Anda di halaman 1dari 19

TALAK ATAU PERCERAIAN

Mata Kuliah : FIQIH


Dosen Pengampu : Firman Rudiansyah, Lc, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 13
Miftahul QodrilMubarok

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


DARUL FATTAH BANDAR LAMPUNG
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021

i
KATA PENGANTAR

ْ ‫ ِه َو َأ‬3ِ‫لِيْنَ َو َعلَى آل‬3‫س‬


‫ َحابِ ِه‬3‫ص‬ َ ‫ا ِء َو ا ْل ُم ْر‬33َ‫ف اَأل ْنبِي‬ ْ ‫الَ ُم َعلَى َأ‬3‫الس‬
ِ ‫ َر‬3‫ش‬ َّ ‫ا ْل َح ْم ُد ِهللِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِميْنَ َو‬
َّ ‫الَةُ َو‬3‫الص‬
: ‫ َو بَ ْع ُد‬، َ‫َأ ْج َم ِعيْن‬
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa selesainya makalah ini bukan karena
usaha penulis sendiri, namun berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan jazakumullahu khairan kepada:
1. Ustadz. Firman Rudiansyah, Lc, M.Pd.
2. Asatidz yang telah mendoakan, mendidik, dan mengajarkan berbagai ilmu
kepada penulis.
3. Kakak-kakak, adik-adik serta segenap keluarga besar penulis yang telah
mendoakan, memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis.
4. Segenap Ikhwah yang telah banyak membantu penulis dalam mengatasi
berbagai kesulitan, khususnya dalam penulisan makalah ini.
Penulis berharap semoga Allah melimpahkan belas kasih-Nya dan
membalas amalan mereka dengan jannah-Nya amin.

‫الر ِح ْيم‬ ُ ‫ َو ت ُْب َع َل ْي َنا ِإ َّنكَ َأ ْنتَ الت ََّّو‬. ‫س ِم ْي ُع ا ْل َع ِل ْي ُم‬


َّ ‫اب‬ َّ ‫َر َّب َنا َت َق َّب ْل ِم َّنا ِإ َّنكَ َأ ْنتَ ال‬

Bandar Lampung, 26 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
A. LATAR BELAKANG........................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH.................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................
A. Definisi Talak......................................................................................................
B. Hukum Talak.......................................................................................................
C. Macam – macam Talak.......................................................................................
D. Rukun Talaq........................................................................................................
E. Syarat Talak.........................................................................................................
F. Talak yang Tidak Sah........................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................13


A. KESIMPULAN...............................................................................................13
B. SARAN...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu dari syari’at Islam adalah tentang perkawinan, talak, cerai, dan
rujuk. Keempat hal ini sudah di atur dalam hukum Islam, baik dalam al-Qur’an
maupun dalam Hadits Rasulullah SAW. Perkawinan merupakan peristiwa yang
sering kita jumpai dalam hidup ini, bahkan setiap hari banyak umat Islam yang
melakukan perkawinan.

Selanjutnya tentang masalah talak, hal ini juga tidak jarang kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Kita lihat di televisi banyak para artis yang melaporkan
isterinya ke KUA lantaran hal sepele, dan dengan gampangnya mengucapkan kata
talak. Padahal dalam al-Qur’an sudah jelas bahwa perbuatan yang paling di benci
Allah adalah talaq. dari sini jika kita menengok kejadian-kejadian yang menimpa
suami isteri yang bercerai maka patut kita bertanya ada apa di balik semua itu.

Kita ketahui bahwa tindak lanjut dari talak itu sendiri akan berakibat
perceraian. Dan hal itu akan menambah penderitaan dari kaum itu sendiri jika
melakukan sebuah perceraian. Tetapi hukum Islam disamping menentukan hukum
juga memberikan alternatif jalan keluar yang bisa di tempuh oleh pasangan suami
Isteri jika ingin mempertahankan hubungan pernikahan mereka. Hal itu bisa di
tempuh dengan melakukan rujuk dan menyesali perbuatan yang telah di lakukan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang dimaksud pengertian talak?     
2. Apa saja hukum talak?     
3. Apa saja macam-macam talak?  
4. Apa saja rukun talak?       
5. Apa saja syarat talak?       
6. Apa saja talak yang tidak sah?

