Anda di halaman 1dari 12

HADIS TENTANG HUKUM TALAK TIGA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Hadis Hukum Perbandingan Madzhab

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Idri, M.Ag.

Disusun oleh:

Nailatur Rahma Izzati 05040523046


Nisrina Ruliana Salsabila 05030523055

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah
tentang ’’Hukum Nikah tanpa Wali/Saksi’’.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Hadis Hukum Perbandingan Mazhab yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada anggota-anggota yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Dengan makalah yang berjudul “Hadis Tentang Hukum Talak Tiga” ini diharapkan
membawa manfaat bagi pembaca semua yang telah membacanya sebagai sumber penambah
pengetahuan. Kami menyadari adanya kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, untuk
itu mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah
ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Surabaya, 23 Maret 2024

ii
DAFTAR ISI

HADIS TENTANG HUKUM TALAK TIGA


KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………...…. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………...... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Talak …………………………………………………………. 2
2.2 Hadis tentang hukum talak tiga …………………………………………………… 2
2.3 Makna mufrodat Hadis tentang Hukum Talak Tiga ……………………..……… 3
2.4 Menganalisis Hadis tentang Hukum Talak Tiga Menurut Madzhab Fikih .… 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………….... 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hadis hukum talak tiga merupakan sebuah hadis yang penting dalam hukum Islam
yang mengatur mengenai perceraian. Latar belakang hadis ini dapat ditemukan dalam
kitab-kitab hadis, terutama dalam koleksi hadis yang dikenal sebagai Kutubus Sittah
(enam kitab utama hadis Sunni).

Hadis ini merujuk kepada ajaran Nabi Muhammad SAW mengenai hukum perceraian,
khususnya talak atau pembatalan perkawinan. Dalam Islam, talak adalah suatu hak yang
dimiliki oleh suami untuk mengakhiri perkawinan dengan istri. Talak yang dilakukan
secara berturut-turut (talak tiga) memiliki konsekuensi yang serius dalam hukum Islam,
di mana setelah talak ketiga, perceraian dianggap sah dan istri tidak lagi dapat
dikembalikan ke suaminya tanpa proses pernikahan baru yang sah.

Latar belakang hadis ini mencakup konteks historis di mana Islam berkembang dan
masyarakat Arab pada masa itu mengalami berbagai perubahan sosial, termasuk dalam
hal perkawinan dan perceraian. Hadis ini memberikan pedoman bagi umat Islam dalam
menghadapi situasi perceraian dan menegaskan pentingnya keadilan, keseimbangan, dan
pertimbangan yang matang dalam menangani masalah ini sesuai dengan ajaran Islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian talak?
2. Jelaskan bagaimana bunyi hadits hukum talak 3!
3. Bagaimana pandangan para ulama mengenai hukum talak 3?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Talak


Menurut Zakariyya Al-Anshori, yang telah dikutip oleh Ghozali, talak adalah melepas
tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya. Ahmad imam menyebutkan talak
merupakan terlepasnya ikatan diantara suami istri. Sementara itu menurut Abdullah Al-
Tuwaijiri talak merupakan sebagai merupakan perbuatan melepaskan tali pernikahan.1
Dapat dipahami bahwa talak merupakan tindakan suami terhadap istrinya terhadap
dalam bentuk melepaskan hubungan dan ikatan atau tali rumah tanggga yang dibangun
semenjak akad pernikahan dilangsungkan.
Hukum asal talak (baik yang mengatakan jaiz maupun makruh) kemudian bisa
mengarah kepada hukum lainnya seperti sunnah, wajib, dan haram tergantung pada kondisi
saat talak itu dilakukan.
1. Mubah: talak hukumnya mubah ketika diperlukan seperti tidak memiliki harapan dari
kebaikan yang akan diterima dari istri
2. Sunnah: sunnah dilakukan ketika istri sudah melanggar perintah-perintah Allah
3. Wajib: wajib dilakukan ketika hubungan suami istri retak karena terjadi percekcokan
yang tidak mungkin lagi keduanya bersama
4. Haram: haram dilakukan ketika waktu-waktu tertentu seperti saat istri sedang
haid/dilakukan ketika istri sedang suci dari haid akan tetapi si suami sempat
menggaulinya terlebih dahulu
5. Makruh: makruh dilakukan ketika talak sama sekali tidak diperlukan sehingga adanya
talak tidak ada manfaatnya bagi kedua nya 2
2.2 Hadis tentang hukum talak tiga
,‫ َط اَل ُق الَث اَل ِث واِحَد ٍة‬, ‫ َك اَن الَّط اَل ُق َع َلى َع ْهِد َر ُسوُل هللا ﷺ َو َأِبي َب ْك ٍر َو َس َنَت ْي ِن ِمْن ِخاَل َفِة ُع َمَر‬: ‫َع ِن اْب ِن َع َّباٍس َق اَل‬
‫ (رواه‬. ‫ َفَلْو َأْم َض ْي َن اُه َع َلْي ِه ْم َفَأْم َض اُه َع َلْي ِه ْم‬,‫ ِإَّن الَّن اَس َقِد اْس َت ْع َج ُلوا ِفي َأْم ٍر َقْد َك اَنْت َلُهْم ِفْيِه َأَن اُه‬:‫َفَقاَل ُع َم ُر ْبُن اْلَخ اَّط اِب‬
)‫مسلم‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA dia berkata: “Talak pada masa Rasulullah SAW
dan masa Abu Bakar serta dua tahun pada masa pemerintahan Umar r.a adalah talak tiga
yang diucapkan sekaligus dihitung satu. Lalu Umar berkata “Orang-orang ini ingin
menyegerakan urusan yang semestinya mereka berhak untuk meperlambatkannya, sebaiknya

