiri.

Imam asy-Syaukani Rahimakumullah mengatakan, “orang yang mabuk dan


tidak bisa menggunakan akalnya maka talaknya tidak sah, karena tidak adanya
‘illat yang menyebabkan sahnya talak. Syariat telah menentukan hukum talak bagi

11
orang yang mabuk. Sehingga, akal kita tidak boleh melangkahinya dengan
mengatakan bahwa hukum talak orang tersebut adalah sah.”

3. Talak yang diucapkan oleh orang yang sedang marah


Berdasarkan penelitian yang mendalam, ada tiga jenis atau tingkatan
kemarahan :

a) Pertama, orang yang sedang marah sampai akalnya tidak berfungsi, kemudian
ia menjatuhkan talak kepada istrinya, maka talaknya tidak sah dan tidak
menyebabkan perceraian diantara keduanya. Biasanya, orang yang sedang
marah besar tidak menyadari apa yang diucapkan, karena ia sudah dikuasai
emosi dan nafsu.
b) Kedua, marah yang terkendali sehingga akal seseorang yang mengalaminya
masih berfungsi dengan baik. Para ulama sepakat bahwa orang yang
mengucapkan talak dalam keadaan marah seperti ini, hukumnya sah dan
keduanya harus dipisahkan.
c) Ketiga, marah yang berada di antara keduanya, yaitu antara berlebih-lebihan
dan terkendali. Para ulama sepakat bahwa orang yang menjatuhkan talak
dalam keadaan marah seperti ini, hukumnya sah dan kedua pasangan harus
dipisahkan.
4. Talak yang diucapkan tanpa niat (kesengajaan)
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum talak yang diucapkan oleh
seseorang tanpa sadar atau unsur kesengajaan. Jumhur ulama berpendapat bahwa
talak yang diucapkannya adalah sah, dan keduanya harus dipisahkan. Hal tersebut
sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :

“Tiga perkara yang seriusnya adalah serius, dan candanya adalah serius, yaitu
nikah, talak, dan rujuk”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi).

Sedangkan menurut Muhammad Baqir, Ja’far Shadiq, serta salah satu


pendapat Imam Ahmad dan Imam Malik bin Anas menegaskan bahwa talak yang

12
diucapkan tanpa adanya unsur kesengajaan maka hukumnya tidak sah, dan
keduanya tetap berada dalam ikatan tali pernikahan. Oleh karena itu, talak yang
tidak mengandung unsur kesengajaan hanyalah permainan yang tidak terkena
sanksi hukum. Pendapat ini Didasarkan pada Firman Allah SWT yang
menjelaskan tentang pentingnya Azam (keinginan/niat). Berikut :

‫ط ٰلقَ َوٳ ْن‬


َّ ‫سميْع للاَ فَٳ َّن َعزَ م ْواا‬
َ ‫َعليْم‬

Artinya :

“Dan, jika mereka berazam (berketetapan hati untuk) talak, maka


sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah
[2]: 227)

Termasuk dalam kategori ini adalah talak yang dijatuhkan oleh seseorang
yang lupa atau lalai. Rasulullah SAW juga bersabda, “Amalan itu tergantung pada
niat”.

5. Talak yang diucapkan oleh orang yang terkejut


Dalam kehidupan sehari – hari kita sering menjumpai orang yang latah.
Sehingga, ia mudah mengatakan ucapan sesuatu tanpa sadar, dan terjadi secara
spontan. Dalam keadaan seperti ini, talak yang diucapkannya adalah tidak sah, dan
keduanya tetap berada dalam ikatan pernikahan.

6. Talak yang diucapkan oleh anak kecil


Imam Malik berpendapat talak yang diucapkan oleh anak kecil tidak berlaku
sampai ia mencapai usia baligh. Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa talak
yang diucapkan anak kecil tidak berlaku sampai umurnya mencapai dua belas
tahun.

13
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini

Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

A. KESIMPULAN
Setelah kami menguraikan sekilas lalu tentang permasalahan talak(perceraian), ada
beberapa keterangan baik ayat Al Quran dan Hadits nabiMuhammad SAW, sudah
membuka tabir pikiran dan wawasan yang selama inimasih ada hijab yang
menutupinya karena kurang meresapi dan menghayati ajaran tentang permasalahan
perceraian, diantara beberapa keterangan singkat tersebut diatas penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut :

1. Talaq ialah melepaskan atau membatalkan ikatan perkawinan.


2. Talaq merupakan perbuatan halal yang sangat dibenci oleh Allah dan
hukumnyamakruh atau telarang, hukum talaq dapat berubah menjadi sunnah,
wajib dan haram tergantung kondisi dan penyebabnya.

B. SARAN
1. Menyarankan agar dapat memahami dan mengerti betapa baiknya
mempelajari tentang permasalahan talaq (perceraian) dalam hidup ini, sebab
barangkali disuatu saat kita berada dalam permasalahan tersebut.

14
2. Menyarankan agar saling membina dan membimbing antar keluarga agar
terjalin hubungan yang harmonis untuk menghindari diri dan keluarga dari
perceraian.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Toto Drs. 2002, Fiqih, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan


Agama Islam DEPAG RI

Ahnan, Ust, Mahtuf. 2003, Risalah Fiqih Wanita, Surabaya : Terbit terang

Alhamdani, H.S.A. 1989, Risalah Nikah, Bandung : Pustaka Amani

Dian, Fajri, Yasmina. 2002, Suami Romantis, Bandung : PT. Syamil cipta Media

Rahman, H Abdul, Drs. 1988, Fiqih, Bandung : CV. Armico

______________.2004, Menjaga Kesucian Cinta, Jakarta : PT Kimus Bia Tadzkia

16
17

Anda mungkin juga menyukai