1
  
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan dan penyusunan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pengertian talak.    
2. Untuk mengetahui apa saja hukum talak.
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam talak.
4. Untuk mengetahui apa saja rukun talak.         
5. Untuk mengetahui apa saja syarat talak.         
6. Untuk mengetahui apa saja talak yang tidak sah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Talak
Secara etimologis “Talak” (ُ‫ )اَطاَل ق‬berarti memutuskan, melepaskan, dan
meninggalkan. Sedangkan menurut pengertian Syarak ialah nama bagi suatu
pelepasan tali pernikahan antara suami dan istri.

B. Hukum Talak
Dalam ajaran Islam Talak diperbolehkan (mubah) sebagai jalan terakhir
ketika kehidupan rumah tangga mengalami jalan buntu, talak hanya dapat dilakukan
apabila hubungan perkawinan sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Tentang talak
ini, Rasulullah bersabda :
ُ َ‫ض ا ْل َحالَ ِل اِ ٰلى هللاِ الطال‬
‫ق‬ ُ ‫اَ ْب َغ‬
Artinya :
“Perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah Talak.” (HR. Abu
Dawud dan Ibnu Majah dan dianggap shohih oleh Imam Al-Hakim)

Berdasarkan Hadist tersebut menurut Jumhur Ulama hukum talak itu mubah
tetapi lebih baik dijauhi. Apabila dilihat latar belakang terjadinya talak, maka hukum
talak bisa berubah kepada :
1. Wajib
Talak menjadi wajib hukumnya apabila hakim tidak menemukan jalan
lain, kecuali talak, yang bisa ditempuh untuk meredakan pertikaian yang terjadi
diantara suami dan istri

2. Haram
Seorang laki – laki diharamkan menjatuhkan talak kepada sang istri bila
tidak memiliki tujuan yang jelas. Sebab, yang demikian itu akan berdampak buruk
bagi pihak perempuan. Talak juga diharamkan ketika istri dalam keadaan haid
atau dalam keadaan suci yang sudah digauli.

3
3. Mubah
Hukum talak bisa menjadi mubah jika seorang istri memiliki akhlak yang
buruk, jelek tabiatnya dalam bermuamalah, melalaikan hak suami, dan lain
sebagainya. Sehingga tujuan pernikahan yang diinginkan tidak tercapai sama
sekali.

4. Sunnah
Hukum talak akan menjadi sunnah apabila keadaan rumah tangga sudah
sulit dipertahankan, dan apabila dipertahankan akan lebih banyak bahayanya,
misalnya seorang istri tidak mau atau lalai dalam menjalankan hak – hak Allah
SWT, seperti sholat, puasa, dan lain sebagainya.

Setelah beberapa kali diperintahkan agar jangan melalaikan perintah Allah


SWT, namun seorang istri tetap tidak menghiraukannya, maka suami disunnahkan
untuk menceraikannya. Sebab, hal tersebut akan merugikan kehidupan beragama
mereka, yang merupakan inti dari kebahagiaan sejati. 

C. Macam – macam Talak


Dilihat dari segi kondisi istri yang ditalak, maka talak terbagi menjadi 2
macam, yaitu :
1. Talak Sunni
Yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami pada istrinya dalam keadaan suci
dan tidak disetubuhi dalam masa suci itu.

2. Talak Bid’ah
Yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya dalam keadaan
menstruasi (haidl) atau dalam keadaan suci tetapi telah disetubuhi saat dijatuhkan
talak.

Jumhur Ulama telah sepakat mengatakan, bahwa talak sunni adalah talak
yang dianggap halal. Sedangkan talak bid’ah hukumnya haram, namun sah
talaknya.

4
Dilihat dari boleh atau tidaknya suami merujuk atau kembali kepada istrinya,
maka talak dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Talak Roj’i
Yaitu talak yang dijatukhan oleh suami kepada istrinya talak ke satu atau
ke dua kali atas inisiatif suami. Talak ini memberi hak kepada suami untuk
merujuk atau kembali kepada istrinya yang telah ditalak dengan atau cukup
mengatakan “ Aku telah merujukmu kembali ” tanpa melalui akad nikah baru, jika
istri dalam masa iddah, dan disunnahkan pada saat rujuk tersebut menghadirkan
dua orang saksi yang adil.  Jika masa iddahnya telah berakhir dan suami belum
merujuknya, maka dengan demikian telah terjadi talak ba’in terhadapnya.

