Anda di halaman 1dari 16

1

MAKALAH TAFSIR AHKAM


TALAK
Dosen Pengampu :Adi wijaya.M.H

Disusun Oleh :
Rina Agustina (632022006}

PRODI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2023
2
2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena atas ijin dan
kuasanyalah sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul
“ TALAK “ Penulis sangat berharap makalah sederhana ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan dan pengetahuan sebagai dalam mata kuliah tafsir ahkam. Penulis juga
menyadari bahwa di dalam karya tulis ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Ucapan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Tafsir ahkam dengan dosen
pembimbing yaitu bapak seluruh teman-teman hukum keluarga, serta semua yang ikut
memberikan bantuan baik berupa materi, tenaga ataupun sumbang pikiran atas terselesaikanya
makalah ini. Kurang dan lebihnya penulis memohon maaf dan akhir kata saya ucapkan banyak
terimakasih

Palembang, 28 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah ......................................................................................... 3


1.2 Rumusan masalah .................................................................................................. 3
1.3 Tujuan penulisan makalah .................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Talak ............................................................................................................... 5

B.Hukum Talak .................................................................................................................... 5

C.Macam-macam talak ......................................................................................................... 5


D. Rukun Talak .................................................................................................................... 6

E.Syarat Talak ................................................................................................................ 7


F.Talak yang tidak sah ............................................................................................................... 13

BAB III

Penutup ............................................................................................................................... 14

Daftar pustaka………………………………………………………………………………….15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Salah satu dari syari’at Islam adalah tentang perkawinan, talak, cerai, dan rujuk.
Keempat hal ini sudah di atur dalam hukum Islam, baik dalam al-Qur’an maupun dalam
Hadits Rasulullah SAW. Perkawinan merupakan peristiwa yang sering kita jumpai dalam
hidup ini, bahkan setiap hari banyak umat Islam yang melakukan perkawinan.
Selanjutnya tentang masalah talak, hal ini juga tidak jarang kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Kita lihat di televisi banyak para artis yang melaporkan isterinya ke
KUA lantaran hal sepele, dan dengan gampangnya mengucapkan kata talak. Padahal dalam
al-Qur’an sudah jelas bahwa perbuatan yang paling di benci Allah adalah talaq. dari sini jika
kita menengok kejadian-kejadian yang menimpa suami isteri yang bercerai maka patut kita
bertanya ada apa di balik semua itu.
Kita ketahui bahwa tindak lanjut dari talak itu sendiri akan berakibat perceraian. Dan
hal itu akan menambah penderitaan dari kaum itu sendiri jika melakukan sebuah perceraian.
Tetapi hukum Islam disamping menentukan hukum juga memberikan alternatif jalan keluar
yang bisa di tempuh oleh pasangan suami Isteri jika ingin mempertahankan hubungan
pernikahan mereka. Hal itu bisa di tempuh dengan melakukan rujuk dan menyesali
perbuatan yang telah di lakukan.

1.2Rumusan Masalah
1. Apa saja yang dimaksud pengertian talak?
2. Apa saja hukum talak?
3. Apa saja macam-macam talak?
4. Apa saja rukun talak?
5. Apa saja syarat talak?
6. Apa saja talak yang tidak sah?

1.3.Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan dan penyusunan makalah ini adalah
untuk mengetahui tentang talak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Talak
Kata talak berasal dari bahasa Arab artinya menurut bahasa melepaskan ikatan. Adapun
talak menurut istilah syariat Islam ialah melepaskan atau membatalkan ikatan pernikahan
dengan lafadz tertentu yang mengandung arti menceraikan. Talak merupakan jalan keluar
terakhir dalam suatu ikatan pernikahan antara suami isteri jika mereka tidak terdapat lagi
kecocokan dalam membina rumah tangga.
َ َ ‫ )ا‬berarti memutuskan, melepaskan, dan meninggalkan.
Secara etimologis “Talak” (‫طﻼ ُق‬
Sedangkan menurut pengertian Syarak ialah nama bagi suatu pelepasan tali pernikahan
antara suami dan istri.
Sebagaimana keharusan yang mesti ada pada bentuk-bentuk akad dan transaksi yang
lain, untuk keabsahan talak juga mesti memenuhi rukun dan syarat itu, berbeda
pengertiannya menurut pakar hukum Islam, namun konsekwensi yang ditimbulkan
keduanya apabila tidak terpenuhi dalam suatu akad atau transaksi, relative sama, yaitu tidak
sahnya akad atau transaksi tersebut.