1
Abi Dawud Sulaiman bin al-Asy’as al-Sajastani, Sunan Abi Dawud,(Riyadh: Bait al Afkar al-Dauliyyah
Linnasyr,1420 H), hlm.570.
2
Abdus Sami’ Ahmad Imam, Pengantar…., hlm.149-152

2
kami putuskan saja pada mereka”. Lalu Umar membuat keputusan bahwa talak tiga yang
diucapkan sekaligus benar- benar berlaku tiga”. (HR. Muslim)

Hadits di atas dapat dipahami, dari kemarahan Rasulullah bahwa talak tiga dengan satu kali
ucapan dapat membuat jatuhnya talak tiga. Sebab, bila talak itu tidak menjadi talak tiga atau
menjadi talak satu maka Rasulullah tidak perlu untuk bersikap marah. Karena ikatan suami
isteri belum berakhir. Sehingga suami dapat kembali bercampur dengan isterinya tanpa harus
menyatakan rujuk, jika memang tidak ada talak yang jatuh maka suami dapat kembali rujuk
kepada isterinya, bila talak yang jatuh itu talak satu.
Dan pada hadits riwayat Ibnu Abba RA di atas dapat dipahami bahwa pendapat Umar ini
adalah ijtihad dia sendiri yang tujuanya demi terwujudnya kemaslahatan menurut
pandangannya, namun tidak boleh meninggalkan fatwa Rasulullah saw, dan yang menjadi
pegangan para sahabat beliau pada masa Umar dan pada masa khalifah Umar.

2.3 Makna mufrodat Hadis tentang Hukum Talak Tiga


Dalam Kamus Arab Indonesia, talak berasal dari ‫ يطلق طالقا‬-‫ طلق‬bercerai. Sedangkan dalam
kamus AL-munawwir, talak artinya berpisah, bercerai.3
Ada beberapa menurut istilah talak
1. yang Artinya: Talak itu ialah menghilangkan ikatan pernikahan atau mengurangi
pelepasan ikatan dengan menggunakan kata kata tertentu.4
2. Yang artinya: Talak menurut syara' ialah melepaskan tali perkawinan dan mengakhiri
tali pernikahan suami isteri.5
3. Talak menurut syara' ialah nama untuk melepaskan tali ikatan nikah dan talak itu
adalah lafaz jahiliyah yang setelah Islam datang menetapkan lafaz itu sebagai kata
melepaskan nikah. Dalil-dalil tentang talak adalah berdasarkan Al-Kitab, As-Sunnah,
dan Ijma' ahli agama dan ahlus sunnah.6
‫الطالق‬l : talak tiga (sekali ucap) masih di hukumi talak satu. Dulu pada zaman nabi dan abu
bakar dan dua tahun pada Khalifah umar, maka dari itu bahwa talak tiga (sekali ucap) masih
di hukumi talak satu.
‫طالق الثالث‬: Setelah itu Umar berkata, sesungguhnya manusia selalu terburu-buru dalam
menindak suatu masalah yang sebenarnya telah di berikan keleluasaan pada mereka. Kalaulah
mereka di berikan suatu hukum, niscaya mereka akan mengerjakannya. (Maksudnya tuh
hukum mengucapkan talak tiga dengan sekali ucap pada istrinya
3
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an,
1973, hlm. 239.
4
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz. II, Kairo: Maktabah Dar al-Turas, tth, hlm. 278.
5
mam Taqi al-Din Abu Bakr ibn Muhammad Al-Hussaini, Kifayah Al Akhyar, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah,
tth, hlm. 84
6
mam Taqi al-Din Abu Bakr ibn Muhammad Al-Hussaini, Kifayah Al Akhyar, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah,
tth, hlm. 84