2. Talak Ba’in
Yaitu talak yang tidak memberikan hak kepada suami untuk merujuk atau
kembali kepada istrinya kecuali melalui akad nikah baru. Talak Ba’in dibagi
menjadi 2 macam, yaitu
a) Talak Ba’in Sughro
Misalnya talak pertama atau kedua yang didahului oleh tebusan (iwadl)
dari pihak istri, atau talak terhadap istri yang belum pernah dikumpuli. Suami
yang menjatuhkan talak ba’in sughro tidak boleh merujuk atau kembali kepada
istrinya kecuali dengan akad nikah yang baru.
b) Talak Ba’in Kubro
Yaitu talak yang ketiga kali. Talak ini menyebabkan suami tidak boleh
merujuk istrinya, kecuali istri yang ditalak telah menikan dengan laki – laki
lain setelah keduanya berhubungan intim kemudian bercerai dengan talak ba’in
kubro dan telah habis masa iddahnya.

Ditinjau dari segi pengucapannya, talak dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Talak Sharikh
Yaitu talak yang diucapkan suami dengan menggunakan kata – kata yang
jelas dan tegas tidak mengandung arti lain kecuali talak itu sendiri. Ungkapannya

5
cukup dengan sengaja mengucapkan tidak butuh niat. Seperti dengan mngucapkan
“ Aku cerai,” atau “ Kamu telah aku cerai”.

2. Talak Kinayah
Yaitu talak yang diucapkan dengan menggunakan kata sindiran talak, kata
– kata seperti ini membutuhkan niat dari yang mengucapkan. Karena, kata – kata
yang diucapkan tidak menunjukkan pengertian talak. Seperti mengucapkan “
Pulanglah engkau kepada orang tuamu”.

Adapun macam – macam talak yang lain, yaitu :


1. Talak Munjaz dan Mu’allaq
Talak Munjaz yaitu talak yang diberlakukan kepada istri tanpa adanya
penangguhan. Misalnya seorang suami mengatakan kepada istrinya “ Kamu telah
dicerai “. Maka istri telah ditekan dengan apa yang diucapkan oleh suaminya.
Sedangkan talak Mu’allaq adalah talak yang digantungkan oleh suami dengan
suatu perbuatan yang akan dilakukan oleh istrinya pada masa mendatang. Seperti
suami mengatakan kepada istrinya “ Jika kamu berangkat kerja, berarti kamu telah
ditalak “. Maka talak tersebut berlaku sah dengan keberangkatan istrinya untuk
kerja.

2. Talak Takhyir dan Tamlik


Talak Takhyir adalah dua pilihan yang diajukan oleh suami kepada
istrinya, yaitu melanjutkan rumah tangga atau bercerai. Jika si istri memilih
bercerai, maka berarti ia telah ditalak. Sedangkan talak Tamlik adalah talak
dimana seorang suami mengatakan kepada istrinya “ Aku serahkan urusanmu
kepadamu” atau “ Urusanmu berada ditanganmu sendiri”. Jika dengan ucapan itu
istrinya mengatakan “ Berarti aku telah ditalak”, maka berarti ia telah ditalak satu
Raj’i. Imam Malik dan sebagian ulama lainnya berpendapat, bahwa apabila istri
yang telah diserahi tersebut menjawab “ Aku memilih talak tiga “, maka ia telah
ditalak Ba’in oleh suaminya. Dengan talak tiga ini, maka si suami tidak boleh
rujuk atau kembali kepada istrinya, kecuali setelah mantan istrinya dinikahi oleh
laki – laki lain.

6
3. Talak Wakalah dan Kitabah
Yaitu jika seorang suami mewakilkan kepada seseorang untuk mentalak
istrinya atau dengan menuliskan surat kepada istrinya yang memberitahukan
perihal perceraiannya, lalu istrinya menerima hal itu, maka ia telah ditalak.

4. Talak Haram
Yaitu apabila suami mentalak istrinya dalam satu kalimat atau mentalak
dalam tiga kalimat, akan tetapi dalam satu majelis. Seperti jika suami mengatakan
kepada istrinya “ kamu ditalak tiga”. Atau mengatakan “ Kamu aku talak, talak
dan talak “. Menurut Ijma’ Ulama, talak seperti ini diharamkan.