B. Hukum Talak
Dalam ajaran Islam Talak diperbolehkan (mubah) sebagai jalan terakhir ketika
kehidupan rumah tangga mengalami jalan buntu, talak hanya dapat dilakukan apabila
hubungan perkawinan sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Tentang talak ini, Rasulullah
bersabda :

‫َض ْال َحﻼَ ِل ا ِٰلى ﷲِ الطﻼَ ُق‬


ُ ‫ا َ ْبغ‬
Artinya :
“Perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah Talak.” (HR. Abu Dawud dan
Ibnu Majah dan dianggap shohih oleh Imam Al-Hakim)

Berdasarkan Hadist tersebut menurut Jumhur Ulama hukum talak itu mubah tetapi
lebih baik dijauhi. Apabila dilihat latar belakang terjadinya talak, maka hukum talak bisa
berubah kepada :
1. Wajib

2
Talak menjadi wajib hukumnya apabila hakim tidak menemukan jalan lain,
kecuali talak, yang bisa ditempuh untuk meredakan pertikaian yang terjadi diantara
suami dan istri.
2. Haram
Seorang laki – laki diharamkan menjatuhkan talak kepada sang istri bila tidak
memiliki tujuan yang jelas. Sebab, yang demikian itu akan berdampak buruk bagi pihak
perempuan. Talak juga diharamkan ketika istri dalam keadaan haid atau dalam keadaan
suci yang sudah digauli.
3. Mubah
Hukum talak bisa menjadi mubah jika seorang istri memiliki akhlak yang buruk,
jelek tabiatnya dalam bermuamalah, melalaikan hak suami, dan lain sebagainya.
Sehingga tujuan pernikahan yang diinginkan tidak tercapai sama sekali.
4. Sunnah
Hukum talak akan menjadi sunnah apabila keadaan rumah tangga sudah sulit
dipertahankan, dan apabila dipertahankan akan lebih banyak bahayanya, misalnya
seorang istri tidak mau atau lalai dalam menjalankan hak – hak Allah SWT, seperti
sholat, puasa, dan lain sebagainya.
Setelah beberapa kali diperintahkan agar jangan melalaikan perintah Allah SWT,
namun seorang istri tetap tidak menghiraukannya, maka suami disunnahkan untuk
menceraikannya. Sebab, hal tersebut akan merugikan kehidupan beragama mereka, yang
merupakan inti dari kebahagiaan sejati.

C. Macam – Macam Talak


Dilihat dari segi kondisi istri yang ditalak, maka talak terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Talak Sunni
Yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami pada istrinya dalam keadaan suci dan tidak
disetubuhi dalam masa suci itu.
2. Talak Bid’ah
Yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya dalam keadaan menstruasi
(haidl) atau dalam keadaan suci tetapi telah disetubuhi saat dijatuhkan talak.
Jumhur Ulama telah sepakat mengatakan, bahwa talak sunni adalah talak yang
dianggap halal. Sedangkan talak bid’ah hukumnya haram, namun sah talaknya.
Dilihat dari boleh atau tidaknya suami merujuk atau kembali kepada istrinya, maka
talak dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

3
1) Talak Roj’i
Yaitu talak yang dijatukhan oleh suami kepada istrinya talak ke satu atau ke dua
kali atas inisiatif suami. Talak ini memberi hak kepada suami untuk merujuk atau
kembali kepada istrinya yang telah ditalak dengan atau cukup mengatakan “ Aku telah
merujukmu kembali ” tanpa melalui akad nikah baru, jika istri dalam masa iddah, dan
disunnahkan pada saat rujuk tersebut menghadirkan dua orang saksi yang adil. Jika
masa iddahnya telah berakhir dan suami belum merujuknya, maka dengan demikian
telah terjadi talak ba’in terhadapnya.
2) Talak Ba’in
Yaitu talak yang tidak memberikan hak kepada suami untuk merujuk atau kembali
kepada istrinya kecuali melalui akad nikah baru. Talak Ba’in dibagi menjadi 2 macam,
yaitu :
a) Talak Ba’in Sughro
Misalnya talak pertama atau kedua yang didahului oleh tebusan (iwadl) dari
pihak istri, atau talak terhadap istri yang belum pernah dikumpuli. Suami yang
menjatuhkan talak ba’in sughro tidak boleh merujuk atau kembali kepada istrinya
kecuali dengan akad nikah yang baru.
b) Talak Ba’in Kubro
Yaitu talak yang ketiga kali. Talak ini menyebabkan suami tidak boleh merujuk
istrinya, kecuali istri yang ditalak telah menikan dengan laki – laki lain setelah
keduanya berhubungan intim kemudian bercerai dengan talak ba’in kubro dan telah
habis masa iddahnya.