3
2.4 Menganalisis Hadis tentang Hukum Talak Tiga Menurut Madzhab Fikih
Dalam kajian fikih, talak tiga sekaligus masih menjadi permasalahan yang kontroversial.
Maknanya, para ulama tidak padu dalam memberikan kesimpulan hukum talak tiga sekaligus.
Sekurang-kurangnya, terdapat empat pendapat ulama mengenai masalah ini, yaitu sebagai
berikut:

1. Pendapat pertama yang menyatakan bahwa talak tiga dalam satu ucapan itu tidak jatuh.
Alasannya karena ia masuk ke dalam talak bid'i dan Rasullullah Saw sangat marah
kepada orang yang menjatuhkan talak tiga sekaligus dengan ungkapan beliau: Apakah
kamu mempermain-mainkan Kitabullah, sedangkan saya masih berada diantaramu?"
Seorang laki-laki berdiri dan berkata: Ya Rasul Allah, kenapa saya tidak bunuh saja orang
itu?, hadisnya seperti sudah dikutip sebelumnya.

2. Pendapat kedua yang dipegang oleh jumhur ulama yang mengatakan bahwa talak tiga
sekaligus berarti jatuh talak tiga. Talak yang demikian termasuk dalam talak bain.
Alasannya adalah Al-Qur'an surat Al-Baqarah [2] ayat 230. Jumhur ulama tampak tidak
membedakan talak tiga yang diucapkan sekaligus dengan talak tiga yang dilakukan
dengan dimulai dari talak satu kemudian rujuk dan talak lagi (kedua) rujuk lagi dan talak
tiga.

3. Pendapat ketiga yang dipegang oleh ulama Zhahiriyah, Syi'ah Imamiyah yang
mengatakan bahwa talak tiga dalam satu ucapan berarti jatuh talak satu dan masuk dalam
kategori talak sunni. Didasarkan kepada beberapa hadist antara lain hadis Ibnu Abbas
yang berbunyi: "Rukanah mentalak istrinya talak tiga dalam satu majelis kemudian dia
sangat menyesal dan sedih dan Nabi SAW., bertanya: bagaimana cara kamu mentalaknya.
Maka ia menjawab: "Saya mentalaknya tiga dalam satu majelis. Nabi bersabda: "Itu
hanyalah talak satu, oleh karena itu ruju'lah kepada istrimu". Pendapat ini juga dipilih
oleh Ibn Qayyim."

4. Pendapat keempat merupakan pendapat sahabat Ibnu Abbas yang kemudian diikuti
oleh Ishaq bin Rahawaih. Pendapat ini mengatakan bahwa seandainya talak tiga dalam
satu ucapan itu dilakukan setelah terjadi persetubuhan antara suami istri tersebut, maka
yang jatuh adalah talak tiga dan termasuk dalam talak ba'in kubra. Namun bila talak
diucapkan sebelum diantara keduanya terjadi persetubuhan yang jatuh hanyalah talak
satu. Didasarkan oleh hadist Nabi yang diriwayatkan Abu Daud yang mengatakan:
menurut sepengetahuan ku, bila seorang laki-laki mentalak istrinya talak tiga sebelum
digaulinya yang jatuh adalah talak satu pada masa Nabi SAW

Keempat pandangan di atas dikarenakan tidak ada dalil yang tegas dalam hadis
Rasulullah Saw yang melarang talak tiga sekaligus, demikian juga tidak ada dalil yang