Dalil yang melandasinya adalah Hadist Rasulullah SAW mengenai


seorang laki – laki yang mentalak tiga istrinya dalam satu kalimat. Lalu beliau
berdiri dan marah seraya mengatakan “ Apakah Kitab Allah hendak
dipermainkan, sedang aku masih berada di tengah – tengah kalian?” Hingga ada
seseorang berdiri seraya berkata, “ Wahai Rasulullah, izinkan aku membunuhnya
“ (HR. Nasa’i)

D. Rukun Talaq
1. Suami
Hak talak hanya dimiliki oleh laki – laki karena ia lebih bisa
mengendalikan emosi, dan lebih sanggup memikul beban – beban kehidupan.
Sehingga, seorang laki – laki tidak tergesa – gesa ketika harus menjatuhkan talak
kepada istrinya. Ia lebih bisa mendahulukan akal daripada perasaan. Sebagaimana
Rasulullah SAW bersabda :

ِ ‫ق لِ َم ْن ٲَخَ َذ بِااس‬
‫َّاق‬ ُ ‫ٳِنَّ َما الطَّاَل‬
Artinya :
“ Talak itu hanyalah bagi yang mempunyai kekuatan (suami).” (HR. Ibnu
Majah dan Daruquthni)

2. Istri

7
Istri dikenai hukum talaq bila berada dalam empat keadaan. Pertama,
benar – benar ada hubungan pernikahan diantara keduanya (suami istri). Kedua,
seorang istri masih berada dalam masa iddah talak raj’i atau bainunah sughra.
Ketiga, seorang istri berada dalam masa iddah perceraian yang diakui oleh
syari’at. Keempat, seorang istri berada dalam masa iddah fasakh yang diakui oleh
syari’at.

3. Sighat Talaq
Sighat talaq adalah lafal yang menyebabkan terputusnya hubungan
pernikahan, baik secara jelas (sharih) maupun sindiran (kinayah) dengan syarat
harus disertai dengan adanya niat. Namun demikian, tidak cukup hanya dengan
niat saja, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW :

.‫ت بِ ِه ٲَ ْنفُ َسهَا َمالَ ْم يَتَ َكلَّ ُموا ٲَوْ يَ ْع َملُوابِ ِه‬
ْ َ‫او َزلُِئا َّمتِي َما َح َّدث‬
َ ‫ٳِ َّن هللَ تَ َج‬
Artinya :
“Sesungguhnya Allah memberikan ampunan bagi umatku apa – apa yang
terdetik di dalam hati mereka, selama mereka ucapkan atau kerjakan.”
(Muttafaqun ‘Alaih)

Secara umum, sighat talak terbagi menjadi dua, yaitu :


a) Mutlak
Sighat mutlak adalah lafal yang telah diucapkan tanpa syarat apapun.
Sighat Mutlak dibagi menjadi dua, yatitu sharih (jelas) dan kinayah (sindiran).
Mutlak sharih adalah lafal talak yang dpat dipahami maknanya saat diucapkan,
dan tanpa mengandung makna lain. Lafadz sharih tidak membutuhkan niat.
Hanya saja lebih utama jika disertai dengan kata “istri”. Misalnya, seorang laki
– laki mengatakan, “ Istriku saya talak “.

Mutlak kinayah adalah lafal talak yang mengandung banyak makna,


sehingga bisa ditakwilkan dengan makna yang berbeda – beda. Lafadz talak
yang tergolong kinayah terbagi menjadi dua, yaitu kinayah Zhahirah dan
Muhtamilah. Kinayah zhahirah adalah sindiran yang jelas. Misalnya, seorang
suami berkata kepada istrinya “ Beriddahlah “. Maka, kata – kata tersebut

8
termasuk dalam kategori kinayah zhahirah, yaitu sindiran yang hampir bisa
dipastikan maksudnya adalah talak. Sedangkan kinayah muhtamilah adalah
sindiran yang mengandung banyak makna (multi tafsir). Misalnya, seorang laki
– laki mengatakan kepada istrinya, “ Saya melepaskanmu “.

Imam Malik mengatakan bahwa kinayah muhtamilah itu tergantung


kepada niat. Jika seseorang meniatkan talak, maka keduanya harus dipisahkan.
Sedangkan jika tidak meniatkan talak maka keduanya masih sah sebagai suami
istri.

Jumhur ulama mengatakan bahwa kinayah muhtamilah yang


diucapkannya itu sama sekali tidak menyebabkan talak.

b) Muqayyad
Kadang – kadang seorang laki – laki mengucapkan lafal talak kepada
istrinya dengan embel – embel kata tertentu berupa syarat atau pengecualian.