Ditinjau dari segi pengucapannya, talak dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Talak Sharikh
Yaitu talak yang diucapkan suami dengan menggunakan kata – kata yang jelas
dan tegas tidak mengandung arti lain kecuali talak itu sendiri. Ungkapannya cukup
dengan sengaja mengucapkan tidak butuh niat. Seperti dengan mngucapkan “ Aku
cerai,” atau “ Kamu telah aku cerai”.
2. Talak Kinayah
Yaitu talak yang diucapkan dengan menggunakan kata sindiran talak, kata – kata
seperti ini membutuhkan niat dari yang mengucapkan. Karena, kata – kata yang
diucapkan tidak menunjukkan pengertian talak. Seperti mengucapkan “ Pulanglah
engkau kepada orang tuamu”.

4
Adapun macam – macam talak yang lain, yaitu :
1. Talak Munjaz dan Mu’allaq
Talak Munjaz yaitu talak yang diberlakukan kepada istri tanpa adanya
penangguhan. Misalnya seorang suami mengatakan kepada istrinya “ Kamu telah dicerai
“. Maka istri telah ditekan dengan apa yang diucapkan oleh suaminya. Sedangkan talak
Mu’allaq adalah talak yang digantungkan oleh suami dengan suatu perbuatan yang akan
dilakukan oleh istrinya pada masa mendatang. Seperti suami mengatakan kepada
istrinya “ Jika kamu berangkat kerja, berarti kamu telah ditalak “. Maka talak tersebut
berlaku sah dengan keberangkatan istrinya untuk kerja.
2. Talak Takhyir dan Tamlik
Talak Takhyir adalah dua pilihan yang diajukan oleh suami kepada istrinya, yaitu
melanjutkan rumah tangga atau bercerai. Jika si istri memilih bercerai, maka berarti ia
telah ditalak. Sedangkan talak Tamlik adalah talak dimana seorang suami mengatakan
kepada istrinya “ Aku serahkan urusanmu kepadamu” atau “ Urusanmu berada
ditanganmu sendiri”. Jika dengan ucapan itu istrinya mengatakan “ Berarti aku telah
ditalak”, maka berarti ia telah ditalak satu Raj’i. Imam Malik dan sebagian ulama
lainnya berpendapat, bahwa apabila istri yang telah diserahi tersebut menjawab “ Aku
memilih talak tiga “, maka ia telah ditalak Ba’in oleh suaminya. Dengan talak tiga ini,
maka si suami tidak boleh rujuk atau kembali kepada istrinya, kecuali setelah mantan
istrinya dinikahi oleh laki – laki lain.
3. Talak Wakalah dan Kitabah
Yaitu jika seorang suami mewakilkan kepada seseorang untuk mentalak istrinya
atau dengan menuliskan surat kepada istrinya yang memberitahukan perihal
perceraiannya, lalu istrinya menerima hal itu, maka ia telah ditalak.
4. Talak Haram
Yaitu apabila suami mentalak istrinya dalam satu kalimat atau mentalak dalam tiga
kalimat, akan tetapi dalam satu majelis. Seperti jika suami mengatakan kepada istrinya “
kamu ditalak tiga”. Atau mengatakan “ Kamu aku talak, talak dan talak “. Menurut
Ijma’ Ulama, talak seperti ini diharamkan.
Dalil yang melandasinya adalah Hadist Rasulullah SAW mengenai seorang laki – laki
yang mentalak tiga istrinya dalam satu kalimat. Lalu beliau berdiri dan marah seraya
mengatakan “ Apakah Kitab Allah hendak dipermainkan, sedang aku masih berada di

5
tengah – tengah kalian?” Hingga ada seseorang berdiri seraya berkata, “ Wahai
Rasulullah, izinkan aku membunuhnya “ (HR. Nasa’i)