4
tegas mengenai sahnya talak tida sekaligus. Atas dasar itu, para ulama hanya
menyimpulkan dari dalil-dalil hadis seperti telah disebutkan sebelumnya di mana hadis
tersebut masih memunculkan pernafsiran yang berbeda

1. Talak 3 menurut madzhab Syafi’I


Menurut Mazhab Syafi’i jika suami mengatakan kepada isterinya “engkau adalah orang
yang tertalak” serta diniatkan talak maka jatuhlah talak. Jika diniakan talak satu, maka
jatuh talak satu. Jika diniatkan talak dua atau tiga maka jatuh talak dua atau tiga 7. Para
ulama sepakat mengenai jumlah talak maksimal yaitu tiga. Jika talak sudah sampai tiga
kali maka ia disebut dengan Talak Bai’in yaitu suami tidak boleh rujuk lagi rujuk kepada
isterinya kecuali telah memenuhi beberapa syarat.”8
Jumhur Ulama yang terdiri dari al-mazahib al-arba’ah (Mazhab yang empat) berpendapat
bahwa talak tiga yang dijatuhkan sekaligus tetep dihitung jatuh talak tiga sebagaimana
yang dijelaskan dalam kitab fikih mazahib al-arba’ah.
2. ‫َفاَذ ا َطَّلَق الَّرُج َل َز ْو َج َتُه َثاَل ًثا َد ْفَع ًة َو اِح َد ًة ِبَأْن َقاَل َلَها َاْنِت َطاَلٌق َثاَل ًثا َلِزَم ُه ِم َن اْلَع َد ِد ِفي َم َذ ا ِهٍب اَأْلْر َبَعِة َو ُهَو َر َأُي‬
‫اْلُج ْم ُهور‬
“Apabila sesorang menceraikan isterinya tiga kali sekaligus, jika ia berkata kepada
isterinya: Engkau saya ceraikan tiga kali, jatuhlah sebanyak bilangan yang
diucapkannya itu menurut mazhab yang empat dan itulah fatwa jumhur ulama” 9
3. Talak 3 menurut Ibnu Taimiyah
Ibn Taimiyah berbeda dengan pendapat ulama imam empat madzhab yang mengatakan
bahwa apabila ada seorang suami yang menjatuhkan talak tiga sekaligus atau talak tiga
dengan sekali ucapan dalam satu waktu maka talaknya haram dan hanya jatuh satu talak yang
bersifat raj’i. Sedangkan menurut Ulama Imam empat Madzhab apabila ada seorang suami
yang menjatuhkan talak tiga sekaligus terhadap istrinya maka talak tersebut jatuh talak tiga
(talak ba’in). Seperti yang telah dikatakan oleh Imam Syafi’i: Jika seorang laki-laki
menceraikan istrinya dengan talak dua atau talak tiga dalam keadaan suci dan tidak
dicampuri, baik dilakukan sekaligus (satu kalimat dengan menyebutkan bilangan) maupun
secara terpisah (satu kalimat diulang-ulang), hal itu mubah, tidak dilarang dan talak tersebut
syah. (Subhani, 1999, p. 158) Dalil-dalil yang digunakan oleh Ulama Imam Madzhab
diantaranya yaitu hadits Rukanah yang telah mentalak tiga istrinya, hadits Fatimah Binti
Qais, dan sebagainya. Mereka juga berdalil dengan perbuatan para sahabat diantaranya yaitu
Umar Ibn Khaththab RA terhadap jatuhnya talak tiga dengan satu kalimat. (Dicari hadisnya)
Menurut mereka perbuatan Umar tersebut cukup sebagai teladan. (Pemikiran Ibnu
Taimiyah tentang talak 3/kajian kitab Al fatawa kubro, )

7
Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman Al-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab (Bandung: Hasyimi,
2017)
8
Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, 2nd ed. (Jakarta: Amzah, 2013)
9
Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1981