Berapa hal yang biasanya dijadikan sebagai syarat dan pengecualian


dalam talak, yaitu :
 Kehendak
Salah satu syarat atau pengecualian yang disandingkan dengan lafal
talak adalah kehendak, baik kehendak Allah maupun kehendak Manusia.
Misalnya, seorang laki – laki berkata kepada istrinya, “ Engkau saya talak,
jika Allah berkehendak “.

 Perbuatan di Masa Depan


Biasanya, ketika seseorang mengaitkan lafal talak dengan perbuatan
yang akan terjadi di masa depan maka ia tidak bisa dilepaskan dari tiga
perkara. Pertama, perbuatan yang mungkin atau tidak mungkin terjadi.
Misalnya, seorang laki – laki berkata kepada istrinya, “ Jika Umar masuk
kerumah, maka engkau akan ditalak “.

9
Syarat ini mungkin terjadi dan mungkin juga tidak akan terjadi.
Kedua, perbuatan yang pasti terjadi. Misalnya, seorang suami mengatakan
kepada istrinya, “ Jika matahari terbit maka engkau akan ditalak”. Ketiga,
perbuatan yang biasanya terjadi. Misalnya, seorang suami mengatakan
kepada istrinya, “ Jika engkau haid maka engkau akan ditalak “.

E. Syarat Talak
Suami yang menceraikan istrinya disyaratkan :
a) Telah dewasa.
b) Berakal sehat.
c) Atas kesadaran dan kehendak sendiri.
d) Ucapan talak yang dikemukakannya berdasarkan kesadaran dan kesengajaan.

F. Talak yang Tidak Sah


1. Talak karena dipaksa
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu syarat sahnya
talak adalah harus berasal dari keinginan suami sendiri. Dalam ketentuan syara’,
jika seseorang dipaksa untuk kufur, dan ia benar – benar tidak bisa menghindari
darinya, maka ia boleh melakukannya dan tidak berdosa. Hal tersebut sesuai
dengan firman Allah SWT :

‫ط َمىِ ۢ ُّن بِااْل ْي َم ِن‬


ْ ‫ٳِاَّل َم ْن ٲُ ْك ِرهَ َوقَ ْلبُهُ ُم‬
Artinya :
“...kecuali, orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap tenang dalam
briman (ia tidak berdosa)...” (QS. An-Nahl [16]: 106).

Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum talak yang diucapkan oleh


seorang suami yang dipaksa melakukannya adalah tidak sah, dan tidak
mengakibatkan terjadinya perceraian. Madzhab Syafi’i termasuk dalam kelompok
ini, hanya saja mereka membedakan antara ada atau tidaknya niat didalamnya.
Talak yang dipaksa dan dilandasi oleh niat maka hukumnya sah. Sebaliknya, jika
talak yang dipaksa tersebut tidak mengandung unsur niat maka talaknya tidak sah.

10
2. Talak yang diucapkan oleh orang yang mabuk
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum talak yang diucapkan oleh
orang yang mabuk. Jumhur ulama mengatakan bahwa talak yang diucapkan oleh
orang yang mabuk hukumnya sah. Alasannya, mabuk yang dialaminya adalah
perbuatan dan keinginan sendiri.

Imam asy-Syaukani Rahimakumullah mengatakan, “orang yang mabuk


dan tidak bisa menggunakan akalnya maka talaknya tidak sah, karena tidak
adanya ‘illat yang menyebabkan sahnya talak. Syariat telah menentukan hukum
talak bagi orang yang mabuk. Sehingga, akal kita tidak boleh melangkahinya
dengan mengatakan bahwa hukum talak orang tersebut adalah sah.”

3. Talak yang diucapkan oleh orang yang sedang marah


Berdasarkan penelitian yang mendalam, ada tiga jenis atau tingkatan
kemarahan :
a) Pertama, orang yang sedang marah sampai akalnya tidak berfungsi,
kemudian ia menjatuhkan talak kepada istrinya, maka talaknya tidak sah dan
tidak menyebabkan perceraian diantara keduanya. Biasanya, orang yang
sedang marah besar tidak menyadari apa yang diucapkan, karena ia sudah
dikuasai emosi dan nafsu.
b) Kedua, marah yang terkendali sehingga akal seseorang yang mengalaminya
masih berfungsi dengan baik. Para ulama sepakat bahwa orang yang
mengucapkan talak dalam keadaan marah seperti ini, hukumnya sah dan
keduanya harus dipisahkan.
c) Ketiga, marah yang berada di antara keduanya, yaitu antara berlebih-lebihan
dan terkendali. Para ulama sepakat bahwa orang yang menjatuhkan talak
dalam keadaan marah seperti ini, hukumnya sah dan kedua pasangan harus
dipisahkan.