D. Rukun Talaq
1. Suami
Hak talak hanya dimiliki oleh laki – laki karena ia lebih bisa mengendalikan emosi,
dan lebih sanggup memikul beban – beban kehidupan. Sehingga, seorang laki – laki
tidak tergesa – gesa ketika harus menjatuhkan talak kepada istrinya. Ia lebih bisa
mendahulukan akal daripada perasaan. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
‫ق‬ ‫الط َﻼ ُق ِل َم ْن ٲ َ َخذَ ِباا ﱠ‬
ِ ‫سا‬ ‫ِٳنﱠ َما ﱠ‬
Artinya :
“ Talak itu hanyalah bagi yang mempunyai kekuatan (suami).” (HR. Ibnu Majah dan
Daruquthni)

2. Istri
Istri dikenai hukum talaq bila berada dalam empat keadaan. Pertama, benar –
benar ada hubungan pernikahan diantara keduanya (suami istri). Kedua, seorang istri
masih berada dalam masa iddah talak raj’i atau bainunah sughra. Ketiga, seorang istri
berada dalam masa iddah perceraian yang diakui oleh syari’at. Keempat, seorang istri
berada dalam masa iddah fasakh yang diakui oleh syari’at.

3. Sighat Talaq
Sighat talaq adalah lafal yang menyebabkan terputusnya hubungan pernikahan, baik
secara jelas (sharih) maupun sindiran (kinayah) dengan syarat harus disertai dengan
adanya niat. Namun demikian, tidak cukup hanya dengan niat saja, sebagaimana yang
disabdakan Rasulullah SAW :
.‫س َها َمالَ ْم يَت َ َكلﱠ ُموا ٲ َ ْويَ ْع َملُوابِ ِه‬
َ ُ‫ت بِ ِه ٲ َ ْنف‬
ْ َ ‫َ ت َ َج َاوزَ ِلئُا ﱠمتِي َما َحدﱠث‬ ‫ٳِ ﱠن‬
Artinya :
“Sesungguhnya Allah memberikan ampunan bagi umatku apa – apa yang terdetik di
dalam hati mereka, selama mereka ucapkan atau kerjakan.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Secara umum, sighat talak terbagi menjadi dua, yaitu :


1. Mutlak

6
Sighat mutlak adalah lafal yang telah diucapkan tanpa syarat apapun. Sighat
Mutlak dibagi menjadi dua, yatitu sharih (jelas) dan kinayah (sindiran). Mutlak sharih
adalah lafal talak yang dpat dipahami maknanya saat diucapkan, dan tanpa mengandung
makna lain. Lafadz sharih tidak membutuhkan niat. Hanya saja lebih utama jika disertai
dengan kata “istri”. Misalnya, seorang laki – laki mengatakan, “ Istriku saya talak “.
Mutlak kinayah adalah lafal talak yang mengandung banyak makna, sehingga bisa
ditakwilkan dengan makna yang berbeda – beda. Lafadz talak yang tergolong kinayah
terbagi menjadi dua, yaitu kinayah Zhahirah dan Muhtamilah. Kinayah zhahirah adalah
sindiran yang jelas. Misalnya, seorang suami berkata kepada istrinya “ Beriddahlah “.
Maka, kata – kata tersebut termasuk dalam kategori kinayah zhahirah, yaitu sindiran
yang hampir bisa dipastikan maksudnya adalah talak. Sedangkan kinayah muhtamilah
adalah sindiran yang mengandung banyak makna (multi tafsir). Misalnya, seorang laki –
laki mengatakan kepada istrinya, “ Saya melepaskanmu “.
Imam Malik mengatakan bahwa kinayah muhtamilah itu tergantung kepada niat.
Jika seseorang meniatkan talak, maka keduanya harus dipisahkan. Sedangkan jika tidak
meniatkan talak maka keduanya masih sah sebagai suami istri.
Jumhur ulama mengatakan bahwa kinayah muhtamilah yang diucapkannya itu
sama sekali tidak menyebabkan talak.