5
Dalam hal ini pendapat Ibnu Taimiyah yang mengatakan bahwa talak tiga sekaligus hanya
jatuh satu talak dikuatkan oleh beberapa ulama lain, diantaranya yaitu Daud dan mayoritas
pengikutnya, sebagian pengikut Abu Hanifah, sebagian pengikut Imam Malik, dan sebagian
pengikut Imam Ahmad. Begitu juga dari para tabi’in, diantaranya yaitu Thawus, Atha, Jabir
ibn Zaid, pengikut mayoritas Ibn Abbas, Abdullah ibn Musa dan Muhammad Ishak. Alasan
diharamkannya talak tiga sekaligus menurut Ibnu Taimiyah yaitu karena asal talak yang
diharamkan. Talak itu suatu hal yang dibolehkan tetapi dibenci oleh Allah SWT. Maka dari
itu Ibnu Taimiyah menganggap bahwa talak tersebut hukumnya haram karena talak
merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT.
Pendapat Ibnu Taimiyah tentang talak tiga sekaligus ini menggunakan dalil-dalil dari Al-
Qur’an, Hadits dan juga Qiyas, yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya. Dalil yang
digunakan oleh Ibnu Taimiyah dalam Al-Qur’an diantaranya yaitu surat Al-Baqarah ayat 232
dan ayat 229.

‫َو ِاَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس ۤا َء َفَبَلْغ َن َاَج َلُهَّن َفاَل َتْعُض ُلْو ُهَّن َاْن َّيْنِك ْح َن َاْز َو اَج ُهَّن ِاَذ ا َتَر اَض ْو ا َبْيَنُهْم ِباْلَم ْع ُرْو ِف ۗ ٰذ ِلَك ُيْو َع ُظ ِبٖه َم ْن َك اَن ِم ْنُك ْم‬
‫ُيْؤ ِم ُن ِباِهّٰلل َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِر ۗ ٰذ ِلُك ْم َاْز ٰك ى َلُك ْم َو َاْطَهُرۗ َو ُهّٰللا َيْع َلُم َو َاْنُتْم اَل َتْع َلُم ْو َن‬
Terjemahan : “Dan apabila kamu menceraikan istri-istri (kamu), lalu sampai idahnya, maka
jangan kamu halangi mereka menikah (lagi) dengan calon suaminya, apabila telah terjalin
kecocokan di antara mereka dengan cara yang baik. Itulah yang dinasihatkan kepada orang-
orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Itu lebih suci bagimu dan
lebih bersih. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah ayat
232)
ۗ‫َفِاْن َطَّلَقَها َفاَل َتِح ُّل َلٗه ِم ْۢن َبْعُد َح ّٰت ى َتْنِكَح َز ْو ًجا َغْيَر ٗه ۗ َفِاْن َطَّلَقَها َفاَل ُجَناَح َع َلْيِهَم ٓا َاْن َّيَتَر اَجَع ٓا ِاْن َظَّنٓا َاْن ُّيِقْيَم ا ُح ُد ْو َد ِهّٰللا‬
‫َوِتْلَك ُح ُد ْو ُد ِهّٰللا ُيَبِّيُنَها ِلَقْو ٍم َّيْع َلُم ْو َن‬
Terjemahan :” Kemudian jika dia menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka
perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain.
Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya
(suami pertama dan bekas istri) untuk menikah kembali jika keduanya berpendapat akan
dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-
Nya kepada orang-orang yang berpengetahuan.” (Al-Baqarah ayat 229)
Menurut Ibnu Taimiyah, ayat tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa talak tiga tersebut
jatuh satu talak karena ayat ini mempunyai maksud bahwa talak itu harus dijatuhkan satu
persatu, tidak boleh dijatuhkan sekaligus, hal ini juga dikuatkan dengan ayat 229 yang
difirmankan bahwa talak itu dua kali, jadi secara jelas dapat dipahami bahwa talak tersebut
bisa dianggap jatuh apabila dijatuhkan satu persatu, seperti halnya dengan ketika kita
membaca tasbih tiga kali, maka cara membacanya harus dibaca satu persatu bukan
menggunakan bilangan tiga kali sekaligus.

Ibn Taimiyah juga mengambil dalil dari hadits, diantaranya yang diriwayatkan oleh
Thawus dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas.(Dicari hadisnya) Hadits ini
menunjukkan bahwa talak itu tidak dapat dijatuhkan tiga sekaligus karena pada masa