4. Talak yang diucapkan tanpa niat (kesengajaan)


Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum talak yang diucapkan oleh
seseorang tanpa sadar atau unsur kesengajaan. Jumhur ulama berpendapat bahwa

11
talak yang diucapkannya adalah sah, dan keduanya harus dipisahkan. Hal tersebut
sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :

“Tiga perkara yang seriusnya adalah serius, dan candanya adalah serius,
yaitu nikah, talak, dan rujuk”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi).

Sedangkan menurut Muhammad Baqir, Ja’far Shadiq, serta salah satu


pendapat Imam Ahmad dan Imam Malik bin Anas menegaskan bahwa talak yang
diucapkan tanpa adanya unsur kesengajaan maka hukumnya tidak sah, dan
keduanya tetap berada dalam ikatan tali pernikahan. Oleh karena itu, talak yang
tidak mengandung unsur kesengajaan hanyalah permainan yang tidak terkena
sanksi hukum. Pendapat ini Didasarkan pada Firman Allah SWT yang
menjelaskan tentang pentingnya Azam (keinginan/niat). Berikut :

َ ‫َوٳِ ْن َع َز ُموْ ااطَّ ٰل‬


‫ق فَٳ ِ َّن هللاَ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
Artinya :
“Dan, jika mereka berazam (berketetapan hati untuk) talak, maka
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah
[2]: 227)
Termasuk dalam kategori ini adalah talak yang dijatuhkan oleh seseorang
yang lupa atau lalai. Rasulullah SAW juga bersabda, “Amalan itu tergantung pada
niat”.

5. Talak yang diucapkan oleh orang yang terkejut


Dalam kehidupan sehari – hari kita sering menjumpai orang yang latah.
Sehingga, ia mudah mengatakan ucapan sesuatu tanpa sadar, dan terjadi secara
spontan. Dalam keadaan seperti ini, talak yang diucapkannya adalah tidak sah,
dan keduanya tetap berada dalam ikatan pernikahan.

6. Talak yang diucapkan oleh anak kecil


Imam Malik berpendapat talak yang diucapkan oleh anak kecil tidak
berlaku sampai ia mencapai usia baligh. Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan

12
bahwa talak yang diucapkan anak kecil tidak berlaku sampai umurnya mencapai
dua belas tahun.

13
BAB III
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini

Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca yang budiman


memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

A. KESIMPULAN
Setelah penulis menguraikan sekilas lalu tentang
permasalahan talaq ( p e r c e r a i a n ) , ada beberapa keterangan
b a i k a y a t A l Q u r a n d a n H a d i t s n a b i Muhammad SAW, sudah
m e m b u k a t a b i r p i k i r a n d a n w a w a s a n y a n g s e l a m a i n i masih ada hijab
yang menutupinya karena kurang meresapi dan menghayati ajaran tentang
permasalahan perceraian, diantara beberapa keterangan singkat tersebut
diatas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Talaq ialah melepaskan atau membatalkan ikatan perkawinan.
2. Talaq merupakan perbuatan halal yang sangat dibenci oleh Allah dan
hukumnyamakruh atau telarang, hukum talaq dapat berubah menjadi
sunnah, wajib dan haram tergantung kondisi dan penyebabnya.

B. SARAN
1. Menyarankan agar dapat memahami dan mengerti betapa baiknya
mempelajari tentang permasalahan talaq (perceraian) dalam hidup ini,
sebab barangkali disuatu saat kita berada dalam permasalahan tersebut.

14
2. M e n y a r a n k a n agar saling membina dan membimbing
a n t a r k e l u a r g a a g a r   terjalin hubungan yang harmonis untuk
m e n g h i n d a r i d i r i d a n k e l u a r g a d a r i  perceraian.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://sandraagustiya.blogspot.co.id/2015/02/makalah-fiqih-talak.html
(diakses hari jumat, 10 Desember 2021)

http://zanhaola.blogspot.co.id/2013/06/talak-syarat-rukun-dan-akibatnya.html
(diakses hari jumat, 10 Desember 2021)

http://nurulkhaifa.blogspot.co.id/2015/02/makalah-talak.html
(diakses hari jumat, 10 Desember 2021)

http://jokodalank.blogspot.com/2016/08/makalah-talak.html
(diakses hari jumat, 10 Desember 2021)

16

Anda mungkin juga menyukai