2. Muqayyad
Kadang – kadang seorang laki – laki mengucapkan lafal talak kepada istrinya
dengan embel – embel kata tertentu berupa syarat atau pengecualian.
Berapa hal yang biasanya dijadikan sebagai syarat dan pengecualian dalam talak,
yaitu :
 Kehendak
Salah satu syarat atau pengecualian yang disandingkan dengan lafal talak adalah
kehendak, baik kehendak Allah maupun kehendak Manusia. Misalnya, seorang laki –
laki berkata kepada istrinya, “ Engkau saya talak, jika Allah berkehendak “.
 Perbuatan di Masa Depan
Biasanya, ketika seseorang mengaitkan lafal talak dengan perbuatan yang akan
terjadi di masa depan maka ia tidak bisa dilepaskan dari tiga perkara. Pertama,

7
perbuatan yang mungkin atau tidak mungkin terjadi. Misalnya, seorang laki – laki
berkata kepada istrinya, “ Jika Umar masuk kerumah, maka engka akan ditalak “.
Syarat ini mungkin terjadi dan mungkin juga tidak akan terjadi. Kedua, perbuatan
yang pasti terjadi. Misalnya, seorang suami mengatakan kepada istrinya, “ Jika
matahari terbit maka engkau akan ditalak”. Ketiga, perbuatan yang biasanya terjadi.
Misalnya, seorang suami mengatakan kepada istrinya, “ Jika engkau haid maka
engkau akan ditalak “.

E. Syarat Talak
Suami yang menceraikan istrinya disyaratkan :
o Telah dewasa.
o Berakal sehat.
o Atas kesadaran dan kehendak sendiri.
o Ucapan talak yang dikemukakannya berdasarkan kesadaran dan kesengajaan.

F. Talak yang Tidak Sah


1. Talak karena dipaksa
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu syarat sahnya talak
adalah harus berasal dari keinginan suami sendiri. Dalam ketentuan syara’, jika seseorang
dipaksa untuk kufur, dan ia benar – benar tidak bisa menghindari darinya, maka ia boleh
melakukannya dan tidak berdosa. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT :

‫ط َمىِ ۢ ﱡن بِ ْاﻻ ْي َم ِن‬


ْ ‫ٳِ ﱠﻻ َم ْن ٲ ُ ْك ِرهَ َوقَ ْلبُهُ ُم‬
Artinya :
“...kecuali, orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap tenang dalam briman (ia
tidak berdosa)...” (QS. An-Nahl [16]: 106).
Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum talak yang diucapkan oleh seorang suami
yang dipaksa melakukannya adalah tidak sah, dan tidak mengakibatkan terjadinya
perceraian. Madzhab Syafi’i termasuk dalam kelompok ini, hanya saja mereka
membedakan antara ada atau tidaknya niat didalamnya. Talak yang dipaksa dan dilandasi
oleh niat maka hukumnya sah. Sebaliknya, jika talak yang dipaksa tersebut tidak
mengandung unsur niat maka talaknya tidak sah.

2. Talak yang diucapkan oleh orang yang mabuk

8
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum talak yang diucapkan oleh orang
yang mabuk. Jumhur ulama mengatakan bahwa talak yang diucapkan oleh orang yang
mabuk hukumnya sah. Alasannya, mabuk yang dialaminya adalah perbuatan dan
keinginan sendiri.
Imam asy-Syaukani Rahimakumullah mengatakan, “orang yang mabuk dan tidak
bisa menggunakan akalnya maka talaknya tidak sah, karena tidak adanya ‘illat yang
menyebabkan sahnya talak. Syariat telah menentukan hukum talak bagi orang yang
mabuk. Sehingga, akal kita tidak boleh melangkahinya dengan mengatakan bahwa hukum
talak orang tersebut adalah sah.”

3. Talak yang diucapkan oleh orang yang sedang marah


Berdasarkan penelitian yang mendalam, ada tiga jenis atau tingkatan kemarahan :
a. Pertama, orang yang sedang marah sampai akalnya tidak berfungsi, kemudian ia
menjatuhkan talak kepada istrinya, maka talaknya tidak sah dan tidak menyebabkan
perceraian diantara keduanya. Biasanya, orang yang sedang marah besar tidak
menyadari apa yang diucapkan, karena ia sudah dikuasai emosi dan nafsu.
b. Kedua, marah yang terkendali sehingga akal seseorang yang mengalaminya masih
berfungsi dengan baik. Para ulama sepakat bahwa orang yang mengucapkan talak
dalam keadaan marah seperti ini, hukumnya sah dan keduanya harus dipisahkan.
c. Ketiga, marah yang berada di antara keduanya, yaitu antara berlebih-lebihan dan
terkendali. Para ulama sepakat bahwa orang yang menjatuhkan talak dalam keadaan
marah seperti ini, hukumnya sah dan kedua pasangan harus dipisahkan.