6
Rasulullah, Abu Bakar dan dua tahun kekhalifahan Umar telah jelas bahwa talak tiga
sekaligus dianggap satu kali talak. Adapun Umar telah menetapkan talak tiga sekaligus jatuh
tiga karena masyarakatnya yang terlalu meremehkan talak dan sering mengucapkan talak tiga
dengan mudahnya, maka dari itu Umar terpaksa untuk menghukumi jatuh tiga talak.
Seandainya mereka tidak melakukan hal tersebut, maka kemungkinan besar diduga bahwa
Umar ra tidak akan menjatuhkan talak tiga sekaligus jatuh tiga talak tetapi tetap jatuh satu
talak sebagaimana yang telah disunnahkan oleh Nabi SAW.
Dalil-dalil Ibnu Taimiyah tentang talak tiga ini menurut penulis lebih kuat dari pada
dalil-dalil yang digunakan oleh ulama Imam Madzhab, karena apabila dilihat dari perawinya,
maka hadits-hadits yang digunakan oleh Ibnu Taimiyah mempunyai sanad yang lebih kuat
daripada sanad hadits yang dikemukakan oleh ulama Imam Madzhab. Sehingga hadits ini
dapat dijadikan hujjah (dalil hukum) dalam menetapkan hukum Islam yaitu tentang talak tiga
sekaligus. Apabila dilihat dari sisi kemaslahatannya antara pendapat Ulama Imam Madzhab
dengan pendapat golongan Ibnu Taimiyah, maka pendapat Ulama Imam Madzhab yang
mengatakan bahwa talak tiga sekaligus jatuh tiga talak mengakibatkan hal-hal yang mungkar
dalam pandangan syara’ dan agama. Karena, jatuhnya tiga talak mengakibatkan haramnya
suami atas istrinya, begitu juga sebaliknya, rumah tangga menjadi berantakan dan apabila
telah dikaruniai anak maka anak-anak tersebut akan terlantar karena kurangnya perhatian dan
kasih sayang dari orang tuanya.
Sedangkan pendapat dari golongan Ibnu Taimiyah yang mengatakan talak tiga
sekaligus hanya jatuh satu talak saja tidak akan mengakibatkan sesuatu yang serius kecuali
hanya dibolehkannya rujuk’ antara suami istri tersebut tanpa menikah dahulu dengan orang
lain. Selain itu, rumah tangga akan terpelihara dan apabila telah dikaruniai anak maka anak
tersebut akan mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya. Jadi, jelaslah
bahwa pendapat Ibnu Taimiyah yang mengatakan talak tiga sekaligus hanya jatuh satu talak
merupakan pendapat yang kuat dan jauh lebih sedikit akibatnya daripada pendapat Ulama
Imam Madzhab yang berpendapat talak tiga jatuh tiga talak.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

7
Hadis tentang hukum talak tiga memberikan petunjuk tentang prosedur talak dalam
Islam. Kesimpulannya adalah bahwa talak tiga dianggap sebagai tindakan yang sangat serius
dan tidak diinginkan dalam Islam. Rasulullah saw. menegaskan bahwa talak tiga dianggap
sebagai satu talak yang mengakhiri perkawinan secara permanen. Ini menekankan pentingnya
berhati-hati dan mempertimbangkan dengan matang sebelum mengambil keputusan talak
tiga, karena implikasinya yang besar dalam kehidupan seseorang dan keluarganya. Hadis
tentang hukum talak tiga menekankan pentingnya menjaga stabilitas dan keutuhan rumah
tangga dalam Islam. Rasulullah saw. menegaskan bahwa talak tiga tidak boleh diucapkan
dengan sembrono atau tanpa pertimbangan yang matang, karena dapat menyebabkan
kerusakan besar dalam hubungan keluarga dan masyarakat. Ini menekankan perlunya
komunikasi yang baik, pengertian, dan penyelesaian masalah secara damai dalam perkawinan
untuk mencegah terjadinya talak tiga.

Daftar Pustaka

Abi Dawud Sulaiman bin al-Asy’as al-Sajastani, Sunan Abi Dawud,(Riyadh: Bait al Afkar al-
Dauliyyah Linnasyr,1420 H)

8
Abdus Sami’ Ahmad Imam, Pengantar….,
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1973
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz. II, Kairo: Maktabah Dar al-Turas, tth,
Imam Taqi al-Din Abu Bakr ibn Muhammad Al-Hussaini, Kifayah Al Akhyar, Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiah, tth
imam Taqi al-Din Abu Bakr ibn Muhammad Al-Hussaini, Kifayah Al Akhyar, Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiah, tth
Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman Al-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab
(Bandung: Hasyimi, 2017)
Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, 2nd ed. (Jakarta: Amzah, 2013)
Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1981

Anda mungkin juga menyukai