4. Talak yang diucapkan tanpa niat (kesengajaan)


Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum talak yang diucapkan oleh seseorang
tanpa sadar atau unsur kesengajaan. Jumhur ulama berpendapat bahwa talak yang
diucapkannya adalah sah, dan keduanya harus dipisahkan. Hal tersebut sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW :
“Tiga perkara yang seriusnya adalah serius, dan candanya adalah serius, yaitu
nikah, talak, dan rujuk”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi).
Sedangkan menurut Muhammad Baqir, Ja’far Shadiq, serta salah satu pendapat
Imam Ahmad dan Imam Malik bin Anas menegaskan bahwa talak yang diucapkan tanpa
adanya unsur kesengajaan maka hukumnya tidak sah, dan keduanya tetap berada dalam
ikatan tali pernikahan. Oleh karena itu, talak yang tidak mengandung unsur kesengajaan

9
hanyalah permainan yang tidak terkena sanksi hukum. Pendapat ini Didasarkan pada
Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang pentingnya Azam (keinginan/niat). Berikut
:

‫س ِم ْي ٌع َع ِل ْي ٌم‬ َ ‫ااط ٰلقَ فَ ِ ﱠن‬


َ ‫ﷲ‬ ‫َو ِٳ ْن َعزَ ُم ْو ﱠ‬
Artinya :
“Dan, jika mereka berazam (berketetapan hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah [2]: 227)
Termasuk dalam kategori ini adalah talak yang dijatuhkan oleh seseorang yang lupa
atau lalai. Rasulullah SAW juga bersabda, “Amalan itu tergantung pada niat”.

5. Talak yang diucapkan oleh orang yang terkejut


Dalam kehidupan sehari – hari kita sering menjumpai orang yang latah. Sehingga, ia
mudah mengatakan ucapan sesuatu tanpa sadar, dan terjadi secara spontan. Dalam
keadaan seperti ini, talak yang diucapkannya adalah tidak sah, dan keduanya tetap berada
dalam ikatan pernikahan.

6. Talak yang diucapkan oleh anak kecil


Imam Malik berpendapat talak yang diucapkan oleh anak kecil tidak berlaku sampai
ia mencapai usia baligh. Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa talak yang
diucapkan anak kecil tidak berlaku sampai umurnya mencapai dua belas tahun.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan sekilas lalu tentang permasalahan
talaq( p e r c e r a i a n ) , a d a b e b e r a p a k e t e r a n g a n b a i k a y a t A l Q u r a n
d a n H a d i t s n a b i Muhammad SAW, sudah membuka tabir pikiran dan
w a w a s a n ya n g s e l a m a i n i masih ada hijab yang menutupinya karena kurang meresapi
dan menghayati ajaran tentang permasalahan perceraian, diantara beberapa
keterangan singkat tersebut diatas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Talaq ialah melepaskan atau membatalkan ikatan perkawinan.
2. Talaq merupakan perbuatan halal yang sangat dibenci oleh Allah dan
hukumnyamakruh atau telarang, hukum talaq dapat berubah menjadi sunnah,
wajib dan haram tergantung kondisi dan penyebabnya.

B. Saran
1. Menyarankan agar dapat memahami dan mengerti betapa baiknya
mempelajari tentang permasalahan talaq (perceraian) dalam hidup ini, sebab
barangkali disuatu saat kita berada dalam permasalahan tersebut.
2. M e n y a r a n k a n a g a r s a l i n g m e m b i n a d a n m e m b i m b i n g a n t a r
k e l u a r g a a g a r t erjali n hubungan yang harm onis unt uk mengh in dari
d i r i d a n k e l u a r g a d a r i perceraian.
3.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://sandraagustiya.blogspot.co.id/2015/02/makalah-fiqih-talak.html
(diakses hari sabtu, 04 Februari 2017)

http://zanhaola.blogspot.co.id/2013/06/talak-syarat-rukun-dan-akibatnya.html
(diakses hari sabtu, 04 Februari 2017)

http://nurulkhaifa.blogspot.co.id/2015/02/makalah-talak.html
(diakses hari sabtu, 04 Februari 2017)

http://jokodalank.blogspot.co.id/2016/08/makalah-talak.html
(diakses hari sabtu, 04 Februari 2017

12

Anda mungkin juga menyukai